PERSAINGAN 1111190072
- Fathur Rohman
1111190242
USAHA TIDAK - Moch Sovi Ramadhan
1111190342
SEHAT AIR MINUM
DALAM
KEMASAN
Pengertian Persaingan Usaha
Persaingan usaha adalah persaingan antar pelaku usaha dalam
menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang dan atau
jasa yang dilakukan dengan cara-cara tertentu untuk mencapai target
yang diinginkan. Persaingan usaha ini terbagi menjadi dua macam,
yaitu persaingan usaha sempurna dan persaingan usaha tidak sehat.
Persaingan usaha sempurna adalah struktur pasar yang akan
mewujudkan kegiatan produksi barang dan jasa yang sangat tinggi
efisiensinya. Terdapat banyak penjual dan pembeli namun tidak dapat
mempengaruhi keadaan pasar. Sedangkan persaingan tidak sehat
adalah persaingan diantara pelaku usaha yang tidak seimbang, terdapat
ketidakjujuran dari pelaku usaha yang bersaing dengan pelaku usaha
lain.
Hukum Persaingan Usaha
b. Monopoli atau persaingan usaha tidak sehat yang terjadi akibat adanya historical accident, yaitu monopoli yang
terjadi karena tidak sengaja, dan berlangsung karena proses alamiah yang ditentukan oleh berbagai faktor terkait
dimana monopoli tersebut terjadi. Dalam hal ini penilaian mengenai pasar bersangkutan yang memungkinkan
terjadinya monopoli menjadi sangat relevan.
2. Teori Hukum Anti Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
Terdapat dua teori yang terdapat dalam hukum anti monopoli dan persaingan240 usaha tidak sehat, yaitu:
a. Teori Perse Illegal Teori yang melarang monopoli, tanpa melihat apakah ada akses negatifnya. Beberapa bentuk
monopoli dan persaingan usaha tidak sehat harus dianggap dengan sendirinya bertentangan dengan hukum. Titik
beratnya adalah unsur formal dari perbuatan tersebut.
Perse illegal itu dapat juga diartikan sebagai suatu terminologi yang menyatakan bahwa suatu tindakan
dinyatakan melanggar hukum dan dilarang secara mutlak, serta tidak diperlukan pembuktian apakah tindakan
tersebut memiliki dampak negatif terhadap persaingan usaha. Perbuatan-perbuatan seperti perjanjian penetapan
67%
harga (price fixing agreements), perjanjian pemboikotan (boycotts agreement), dan perjanjian pembagian wilayah
(geographical market division agreement), dan perjanjian tertutupExpansion
(Exclusive
of the Dealing)
sector adalah contoh jenis-jenis
perbuatan yang diklasifikasikan sebagai Perse Illegal.
b. Teori Rule Of Reason
Pendekatan rule of reason adalah suatu pendekatan yang digunakan oleh lembaga otoritas persaingan usaha untuk
membuat evaluasi mengenai akibat perjanjian atau kegiatan usaha tertentu, guna menentukan apakah suatu
perjanjian atau kegiatan tersebut bersifat menghambat atau mendukung persaingan.
Pendekatan Perse Illegal dan Rule of Reason
Melalui pendekatan rule of reason, apabila suatu perbuatan dituduh melanggar hukum
persaingan, maka pencari fakta harus mempertimbangkan dan menentukan apakah perbuatan
tersebut menghambat persaingan dengan menunjukkan akibatnya terhadap proses persaingan dan
apakah perbuatan itu tidak adil atau mempunyai 240 pertimbangan lainnya.
Dalam pendekatan rule of reason ini, suatu perbuatan yang dilarang dilakukan oleh
pelaku usaha, maka akan dilihat sejauh mana dampak dari perbuatan tersebut, oleh karena itu
diperlukan pembuktian lebih lanjut apakah perbuatan tersebut berakibat menghambat persaingan.
Suatu perbuatan dalam pendekatan rule of reason, tidak secara otomatis dilarang meskipun
perbuatan yang dituduhkan tersebut kenyataannya terbukti telah dilakukan. Dengan demikian dalam
pendekatan ini memungkinkan lembaga otoritas persaingan usaha atau pengadilan untuk melakukan
67%
interpretasi terhadap undang-undang maupun terhadap pasar.
Expansion of the sector
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)
Untuk mengawasi pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 dibentuk suatu komisi.
Pembentukan ini didasarkan pada Pasal 34 UndangUndang Nomor 5 Tahun 1999 yang
mengintruksikan bahwa pembentukan susunan organisasi, tugas dan fungsi komisi ditetapkan
melalui Keputusan Presiden. Komisi ini kemudian dibentuk berdasarkan Keppres No.75 Tahun 1999
dan diberi nama Komisi Pengawas Persaingan Usaha. Dengan demikian, kewenangan yang dimiliki
oleh lembaga peradilan. Kewenangan tersebut meliputi penyidikan, penuntutan, konsultasi,
memeriksa, mengadili, dan memutus perkara.41 KPPU adalah lembaga publik, penegak dan
pengawas pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, serta wasit independen dalam rangka
menyelesaikan perkara-perkara yang berkaitan dengan larangan monopoli dan persaingan usaha
tidak sehat. Perlu ditekankan bahwa melalui wewenang pengawasan yang dimilikinya, KPPU
diharapkan dapat menjaga dan mendorong agar sistem ekonomi pasar lebih efisiensi produksi,
konsumsi dan alokasi, sehingga pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan rakyat.
BISNIS AIR MINUM DALAM KEMASAN DI INDONESIA
Konsumsi Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini mengalami
peningkatan. Kondisi ini ditunjang oleh semakin buruknya kondisi air tanah di beberapa kota besar di Indonesia seperti
Jakarta, Surabaya dan Semarang. Tingkat ketergantungan masyarakat pada AMDK semakin tinggi karena minuman ini
sudah menjadi kebutuhan primer bagi masyarakat. Pada tahun 2013 konsumsi Air Minum Kemasan di Indonesia
mencapai angka 15,3 miliar liter dimana angka ini lebih besar dari tahun 2012 yang mencapai angka 13,8 miliar liter.
Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) dijaman seperti ini sudah menjadi barang yang familiar. Hampir setiap hari
dapat ditemui dan didapatkan oleh orang-orang perkotaan seperti Jakarta. Cerita dibalik dengan kemunculan AMDK di
Indonesia. Dulunya, AMDK menjadi produk yang sangat mudah dan familiar di masyarakat modern. AMDK juga
dulunya menjadi barang yang exclusive dimana tidak semua orang dapat membelinya. AMDK memang hanya
berisikan air mineral, namun kebanyakan yang meminum air ini adalah orang-orang penting seperti tamu dari luar
negeri atau wisatawan asing. Sekitar awal tahun 1970-an, Indonesia belum memproduksi AMDK sendiri. Pada tahun
tersebut AMDK yang tersedia adalah produk impor. Pada saat itu para wisatawan atau tamu dalam negeri yang
berkunjung di Indonesia hanya mau meminum air minum dalam kemasan. Hal ini karena mereka tidak cocok dengan
air rebusan. Dulu tidak mudah pula untuk mendapatkan air mineral dalam kemasan. Air mineral dalam kemasan hanya
dapat ditemui di hotel-hotel berbintang.
BISNIS AIR MINUM DALAM KEMASAN DI INDONESIA
Berdasarkan Putusan KPPU Nomor 22/KPPU-I/2016. Berawal dari adanya dugaan pelanggaran pada
Pasal 15 Ayat 3 dan Pasal 19 huruf a dan b Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan
Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat yang dilakukan oleh PT. Tirta Investama (Terlapor I)
dan PT. Balina Agung Perkasa (Terlapor II) yang dilaporkan oleh para pedagang ritel dan eceran di
wilayah Jabodetabek melapor ke kantor Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). Komisi Pengawas
Persaingan Usaha (KPPU) adalah suatu lembaga independen yang terlepas dari pengaruh dan kekuasaan
pemerintah serta pihak lain. Objek Perkara adalah Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) Air Mineral
yang di produksi oleh Terlapor I (Danone Indonesia) yang dipasarkan oleh Terlapor II di wilayah
Cikampek, Cikarang, Bekasi, Babelan, Pulo Gadung, Sunter, Prumpung, Kiwi, Lemah Abang,
Rawagirang Cibubur, dan/atau Cimanggis atau setidak-tidaknya di wilayah jangkauan pemasaran Terlapor
II pada tahun 2016. Terlapor I dan Terlapor II secara bersama-sama pernah menyampaikan himbauan lisan
kepada para pedagang Star Outlet (SO) mulai dari akhir tahun 2015 sampai dengan pertengahan tahun
2016, Terlapor I melalui Key Account Excecutive dan Terlapor II melalui bagian penjualan.
POSISI KASUS
Adanya bukti dokumen mengenai Form Sosialisasi Pelanggaran SO yang memerintahkan bahwa penjual yang
menjadi SO dari produk Terlapor I bersedia untuk tidak menjual produk air minum dalam kemasan (AMDK)
dengan merek Le Minerale, dan bersedia menerima konsekuensi sanksi dari Terlapor I berupa penurunan harga
ke Wholeseller apabila menjual produk kompetitor sejenis dengan merek Le Minerale. Form Sosialisasi SO
tersebut wajib ditandatangani oleh pedagang SO lengkap dengan nama pemilik dan nomer telepon. Dan
penyebaran form sosialisasi dilakukan baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri oleh pegawai Terlapor
I dan/atau Terlapor II.
Lalu ditemukannya bukti komunikasi e-mail terdapat komunikasi antara pegawai perusahaan Terlapor I dengan
Terlapor II mengenai tindakan degradasi toko SO dengan pertimbangan toko SO masih menjual produk
kompetitor. Dengan adanya bukti berupa e-mail penurunan status SO pada pedagang, tindakan Terlapor I dan
Terlapor II dengan membuat program-program tersebut diatas adalah perilaku anti persaingan yang bertujuan
untuk mengikat para pedagang toko SO untuk Loyal dan tidak menjual produk kompetitor (Le Minerale).
Tindakan Terlapor I dengan Terlapor II dimaknai sebagai perbuatan bersama (concerted action) yang dapat
dikualifikasikan sebagai perjanjian tidak tertulis.
POSISI KASUS
Mengenai harga barang dan potongan harga menurut Peraturan Komisi Nomor 5
Tahun 2011 mengenai Pedoman Pasal 15, diuraikan bahwa harga adalah biaya
yang harus dibayar dalam suatu transaksi barang dan/atau jasa sesuai
kesepakatan antara pihak di pasar bersangkutan. Berdasarkan peraturan tersebut
disebutkan bahwa potongan harga merupakan insentif yang diberikan oleh
seorang produsen kepada distributor ataupun distributor kepada pengecernya,
dimana harga lebih murah dari harga yang dibayarkan. Fakta dari pedagang SO
adanya larangan kepada para pedagang untuk tidak menjual produk kompetitor
(Le Minerale) dengan sanksi degradasi status dari SO menjadi wholeseller
(eceran) berimbas pada harga pembelian atau pengambilan barang. Perbedaan
harga SO dengan harga Wholeseller memiliki selisih sebesar 3%.
Januari 2016 Himbauan kepada toko yang berstatus SO untuk tetap loyal dan memperhatikan
produk kompetitor.
April 2016 Himbauan lisan terjadi hampir diseluruh SO pada daerah distribusi Terlapor II dan
menhimbau para pedagang SO untuk tidak mendisplay produk Le Minerale bahkan diminta untuk
dihilangkan.
Mei 2016 Didapatkan bukti komunikasi melalui surat elektronik (e-mail) tentang Degradasi Toko
Chun-Chun menjadi Wholeseller karena dianggap tidak loyal lagi terhadap AQUA dan tetap menjual
produk dari pesaing para terlapor yaitu Le Minerale.
Agustus 2016 Merebaknya Form Sosialisasi Loyalitas dan larangan menjual produk Le Minerale
yang harus ditandatangani oleh pemilik toko level SO yang pada pokoknya menyatakan tidak boleh
menjual produk dari kompetitornya.
September 2016 Pedagang SO menyatakan adanya intimidasi dan ancaman degradasi apabila menjual
produk Le Minerale.
Oktober 2016 Pihak Le Minerale mengeluarkan somasi terbuka kepada PT. Tirta Investama atas
dugaan persaingan usaha tidak sehat atas larangan penjualan produk Le Minerale pada beberapa media
nasional melalui kuasa hukumnya Suyanto Simalango Patria. Hal ini dilakukan selain karena adanya
aduan dari pedagang SO tetapi ditakutkan pula apabila dibiarkan akan berdampak pada penjualan Le
Minerale.
7 Oktober 2016 PT. Tirta Fresindo Jaya (produsen Le Minerale) memberikan keterangan kepada KPPU,
undangan tersebut ditandatangani oleh R. Frans Adiatma atas nama Plt. Deputi Bidang Penegekan Hukum
Direktur Innvestigasi U.B Koordinator Satuan Tugas. Sesuai dengan surat pemberitahuan klarifikasi pihak Le
Minerale bertemu dengan Tim Investigasi KPPU. Kemudian adanya langkah-langkah yang diambil oleh para
terlapor guna menutupi kesalahannya dengan melakukan permintaan maaf dan janji-janji akan diberi hadiah,
meskipun itu dirasa sudah terlambat oleh pihak pedagang. Tata cara penanganan perkara berdasarkan laporan
pelapor maka langkah selanjutnya adalah klarifikasi.
9 Mei 2017 Gelar perkara mulai bergulir, sidang pertama dengan agenda pembacaan dan penyerahan salinan
laporan dugaan pelanggaran oleh tim investigator KPPU.
10 Juli 2017 Agenda sidang mendengar keterangan saksi dari pihak Le Minerale menghadirkan orang yang
telah diberikan kuasa yaitu Carol Mario Sampouw sebagai National Sales Manager. Sidang kali ini membahas
tentang akibat dari adanya perjanjian antara para terlapor dengan toko SO yang menyebabkan penurunan
penjualan air minum dalam kemasan yang bermerek Le Minerale. Mario mengatakan adanya aduan dari para
pedagang sehingga membuat ke khawatiran kepada terhambatnya penjualan Le Minerale. Maka dilakukan survei
acak di wilayah jabodetabek karena adanya laporan dari SO Karawang.
26 Oktober 2017 Majelis Komisi melaksanakan sidang Majelis komisi dengan agenda pemeriksaan Terlapor I.
Pada sidang kali ini ditemukan bahwasannya Terlapor I sebagai principal dan Terlapor II sebagai distributor
memiliki kontrak atau perjanjian distributor.
27 Oktober 2017 Majelis Komisi melaksanakan sidang majelis dengan agenda pemeriksaan alat bukti dan
dokumen serta dilanjutkan dengan pemeriksaan Terlapor II. Sidang kali ini ditemukan adanya perilaku yang
dilarang oleh para terlapor yang berhubungan dengan perjanjian tertutup dan hubungan bisnis antara para terlapor
yang berhubungan dengan perjanjian tertutup dan hubungan bisnis antara para terlapor bukanlah hubungan jual
dan/atau beli putus karena adanya perjanjian khusus yaitu perjanjian kerjasama adanya penempatan pegawai
Terlapor I dalam kantor Terlapor II yang memang jabatan sebagai KAE (Key Account Excecutive) dan Sales
Manager.
19 September 2017 Terlapor I menganggap saksi yang dihadirkan cukup yaitu dengan tiga orang saksi dari
Terlapor I dan sembilan orang saksi dari Terlapor II. Pernyataan tersebut kemudian ditanggapi oleh salah satu
investigator KPPU yaitu Helmi Nurjamil, yang mengatakan hadir atau tidak hadirnya saksi oleh Terlapor I,
diserahkan kepada Terlapor. Namun kewenangan itu sepenuhnya berada di tangan Ketua Majelis Komisi. Dalam
persidangan ditemukan adanya bukti surat komunikasi elektronik antara Terlapor I yaitu Sulistyo Pramono dalam
kapasitasnya sebagai KAE Terlapor I kepada Denny Lasut selaku senior sales manager Terlapor II tentang
degradasi stastus SO menjadi Wholeseller.
19 Desember 2017 Sidang yang digelar oleh KPPU, Ketua Majelis Komisi menyatakan kedua terlapor terbukti
secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 15 Ayat (3) huruf b dan Pasal 19 huruf a dan b Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
BENTUK PELANGGARAN DAN PERTIMBANGAN HAKIM
Dampak dari kasus ini adalah bahwa perilaku para Terlapor yang melarang
pedagang untuk tidak menjual produk Le Minerale berdampak pada produk Le
Minerale selaku pesaing dari aqua menjadi tidak tersedia lagi setidak-tidaknya di
toko pedagang yang dilarang (availability product) menjadi tidak ada. Tindakan
larangan menjual produk pesaing merupakan strategi persaingan yang dilarang
karena dapat menghilangkan akses pelanggan atau konsumen untuk
mendapatkan pilihan sesuai keinginan masing-masing. Dampak dari tidak adanya
produk secara langsung maupun tidak langsung telah menutup akses pembeli
untuk menentukan pilihan produk mana yang diinginkan oleh pembeli. Bahwa
tindakan para terlapor yang telah mengeluarkan strategi anti persaingan tersebut
menyebabkan pesaingnya yaitu Le Minerale tidak bisa melakukan repeat buying
atau permintaan nyata dari konsumen terhadap pendapat suatu perusahaan.
Berdasarkan fakta dan alat bukti berkaitan dengan perilaku Terlapor I dan Terlapor II dalam
memasarkan produknya pada pasar bersangkutan, maka Majelis Komisi menilai telah terjadi
hambatan pasar yang dialami PT. Tirta Fresindo Jaya dalam memasarkan produk Le
Minerale. Oleh karena itu, Majelis Komisi berpendapat hambatan pasar tersebut telah
mengakibatkan berkurangnya pilihan konsumen pada pasar bersangkutan akibat
berkurangnya kebebasan pelaku usaha SO dalam menjual produk AMDK air mineral.
Dalam putusan perkara Nomor: 22/KPPU-I/2016 menurut keputusan Majelis Komisi
melanggarkan 2 Pasal yaitu Pasal 15 Ayat (3) huruf b Tentang Perjanjian Tertutup dan Pasal
19 huruf a dan b Tentang Penguasaan Pasar Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang
praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Peneliti setuju dengan keputusan
Majelis Komisi tersebut akan tetapi menurut peneliti melihat dari fakta hukum dan/atau
fakta sosiologis seharusnya Majelis Komisi juga dapat menjatuhkan atau mengenakan
Terlapor I yaitu PT. Tirta Investama juga melanggar Pasal 25 Ayat (1) huruf a Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Posisi Dominan, bahwasannya selain telapor
melanggar perjanjian tertutup dan penguasaan pasar sebagaimana telah di putuskan oleh
Majelis Komisi terlapor juga telah melanggar ketentuan tentang posisi dominan
sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang Anti Monopoli.
KESIMPULAN
addyouremail@freepik.com
+91 620 421 838
yourcompany.com