Anda di halaman 1dari 8

A.

Pengantar

gugatan adalah suatu tuntutan hak yang diajukan oleh penggugat kepada tergugat melalui
kepaniteraan pengadilan umum maupun khusus. Gugatan dalam hukum acara perdata
umumnya terdapat 2 (dua) pihak atau lebih, yaitu antara pihak penggugat dan tergugat, yang
mana terjadinya gugatan umumnya pihak tergugat telah melakukan pelanggaran terhadap hak
dan kewajiban yang merugikan pihak penggugat.

Terjadinya gugatan umumnya setelah pihak tergugat melakukan pelanggaran hak dan
kewajiban yang merugikan pihak penggugat tidak mau secara sukarela memenuhi hak dan
kewajiban yang diminta oleh pihak penggugat, sehingga akan timbul sengketa antara
penggugat dan tergugat. Sengketa yang dihadapi oleh pihak apabila tidak bisa diselesaikan
secara damai di luar persidangan umumnya perkaranya diselesaikan oleh para pihak melalui
persidangan pengadilan untuk mendapatkan keadilan.

Dalam pengajuan gugatan di pengadilan dapat dilakukan para pihak melalui gugatan biasa
maupun gugatan secara sederhana. Perbedaan keduanya ditentukan besarnya nilai ganti
kerugian yang dialami para pihak.

Gugatan Sederhana atau dapat disebut sebagai small claim court yang secara khusus diatur
dalam Peraturan Mahkamah Agung Nomor: 4 tahun 2019 tentang Perubahan Peraturan
Mahkamah Agung Nomor 2 tahun 2015 tentang Tata Cara Penyelesaian Gugatan Sederhana.
Penyelesaian sengketa melalui gugatan serderhana memiliki tujuan mengurangi volume
perkara di MA sebagaimana yang bersesuaian dengan asas peradilan sederhana, cepat, biaya
ringan yang diadopsi dari sistem peradilan small claim court yang salah satunya diterapkan di
London, Inggris.

Perbedaan gugatan sederhana dengan gugatan pada umumnya adalah nilai kerugian materiil
yang lebih khusus ditentukan pada gugatan sederhana, yakni maksimal Rp 500.000.000,- (lima
ratus juta rupiah). Sedangkan pada gugatan pada perkara perdata biasa, nilai kerugian materiil
tidak dibatasi besarnya. Di samping itu, gugatan sederhana ini diperiksa dan diputus oleh
hakim tunggal dalam lingkup kewenangan peradilan umum.

Mengenal Gugatan Sederhana | 1


B. Syarat Pengajuan Gugatan Serderhana

Dalam Pengajuan gugatan secara sederhana terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi, hal
tersebut dapat kita lihat dalam ketentuan Pasal (4) Peraturan Mahkamah Agung Nomor: 4
tahun 2019 tentang Perubahan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 tahun 2015 tentang Tata
Cara Penyelesaian Gugatan Sederhana yaitu sebagai berikut:

1. Para pihak dalam gugatan sederhana terdiri dari penggugat dan tergugat yang
masing-masing tidak boleh lebih dari satu, kecuali memiliki kepentingan hukum
yang sama. Sebagai contoh, dalam perjanjian kredit, suami yang menandatangani
perjanjian kredit yang dilakukan oleh istri merupakan pihak yang masuk dalam kategori
kepentingan hukum yang sama dalam sengketa perdata tersebut.

2. Terhadap tergugat yang tidak diketahui tempat tinggalnya, tidak dapat diajukan
gugatan sederhana. Artinya para pihak dalam gugatan sederhana wajib memiliki alamat
yang jelas berbeda halnya dengan gugatan biasa jika alamat tergugat tidak diketahui dapat
dilakukan pemanggilan melalui koran.

3. Penggugat dan tergugat dalam gugatan sederhana berdomisili di daerah hukum


Pengadilan yang sama. Daerah hukum sebagaimana dimaksud meliputi kota atau
kabupaten dimana antara penggugat dan tergugat tinggal. Jika Penggugat dan Tergugat
memiliki alamat yang berbeda maka Penggugat dapat memberikan kuasa kepada badan
hukum ataupun kuasa hukum dengan memperhatikan alamat kuasa hukum atau badan
hukum berdomisili dengan alamat Tergugat ataupun pengadilan yang mengadili perkara
tersebut.

4. Penggugat dan tergugat wajib menghadiri secara langsung setiap persidangan


dengan atau tanpa didampingi oleh kuasa hukum. Jika para pihak didampingi oleh
Kuasa hukum bukan berarti anda tidak hadir dalam persidangan artinya walaupun para
pihak didampingi kuasa hukum para pihak tersebut wajib hadir secara langsung setiap
persidangan.

Mengenal Gugatan Sederhana | 2


C. Tahapan Penyelesaian Gugatan Sederhana

Dalam penyelesaian gugatan sederhana diperiksa dan diputus oleh hakim tunggal yang bersifat
aktif dalam pemeriksaan perkara tersebut. Adapun tahapan-tahapan dalam penyelesaian
gugatan sederhana adalah sebagai berikut:

1. Pendaftaran

Dalam hal mendaftarkan gugatan sederhana tidak jauh berbeda dengan gugatan biasa
dimana gugatan didaftarkan melalui kepaniteraan pengadilan negeri setempat. Hal yang
harus diperhatikan adalah dengan memperhatikan alamat tergugat dengan jelas serta
berdomisili hukum yang sama dengan pihak yang mengajukan gugatan.

Selain daripada itu dalam hal pendaftaran gugatan sederhana wajib melampirkan bukti
yang telah dilegalisasi berdasarkan ketentuan Peraturan terbaru mengenai mekanisme
Nazegel ini terdapat pada Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2020 tentang Bea Meterai jo.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 4 Tahun 2021.

2. Pemeriksaan Dokumen Kelengkapan Gugatan Sederhana

Panitera memeriksa kelengkapan surat-surat guna mengetahui apakah perkara yang


diajukan termasuk jenis gugatan yang dapat diselesaikan dengan acara sederhana.
Pemeriksaan ini bersifat adminstratif.
3. Penetapan hakim dan panitera pengganti
Dalam waktu 2 (dua) hari kerja setelah gugatan didaftarkan di Kepaniteraan, Ketua PA
menetapkan hakim tunggal untuk memeriksa dan mengadili perkara sederhana, dan
kemudian Panitera menunjuk Panitera Pengganti untuk membantu hakim sebagai panitera
sidang.
4. Pemeriksaan pendahuluan gugatan sederhana
Hakim pemeriksa perkara yang telah ditetapkan oleh Ketua, melakukan pemeriksaan
pendahuluan (dismisal) atas gugatan sederhana tersebut, yakni untuk mengetahui apakah
perkara ini telah memenuhi syarat formil sebagai perkara gugatan sederhana ataukah
gugatan biasa.
Hakim melakukan pemeriksaan pendahuluan (dismisal) yang meliputi pemeriksaan
tentang:

Mengenal Gugatan Sederhana | 3


a. Apakah gugatan ini termasuk dalam gugatan sederhana.
b. Apakah sengketanya terjadi hanya karena ingkar janji (wanprestasi) dan/atau
PMH saja.
c. Apakah tuntutannya dalam petitum berupa pembayaran sejumlah uang paling
banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
d. Apakah penggugat dan tergugat-nya tunggal, kecuali jika memiliki kepentingan
hukum yang sama.
e. Apakah Penggugat dan Tergugat berdomisili di daerah hukum Pengadilan Agama
yang sama.
f. Apakah surat gugatan sudah dilampiri surat-surat bukti yang diperlukan dan
sudah dilegalisir.
g. Apakah para pihak nantinya tidak akan diwakili oleh kuasa hukumnya, karena
kuasa hukum hanya boleh mendampingi pihak dan tidak boleh mewakili pihak.
Hal ini dapat dinyatakan oleh penggugat secara lisan atau tertulis di hadapan
kepaniteraan.
h. Apakah objek sengketanya bukan berupa tanah.
i. Apakah penyelesaian perkaranya tidak termasuk perkara yang ditetapkan harus
diselesaikan melalui pengadilan khusus.
j. Apakah dalam petitum terdapat gugatan provisi, karena dalam pemeriksaan
perkara sederhana nantinya tidak boleh ada gugatan provisi, eksepsi, rekonvensi,
intervensi, replik, duplik, ataupun kesimpulan.
Jika hakim menilainya bahwa perkara ini tidak mmemenuhi syarat formil sebagai gugatan
sederhana, maka:
a. Dibuat penetapan bahwa perkara ini bukan gugatan sederhana;
b. Perkara dicoret dari daftar perkara; dan
c. Sisa panjar dikembalikan.
Terhadap penetapan ini tidak tersedia upaya hukum apapun selain mengajukan kembali
sebagai perkara gugatan biasa.

5. Penetapan hari sidang dan pemanggilan


Jika hakim berpendapat bahwa perkara ini secara formil termasuk gugatan sederhana,
maka:

Mengenal Gugatan Sederhana | 4


a. Hakim menetapkan hari sidangnya;
b. Hakim memanggil penggugat dan tergugat;
c. Jika penggugat tidak hadir pada sidang pertama tanpa alasan yang sah, gugatan
dinyatakan gugur;
d. Jika tergugat tidak hadir dalam sidang pertama, maka dilakukan pemanggilan
kedua;
e. Jika tergugat juga tidak hadir pada sidang kedua, hakim memutus perkara tersebut;
f. Jika tergugat dalam sidang pertama hadir tetapi pada hari sidang berikutnya tidak
hadir tanpa alasan yang sah, gugatan diperiksa dan diputus secara contradictoir;
g. Jika penggugat atau tergugat tidak hadir in persona, meskipun kuasa hukumnya
hadir, maka secara hukum dianggap tidak hadir karena dalam perkara gugatan
sederhana berlaku lex specialis, yakni tidak boleh diwakili oleh kuasa hukum
karena kuasa hukum hanya boleh mendampingi saja.
Terhadap putusan contradictoir ini, tergugat dapat mengajukan keberatan.

6. Pemeriksaan sidang dan perdamaian


Pada hari sidang pertama, hakim wajib mengupayakan perdamaian dengan memperhatikan
batas waktu penyelesaian 25 hari kerja. Upaya damai tidak tunduk pada Perma No 1 Tahun
2016 tentang Prosedur Mediasi. Jika terjadi perdamaian, dibuat akta perdamaian. Terhadap
akta perdamaian ini tidak tersedia upaya hukum apapun. Perdamaian di luar sidang yang
tidak dilaporkan ke persidangan, maka hakim tidak terikat dengan perdamaian tersebut.
Dalam hal tidak tercapai perdamaian, sidang dilanjutkan dengan pembacaan gugatan dan
jawaban. Dalam proses pemeriksaan gugatan sederhana, tidak dapat diajukan tuntutan
provisi, eksepsi, rekonvensi, intervensi, replik, duplik, atau kesimpulan.
Panitera Pengganti mencatat jalannya sidang dalam Berita Acara Sidang yang
ditandatangani oleh Hakim dan Panitera Pengganti.
7. Pembuktian
Gugatan yang diakui dan/atau tidak dibantah, tidak perlu dilakukan pembuktian. Terhadap
gugatan yang dibantah, hakim melakukan pemeriksaan pembuktian berdasarkan hukum
acara yang berlaku dengan memeriksa surat-surat bukti yang sudah dilampirkan.
8. Putusan gugatan sederhana

Mengenal Gugatan Sederhana | 5


Hakim membacakan putusan dalam sidang terbuka untuk umum. Putusan harus memuat
alasan dan dasar hukum serta prinsip-prinsip syariah yang dijadikan dasar untuk memutus.
Kepada pihak yang tidak hadir, jurusita menyampaikan pemberitahuan isi putusan paling
lambat 2 (dua) hari kerja setelah putusan diucapkan. Putusan harus sudah siap diambil
dalam waktu 2 (dua) hari kerja setelah putusan diucapkan.

D. Upaya Hukum Terhadap Putusan Sederhana


Upaya hukum terhadap putusan gugatan sederhana adalah mengajukan keberatan.
Keberatan diajukan kepada Ketua Pengadilan yang mengadili dan memutus gugatan
sederhana tersebut dengan menandatangani akta pernyataan keberatan di hadapan
panitera disertai alasan-alasannya. Bagi yang hadir dalam sidang putusan, keberatan
diajukan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah putusan diucapkan. Bagi yang tidak
hadir dalam sidang putusan, keberatan diajukan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah
isi putusan diberitahukan kepadanya.
Permohonan keberatan diajukan dengan mengisi blanko permohonan keberatan yang
disediakan di Kepaniteraan pengadilan. Selanjutnya Kepaniteraan menerima dan
memeriksa kelengkapan berkas permohonan keberatan yang disertai memori keberatan.
Permohonan keberatan yang diajukan melampaui batas waktu 7 (tuhuh) hari kerja
dinyatakan tidak dapat diterima.
Permohonan keberatan sebagaimana dimaksud disampaikan kepada termohon keberatan
agar termohon keberatan dapat mengajukan kontra memori keberatan kepada Ketua
pengadilan dengan mengisi blanko yang tersedia di Kepaniteraan paling lambat 3 (tiga)
hari kerja setelah pemberitahuan keberatan.
E. Tahapan Pemeriksaan keberatan
Ketua pengadilan menetapkan Majelis Hakim untuk memeriksa dan memutus permohonan
keberatan, paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah permohonan dinyatakan lengkap.
Pemeriksaan keberatan dilakukan oleh hakim senior yang ditunjuk oleh Ketua pengadilan.
Setelah ditetapkan Majelis Hakim, dilakukan pemeriksaan keberatan. Dalam pemeriksaan
keberatan tidak dilakukan pemeriksaan tambahan.
Pemeriksaan keberatan dilakukan atas dasar:
a) putusan dan berkas gugatan sederhana;
b) permohonan keberatan dan memori keberatan; dan

Mengenal Gugatan Sederhana | 6


c) kontra memori keberatan.
Selanjutnya majelis hakim pengadilan negeri memberikan Putusan keberatan tersebut
paling lambat 7 (tujuh) hari setelah tanggal penetapan Majelis Hakim. Putusan dibuat
sebagaimana lazimnya putusan dan disampaikan kepada pihak paling lambat 3 (tiga) hari
setelah putusan diucapkan. Perlu diketahui juga Terhadap putusan ini tidak ada upaya
hukum dalam bentuk apapun.
F. Pelaksanaan putusan sederhana
Terhadap putusan gugatan sederhana yang tidak dimintakan keberatan menjadi
berkekuatan hukum tetap (BHT). Putusan yang sudah BHT dapat dilaksanakan secara suka
rela. Jika ada pihak yang tidak mau melaksanakan putusan dengan suka rela, Apabila pihak
yang kalah tidak mau melaksanakan putusan secara sukarela maka berdasarkan ketentuan
Pasal 31 ayat (2) Peraturan Mahkamah Agung Nomor: 4 tahun 2019 tentang Perubahan
Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 tahun 2015 tentang Tata Cara Penyelesaian Gugatan
Sederhana ditegaskan bahwa pelaksanaan putusan dari gugatan sederhana yang telah
berkekuatan hukum tetap haruslah dilaksanakan secara sukarela oleh para pihak. Apabila
pihak yang kalah tidak mau melaksanakan putusan secara sukarela maka putusan
dilaksanakan berdasarkan hukum acara perdata yang berlaku yaitu tetap mengajukan
permohonan eksekusi kepada Pengadilan Negeri.
Selanjutnya Ketua Pengadilan Negeri mengeluarkan penetapan aanmaning/teguran
terhadap pihak yang kalah untuk melaksanakan isi putusan yang berkekuatan hukum tetap
dalam jangka waktu 8 (delapan) hari setelah pihak yang kalah dipanggil untuk ditegur (8
hari adalah batas maksimum (Pasal 196 HIR atau Pasal 207 RBG)). Terhadap
pelaksanaan aanmaning tersebut dibuat berita acara aanmaning.
Apabila pihak yang kalah setelah ditegur tetap tidak mau menjalankan putusan,
Ketua Pengadilan Negeri mengeluarkan penetapan perintah eksekusi sesuai amar dalam
putusan, dimana perintah menjalankan eksekusi ditujukan kepada Panitera atau Jurusita
dan dalam pelaksanaannya apabila diperlukan dapat meminta bantuan kekuatan umum
melalui polisi bahkan kalau perlu militer (angkatan bersenjata) sebagaimana yang
dimaksud dalam Pasal 197 ayat (1) HIR). Penjelasan kekuatan umum menurut Prof. R.
Subekti, S.H. dalam bukunya berjudul Hukum Acara Perdata (Binacipta, Bandung; 1989
cetakan ke 3, hal.130).

Mengenal Gugatan Sederhana | 7

Anda mungkin juga menyukai