Anda di halaman 1dari 25

TUGAS MAKALAH

ANTI MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA


TIDAK SEHAT
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Terstruktur
Mata Kuliah Aspek Hukum Dalam Bisnis
Dosen Pengampu :

Raden Nadia Nahdia, MH

Disusun oleh :
Nurul Arifiyana

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI


MANAJEMEN BISNIS INDONESIA
BOGOR 2022

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan bisnis yang melaju cepat di Dunia, terutama di
indonesia membuat ketentuan Pasal 1365 KUHP Perdata dan Pasal 362 KUHP
tidak mampu dalam mengcover perkembangan praktek persaingan dan anti
monopoli. tanpa dibuatnya Undang-undang baru yang dapat menjadi payung
untuk menjamin persaingan usaha yang sehat, dikhawatirkan akan muncul
monopoli - monopoli pasar yang nantinya justru akan merugikan masyarakat
sebagai konsumen itu sendiri.

Akhirnya untuk menyehatkan iklim persaingan dunia usaha ini, perlu


dibentuk Undang - Undang anti monopoli. Substansi Undang - Undang ini
cukup memadai dan mencangkup pengaturan tentang larangan membuat
perjanjian Oligopoli, penetapan harga, pembagian wilayah, pemboikotan,
kartel, trust, oligopsoni, integrasi vertikal, perjanjian tertutup, dan perjanjian
luar negeri yang menimbulkan monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.
bentuk pelanggaran yang tidak diperbolehkan adalah monopoli, monopsoni,
penguasaan pasar, dan persekongkolan. Dan untuk mengawasi pelaksaan
Undang - Undang ini dibentuk Komisi pengawas persaingan Usaha sebagai
"lembaga independen yang terlepas dari pengaruh pemerintah serta pihak lain
dan bertanggung jawab kepada presiden" (Emil Salim, 2000:111).

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) akhirnya memiliki inisiatif untuk


membuat suatu Undang-Undang yang dapat mencegah monopoli itu terjadi,
dan dengan persetujuan dari presiden, lahir Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat,
yang Mulai efektif berlaku sejak tanggal 5 Maret 2000.

B. Rumusan Masalah

2
1. Apa pengertian anti monopoli dan persaingan tidak sehat?
2. Apa asas dan tujuan UU anti monopoli?
3. Apa sajakah kegiatan yang dilarang dalam UU Anti Monopoli?
4. Apa sajakah perjanjian yang dilarang dalam UU Anti Monopoli?
5. Apa saja hal-hal yang dikecualikan dari UU anti monopoli?
6. Apa itu KPPU?
7. Bagaimana sanksi terhadap praktek monopoli dan persaingan usaha tidak
sehat?

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MONOPOLI DAN PERSAINGAN TIDAK SEHAT

Dalam UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan


Persaingan Usaha Tidak Sehat dalam Ketentuan Umum memuat beberapa

3
pengertian dalam hubungannya dengan kegiatan monopoli dan persaingan
usaha tidak sehat :

a. Monopoli adalah penguasaan atas produksi dan atau pemasaran suatu


barang dan atau atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau
satu kelompok pelaku usaha.
b. Praktek monopoli adalah pemusatan kegiatan ekonomi oleh satu atau lebih
pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau
pemasaran atas barang dan jasa tertentu sehingga menimbulkan persaingan
usaha tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan umum.
c. Pemusatan kekuatan ekonomi adalah penguasaan yang nyata atas suatu
pasar bersangkutan oleh satu atau lebih pelaku usaha sehingga dapat
menentukan harga barang dan atau jasa.1

Sedangkan pengertian Persaingan Usaha Tidak Sehat adalah


persaingan antar pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan atau
pemasaran barang dan atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau
melawan hukum atau menghambat persaingan usaha.2

B. AZAS DAN TUJUAN

Dalam melakukan kegiatan usaha di Indonesia, pelaku usaha harus


berasaskan demokrasi ekonomi dengan memperhatikan keseimbangan antara
kepentingan pelaku usaha dan kepentingan umum.3

1
Munir Fuady, Hukum Anti Monopoli Menyongsong Era Persaingan Sehat, Citra Aditia,
Bandung, 2003, hal. 13.
UU No 5 Tahun 1999, Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Bab I,
Pasal 1. Hal. 2.
2
UU No 5 Tahun 1999, Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Bab I,
Pasal 1. Hal. 2.
3
UU No 5 Tahun 1999, Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Bab II,
Pasal 2, Hal.3.

4
Tujuan yang terkandung di dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1999, adalah sebagai berikut :4

1. Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional


sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
2. Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan
usaha yang sehat, sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan
berusaha yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah, dan
pelaku usaha kecil.
3. Mencegah praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang
ditimbulkan oleh pelaku usaha.
4. Terciptanya efektifitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha.

C. KEGIATAN YANG DILARANG


Bagian Pertama Monopoli Pasal 17 adalah :5
1. Pelaku usaha dilarang melakukan penguasaan atas produksi dan atau
pemasaran barang dan atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya
praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.
2. Pelaku usaha patut diduga atau dianggap melakukan penguasaan atas
produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) apabila:
a. Barang dan atau jasa yang bersangkutan belum ada substitusinya;
b. Mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk ke dalam
persaingan usaha barang dan atau jasa yang sama; atau

E. Kartika Sari & A. Simangunson. Hukum dalam Ekonomi. Jakarta. PT. Grasindo. 2008.
Hal 172
4
UU No 5 Tahun 1999, Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Bab II,
Pasal 3, Hal.3.
5
UU No 5 Tahun 1999, Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Bab IV,
Pasal 17 - 24, Hal 6 - 7.

5
c. Satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih
dari 50% (lima puluh persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa
tertentu.6

Bagian Kedua Monopsoni Pasal 18 adalah :


1. Pelaku usaha dilarang menguasai penerimaan pasokan atau menjadi
pembeli tunggal atas barang dan atau jasa dalam pasar bersangkutan
yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat.
2. Pelaku usaha patut diduga atau dianggap menguasai penerimaan
pasokan atau menjadi pembeli tunggal sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) apabila satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha
menguasai lebih dari 50% (lima puluh persen) pangsa pasar satu jenis
barang atau jasa tertentu.7

Bagian Ketiga Penguasaan Pasar adalah :


1. Pasal 19, Pelaku usaha dilarang melakukan satu atau beberapa kegiatan,
baik sendiri maupun bersama pelaku usaha lain, yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha
tidak sehat berupa:
a. Menolak dan atau menghalangi pelaku usaha tertentu untuk
melakukan kegiatan usaha yang sama pada pasar bersangkutan;
b. Mematikan usaha pesaingnya di pasar bersangkutan sehingga
dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat.8
2. Pasal 21, Pelaku usaha dilarang melakukan kecurangan dalam
menetapkan biaya produksi dan biaya lainnya yang menjadi bagian dari

6
UU No 5 Tahun 1999, Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Bab IV,
Pasal 17, Hal. 6.
7
UU No 5 Tahun 1999, Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Bab IV,
Pasal 18, Hal. 7.
8
UU No 5 Tahun 1999, Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Bab IV,
Pasal 19, Hal. 7.

6
komponen harga barang dan atau jasa yang dapat mengakibatkan
terjadinya persaingan usaha tidak sehat.9

Bagian Keempat Persekongkolan adalah :


Pasal 22 Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk
mengatur dan atau menentukan pemenang tender sehingga dapat
mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat.10

Pasal 23 Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk


mendapatkan informasi kegiatan usaha pesaingnya yang diklasifikasikan
sebagai rahasia perusahaan sehingga dapat mengakibatkan terjadinya
persaingan usaha tidak sehat.11

Pasal 24 Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk


menghambat produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa pelaku
usaha pesaingnya dengan maksud agar barang dan atau jasa yang
ditawarkan atau dipasok di pasar bersangkutan menjadi berkurang baik
dari jumlah, kualitas, maupun ketepatan waktu yang dipersyaratkan.12

Bagian kelima posisi dominan Pasal 25 adalah :


1. Pelaku usaha dilarang menggunakan posisi dominan baik secara langsung
maupun tidak langsung untuk :
a. Menetapkan syarat-syarat perdagangan dengan tujuan untuk
mencegah dan atau menghalangi konsumen memperoleh barang

9
UU No 5 Tahun 1999, Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Bab IV,
Pasal 21, Hal. 7.
10
UU No 5 Tahun 1999, Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Bab IV,
Pasal 22, Hal. 7.
11
UU No 5 Tahun 1999, Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Bab IV,
Pasal 23, Hal. 7.
12
UU No 5 Tahun 1999, Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Bab IV,
Pasal 24, Hal. 7.

7
dan atau jasa yang bersaing, baik dari segi harga maupun kualitas ;
atau
b. Membatasi pasar dan pengembangan teknologi ; atau
c. Menghambat pelaku usaha lain yang berpotensi menjadi pesaing
untuk memasuki pasar bersangkutan.13

Bagian keenam jabatan rangkap Pasal 26 adalah :


1. Seseorang yang menduduki jabatan sebagai direksi atau komisaris dari
suatu perusahaan, pada waktu yang bersamaan dilarang merangkap
menjadi direksi atau komisaris pada perusahaan lain, apabila perusahaan-
perusahaan tersebut :
a. Berada dalam pasar bersangkutan yang sama ; atau
b. Memiliki keterkaitan yang erat dalam bidang dan atau jenis
usaha ; atau
c. Secara bersama dapat menguasai pangsa pasar barang dan atau
jasa tertentu, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek
monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.14

Bagian ketujuh pemilikan saham Pasal 27 adalah :


1. Pelaku usaha dilarang memiliki usaha mayoritas pada beberapa
perusahaan sejenis yang melakukan kegiatan usaha dalam bidang yang
sama pada pasar bersangkutan yang sama, atau mendirikan beberpa
perusahaan yang memiliki kegiatan usaha yang sama pada pasar
bersangkutan yang sama, apabila kepemilikan tersebut mengakibatkan :
a. Satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai
lebih dari 50% (lima puluh persen) pangsa pasar satu jenis
barang atau jasa tertentu ;

13
UU No 5 Tahun 1999, Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Bab V,
Pasal 25, Hal. 8.

14
UU No 5 Tahun 1999, Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Bab V,
Pasal 26, Hal. 8.

8
b. Dua atau tiga pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha
menguasai lebih dari 75% (tujuh puluh lima persen) pangsa
pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.15

Bagian Kedelapan penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan


Pasal 28
1. Pasal 28 Pelaku usaha dilarang melakukan penggabungan atau peleburan
badan usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan
atau persaingan usaha tidak sehat.
2. Pasal 28 Pelaku usaha dilarang melakukan pengambilalihan saham
perusahaan lain apabila tindakan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya
praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai penggabungan atau peleburan badan
usaha yang dilarang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dan ketentuan
mengenai pengambilalihan saham perusahaan sebagaimana dimaksud ayat
dalam (2) pasal ini, diatur dalam Peraturan Pemerintah.16
Pasal 29
1. Pasal 29 Penggabungan atau peleburan badan usaha, atau pengambilalihan
saham sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 yang berakibat nilai aset
dan atau nilai penjualannya melebihi jumlah tertentu, wajib diberitahukan
kepada Komisi, selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal
penggabungan, peleburan atau pengambilalihan tersebut.
2. Ketentuan tentang penetapan nilai aset dan atau nilai penjualan serta tata
cara pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dalam
Peraturan Pemerintah.17

D. PERJANJIAN YANG DILARANG


15
UU No 5 Tahun 1999, Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Bab V,
Pasal 27, Hal. 8-9.
16
UU No.5 Tahun 1999, Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Bab V,
Pasal 28, Hal. 9.
17
UU No.5 Tahun 1999, Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Bab III,
Pasal 29, Hal. 9.

9
1. Oligopoli
Oligopoli adalah keadaan pasar dengan produsen dan pembeli barang
hanya berjumlah sedikit, sehingga mereka atau seorang dari mereka dapat
mempengaruhi harga pasar.18

2. Penetapan Harga
Dalam rangka penetralisasi pasar, pelaku usaha dilarang membuat
perjanjian, antara lain :
a. Perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk menetapkan
harga atas barang dan atau jasa yang harus dibayar oleh konsumen
atau pelanggan pada pasar bersangkutan yang sama ;
b. Perjanjian yang mengakibatkan pembeli yang harus membayar
dengan harga yang berbeda dari harga yang harus dibayar oleh
pembeli lain untuk barang dan atau jasa yang sama ;
c. Perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk menetapkan
harga di bawah harga pasar ;
d. Perjanjian dengan pelaku usaha lain yang memuat persyaratan
bahwa penerima barang dan atau jasa tidak menjual atau memasok
kembali barang dan atau jasa yang diterimanya dengan harga lebih
rendah daripada harga yang telah dijanjikan.19

3. Pembagian Wilayah
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha
pesaingnya yang bertujuan untuk membagi wilayah pemasaran atau alokasi
pasar terhadap barang dan atau jasa.20

4. Pemboikotan

18
E. Kartika Sari., A. Simangunsong. Hukum dalam Ekonomi. Jakarta. PT. Grasindo.
2008. Hal 177
19
E. Kartika Sari, A. Simangunsong. Hukum dalam Ekonomi. Jakarta. PT. Grasindo. 2008. Hal 177
20
E. Kartika Sari, A. Simangunsong. Hukum dalam Ekonomi. Jakarta. PT. Grasindo. 2008. Hal 178

10
Pelaku usaha dilarang untuk membuat perjanjian dengan pelaku usaha
pesaingnya yang dapat menghalangi pelaku usaha lain untuk melakukan usaha
yang sama, baik untuk tujuan pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri.21

5. Kartel
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha
pesaingnya yang bermaksud untuk mempengaruhi harga dengan mengatur
produksi dan atau pemasaran suatu barang dan atau jasa.22

6. Trust
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain
untuk melakukan kerja sama dengan membentuk gabungan perusahaan atau
perseroan yang lebih besar, dengan tetap menjaga dan mempertahankan
kelangsungan hidup tiap-tiap perusahaan atau perseroan anggotanya, yang
bertujuan untuk mengontrol produksi dan atau pemasaran atas barang dan atau
jasa.23

7. Oligopsoni
Keadaan dimana dua atau lebih pelaku usaha menguasai penerimaan
pasokan atau menjadi pembeli tunggal atas barang dan/atau jasa dalam suatu
pasar komoditas.24

8. Integrasi Vertikal
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain
yang bertujuan untuk menguasai produksi sejumlah produk yang termasuk
dalam rangkaian produksi barang dan atau jasa tertentu yang mana setiap
rangkaian produksi merupakan hasil pengelolaan atau proses lanjutan baik
dalam satu rangkaian langsung maupun tidak langsung.25
21
E. Kartika Sari, A. Simangunsong. Hukum dalam Ekonomi. Jakarta. PT. Grasindo. 2008. Hal 178
22
E. Kartika Sari, A. Simangunsong. Hukum dalam Ekonomi. Jakarta. PT. Grasindo. 2008. Hal 178
23
E. Kartika Sari, A. Simangunsong. Hukum dalam Ekonomi. Jakarta. PT. Grasindo. 2008. Hal 178
24
E. Kartika Sari, A. Simangunsong. Hukum dalam Ekonomi. Jakarta. PT. Grasindo. 2008. Hal 178
25
E. Kartika Sari, A. Simangunsong. Hukum dalam Ekonomi. Jakarta. PT. Grasindo. 2008. Hal 179

11
9. Perjanjian Tertutup
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain
yang memuat persyaratan bahwa pihak yang menerima barang dan atau jasa
hanya akan memasok atau tidak memasok kembali barang dan atau jasa
tersebut kepada pihak tertentu dan atau pada tempat tertentu.26

10. Perjanjian dengan Pihak Luar Negeri


Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pihak luar negeri
yang memuat ketentuan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik
monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.27

E. HAL-HAL YANG DIKECUALIKAN DARI UNDANG-UNDANG ANTI


MONOPOLI
Hal-hal yang dikeculikan dari undang-undang Monopoli, antara lain
perjanjian-perjanjian yang dikecualikan; perbuatan yang dikecualikan;
perjanjian dan perbuatan yang dikecualikan.28
1. Penjanjian yang Dikecualikan
a. Perjanjian yang berkaitan dengan hak atas kekayaan
intelektual, termasuk lisensi, paten, merek dagang, hak
cipta, desain produk industri, rangkaian elektronik terpadu,
dan rahasia dagang.
b. Perjanjian yang berkaitan dengan waralaba
c. Perjanjian penetapan standar teknis produk barang dan/atau
jasa yang tidak mengekang dan/atau menghalangi
persaingan.
d. Perjanjian dalam rangka keagenan yang isinya tidak
memuat ketentuan untuk memasok kembali barang dan/atau

26
E. Kartika Sari, A. Simangunsong. Hukum dalam Ekonomi. Jakarta. PT. Grasindo. 2008. Hal 179
27
E. Kartika Sari, A. Simangunsong. Hukum dalam Ekonomi. Jakarta. PT. Grasindo. 2008. Hal 179
28
E. Kartika Sari, A. Simangunsong. Hukum dalam Ekonomi. Jakarta. PT. Grasindo. 2008. Hal 180

12
jasa dengan harga yang lebih rendah dari harga yang telah
diperjanjikan.
e. Perjanjian kerja sama penelitian untuk peningkatan atau
perbaikan standar hidup masyarakat luas.29
2. Perbuatan yang Dikecualikan.
a. Perbuatan pelaku usaha yang tergolong dalam pelaku
usaha.
b. Kegiatan usaha koperasi yang secara khusus bertujuan
untuk melayani anggota.30
3. Perbuatan dan/atau Perjanjian yang Diperkecualikan
a. Perbuatan atau perjanjian yang bertujuan untuk
melaksanakan peraturan perundang-undangan yang berlaku
b. Perbuatan dan/atau perjanjian yang bertujuan untuk eksport
dan tidak mengganggu kebutuhan atau pasokan dalam
negeri.31

F. KOMISI PENGAWASAN PERSAINGAN USAHA

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) adalah sebuah lembaga


independen di Indonesia yang dibentuk untuk memenuhi amanat Undang-
Undang No. 5 Tahun 1999 tentang larangan praktek monopoli dan persaingan
usaha tidak sehat. KPPU merupakan lembaga independen yang terlepas dari
pengaruh dan kekuasaan pemerintah serta pihak lainnya atau dengan kata lain
KPPU hanya bertanggung jawab kepada Presiden.32

1. Visi dan Misi KPPU

29
E. Kartika Sari, A. Simangunsong. Hukum dalam Ekonomi. Jakarta. PT. Grasindo. 2008. Hal 180
30
E. Kartika Sari, A. Simangunsong. Hukum dalam Ekonomi. Jakarta. PT. Grasindo. 2008. Hal 180
31
E. Kartika Sari, A. Simangunsong. Hukum dalam Ekonomi. Jakarta. PT. Grasindo. 2008. Hal 180

32
UU No 5 Tahun 1999, Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Bab VI,
Pasal 30, Hal. 9

13
Komisi Pengawas Persaingan Usaha dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya memerlukan adanya arah pandang yang jelas, sehingga apa
yang menjadi tujuannya dapat dirumuskan dengan seksama dan
pencapaiannya dapat direncanakan dengan tepat dan terinci. Adapun arah
pandang KPPU tersebut kemudian dirumuskan dalam suatu visi dan misi
KPPU sebagai berikut:33

a. Visi KPPU :
Visi KPPU sebagai lembaga independen yang mengemban amanat UU
No. 5 Tahun 1999 adalah “Terwujud Ekonomi Nasional yang Efisien dan
Berkeadilan untuk Kesejahteraan Rakyat”.34

b. Misi KPPU
Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, maka dirumuskan misi KPPU
sebagai berikut:
Pencegahan dan Penindakan,
Internalisasi Nilai-nilai Persaingan Usaha, serta
Penguatan Kelembagaan.35

2. Anggota KPPU
Komisioner KPPU-RI periode 2012 – 2017 yang ditetapkan berdasarkan
Keputusan Presiden Republik Indonesia:
1. Dr. Syarkawi Rauf, S.E., M.E.;
2. R. Kurnia Sya’ranie, S.H., M.H.;
3. Ir. Muhammad Nawir Messi, M.Sc.;

33
KPPU, http://www.kppu.co.id/id/tentang-kppu/visi-dan-misi/, diakses 7/12/2017.
15.00 WITA.
34
KPPU, http://www.kppu.go.id/id/tentang-kppu/visi-dan-misi/, diakses 18/12/2017,
18.29 WITA.
35
KPPU, http://www.kppu.co.id/id/tentang-kppu/visi-dan-misi/, diakses 18/12/2017.
18.30 WITA

14
4. Prof. Dr. Ir. Tresna Priyana Soemardi, S.E., M.S.;
5. Dr. Sukarmi, S.H., M.H.;
6. Drs. Munrokhim Misanam, M.A., Ec., Ph.D.;
7. Saidah Sakwan, M.A.;
8. Dr. Drs. Chandra Setiawan, M.M., Ph.D;
9. Kamser Lumbanradja, M.B.A.36

3. Tugas dan Wewenang


Undang-undang No. 5 Tahun 1999, menjelaskan bahwa tugas dan
wewenang Komisi Pengawas Persaingan Usaha adalah sebagai berikut:37

1. Tugas
a. Melakukan penilaian terhadap perjanjian yang dapat mengakibatkan
terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat
sebagaimana diatur dalam Pasal 4 sampai dengan Pasal 16;
b. Melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha dan atau tindakan pelaku
usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat sebagaimana diatur dalam Pasal 17 sampai
dengan Pasal 24;
c. Melakukan penilaian terhadap ada atau tidak adanya penyalahgunaan
posisi dominan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli
dan atau persaingan usaha tidak sehat sebagaimana diatur dalam Pasal 25
sampai dengan Pasal 28;
d. Mengambil tindakan sesuai dengan wewenang Komisi sebagaimana diatur
dalam Pasal 36;
e. Memberikan saran dan pertimbangan terhadap kebijakan Pemerintah yang
berkaitan dengan praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;

36
KPPU, http://www.kppu.go.id/id/tentang-kppu/anggota-kppu/, diakses 7/12/2017,
15.00 WITA.
37
KPPU, http://www.kppu.go.id/id/tentang-kppu/tugas-dan-wewenang/, diakses 7/12/
2017, 15.00 WITA.

15
f. Menyusun pedoman dan atau publikasi yang berkaitan dengan Undang-
undang ini;
g. Memberikan laporan secara berkala atas hasil kerja Komisi kepada
Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat.38

2. Wewenang
a. Menerima laporan dari masyarakat dan atau dari pelaku usaha tentang
dugaan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;
b. Melakukan penelitian tentang dugaan adanya kegiatan usaha dan atau
tindakan pelaku usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek
monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;
c. Melakukan penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap kasus dugaan
praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang dilaporkan
oleh masyarakat atau oleh pelaku usaha atau yang ditemukan oleh Komisi
sebagai hasil penelitiannya;
d. Menyimpulkan hasil penyelidikan dan atau pemeriksaan tentang ada atau
tidak adanya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;
e. Memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran
terhadap ketentuan undang-undang ini;
f. Memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli, dan setiap orang yang
dianggap mengetahuipelanggaran terhadap ketentuan undang-undang ini;
g. Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi, saksi
ahli, atau setiap orang sebagaimana dimaksud huruf e dan huruf f, yang
tidak bersedia memenuhi panggilan Komisi;
h. Meminta keterangan dari instansi Pemerintah dalam kaitannya dengan
penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap pelaku usaha yang melanggar
ketentuan undang-undang ini;
i. Mendapatkan, meneliti, dan atau menilai surat, dokumen, atau alat bukti
lain guna penyelidikan dan atau pemeriksaan;

38
KPPU, http://www.kppu.go.id/id/tentang-kppu/tugas-dan-wewenang/, diakses 7/12/
2017, 15.00 WITA.

16
j. Memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian di pihak
pelaku usaha lain atau masyarakat;
k. Memberitahukan putusan Komisi kepada pelaku usaha yang diduga
melakukan praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;
l. Menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif kepada pelaku usaha
yang melanggar ketentuan Undang-undang ini.39

G. SANKSI PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN TIDAK SEHAT

Bagian Pertama Tindakan Administratif (Pasal 47)


(1) Komisi berwenang menjatuhkan sanksi berupa tindakan
administratif terhadap pelaku usaha yang melanggar ketentuan
Undang-undang ini.
(2) Tindakan administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dapat berupa:
a. Penetapan pembatalan perjanjian sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 sampai dengan Pasal 13, Pasal 15, dan Pasal
16; dan atau
b. Perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan integrasi
vertikal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14; dan atau
c. Perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan kegiatan
yang terbukti menimbulkan praktek monopoli dan atau
menyebabkan persaingan usaha tidak sehat dan atau
merugikan masyarakat; dan atau
d. Perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan
penyalahgunaan posisi dominan; dan atau

39
KPPU, http://www.kppu.go.id/id/tentang-kppu/tugas-dan-wewenang/, diakses 7/12/
2017, 15.00 WITA

17
e. Penetapan pembatalan atas penggabungan atau peleburan
badan usaha dan pengambilalihan saham sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 28; dan atau
f. Penetapan pembayaran ganti rugi; dan atau
g. Pengenaan denda serendah-rendahnya Rp 1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah) dan setinggi-tingginya Rp
25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah).40

Bagian Kedua Pidana Pokok (Pasal 48)


1) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 4, Pasal 9 sampai dengan
Pasal 14, Pasal 16 sampai dengan Pasal 19, Pasal 25, Pasal 27, dan
Pasal 28 diancam pidana denda serendah-rendahnya
Rp25.000.000.000 (dua puluh lima miliar rupiah) dan setinggi-
tingginya Rp100.000.000.000 (seratus miliar rupiah), atau pidana
kurungan pengganti denda selama-lamanya 6 (enam) bulan.
2) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 5 sampai dengan Pasal 8,
Pasal 15, Pasal 20 sampai dengan Pasal 24, dan Pasal 26 Undang-
Undang ini diancam pidana denda serendah-rendahnya
Rp5.000.000.000 ( lima miliar rupiah) dan setinggi-tingginya
Rp25.000.000.000 (dua puluh lima miliar rupialh), atau pidana
kurungan pengganti denda selama-lamanya 5 (lima) bulan.
3) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 41 Undang-undang ini
diancam pidana denda serendah-rendahnya Rp1.000.000.000 (satu
miliar rupiah) dan setinggi-tingginya Rp5.000.000.000 (lima miliar
rupiah), atau pidana kurungan pengganti denda selama-lamanya 3
(tiga) bulan.41

Bagian Ketiga Pidana Tambahan (Pasal 49)

40
UU No.5 Tahun 1999, Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Bab
VIII, Pasal 47 Hal. 14
41
UU No.5 Tahun 1999, Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Bab
VIII, Pasal 48, Hal. 15

18
Sanksi tambahan sesuai dalam Pasal 48 juga dapat dikenakan pidana
berupa:
a) Pencabutan izin usaha; atau
b) Larangan kepada pelaku usaha yang telah terbukti melakukan
pelanggaran terhadap undang-undang ini untuk menduduki jabatan
direksi/komisaris sekurang-kurangnya 2(dua) tahun dan selama-
lamanya 5(lima) tahun; atau
c) Penghentian kegiatan atau tindakan tertentu yang menyebabkan
timbulnya kerugian pada pihak lain.42

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Persaingan Tidak Sehat adalah persaingan antar pelaku usaha dalam
menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang atau jasa yang
dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat

42
UU No.5 Tahun 1999, Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Bab
VIII, Pasal 49, Hal. 15

19
persaingan usaha. Sementara yang dimaksud dengan “praktek monopoli”
adalah suatu pemusatan kekuatan ekonomi oleh salah satu atau lebih pelaku
yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau pemasaran atas barang
dan atau jasa tertentu sehingga menimbulkan persaingan usaha secara tidak
sehat yang kemudian dapat merugikan kepentingan umum. Sesuai dalam
Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Anti Monopoli.
2. Tujuan yang terkandung di dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999,
adalah sebagai berikut :
- Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi
nasional sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat.
- Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan
persaingan usaha yang sehat, sehingga menjamin adanya kepastian
kesempatan berusaha yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku
usaha menengah, dan pelaku usaha kecil.
- Mencegah praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat
yang ditimbulkan oleh pelaku usaha.
- Terciptanya efektifitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha.
3. Kegiatan-kegiatan yang dilarang :
a. Monopoli
b. Monopsoni
c. Penguasaan pasar
d. Persekongkolan
e. Posisi dominan
f. Jabatan rangkap
g. Pemilikan saham
h. Penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan
4. Perjanjian yang dilarang :
a. Oligopoli
b. Penetapan Harga
c. Pembagian Wilayah

20
d. Pemboikotan
e. Kartel
f. Trust
g. Oligopsoni
h. Integrasi Vertikal
i. Perjanjian Tertutup
j. Perjanjian dengan Pihak Luar Negeri
5. Hal-hal yang dikecualikan dari Undang-undang anti monopoli :

Penjanjian yang Dikecualikan


- Perjanjian yang berkaitan dengan hak atas kekayaan intelektual,
termasuk lisensi, paten, merek dagang, hak cipta, desain produk
industri, rangkaian elektronik terpadu, dan rahasia dagang.
- Perjanjian yang berkaitan dengan waralaba.
- Perjanjian penetapan standar teknis produk barang dan/atau jasa
yang tidak mengekang dan/atau menghalangi persaingan.
- Perjanjian dalam rangka keagenan yang isinya tidak memuat
ketentuan untuk memasok kembali barang dan/atau jasa dengan
harga yang lebih rendah dari harga yang telah diperjanjikan.
- Perjanjian kerja sama penelitian untuk peningkatan atau perbaikan
standar hidup masyarakat luas.43
Perbuatan yang Dikecualikan.
- Perbuatan pelaku usaha yang tergolong dalam pelaku usaha.
- Kegiatan usaha koperasi yang secara khusus bertujuan untuk
melayani anggota.44
Perbuatan dan/atau Perjanjian yang Diperkecualikan
- Perbuatan atau perjanjian yang bertujuan untuk melaksanakan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
- Perbuatan dan/atau perjanjian yang bertujuan untuk eksport dan
tidak mengganggu kebutuhan atau pasokan dalam negeri.

43
E. Kartika Sari, A. Simangunsong. Hukum dalam Ekonomi. Jakarta. PT. Grasindo. 2008. Hal 180
44
E. Kartika Sari, A. Simangunsong. Hukum dalam Ekonomi. Jakarta. PT. Grasindo. 2008. Hal 180

21
6. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) adalah sebuah lembaga
independen di Indonesia yang dibentuk untuk memenuhi amanat Undang-
Undang No. 5 Tahun 1999 tentang larangan praktek monopoli dan
persaingan usaha tidak sehat. KPPU merupakan lembaga independen yang
terlepas dari pengaruh dan kekuasaan pemerintah serta pihak lainnya atau
dengan kata lain KPPU hanya bertanggung jawab kepada Presiden.
7. Sanksi praktek monopoli dan persaingan tidak sehat :

Bagian Pertama Tindakan Administratif (Pasal 47)

- Komisi berwenang menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif


terhadap pelaku usaha yang melanggar ketentuan Undang-undang ini.
- Tindakan administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat
berupa:
a. Penetapan pembatalan perjanjian sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 sampai dengan Pasal 13, Pasal 15, dan Pasal
16; dan atau
b. Perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan integrasi
vertikal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14; dan atau
c. Perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan kegiatan
yang terbukti menimbulkan praktek monopoli dan atau
menyebabkan persaingan usaha tidak sehat dan atau
merugikan masyarakat; dan atau
d. Perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan
penyalahgunaan posisi dominan; dan atau
e. Penetapan pembatalan atas penggabungan atau peleburan
badan usaha dan pengambilalihan saham sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 28; dan atau
f. Penetapan pembayaran ganti rugi; dan atau
g. Pengenaan denda serendah-rendahnya Rp 1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah) dan setinggi-tingginya Rp
25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah).

22
Bagian Kedua Pidana Pokok (Pasal 48)

- Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 4, Pasal 9 sampai dengan Pasal 14,


Pasal 16 sampai dengan Pasal 19, Pasal 25, Pasal 27, dan Pasal 28
diancam pidana denda serendah-rendahnya Rp25.000.000.000 (dua puluh
lima miliar rupiah) dan setinggi-tingginya Rp100.000.000.000 (seratus
miliar rupiah), atau pidana kurungan pengganti denda selama-lamanya 6
(enam) bulan.
- Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 5 sampai dengan Pasal 8, Pasal 15,
Pasal 20 sampai dengan Pasal 24, dan Pasal 26 Undang-Undang ini
diancam pidana denda serendah-rendahnya Rp5.000.000.000 ( lima miliar
rupiah) dan setinggi-tingginya Rp25.000.000.000 (dua puluh lima miliar
rupialh), atau pidana kurungan pengganti denda selama-lamanya 5 (lima)
bulan.
- Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 41 Undang-undang ini diancam
pidana denda serendah-rendahnya Rp1.000.000.000 (satu miliar rupiah)
dan setinggi-tingginya Rp5.000.000.000 (lima miliar rupiah), atau pidana
kurungan pengganti denda selama-lamanya 3 (tiga) bulan.

Bagian Ketiga Pidana Tambahan (Pasal 49)

Sanksi tambahan sesuai dalam Pasal 48 juga dapat dikenakan pidana


berupa:
a. Pencabutan izin usaha; atau
b. Larangan kepada pelaku usaha yang telah terbukti melakukan
pelanggaran terhadap undang-undang ini untuk menduduki jabatan
direksi/komisaris sekurang-kurangnya 2(dua) tahun dan selama-
lamanya 5(lima) tahun; atau
c. Penghentian kegiatan atau tindakan tertentu yang menyebabkan
timbulnya kerugian pada pihak lain.

23
DAFTAR PUSTAKA

Tarita Kooswanto,Yohana Dea,Yunita Suryo. Keadaan Pasar Indonesia Pasca Undang-


Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat. Private Law, Edisi 02 Juli-Oktober 2013. Hal 1

Tarita Kooswanto,Yohana Dea,Yunita Suryo. Keadaan Pasar Indonesia Pasca Undang-


Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat. Private Law, Edisi 02 Juli-Oktober 2013. Hal

Emil Salim. 2000. Kembali Ke Jalan Lurus: esai-esai 1966-99. AlvaBet. Jakarta.

24
Fuady, Munir. 2003. Hukum Anti Monopoli Menyongsong Era Persaingan Sehat.
PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.
Indonesia. Undang-undang Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat, UU No. 5 Tahun 1999.
Sari Kartika E., Simangunsong A. 2008. Hukum dalam Ekonomi. PT. Grasindo.
Jakarta.
Kooswanto T., Dea Y., Suryo Y. Keadaan Pasar Indonesia Pasca Undang-
Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat. Private Law, Edisi 02 Juli-Oktober 2013.

Website
KPPU, http://www.kppu.go.id/ Diakses pada tanggal 7 Desember 2017, Pukul
13.00 – 16.00 WITA.
KPPU, http://www.kppu.go.id/ Diakses pada tanggal 18 Desember 2017, Pukul
18.00 WITA.

25

Anda mungkin juga menyukai