Anda di halaman 1dari 13

UNIVERSITAS PAMULANG S-1 ILMU HUKUM

PERTEMUAN KE-5
GOLONGAN AHLI WARIS DAN BAGIANNYA,
(A ,A

Q. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pertemuan perkuliahan ini, mahasiswa dapat:
14. Mampu membedakan definisi antara a ,a a
dan ;
15. Mampu memberikan contoh a , a a dan
;
16. Mampu menjelaskan bagian masing-masing dari a serta
syarat-syaratnya;
17. Mampu menyebutkan ahli waris dan pembagiannya.

R. Uraian Materi
Sebelum membicarakan golongan atau kelmpok ahli waris, maka akan
diantar dengan istilah u al-Mukaddarah. Kata u al-Mukaddarah
tersusun dari dua kata, yaitu u Far yang mempunyai
makna bagian atau ketentuan, sedangkan al-Mukaddarah artinya adalah
kadarnya atau ukurannya. Bila dua kata tadi tersusun, maka bisa dipahami
bahwa pengertiannya adalah ahli waris yang sudah ditetapkan bagiannya
masing-masing secara pasti, baik di dalam al- -
dan 176), maupun dari hadi -hadi Nabi. Kadar ketentuan tersebut ada enam
yaitu; 1/2 (satu perdua), 1/4 (satu per empat), 1/8 (satu perdelapan), 1/3
(satu pertiga), 2/3 (dua pertiga) dan 1/6 (satu per enam). Bagian-bagian
dimaksdu yang enam sebagai ketentuan yang diterima oleh ahli waris yang
disebut A , sesuai dengan kedekatannya dengan pewaris. 82

82
Suhardi K. Lubis, Komis Simanjuntak, Hukum Waris Islam, (Jakarta: Sinar Grafika,
1995), hlm. 105-107.

59
Hukum Kewarisan Islam
UNIVERSITAS PAMULANG S-1 ILMU HUKUM

Menurut Kompilasi Hukum Islam, berdasar pada Pasal 171 huruf c


dijelaskan:
Ahli waris adalah orang yang pada saat meninggal dunia
mempunyai hubungan darah dan hubungan perkawinan dengan pewaris
yang beragama Islam, meninggalkan ahli waris dan ada harta

Dengan demikian, ahli waris dapat dibedakan menjadi tiga macam; (1)
A (2) A (3) Jumlah ahli waris
dari kelompok laki-laki sebanyak lima belas orang, sedangkan dari
kelompok perempuan ada sepuluh orang. Jadi jumlah keseluruhan ahli waris
ada dua puluh lima kelompok.
Berikut adalah ahli waris dari golongan laki-laki: (1) Ayah, (2) Kakek
(dari pihak ayah), (3) Anak laki-laki, (4) Cucu laki-laki (dari pihak laki-
laki), (5) Saudara laki-laki kandung, (6) Saudara laki-laki seayah, (7)
Saudara laki-laki seibu, (8) Anak laki-laki (dari saudara laki-laki kandung),
(9) anak laki-laki (dari saudara laki-laki seayah), (10) Paman kandung, (11)
Paman seayah, (12) Anak laki-laki (dari paman kandung), (13) Anak laki-
laki (dari paman seayah), (14) Suami dan (15) Laki-laki yang
memerdekakan hamba sahaya.
Sedangkan kelompok ahli waris dari perempuan sebanyak sepuluh
orang, terdiri dari (1) Ibu, (2) Nenek (dari pihak ibu), (3) Nenek (dari pihak
ayah), (4) Anak perempuan, (5) Cucu perempuan (dari pihak laki-laki), (6)
Saudara perempuan kandung, (7) Saudara perempuan seayah, (8) Saudara
perempuan seibu, (9) Istri, (10) Perempuan yang memerdekakan hamba
sahaya.
1. A
Pengertian A secara bahasa merupakan gabungan
dari dua suku kata A dan .A jamak as- yang
mempunyai arti teman atau sahabat83 sedangkan jamak dari

83
Ahmad Warson Munawir, Al-Munawwir: Kamus Arab Indonesia, (Surabaya: Pustaka
Progressif, 1997), Cet. Ke-XIV, hlm. 764.

60
Hukum Kewarisan Islam
UNIVERSITAS PAMULANG S-1 ILMU HUKUM

ah artinya adalah Hi atun ah yaitu bagian yang telah


ditentukan pasti.84
A
mempunyai pengertian orang-orang yang telah didiberikan ketentuan

pusaka/peninggalan pewaris. Jumlah A ini ada dua belas,


empat laki-laki dan delapan sebagiannya adalah perempuan.85 berikut
bagian masing-masing ahli waris yang telah ditentukan bagiannya

1.1. Kelompok yang mendapat 1/2 (satu per dua) ada 5


NAMA SYARAT
Jika yang meninggal (istri) tidak
Suami
mempunyai keturunan
Jika sendiri, tidak ada anak laki-
Anak Pr
laki (saudaranya)
Jika sendiri, tidak ada cucu laki-
Cucu Pr. (pihak laki-laki) laki (pihak laki-laki), tidak ada
anak laki-laki
Jika sendiri, tidak ada saudara
Saudara Pr. Kandung lk. Kandung, tidak ada
keturunan, tidak ada ayah
Jika sendiri, tidak ada saudara
lk. Seayah, tidak ada keturunan,
Saudara Pr. Seayah
tidak ada ayah, tidak ada saudara
kandung

84
Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kerapyak Al- ry: Kamus Kontemporer Arab-
Indonesia, (Yogyakarta: Pondok Krapyak, Multi Karya Grafika, tt), Cet. Ke-VIII, Hlm. 1391.
85
Muhammad Sayyid an al-Fiqh al-Muyassar, -Kutub, 2009),
hlm. 478.

61
Hukum Kewarisan Islam
UNIVERSITAS PAMULANG S-1 ILMU HUKUM

1.2. Kelompok yang mendapat 1/4 (satu per empat) ada 2


NAMA SYARAT
Jika yang meninggal (istri)
Suami
mempunyai keturunan
Jika yang meninggal (suami)
Istri
tidak mempunyai keturunan

1.3. Kelompok yang mendapat 1/8 (satu per delapan) ada 1


NAMA SYARAT
Jika yang meninggal (suami)
Istri
mempunyai keturunan

1.4. Kelompok yang mendapat 1/3 (satu per tiga) ada 2


NAMA SYARAT
Jika yang meninggal tidak ada
Ibu keturunan , tidak ada saudara
baik kandung, seayah atau seibu
Jika jumlahnya lebih dari satu
(baik laki-laki saja, atau
perempuan saja atau gabung
Saudara Seibu
antara keduanya) dan tidak
terhalang karena adanya
keturunan

1.5. Kelompok yang mendapat 2/3 (dua per tiga) ada 4


NAMA SYARAT
Jika lebih dari satu, tidak ada
Anak Pr
anak laki-laki (saudaranya)
Jika lebih dari satu, tidak ada
Cucu Pr. (pihak laki-laki) cucu laki-laki (pihak laki-laki),
tidak ada anak laki-laki
Saudara Pr. Kandung Jika lebih dari satu, tidak ada

62
Hukum Kewarisan Islam
UNIVERSITAS PAMULANG S-1 ILMU HUKUM

saudara lk. Kandung, tidak ada


keturunan, tidak ada ayah
Jika lebih dari satu, tidak ada
saudara lk. Seayah, tidak ada
Saudara Pr. Seayah
keturunan, tidak ada ayah, tidak
ada saudara kandung

1.6. Kelompok yang mendapat 1/6 (satu per enam) ada 7


NAMA SYARAT
Jika yang meninggal mempunyai
Ayah
keturunan laki-laki
Jika tidak ada ayah, dan yang
Kakek meninggal mempunyai
keturunan laki-laki
Jika ada saudara (baik kandung,
seayah maupun seibu) atau yang
Ibu meninggal mempunyai
keturunan (laki-laki maupun
perempuan)
Jika tidak ada saudaranya (cucu
Cucu Pr. satu atau lebih laki-laki dari pihak laki-laki),
(pihak laki-laki) jika tidak ada anak laki-laki dan
jika anak perempuan hanya satu
Jika ada satu anak perempuan
Saudara Pr. Seayah satu atau satu cucu perempuan dari
atau lebih pihak laki-laki, tidak ada keturan
laki-laki, tidak ada ayah
Jika satu saja, tidak ada ashal
Saudara Lk. atau Pr.
laki-laki, tidak ada keturunan.
Seibu
(ini disebut sebagai kalalah)
Jika tidak ada Ibu, dan yang
Nenek
menghalangi Ibu

63
Hukum Kewarisan Islam
UNIVERSITAS PAMULANG S-1 ILMU HUKUM

2. A A
A adalah kelompok ahli waris yang tidak
ditentukan bagiannya secara syariah, kebalikan dari A
yang bagiannya sudah ditentukan.
Hakikatnya A adalah dari kelompok laki-laki, namun
demikian ada beberapa dari kelompok perempuan, karena faktor laki-
laki yang menjadikan A atau anak perempuan atau cucu
perempuan yang menjadikan A .
Lebih lanjut penjelasan mengenai A akan dibahas pada
pertemuan ke-6.

3.
tersusun dari dua kata, dan .
menurut terjemahan dari bahasa Arab adalah orang yang secara
mutlak mempunyai hubungan kekerabatan. Sedangkan jamak
dari artinya kandungan, yaitu tempat tinggal janin dalam perut
seorang ibu. menurut istilah adalah kelompok yang tidak
termasuk pada dan .
Dengan demikian adalah orang yang mempunyai
hubungan kekerabatan dengan pewaris, tetapi terhalang oleh
dan dalam mendapat harta waris. Dalam Q.S. al-

-orang yang mempunyai hubungan kerabat itu


sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya (daripada yang bukan
kerabat) di dalam kitab Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
segala sesuatu.
Negara Indonesia, sejak memberlakukan Kompilasi Hukum
Islam (KHI) teori tentang waris golongan dirubah
istilahnya menjadi ahli waris pengganti. Persoalan ahli waris
pengganti sudah diterapkan dalam hukum kewarisan Islam oleh
hakim-hakim Pengadilan Agama dan Mahkamah Agung Republik

64
Hukum Kewarisan Islam
UNIVERSITAS PAMULANG S-1 ILMU HUKUM

Indonesia. KHI diterbitkan pada fase pemerintahan Orba (orde baru)


sebagai suatu instruksi presiden R.I. No. : 1 Tahun1991 tertanggal 10
Juni 1991.
Dalam pasal 185 ayat (1) dan ayat (2) Kompilasi Hukum Islam
diatur sebagai berikut: (1) Ahli waris yang meninggal lebih dahulu
dari pada si pewaris maka kedudukannya dapat digantikan oleh
anaknya, kecuali mereka yang tersebut dalam Pasal 173.
(2) Bagian ahli waris pengganti tidak boleh melebihi dari bagian ahli
waris yang sederajat dengan yang diganti.
Berdasarkan uraian tersebut adalah kerabat jauh
yang akan menjadi ahli waris, jika kedua kelompok tersbut di atas
tidak ada. Sebenarnya mereka mempunyai, hubungan darah namun
karena ketentuan naskh maka terhalang mendapatkan warisan.
Memang tidak dijelaskan secara gambling dalam sistem kewarisan
Islam di Indonesia dalam Kompilasi Hukum Islam akan keberadaan
ini. Namun demikian, dapat dipahami dalam KHI lebih
menggunaka
.
Bisa jadi karena banyak perbedaan pendapat tentang persoalan
ini, maka dalam KHI tidak disebutkan tidak

ijelaskan dengan terperinci siapa saja yang masuk


di dalamnya, namun bila ditelusuri dengan mendalam, maka orang-
orang yang ada hubungan darah atau kekerabatan bisa ditemukan
dengan melihat silsilah keluarganya.
Namun karena diperkiraan merupakan hal yang
mungkin terjadi. Untuk mengatasi keberadaan ini, bisa
ditempuh melalui jalur wasiat. Kenapa demikian? Boleh jadi seorang
memiliki hubungan kekerabatan sangat dekat, maka dia
terhalang oleh ahli waris utama. Semisal cucu laki-laki (dari pihak
perempuan) yang terhalang oleh anak laki-laki. Ia tidak bisa
menggantikan kedudukan Ibunya sebagai saudara anak laki-laki.

65
Hukum Kewarisan Islam
UNIVERSITAS PAMULANG S-1 ILMU HUKUM

Adapun kelompok adalah sebagai berikut:


1. Cucu laki-laki atau perempuan dari anak perempuan.
2. Anak laki-laki dan anak perempuan dari cucu perempuan, dan
terus ke bawah.
3. Kakek dari pihak ibu (bapak dari ibu).
4. Nenek dari pihak kakek (ibu kakek).
5. Anak perempuan dari saudara laki-laki (yang sekandung
sebapak maupun seibu).
6. Anak laki-laki dari saudara laki-laki seibu.
7. Anak dari saudara perempuan laki-laki atau perempuan
(sekandung, sebapak dan seibu)
8. Bibi (saudara perempuan dari bapak) dan saudara perempuan
dari kakek.
9. Paman yang seibu dengan bapak dan saudara laki-laki yang
seibu dengan kakek.
10. Saudara laki-laki dan saudara perempuan seibu.
11. Anak perempuan dari paman.
12. Bibi pihak ibu (saudara perempuan dari ibu)
Ketentuan bagian adalah jika lebih dari satu, maka
sama besarannya. Jika bergabung dengan suami/istri, maka bagiannya
diberikan terlebih dahulu kepada suami/istri.

TABEL KEADAAN A
(DALAM RINGKASAN)

Bag. Bag. Bag. Bag. Bag. Bag. Bag.


Waris
I II III IV V VI VII
Anak Pr. 1/2 2/3 AB -- -- -- --
Cucu Pr. (pihak Laki-laki) 1/2 2/3 1/6 AB M -- --
Saudara Pr. Kandung ½ 2/3 AB AM Msy M --
Saudara Pr. Seayah 1/2 2/3 1/6 AB AM Msy M
Saudara Seibu 1/3 1/6 Msy -- -- -- --

66
Hukum Kewarisan Islam
UNIVERSITAS PAMULANG S-1 ILMU HUKUM

Ibu 1/3 1/6 1/3 SISA -- -- --


Ayah 1/6 A 1/6 + SISA -- -- --
Kakek 1/6 A 1/6 + SISA -- -- --
Nenek 1/3 1/6 -- -- -- -- --
Suami 1/2 1/4 -- -- -- -- --
Istri 1/4 1/8 -- -- -- -- --

Keterangan Tabel:
A =A (Mendapat sisa dengan sendirinya)
AB = A bilgairi (Mendapat sisa karena saudara laki-
lakinya yang selevel)
AM =A (Mendapat sisa karena anak pr. Atau
cucu perempuan)
Msy = (bergabungnya para saudara mendapatkan
bagian yang sama)
M = (terhalang mendapat warisan)

67
Hukum Kewarisan Islam
UNIVERSITAS PAMULANG S-1 ILMU HUKUM

TABEL
PEWARIS DAN AHLI WARIS

17 16 15

20 21
14 13

22 23

11 12 7 8 9 10
5 6

4 3 18 19

25

2 1 24

Keterangan Gambar:
= Pewaris Perempuan
= Pewaris Laki-Laki
= Waris perempuan meninggal sebelum pewaris
= Waris laki-laki meninggal sebelum pewaris
= Perempuan
= Laki-laki
= Kawin/Pernikahan
= Keluarga ke atas
= Anak/Keterunan

68
Hukum Kewarisan Islam
UNIVERSITAS PAMULANG S-1 ILMU HUKUM

KETERANGAN ANGKA/NOMOR:
1. Cucu laki-laki (dari pihak laki-laki) = A
2. Cucu Perempuan (dari pihak laki-laki) = (1/2) (2/3) (1/6) (A
gairi)
3. Anak laki-laki = A
4. Anak Perempuan = (1/2) (2/3) (A )
5. Suami = (1/2) (1/4)
6. Isteri = (1/4) (1/8)
7. Sdr. Lk. Kandung = A
8. Sdr. Pr. Kandung = (1/2) (2/3) (A ), (A
gairi)
9. Sdr. Lk. Seayah = A
10. Sdr. Pr. Seayah = (1/2) (2/3) (1/6) (A )
11. Sdr. Lk. Seibu = (1/3) (1/6)
12. Sdr. Pr. Seibu = (1/3) (1/6)
13. Ayah = A (1/6) (1/6 + A )
14. Ibu = (1/3) (1/3 Sisa) (1/6)
15. Kakek = A (1/6) (1/6 + A )
16. Nenek (pihak ayah) = (1/6)
17. Nenek (pihak ibu) = (1/6)
18. Keponakan Lk. (Anak Saudara lk. Kandung) = A
19. Keponakan Lk. (Ank Saudara lk. Seayah) = A
20. Paman Kandung = A bah
21. Paman Seayah = A
22. Sepupu Lk. (Anak Paman Kandung) = A
23. Sepupu Lk. (Anak Paman Seayah) = A
24. A
25. A

69
Hukum Kewarisan Islam
UNIVERSITAS PAMULANG S-1 ILMU HUKUM

TABEL
PRIORITAS AHLI WARIS

Paman Saudara
Sepupu Lk. Suami Istri Keponakan Lk.

Catatan:
1. Hirarki pembagian warisan selain (suami-istri) yang dilihat (1) kepada
Keturunan, (2) kepada Asal, (3) Saudara/Keponakan, (4) Paman/Sepupu, (5)
, (6) .
2. Jika 25 kelompok ahli waris semua ada, maka yang mendapat warisan
adalah : Ayah, Ibu, Anak Laki-laki, Anaka Perempuan, Janda(Istri)/Duda
(Suami).

S. Latihan Soal/Tugas
1. Jelaskan definis antara a , a a dan
;
2. Berikan contoh a ,a a dan ;
3. Siapa saja yang masuk dalam kelompok ahli waris 1/2 dan 1/6,
serta jelaskan syarat masing-masing!;

70
Hukum Kewarisan Islam
UNIVERSITAS PAMULANG S-1 ILMU HUKUM

4. Jika tidak ada a dan a a maka harta waris


diberikan kepada . Sebutkan siapa saja mereka dan berapa
bagian masing-masing!
5. Kapan seorang anak perempuan dapat (1/2) bagian dan (2/3) bagian?.

T. Daftar Pustaka
Ahmad Warson Munawir, Al-Munawwir: Kamus Arab Indonesia,
(Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), Cet. Ke-XIV.

Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kerapyak Al- ry: Kamus
Kontemporer Arab-Indonesia, (Yogyakarta: Pondok Krapyak,
Multi Karya Grafika, tt), Cet. Ke-VIII.

Muhammad Sayyid an al-Fiqh al-Muyassar, -


Kutub, 2009).

Suhardi K. Lubis, Komis Simanjuntak, Hukum Waris Islam, (Jakarta: Sinar


Grafika, 1995).

71
Hukum Kewarisan Islam

Anda mungkin juga menyukai