Anda di halaman 1dari 31

GUGATAN SEDERHANA :

MATERI BIMTEK KEPANITERAAN DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN TINGGI


SULAWESI TENGAH TANGGAL TA 2021 TANGGAL 2-4 JUNI 2021
(KASWANTO,SH.MH.)

1.PENGERTIAN GUGATAN SEDERHANA (GS) :


Gugatan sederhana atau small claim court adalah tata
cara pemeriksaan di persidangan terhadap gugatan
perdata dengan nilai gugatan materiil paling banyak
Rp.500 juta yang diselesaikan dengan tata cara dan
pembuktiannya sederhana.
2.DASAR HUKUM :
PERMA No. 2/2015 Jo PERMA No.4/2019 (TENTANG
TATA CARA PENYELESAIAN GUGATAN
SEDERHANA yang selanjutnya disebut PERMA GS).
3.LATAR BELAKANG LAHIRNYA PERMA GS :
- Untuk memenuhi asas peradilan sederhana, cepat
dan biaya ringan sebagaimana yang diatur dalam
Pasal 2 ayat (4) dan Pasal 4 ayat (2) UU 48/2009
tentang Kekuasaan Kehakiman.
- Dengan tersedianya mekanisme penyelesaian
perkara melalui prosedur GS tersebut, maka
diharapkan dapat mendongkrak indeks kemudahan
Halaman 1 dari 31 Materi Bimtek Kepaniteraan (Gugatan Sederhana).
berusaha dan pertumbuhan iklim investasi di
Indonesia.
- Untuk perkara yang dinilainya kecil dan proses
pembuktiannya sederhana, dinilai tidak efektif jika
harus menemempuh waktu dan tahapan panjang
seperti halnya perkara-perkara perdata pada
umumnya, karena akan terjadi ketimpangan antara
nilai sengketa yang diperjuangkan dengan waktu,
biaya, dan tenaga yang harus dikeluarkan oleh para
pihak.
- Berdasarkan alasan tersebut Mahkamah Agung
memandang bahwa prosedur penyelesaian
sengketa dengan nilai gugatan yang kecil perlu
diatur tersendiri di luar hukum acara perdata yang
berlaku secara umum karena proses penyelesaian
perkara perdata memiliki korelasi langsung terhadap
pertumbuhan ekonomi dan iklim investasi.
4.NILAI MATERIIL GUGATAN DALAM GUGATAN
SEDERHANA :
Semula sesuai Perma No.2/2015 batas nilai gugatan
dalam guagatan sederhana adalah maksimal
Halaman 2 dari 31 Materi Bimtek Kepaniteraan (Gugatan Sederhana).
Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah). Kemudian
berdasarkan Perma No.4/2019 batas nilai gugatan
dalam gugatan sederhana ditingkatkan menjadi
maksimal Rp.500.000.000,- (dua ratus juta rupiah)
5.GS MERUPAKAN PILIHAN FORUM (BUKAN
MANDATORI) :
Untuk perkara gugatan perdata yang nilai gugatannya
Rp.500 juta ke bawan, apakah wajib diajukan melalui
prosedur GS ?
Ketentuan tersebut dalam PERMA No.2/2015
maupun PERMA No.4/2019 tidak diatur. Dalam Pasal
2 PERMA No.14/2016 (tentang Tata Cara
Penyelesaian Ekonomi Syariah) telah mengadopsi
“proses penyelesaian perkara melalui mekanisme GS.
Dimana menurut ketentuan Pasal 2 PERMA
No.14/2016 bahwa perkara ekonomi syariah dapat
diajukan dalam bentuk GS atau Gugatan Biasa.
Petugas Meja I wajib menanyakan apabila ada
calon penggugat yang mengajukan gugatan perdata
yang nilai gugatannya Rp.500 juta ke bawah, namun
diajukan melalui prosedur gugatan biasa (ditanya apa
Halaman 3 dari 31 Materi Bimtek Kepaniteraan (Gugatan Sederhana).
alasannya sedangkan GS memberikan banyak
kemudahan dan prosesnya lebih cepat).
6.SYARAT YANG HARUS DIPENUHI DALAM
MENGAJUKAN GUGATAN SEDERHANA (GS) :
1. Jenis sengketanya adalah wanprestasi dan
perbuatan melawan hukum dengan nilai materiil
gugatan paling besar Rp.500.000.000,- (lima ratus
juta rupiah).
2. Perkaranya bukan termasuk dalam ruang lingkup
sengketa yang perkaranya harus diselesaikan
melalui pengadilan khusus.
3. Bukan sengketa hak atas tanah;
4. Penggugat dan tergugat masing-masing tidak
boleh lebih dari satu, kecuali memiliki kepentingan
hukum yang sama;
5. Hanya dapat diajukan terhadap tergugat yang
diketahui tempat tinggalnya;
6. Penggugat dan tergugat harus berdomisili di
wilayah hukum pengadilan yang sama, kecuali jika
penggugat menggunakan kuasa, kuasa insidentil dan

Halaman 4 dari 31 Materi Bimtek Kepaniteraan (Gugatan Sederhana).


wakil yang memiliki domisili yang sama denga
tergugat;
7. Penggugat dan tergugat wajib hadir langsung di
persidangan, meskipun didampingi oleh kuasa
hukumnya.
8. Penggugat wajib melampirkan bukti surat yang
telah dilegalisasi pada saat pendaftaran perkara;
9. Perkara yang diajukan harus memiliki sifat
pembuktian yang sederhana.
Kesembilan syarat tersebut bersifat kumulatif,
artinya harus dipenuhi semua, apabila suatu perkara
akan diperiksa menggunakan prosedur gugatan
sederhana. Jika salah satu syarat tersebut tidak
terpenuhi maka hakim pemeriksa perkara dapat
menyatakan bahwa perkara tersebut bukan gugatan
sederhana dan harus diajukan melalui gugatan biasa.
Meskipun nilai gugatannya tidak lebih dari
Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) namun jika
pembuktiannya rumit dan para pihak tidak bisa hadir
langsung di persidangan. Maka proses
penyelesaiannya menjadi tidak mudah dan akan
Halaman 5 dari 31 Materi Bimtek Kepaniteraan (Gugatan Sederhana).
memerlukan waktu yang panjang, sehingga gugatan
tersebut harus diselesaikan melalui prosedur
penyelesaian gugatan biasa.
7.AKIBAT HUKUM ATAS PERNYATAAN BUKAN
GUGATAN SEDERHANA DALAM PEMERIKSAAN
PENDAHULUAN :
Jika hakim dalam pemeriksaan pendahuluan
berpendapat bahwa perkara tersebut tidak dapat
diperiksa melalui prosedur GS, maka produk yang
dikeluarkan oleh hakim berdasarkan ketentuan Pasal
11 ayat (3) Perma GS berbentuk “Penetapan” dan
menurut Pasal 11 ayat (4) Perma GS penetapan
tersebut tidak dapat diajukan upaya hukum.
Pertanyaan, apakah pihak penggugat dapat
mengajukan gugatannya lagi melalui prosedur GS
(dengan melakukan revisi terkait dengan kekurangan
dalam mengajukan gugatannya) ?
Penetapan yang dikeluarkan oleh hakim atas
dasar Pasal 11 ayat (3) Perma GS tidak mengadili
terkait dengan pokok perkara dan sifatnya sama
dengan putusan yang menyatakan gugatan tidak
Halaman 6 dari 31 Materi Bimtek Kepaniteraan (Gugatan Sederhana).
dapat diterima (NO), karena materi yang diadili hanya
menyangkut syarat-syarat dalam mengajukan
gugatan.
Begitu pula dalam GS, jika penggugat bisa
memperbaiki gugatannya, atau melengkapi apa yang
sebelumnya menjadi alasan bagi hakim untuk
menyatakan bahwa gugatan tersebut bukan gugatan
sederhana, maka bisa saja diajukan kembali.
Salah satu yang dapat diperbaiki atau dilengkapi,
misalnya jika sebelumnya penggugat tidak
melampirkan bukti surat yang dapat menunjukkan
bahwa perkara tersebut pembuktiannya sederhana,
lalu pada pengajuan berikutnya bukti tersebut dapat
dilampirkan oleh penggugat.
Namun apabila yang menjadi alasan dalam
penetapan hakim tersebut bahwa gugatan tersebut
pembuktiannya tidak sederhana karena harus
melibatkan banyak pihak atau merupakan sengketa
yang harus diputus oleh pengadilan khusus, meskipun
tidak ada larangan untuk diajukan lagi, hakim akan
mengeluarkan penetapan yang sama.
Halaman 7 dari 31 Materi Bimtek Kepaniteraan (Gugatan Sederhana).
8.DALAM GS PRINCIPAL WAJIB HADIR.
Dalam ketentuan Pasal 4 ayat (4) GS mewajibkan
prinsipal tetap hadir di persidangan meskipun
menggunakan jasa kuasa (karena kehadiran prinsipal
langsung dapat mempercepat proses persidangan dan
memudahkan apabila para pihak akan menempuh
perdamaian).
9.HAKIM YANG MENYIDANGKAN PERKARA GS :
Perkara GS disidangkan oleh Hakim Tunggal, kecuali
dalam perkara keberatan GS disidangkan oleh Hakim
Majelis.
10. JANGKA WAKTU PEMERIKSAAN PERKARA
GS :
Dalam ketentuan Pasal 5 ayat (3) Perma GS bahwa
pemeriksaan GS dilaksanakan paling lama 25 hari
kerja sejak sidang pertama (sejak pemanggilan para
pihak).
11. JENIS UPAYA HUKUM YANG DAPAT DIAJUKAN
DALAM PERKARA GUGATAN SEDERHANA :
Perma GS juga membatasi upaya hukum dalam
perkara gugatan sederhana karena tidak bisa diajukan
Halaman 8 dari 31 Materi Bimtek Kepaniteraan (Gugatan Sederhana).
banding, kasasi maupun Penijauan Kembali.
Sedangkan upaya hukum untuk perkara gugatan
sederhana hanya satu yaitu “Keberatan” yang proses
pemeriksaannya dilakukan juga oleh pengadilan
tingkat pertama, kecuali bagi tergugat yang dijatuhkan
putusan verstek sebelum menempuh upaya hukum
keberatan dapat mengajukan uapaya hukum
perlawanan (verzet).

TAHAPAN PENYELESAIAN GUGATAN SEDERHANA


MELIPUTI:
1. PENDAFTARAN :
Penggugat dapat mendaftarkan gugatannya dengan
mengisi blanko gugatan yang disediakan di
kepaniteraan, dimana blanko gugatan berisi keterangan
mengenai :
a. identitas Penggugat dan Tergugat.
b. penjelasan ringkas duduk perkara, dan
c. tuntutan Penggugat.

Halaman 9 dari 31 Materi Bimtek Kepaniteraan (Gugatan Sederhana).


Dalam mengajukan gugatan sederhana Penggugat
wajib melampirkan bukti surat yang sudah dilegalisasi
pada saat pendaftaran gugatan sederhana.
URGENSI KEWAJIBAN PENGGUGAT UNTUK
MELAMPIRKAN BUKTI SURAT.
Pasal 6 ayat (4) Perma GS mewajibkan kepada pihak
yang mengajukan gugatan (calon Penggugat) untuk
melampirkan bukti surat pada saat pendaftaran perkara,
sekaligus bukti tersebut harus sudah dilegalisir dan
dibubuhi materai yang cukup.
Persyaratan tentang melampirkan bukti bersifat
“imperatif” karena bukti surat tersebut akan
dipergunakan oleh hakim pemeriksa perkara memiliki
bahan dalam pemeriksaan pendahuluan guna
menentukan apakah perkara tersebut pembuktiannya
sederhana atau tidak.
Dalam perkara perdata terdapat 5 (lima) jenis alat
bukti yaitu surat, saksi, pengakuan, persangkaan dan
sumpah. Namun diantara bukti-bukti tersebut yang
paling mudah untuk menilai suatu peristiwa hukum
dalam perkara perdata adalah bukti surat, sehingga
Halaman 10 dari 31 Materi Bimtek Kepaniteraan (Gugatan Sederhana).
Perma GS memberikan syarat bagi pihak yang
mengajukan gugatan melalui prosedur GS pada saat
pendaftaran perkaranya wajib melampirkan bukti surat
yang sudah dilegalisir dan dibubuhi materai. Legalisasi
yang dilakukan oleh Panitera untuk memastikan bhwa
bukti tersebut ada aslinya karena bukti surat yang tidak
dapat ditunjukkan aslinya tidak memiliki kekuatan
pembuktian. Ketentuan yang mewajibkan untuk
melampirkan bukti-bukti surat tersebut dibuat agar
hakim pada saat pemerisaan pendahuluan dapat
menilai apakah perkara tersebut memiliki sifat
pembuktian yang sederhana atau tidak.
Kewajiban melampirkan bukti surat pada saat
pendaftaran perkara merupakan mekanisme baru
karena dalam proses pengajuan gugatan bisa bukti-
bukti baru baru akan diminta pada saat setelah
memasuki proses pembuktian.
2. PEMERIKSAAN KELENGKAPAN PERSYARATAN GS
OLEH PANITERA DI TINGKAT PENDAFTARAN
PERKARA :

Halaman 11 dari 31 Materi Bimtek Kepaniteraan (Gugatan Sederhana).


Menurut ketentuan Pasal 7 ayat (1) Perma GS
(Perma No.2/2015) Panitera berkewajiban melakukan
pemeriksaan syarat pendaftaran GS berdasarkan
ketentuan Pasal 3 dan Pasal 4.
Panitera dalam melakukan pemeriksaan kelengkapan
persyaratan selain berpedoman pada ketentuan Pasal 3
dan Pasal 4 Perma GS juga harus berpedoman pada
ketentuan Pasal 6 ayat (4) Perma GS.
Ketentuan Pasal 3 Perma GS (terkait persyaratan
materiil) mengatur hal-hal sebagai berikut :
- Gugatan sederhana diajukan terhadap perkara cidera
janji (wanprestasi) dan atau perbuatan melawan
hukum dengan nilai gugatan materiil paling banyak
Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).
- Perkara yang tidak termasuk gugatan sederhana
yaitu :
a. perkara yang penyelesaian sengketanya dilakukan
melalui pengadilan khusus, atau
b. sengketa hak atas tanah.
Ketentuan Pasal 4 Perma GS (terkait persyaratan
formil) yang mengatatur hal-hal sebagai berikut :
Halaman 12 dari 31 Materi Bimtek Kepaniteraan (Gugatan Sederhana).
- Para pihak dalam gugatan sederhana terdiri dari
penggugat dan tergugat yang masing-masing tidak
boleh lebih dari satu, kecuali memiliki kepentingan
hukum yang sama.
- Terhadap Tergugat yang tidak diketahui tempat
tinggalnya, tidak dapat diajukan gugatan melalui
prosedur GS.
- Penggugat dan tergugat dalam gugatan sederhana
berdomisili di daerah hukum Pengadilan yang sama.
- Dalam hal penggugat berada di luar wilayah hukum
tempat tinggal atau domisili tergugat, penggugat
dalam mengajukan gugatan menunjuk kuasa, kuasa
insidentil, atau wakil yang beralamat di wilayah hukum
atau domisili tergugat dengan surat tugas dari institusi
penggugat.
- Penggugat dan tergugat wajib menghadiri secara
langsung setiap persidangan dengan atau tanpa
didampingi oleh kuasa, kuasa insidentil atau wakil
dengan surat tugas dari institusi penggugat.
Ketentuan Pasal 6 ayat (4) Perma GS mengatur perihal
kewajiban bagi penggugat untuk melampirkan bukti
Halaman 13 dari 31 Materi Bimtek Kepaniteraan (Gugatan Sederhana).
surat yang sudah dilegalisasi pada saat mendaftarkan
gugatan sederhana.
Semua persyaratan sebagaimana yang ditentukan
dalam Pasal 3, Pasal 4 dan Pasal 6 ayat (4) Perma GS
tersebut bersifat komulatif artinya persyaratan tersebut
wajib dipenuhi semua apabila suatu perkara akan
diperiksa dengan menggunakan prosedur gugatan
sederhana. Jika salah satu syarat tersebut tidak
terpenuhi maka panitera mengembalikan gugatannya
kepada calon penggugat.
BATASAN KEWENAGAN PANITERA DALAM
PEMERIKSAAN PERSYARATAN GUGATAN DALAM
PERKARA GS :
- Dalam “tahap pendaftaran perkara” Panitera
melakukan pengecekan persyaratan gugatan dalam
perkara GS sebagaimana yang diatur dalam ketentuan
Pasal 3 dan Pasal 4 serta Pasal 6 ayat (4) Perma GS
tanpa melakukan telaah secara substansi. Misalnya
terkait dengan syarat materiil sebagaimana diatur
dalam Pasal 3, maka Panitera melakukan pengecekan
sebagai berikut :
Halaman 14 dari 31 Materi Bimtek Kepaniteraan (Gugatan Sederhana).
 cukup melihat apakah benar nilai gugatannya yang
tercantum dalam surat gugatan tidak melebihi
Rp.500 juta, atau
 apakah benar bahwa dasar diajukan gugatan yang
tertulis adalah wanprestasi atau perbuatan melawan
hukum atau
 apakah benar gugatan tersebut tidak terkait dengan
kewenangan pengadilan khusus dan apakah tidak
termasuk sengketa kepemilikan atas tanah.
Sedangkan terkait persyaratan formil, Panitera cukup
melakukan pengecekan sebagai berikut :
 apakah benar para pihak berdomisili di wilayah
hukum yang sama atau tidak.
 Apakah ia telah menunjuk kuasa, kuasa insidentiil
atau wakil untuk mengajukan gugatannya, atau
 Apakah penggugat dan tergugat jumlahnya tidak
lebih dari satu, kecuali ada kepentingan yang sama.
 Apakah penggugat hadir sendiri pada saat
pendaftaran gugatan atau tidak.
Jadi Panitera hanya sebatas mencocokkan terkait
dengan apa yang dinyatakan dalam surat gugatan.
Halaman 15 dari 31 Materi Bimtek Kepaniteraan (Gugatan Sederhana).
Artinya tidak melakukan penilaian berdasarkan
penelaahan secara yuridis.
3. PENETAPAN HAKIM DAN PENUNJUKAN PP :
Apabila semua persyaratan sebagaimana yang
ditentukan dalam ketentuan Pasal 3, Pasal 4 dan Pasal 6
ayat (4) Perma GS telah terpenuhi, maka langkah
selanjutnya Penggugat atau Kuasanya berkewajiban
untuk membayar biaya perkara dan setelah perkara
tersebut diberi nomor dan dicatat dalam diregister
khusus gugatan sederhana, maka perkara GS tersebut
selanjutnya diteruskan kepada KPN untuk penunjukan
hakim tunggal yang akan menyidangkan perkara GS
tersebut dan selanjutnya Panitera akan menunjuk PP
untuk membantu hakim dalam memeriksa gugatan
sederhana.
Proses pendaftaran gugatan sederhana, penetapan
Hakim dan penunjukan Panitera Pengganti dilaksanakan
paling lambat 2 (dua) hari.
4. PEMERIKSAAN PENDAHULUAN :
Prosedur pemeriksaan pendahuluan dalam perkara Gs
secara prosedural hampir mirip dengan prosedur
Halaman 16 dari 31 Materi Bimtek Kepaniteraan (Gugatan Sederhana).
dissmisal dalam perkara di PTUN pemeriksaan
pendahuluan. Perbedaannya yaitu dalam perkara GS
yang melakukan pemerisaan pendahuluan adalah hakim
pemeriksa perkara, sedangkan dissmisal proses
dilakukan oleh Ketua PTUN.
JANGKA WAKTU PEMERIKSAAN PENDAHULUAN :
Perma GS masih mengandung banyak kekurangan
dan kelemahan karena belum ada mengatur perihal
jangka waktu pemeriksaan pendahuluan, sehingga
hakim wajib mengisi kekosongan tersebut dengan
mengacu pada prinsip “pemeriksaan sederhana dan
cepat” karena filosofi dari penyelesaian melalui GS
dilakukan secara cepat dan mudah. Sehingga sedapat
mungkin hakim bisa menentukan apakah perkara
tersebut merupakan gugatan sederhana atau tidak
dilaksanakan dalam waktu paling lama 3 hari kerja sejak
ditunjuk sebagai hakim pemeriksa atau sejak perkara
tersebut diterima.
Agenda pemeriksaan pendahuluan yang dilakukan
oleh hakim pemeriksa perkara tersebut dilaksanakan
sebelum hakim menetapkan hari persidangan.
Halaman 17 dari 31 Materi Bimtek Kepaniteraan (Gugatan Sederhana).
Hakim pemeriksa perkara “dalam pemeriksaan
pendahuluan” berwenang untuk melakukan penilaian
berdasarkan perspektif yuridis. Bisa saja suatu perkara
yang telah dinyatakan lengkap dan memenuhi
persyaratan oleh Panitera kemudian oleh Hakim
pemeriksa perkara dinyatakan tidak memenuhi
persyaratan untuk diajukan melalui prosedur gugatan
sederhana.
Dalam pemeriksaan pendahuluan hakim harus benar-
benar teliti dan cermat dalam menentukan “menilai
apakah perkara tersebut mengandung pembuktian yang
sederhana atau tidak”, termasuk apakah perkara
tersebut telah memenuhi semua persyaratan untuk
disidangkan melalui prosedur GS (Pasal 3, Pasal 4 dan
Pasal 6 ayat (4) Perma GS).
PERMA GS tidak mengatur perihal “mekanisme
pemeriksaan pendahuluan”, namun kita perlu
mencermati beberapa hal sebagai berikut :
a. Pemeriksaan pendahuluan bertujuan untuk
menetapkan apakah perkara yang akan diperiksa

Halaman 18 dari 31 Materi Bimtek Kepaniteraan (Gugatan Sederhana).


dalam persidangan memenuhi persyaratan sebagai
GS atau tidak.
b. Apa yang dinyatakan oleh hakim pemeriksa perkara
akan menentukan apakah berlanjut dengan
pemeriksaan GS atau dinyatakan bukan sebagai
perkara GS dan penggugat harus mengajukan
gugatan tersebut melalui prosedur gugatan biasa.
Dalam pemeriksaan pendahuluan tersebut ada dua
kemungkinan yang akan terjadi yaitu : Apabila setelah
hakim pemeriksa perkara menganalisis materi gugatan
dan menelaah bukti-bukti surat yang diajukan oleh
Penggugat berpendapat bahwa perkara tersebut
memenuhi persyaratan sebagai perkara GS, maka hakim
akan menentukan hari sidang dan memerintahkan untuk
memanggil para pihak.
Namun jika dalam pemeriksaan pendahuluan hakim
berpendapat bahwa gugatan tidak memenuhi syarat
untuk diperiksa melalui prosedur GS, maka hakim akan
mengeluarkan “Penetapan” yang amarnya berbunyi :
- Menyatakan bahwa gugatan penggugat bukan gugatan
sederhana.
Halaman 19 dari 31 Materi Bimtek Kepaniteraan (Gugatan Sederhana).
- Memerintahkan Panitera untuk mencoret perkara No.....
dalam register perkara.
- Memerintahkan pengembalian sisa panjar biaya
perkara kepada penggugat.
Penetapan tersebut harus dibacakan di dalam
persidangan dan penetapan bersifat mengakhiri perkara
(terhadapan penetapan tersebut tidak dapat diajukan
upaya hukum).
KRITERIA UNTUK MELAKUKAN PENILAIAN
“KESEDERHANAAN PEMBUKTIAN” :
Perma GS tidak menjelaskan bagaimana cara
melakukan penilaian tentang “kesederhanaan
pembuktian”. Hakim hanya memiliki bahan untuk
melakukan penilaian berdasarkan uraian gugatan dan
bukti-bukti surat yang telah dilampirkan oleh penggugat
pada saat pendaftaran perkara.
Sebelum menentukan bagaimana cara menilai
kesederhanaan pembuktian dalam suatu perkara, perlu
ditentukan apa yang dimaksud dengan “pembuktian
sederhana”.

Halaman 20 dari 31 Materi Bimtek Kepaniteraan (Gugatan Sederhana).


Terdapat beberapa hal yang dapat dikatagorikan
bahwa suatu perkara memiliki sifat pembuktian yang
sederhana yaitu :
- Jika suatu perkara (baik wanprestasi maupun PMH)
hanya memiliki satu segi hubungan hukum.
- Jika kerugian yang diminta oleh penggugat jumlahnya
pasti dan mudah cara penghitungannya.
- Jika bukti surat yang dilampirkan penggugat bersifat
otentik dan langsung membuktikan pokok sengketa.
- Jika bukti surat yang dilampirkan penggugat dalam
katagori akta di bawah tangan akan tetapi, langsung
membuktikan terkait pokok sengketa dan dikuatkan
oleh saksi-saksi yang langsung menyaksikan.
Selanjutnya untuk menilai apakah suatu perkara
mengandung pembuktian sederhana atau tidak dilakukan
dengan cara : melihat uraian posita dan petitum gugatan,
setelah itu menyesuaikan antara bukti surat yang
dilampirkan penggugat apakah mengandung relevansi
kuat terhadap pokok sengketa yang diajukan atau tidak.
(bersesuaian atau tidak antara dalil-dalil gugatan dengan
bukti surat yang diajukan).
Halaman 21 dari 31 Materi Bimtek Kepaniteraan (Gugatan Sederhana).
AKIBAT HUKUM ATAS PERNYATAAN BUKAN
GUGATAN SEDERHANA DALAM PEMERIKSAAN
PENDAHULUAN :
Jika hakim dalam pemeriksaan pendahuluan
berpendapat bahwa perkara tersebut tidak dapat
diperiksa melalui prosedur GS, maka produk yang
dikeluarkan oleh hakim berdasarkan ketentuan Pasal 11
ayat (3) Perma GS berbentuk “Penetapan” dan menurut
Pasal 11 ayat (4) Perma GS penetapan tersebut tidak
dapat diajukan upaya hukum.
Pertanyaan, apakah pihak penggugat dapat
mengajukan gugatannya lagi melalui prosedur GS
(dengan melakukan revisi terkait dengan kekurangan
dalam mengajukan gugatannya) ?
Penetapan yang dikeluarkan oleh hakim atas dasar
Pasal 11 ayat (3) Perma GS tidak mengadili terkait
dengan pokok perkara dan sifatnya sama dengan
putusan yang menyatakan gugatan tidak dapat diterima
(NO), karena materi yang diadili hanya menyangkut
syarat-syarat dalam mengajukan gugatan.

Halaman 22 dari 31 Materi Bimtek Kepaniteraan (Gugatan Sederhana).


Begitu pula dalam GS, jika penggugat bisa
memperbaiki gugatannya, atau melengkapi apa yang
sebelumnya menjadi alasan bagi hakim untuk
menyatakan bahwa gugatan tersebut bukan gugatan
sederhana, maka bisa saja diajukan kembali.
Salah satu yang dapat diperbaiki atau dilengkapi,
misalnya jika sebelumnya penggugat tidak melampirkan
bukti surat yang dapat menunjukkan bahwa perkara
tersebut pembuktiannya sederhana, lalu pada pengajuan
berikutnya bukti tersebut dapat dilampirkan oleh
penggugat.
Namun apabila yang menjadi alasan dalam penetapan
hakim tersebut bahwa gugatan tersebut pembuktiannya
tidak sederhana karena harus melibatkan banyak pihak
atau merupakan sengketa yang harus diputus oleh
pengadilan khusus, meskipun tidak ada larangan untuk
diajukan lagi, hakim akan mengeluarkan penetapan yang
sama.
5. PENETAPAN HARI SIDANG DAN PEMANGGILAN
PARA PIHAK :

Halaman 23 dari 31 Materi Bimtek Kepaniteraan (Gugatan Sederhana).


Dalam ketentuan Pasal 12 Perma GS No.2/2015
disebutkan bahwa dalam hal Hakim berpendapat bahwa
gugatan yang diajukan Penggugat adalah gugatan
sederhana maka Hakim menetapkan hari sidang
pertama.
Apabila dalam sidang pertama Penggugat tidak hadir
tanpa alasan yang sah, maka gugatan dinyatakan gugur
(dianggap penggugat tidak bersungguh-sungguh dalam
mengajukan gugatan). (Pasal 13 ayat (1) Perma
No.2/2015 jo Perma No.4/2019).
Dalam hal tergugat tidak hadir pada hari sidang
pertama, maka dilakukan pemanggilan kedua secara
patut dan apabila pada hari sidang kedua tergugat juga
tidak hadir meskipun sudah dilakukan pemanggilan
secara patut, maka hakim akan memutus perkara
tersebut secara verstek (Pasal 13 ayat (2), (3) Perma
No.2/2015 jo Perma No.4/2019).
Dalam hal hakim menjatuhkan putusan verstek, maka
upaya hukum yang tersedia bagi tergugat adalah
perlawanan (verzet). Apabila pada sidang pertama
tergugat hadir sedangkan pada sidang kedua tergugat
Halaman 24 dari 31 Materi Bimtek Kepaniteraan (Gugatan Sederhana).
tidak hadir, maka perkara diputus secara contradictoir
dan upaya hukumnya adalah keberatan.

6. PEMERIKSAAN SIDANG DAN PERDAMAIAN :


Dalam ketentuan Pasal 4 ayat (4) GS mewajibkan
prinsipal tetap hadir di persidangan meskipun
menggunakan jasa kuasa (karena kehadiran prinsipal
langsung dapat mempercepat proses persidangan dan
memudahkan apabila para pihak akan menempuh
perdamaian).
Apabila pada sidang pada hari sidang pertama para
pihak hadir, maka hakim wajib untuk mengupayakan
perdamaian, namun apabila para pihak tidak terdapat
mufakat untuk berdamai, maka persidangan dilanjutkan
untuk membacakan gugatan dan pada persidangan
berikutnya dilanjut dengan jawaban dari tergugat.
A. PEMBUKTIAN :
Dalam Pasal 18 ayat (2) Perma No.2/2015 semula
ditentukan bahwa apabila gugatan diakui atau tidak
dibantah oleh tergugat, maka tidak perlu dilakukan
pembuktian. Namun kemudian dalam Perma
Halaman 25 dari 31 Materi Bimtek Kepaniteraan (Gugatan Sederhana).
No.4/2019 ketentuan tersebut telah diubah dalam
Pasal 18 Perma No.4/2019 yang pada pokoknya
sebagai berikut : “Apabila gugatan diakui secara bulat
oleh pihak tergugat, maka tidak diperlukan pembuktian
tambahan. Terhadap dalil gugatan yang dibantah,
maka hakim melakukan pemeriksaan pembuktian
berdasarkan hukum acara yang berlaku.
B. PUTUSAN.
Dalam ketentuan Pasal 5 ayat (3) Perma GS
bahwa pemeriksaan GS dilaksanakan paling lama 25
hari kerja sejak sidang pertama (sejak pemanggilan
para pihak). Jadi dalam menyidangkan perkara GS
paling lama dalam tenggang waktu 25 hari kerja sejak
sidang pertama hakim harus sudah menjatuhkan
putusan.
Hakim wajib membacakan putusan dalam sidang
yang terbuka untuk umum dan setelah hakim selesai
membacakan putusan, maka hakim berkewajiban
untuk memberitahukan hak para pihak untuk
mengajukan upaya hukum (berupa upaya hukum
“keberatan”)..
Halaman 26 dari 31 Materi Bimtek Kepaniteraan (Gugatan Sederhana).
Dalam hal para pihak tidak hadir pada saat
pembacaan putusan, maka juru sita menyampaikan
pemberitahuan putusan paling lambat 2 (dua) hari
setelah putusan diucapkan (Pasal 20 ayat (2) Perma
No.2/2015).
Panitera Pengganti mencatat jalannya
persidangan dalam Berita Acara Persidangan yang
ditanda tangani oleh Hakim dan Panitera Pengganti.
UPAYA HUKUM DALAM PERKARA GS :
Perma GS telah membatasi upaya hukum dalam
perkara gugatan sederhana karena tidak bisa diajukan
banding, kasasi maupun Penijauan Kembali.
Sedangkan jenis upaya hukum untuk perkara gugatan
sederhana hanya satu yaitu “Keberatan” yang proses
pemeriksaannya dilakukan juga oleh pengadilan
tingkat pertama, kecuali bagi tergugat yang dijatuhkan
putusan verstek sebelum menempuh upaya hukum
keberatan dapat mengajukan uapaya hukum
perlawanan (verzet).
Tenggang waktu upaya hukum “keberatan” dalam
perkara GS diajukan dalam tenggang waktu 7 hari
Halaman 27 dari 31 Materi Bimtek Kepaniteraan (Gugatan Sederhana).
setelah putusan diucapkan atau setelah
pemberitahuan putusan.
Permohonan keberatan diajukan kepada Ketua
Pengadilan dengan mengisi blanko permohonan
keberatan yang disediakan di kepaniteraan.
Permohonan keberatan yang diajukan melampaui
batas waktu pengajuan dinyatakan “tidak dapat
diterima” dengan penetapan Ketua Pengadilan
berdasarkan surat keterangan Panitera.
Kepaniteraan menerima dan memeriksa
kelengkapan berkas permohonan keberatan yang
disertai dengan memori keberatan. Kontra memori
keberatan dapat diajukan kepada Ketua Pengadilan
dengan mengisi blanko yang disediakan di
kepaniteraan.
PEMBERITAHUAN KEBERATAN :
Pemberitahuan keberatan beserta memori
keberatan disampaikan kepada pihak termohon
keberatan dalam waktu 3 (tiga) hari sejak permohonan
diterima oleh Pengadilan. Kontra memori keberatan

Halaman 28 dari 31 Materi Bimtek Kepaniteraan (Gugatan Sederhana).


disampaikan kepada pengadilan paling lambat 3 (tiga)
hari setelah pemberitahuan keberatan.
PEMERIKSAAN KEBERATAN :
KPN menetapkan Majelis Hakim untuk memeriksa
dan memutus permohonan keberatan paling lambat 1
(satu) hari setelah permohonan dinyatakan lengkap.
Pemeriksaan keberatan dilakukan oleh Majelis
Hakim yang dipimpin oleh Hakim senior yang ditunjuk
oleh Ketua Pengadilan.
Pemeriksaan keberatan dilakukan hanya atas dasar :
- Putusan dan berkas gugatan sederhana;
- Permohonan keberatan dan memori keberatan, dan
- Kontra memori keberatan;
Dalam pemeriksaan keberatan dalam perkara GS
hakim tidak melakukan pemeriksaan tambahan.
PUTUSAN KEBERATAN :
Putusan keberatan dalam perkara GS diucapkan
paling lambat 7 (tujuh) hari setelah tanggal penetapan
Majelis Hakim.
Pemberitahuan putusan keberatan disampaikan
kepada para pihak paling lambat 3 (tiga) hari sejak
Halaman 29 dari 31 Materi Bimtek Kepaniteraan (Gugatan Sederhana).
diucapkan. Putusan keberatan berkekuatan hukum
tetap terhitung sejak disampaikannya pemberitahuan.
Putusan keberatan dalam perkara GS merupakan
putusan akhir yang tidak tersedia upaya hukum
banding, kasasi atau PK.
PELAKSANAAN PUTUSAN (EKSEKUSI)
PERKARA GS :
Putusan dalam perkara GS yang sudah
berkekuatan hukum tetap wajib dilaksanakan secara
sukarela. Apabila perkara GS yang sudah berkekuatan
hukum tetap tersebut tidak dilaksanakan secara
sukarela maka putusan tersebut dilaksanakan
berdasarkan ketentuan hukum acara perdata yang
berlaku.
KPN mengeluarkan penetapan aanmaning paling
lambat 7 (tujuh) hari setelah menerima surat
permohonan eksekusi.
KPN menetapkan tanggal pelaksanaan
aanmaning paling lambat 7 (tujuh) hari setelah
penetapan aanmaning. Dalam kondisi geografis
tertentu pelaksanaan aanmaning tidak dapat
Halaman 30 dari 31 Materi Bimtek Kepaniteraan (Gugatan Sederhana).
dilaksanakan dalam waktu 7 (tujuh) hari, KPN dapat
menyimpangi ketentuan batas waktu yang ditentukan
dalam Perma GS.

TERIMA KASIH

Halaman 31 dari 31 Materi Bimtek Kepaniteraan (Gugatan Sederhana).

Anda mungkin juga menyukai