MATERI BIMTEK KEPANITERAAN DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN TINGGI
SULAWESI TENGAH TANGGAL TA 2021 TANGGAL 2-4 JUNI 2021 (KASWANTO,SH.MH.)
1.PENGERTIAN GUGATAN SEDERHANA (GS) :
Gugatan sederhana atau small claim court adalah tata cara pemeriksaan di persidangan terhadap gugatan perdata dengan nilai gugatan materiil paling banyak Rp.500 juta yang diselesaikan dengan tata cara dan pembuktiannya sederhana. 2.DASAR HUKUM : PERMA No. 2/2015 Jo PERMA No.4/2019 (TENTANG TATA CARA PENYELESAIAN GUGATAN SEDERHANA yang selanjutnya disebut PERMA GS). 3.LATAR BELAKANG LAHIRNYA PERMA GS : - Untuk memenuhi asas peradilan sederhana, cepat dan biaya ringan sebagaimana yang diatur dalam Pasal 2 ayat (4) dan Pasal 4 ayat (2) UU 48/2009 tentang Kekuasaan Kehakiman. - Dengan tersedianya mekanisme penyelesaian perkara melalui prosedur GS tersebut, maka diharapkan dapat mendongkrak indeks kemudahan Halaman 1 dari 31 Materi Bimtek Kepaniteraan (Gugatan Sederhana). berusaha dan pertumbuhan iklim investasi di Indonesia. - Untuk perkara yang dinilainya kecil dan proses pembuktiannya sederhana, dinilai tidak efektif jika harus menemempuh waktu dan tahapan panjang seperti halnya perkara-perkara perdata pada umumnya, karena akan terjadi ketimpangan antara nilai sengketa yang diperjuangkan dengan waktu, biaya, dan tenaga yang harus dikeluarkan oleh para pihak. - Berdasarkan alasan tersebut Mahkamah Agung memandang bahwa prosedur penyelesaian sengketa dengan nilai gugatan yang kecil perlu diatur tersendiri di luar hukum acara perdata yang berlaku secara umum karena proses penyelesaian perkara perdata memiliki korelasi langsung terhadap pertumbuhan ekonomi dan iklim investasi. 4.NILAI MATERIIL GUGATAN DALAM GUGATAN SEDERHANA : Semula sesuai Perma No.2/2015 batas nilai gugatan dalam guagatan sederhana adalah maksimal Halaman 2 dari 31 Materi Bimtek Kepaniteraan (Gugatan Sederhana). Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah). Kemudian berdasarkan Perma No.4/2019 batas nilai gugatan dalam gugatan sederhana ditingkatkan menjadi maksimal Rp.500.000.000,- (dua ratus juta rupiah) 5.GS MERUPAKAN PILIHAN FORUM (BUKAN MANDATORI) : Untuk perkara gugatan perdata yang nilai gugatannya Rp.500 juta ke bawan, apakah wajib diajukan melalui prosedur GS ? Ketentuan tersebut dalam PERMA No.2/2015 maupun PERMA No.4/2019 tidak diatur. Dalam Pasal 2 PERMA No.14/2016 (tentang Tata Cara Penyelesaian Ekonomi Syariah) telah mengadopsi “proses penyelesaian perkara melalui mekanisme GS. Dimana menurut ketentuan Pasal 2 PERMA No.14/2016 bahwa perkara ekonomi syariah dapat diajukan dalam bentuk GS atau Gugatan Biasa. Petugas Meja I wajib menanyakan apabila ada calon penggugat yang mengajukan gugatan perdata yang nilai gugatannya Rp.500 juta ke bawah, namun diajukan melalui prosedur gugatan biasa (ditanya apa Halaman 3 dari 31 Materi Bimtek Kepaniteraan (Gugatan Sederhana). alasannya sedangkan GS memberikan banyak kemudahan dan prosesnya lebih cepat). 6.SYARAT YANG HARUS DIPENUHI DALAM MENGAJUKAN GUGATAN SEDERHANA (GS) : 1. Jenis sengketanya adalah wanprestasi dan perbuatan melawan hukum dengan nilai materiil gugatan paling besar Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah). 2. Perkaranya bukan termasuk dalam ruang lingkup sengketa yang perkaranya harus diselesaikan melalui pengadilan khusus. 3. Bukan sengketa hak atas tanah; 4. Penggugat dan tergugat masing-masing tidak boleh lebih dari satu, kecuali memiliki kepentingan hukum yang sama; 5. Hanya dapat diajukan terhadap tergugat yang diketahui tempat tinggalnya; 6. Penggugat dan tergugat harus berdomisili di wilayah hukum pengadilan yang sama, kecuali jika penggugat menggunakan kuasa, kuasa insidentil dan
Halaman 4 dari 31 Materi Bimtek Kepaniteraan (Gugatan Sederhana).
wakil yang memiliki domisili yang sama denga tergugat; 7. Penggugat dan tergugat wajib hadir langsung di persidangan, meskipun didampingi oleh kuasa hukumnya. 8. Penggugat wajib melampirkan bukti surat yang telah dilegalisasi pada saat pendaftaran perkara; 9. Perkara yang diajukan harus memiliki sifat pembuktian yang sederhana. Kesembilan syarat tersebut bersifat kumulatif, artinya harus dipenuhi semua, apabila suatu perkara akan diperiksa menggunakan prosedur gugatan sederhana. Jika salah satu syarat tersebut tidak terpenuhi maka hakim pemeriksa perkara dapat menyatakan bahwa perkara tersebut bukan gugatan sederhana dan harus diajukan melalui gugatan biasa. Meskipun nilai gugatannya tidak lebih dari Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) namun jika pembuktiannya rumit dan para pihak tidak bisa hadir langsung di persidangan. Maka proses penyelesaiannya menjadi tidak mudah dan akan Halaman 5 dari 31 Materi Bimtek Kepaniteraan (Gugatan Sederhana). memerlukan waktu yang panjang, sehingga gugatan tersebut harus diselesaikan melalui prosedur penyelesaian gugatan biasa. 7.AKIBAT HUKUM ATAS PERNYATAAN BUKAN GUGATAN SEDERHANA DALAM PEMERIKSAAN PENDAHULUAN : Jika hakim dalam pemeriksaan pendahuluan berpendapat bahwa perkara tersebut tidak dapat diperiksa melalui prosedur GS, maka produk yang dikeluarkan oleh hakim berdasarkan ketentuan Pasal 11 ayat (3) Perma GS berbentuk “Penetapan” dan menurut Pasal 11 ayat (4) Perma GS penetapan tersebut tidak dapat diajukan upaya hukum. Pertanyaan, apakah pihak penggugat dapat mengajukan gugatannya lagi melalui prosedur GS (dengan melakukan revisi terkait dengan kekurangan dalam mengajukan gugatannya) ? Penetapan yang dikeluarkan oleh hakim atas dasar Pasal 11 ayat (3) Perma GS tidak mengadili terkait dengan pokok perkara dan sifatnya sama dengan putusan yang menyatakan gugatan tidak Halaman 6 dari 31 Materi Bimtek Kepaniteraan (Gugatan Sederhana). dapat diterima (NO), karena materi yang diadili hanya menyangkut syarat-syarat dalam mengajukan gugatan. Begitu pula dalam GS, jika penggugat bisa memperbaiki gugatannya, atau melengkapi apa yang sebelumnya menjadi alasan bagi hakim untuk menyatakan bahwa gugatan tersebut bukan gugatan sederhana, maka bisa saja diajukan kembali. Salah satu yang dapat diperbaiki atau dilengkapi, misalnya jika sebelumnya penggugat tidak melampirkan bukti surat yang dapat menunjukkan bahwa perkara tersebut pembuktiannya sederhana, lalu pada pengajuan berikutnya bukti tersebut dapat dilampirkan oleh penggugat. Namun apabila yang menjadi alasan dalam penetapan hakim tersebut bahwa gugatan tersebut pembuktiannya tidak sederhana karena harus melibatkan banyak pihak atau merupakan sengketa yang harus diputus oleh pengadilan khusus, meskipun tidak ada larangan untuk diajukan lagi, hakim akan mengeluarkan penetapan yang sama. Halaman 7 dari 31 Materi Bimtek Kepaniteraan (Gugatan Sederhana). 8.DALAM GS PRINCIPAL WAJIB HADIR. Dalam ketentuan Pasal 4 ayat (4) GS mewajibkan prinsipal tetap hadir di persidangan meskipun menggunakan jasa kuasa (karena kehadiran prinsipal langsung dapat mempercepat proses persidangan dan memudahkan apabila para pihak akan menempuh perdamaian). 9.HAKIM YANG MENYIDANGKAN PERKARA GS : Perkara GS disidangkan oleh Hakim Tunggal, kecuali dalam perkara keberatan GS disidangkan oleh Hakim Majelis. 10. JANGKA WAKTU PEMERIKSAAN PERKARA GS : Dalam ketentuan Pasal 5 ayat (3) Perma GS bahwa pemeriksaan GS dilaksanakan paling lama 25 hari kerja sejak sidang pertama (sejak pemanggilan para pihak). 11. JENIS UPAYA HUKUM YANG DAPAT DIAJUKAN DALAM PERKARA GUGATAN SEDERHANA : Perma GS juga membatasi upaya hukum dalam perkara gugatan sederhana karena tidak bisa diajukan Halaman 8 dari 31 Materi Bimtek Kepaniteraan (Gugatan Sederhana). banding, kasasi maupun Penijauan Kembali. Sedangkan upaya hukum untuk perkara gugatan sederhana hanya satu yaitu “Keberatan” yang proses pemeriksaannya dilakukan juga oleh pengadilan tingkat pertama, kecuali bagi tergugat yang dijatuhkan putusan verstek sebelum menempuh upaya hukum keberatan dapat mengajukan uapaya hukum perlawanan (verzet).
TAHAPAN PENYELESAIAN GUGATAN SEDERHANA
MELIPUTI: 1. PENDAFTARAN : Penggugat dapat mendaftarkan gugatannya dengan mengisi blanko gugatan yang disediakan di kepaniteraan, dimana blanko gugatan berisi keterangan mengenai : a. identitas Penggugat dan Tergugat. b. penjelasan ringkas duduk perkara, dan c. tuntutan Penggugat.
Halaman 9 dari 31 Materi Bimtek Kepaniteraan (Gugatan Sederhana).
Dalam mengajukan gugatan sederhana Penggugat wajib melampirkan bukti surat yang sudah dilegalisasi pada saat pendaftaran gugatan sederhana. URGENSI KEWAJIBAN PENGGUGAT UNTUK MELAMPIRKAN BUKTI SURAT. Pasal 6 ayat (4) Perma GS mewajibkan kepada pihak yang mengajukan gugatan (calon Penggugat) untuk melampirkan bukti surat pada saat pendaftaran perkara, sekaligus bukti tersebut harus sudah dilegalisir dan dibubuhi materai yang cukup. Persyaratan tentang melampirkan bukti bersifat “imperatif” karena bukti surat tersebut akan dipergunakan oleh hakim pemeriksa perkara memiliki bahan dalam pemeriksaan pendahuluan guna menentukan apakah perkara tersebut pembuktiannya sederhana atau tidak. Dalam perkara perdata terdapat 5 (lima) jenis alat bukti yaitu surat, saksi, pengakuan, persangkaan dan sumpah. Namun diantara bukti-bukti tersebut yang paling mudah untuk menilai suatu peristiwa hukum dalam perkara perdata adalah bukti surat, sehingga Halaman 10 dari 31 Materi Bimtek Kepaniteraan (Gugatan Sederhana). Perma GS memberikan syarat bagi pihak yang mengajukan gugatan melalui prosedur GS pada saat pendaftaran perkaranya wajib melampirkan bukti surat yang sudah dilegalisir dan dibubuhi materai. Legalisasi yang dilakukan oleh Panitera untuk memastikan bhwa bukti tersebut ada aslinya karena bukti surat yang tidak dapat ditunjukkan aslinya tidak memiliki kekuatan pembuktian. Ketentuan yang mewajibkan untuk melampirkan bukti-bukti surat tersebut dibuat agar hakim pada saat pemerisaan pendahuluan dapat menilai apakah perkara tersebut memiliki sifat pembuktian yang sederhana atau tidak. Kewajiban melampirkan bukti surat pada saat pendaftaran perkara merupakan mekanisme baru karena dalam proses pengajuan gugatan bisa bukti- bukti baru baru akan diminta pada saat setelah memasuki proses pembuktian. 2. PEMERIKSAAN KELENGKAPAN PERSYARATAN GS OLEH PANITERA DI TINGKAT PENDAFTARAN PERKARA :
Halaman 11 dari 31 Materi Bimtek Kepaniteraan (Gugatan Sederhana).
Menurut ketentuan Pasal 7 ayat (1) Perma GS (Perma No.2/2015) Panitera berkewajiban melakukan pemeriksaan syarat pendaftaran GS berdasarkan ketentuan Pasal 3 dan Pasal 4. Panitera dalam melakukan pemeriksaan kelengkapan persyaratan selain berpedoman pada ketentuan Pasal 3 dan Pasal 4 Perma GS juga harus berpedoman pada ketentuan Pasal 6 ayat (4) Perma GS. Ketentuan Pasal 3 Perma GS (terkait persyaratan materiil) mengatur hal-hal sebagai berikut : - Gugatan sederhana diajukan terhadap perkara cidera janji (wanprestasi) dan atau perbuatan melawan hukum dengan nilai gugatan materiil paling banyak Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah). - Perkara yang tidak termasuk gugatan sederhana yaitu : a. perkara yang penyelesaian sengketanya dilakukan melalui pengadilan khusus, atau b. sengketa hak atas tanah. Ketentuan Pasal 4 Perma GS (terkait persyaratan formil) yang mengatatur hal-hal sebagai berikut : Halaman 12 dari 31 Materi Bimtek Kepaniteraan (Gugatan Sederhana). - Para pihak dalam gugatan sederhana terdiri dari penggugat dan tergugat yang masing-masing tidak boleh lebih dari satu, kecuali memiliki kepentingan hukum yang sama. - Terhadap Tergugat yang tidak diketahui tempat tinggalnya, tidak dapat diajukan gugatan melalui prosedur GS. - Penggugat dan tergugat dalam gugatan sederhana berdomisili di daerah hukum Pengadilan yang sama. - Dalam hal penggugat berada di luar wilayah hukum tempat tinggal atau domisili tergugat, penggugat dalam mengajukan gugatan menunjuk kuasa, kuasa insidentil, atau wakil yang beralamat di wilayah hukum atau domisili tergugat dengan surat tugas dari institusi penggugat. - Penggugat dan tergugat wajib menghadiri secara langsung setiap persidangan dengan atau tanpa didampingi oleh kuasa, kuasa insidentil atau wakil dengan surat tugas dari institusi penggugat. Ketentuan Pasal 6 ayat (4) Perma GS mengatur perihal kewajiban bagi penggugat untuk melampirkan bukti Halaman 13 dari 31 Materi Bimtek Kepaniteraan (Gugatan Sederhana). surat yang sudah dilegalisasi pada saat mendaftarkan gugatan sederhana. Semua persyaratan sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 3, Pasal 4 dan Pasal 6 ayat (4) Perma GS tersebut bersifat komulatif artinya persyaratan tersebut wajib dipenuhi semua apabila suatu perkara akan diperiksa dengan menggunakan prosedur gugatan sederhana. Jika salah satu syarat tersebut tidak terpenuhi maka panitera mengembalikan gugatannya kepada calon penggugat. BATASAN KEWENAGAN PANITERA DALAM PEMERIKSAAN PERSYARATAN GUGATAN DALAM PERKARA GS : - Dalam “tahap pendaftaran perkara” Panitera melakukan pengecekan persyaratan gugatan dalam perkara GS sebagaimana yang diatur dalam ketentuan Pasal 3 dan Pasal 4 serta Pasal 6 ayat (4) Perma GS tanpa melakukan telaah secara substansi. Misalnya terkait dengan syarat materiil sebagaimana diatur dalam Pasal 3, maka Panitera melakukan pengecekan sebagai berikut : Halaman 14 dari 31 Materi Bimtek Kepaniteraan (Gugatan Sederhana). cukup melihat apakah benar nilai gugatannya yang tercantum dalam surat gugatan tidak melebihi Rp.500 juta, atau apakah benar bahwa dasar diajukan gugatan yang tertulis adalah wanprestasi atau perbuatan melawan hukum atau apakah benar gugatan tersebut tidak terkait dengan kewenangan pengadilan khusus dan apakah tidak termasuk sengketa kepemilikan atas tanah. Sedangkan terkait persyaratan formil, Panitera cukup melakukan pengecekan sebagai berikut : apakah benar para pihak berdomisili di wilayah hukum yang sama atau tidak. Apakah ia telah menunjuk kuasa, kuasa insidentiil atau wakil untuk mengajukan gugatannya, atau Apakah penggugat dan tergugat jumlahnya tidak lebih dari satu, kecuali ada kepentingan yang sama. Apakah penggugat hadir sendiri pada saat pendaftaran gugatan atau tidak. Jadi Panitera hanya sebatas mencocokkan terkait dengan apa yang dinyatakan dalam surat gugatan. Halaman 15 dari 31 Materi Bimtek Kepaniteraan (Gugatan Sederhana). Artinya tidak melakukan penilaian berdasarkan penelaahan secara yuridis. 3. PENETAPAN HAKIM DAN PENUNJUKAN PP : Apabila semua persyaratan sebagaimana yang ditentukan dalam ketentuan Pasal 3, Pasal 4 dan Pasal 6 ayat (4) Perma GS telah terpenuhi, maka langkah selanjutnya Penggugat atau Kuasanya berkewajiban untuk membayar biaya perkara dan setelah perkara tersebut diberi nomor dan dicatat dalam diregister khusus gugatan sederhana, maka perkara GS tersebut selanjutnya diteruskan kepada KPN untuk penunjukan hakim tunggal yang akan menyidangkan perkara GS tersebut dan selanjutnya Panitera akan menunjuk PP untuk membantu hakim dalam memeriksa gugatan sederhana. Proses pendaftaran gugatan sederhana, penetapan Hakim dan penunjukan Panitera Pengganti dilaksanakan paling lambat 2 (dua) hari. 4. PEMERIKSAAN PENDAHULUAN : Prosedur pemeriksaan pendahuluan dalam perkara Gs secara prosedural hampir mirip dengan prosedur Halaman 16 dari 31 Materi Bimtek Kepaniteraan (Gugatan Sederhana). dissmisal dalam perkara di PTUN pemeriksaan pendahuluan. Perbedaannya yaitu dalam perkara GS yang melakukan pemerisaan pendahuluan adalah hakim pemeriksa perkara, sedangkan dissmisal proses dilakukan oleh Ketua PTUN. JANGKA WAKTU PEMERIKSAAN PENDAHULUAN : Perma GS masih mengandung banyak kekurangan dan kelemahan karena belum ada mengatur perihal jangka waktu pemeriksaan pendahuluan, sehingga hakim wajib mengisi kekosongan tersebut dengan mengacu pada prinsip “pemeriksaan sederhana dan cepat” karena filosofi dari penyelesaian melalui GS dilakukan secara cepat dan mudah. Sehingga sedapat mungkin hakim bisa menentukan apakah perkara tersebut merupakan gugatan sederhana atau tidak dilaksanakan dalam waktu paling lama 3 hari kerja sejak ditunjuk sebagai hakim pemeriksa atau sejak perkara tersebut diterima. Agenda pemeriksaan pendahuluan yang dilakukan oleh hakim pemeriksa perkara tersebut dilaksanakan sebelum hakim menetapkan hari persidangan. Halaman 17 dari 31 Materi Bimtek Kepaniteraan (Gugatan Sederhana). Hakim pemeriksa perkara “dalam pemeriksaan pendahuluan” berwenang untuk melakukan penilaian berdasarkan perspektif yuridis. Bisa saja suatu perkara yang telah dinyatakan lengkap dan memenuhi persyaratan oleh Panitera kemudian oleh Hakim pemeriksa perkara dinyatakan tidak memenuhi persyaratan untuk diajukan melalui prosedur gugatan sederhana. Dalam pemeriksaan pendahuluan hakim harus benar- benar teliti dan cermat dalam menentukan “menilai apakah perkara tersebut mengandung pembuktian yang sederhana atau tidak”, termasuk apakah perkara tersebut telah memenuhi semua persyaratan untuk disidangkan melalui prosedur GS (Pasal 3, Pasal 4 dan Pasal 6 ayat (4) Perma GS). PERMA GS tidak mengatur perihal “mekanisme pemeriksaan pendahuluan”, namun kita perlu mencermati beberapa hal sebagai berikut : a. Pemeriksaan pendahuluan bertujuan untuk menetapkan apakah perkara yang akan diperiksa
Halaman 18 dari 31 Materi Bimtek Kepaniteraan (Gugatan Sederhana).
dalam persidangan memenuhi persyaratan sebagai GS atau tidak. b. Apa yang dinyatakan oleh hakim pemeriksa perkara akan menentukan apakah berlanjut dengan pemeriksaan GS atau dinyatakan bukan sebagai perkara GS dan penggugat harus mengajukan gugatan tersebut melalui prosedur gugatan biasa. Dalam pemeriksaan pendahuluan tersebut ada dua kemungkinan yang akan terjadi yaitu : Apabila setelah hakim pemeriksa perkara menganalisis materi gugatan dan menelaah bukti-bukti surat yang diajukan oleh Penggugat berpendapat bahwa perkara tersebut memenuhi persyaratan sebagai perkara GS, maka hakim akan menentukan hari sidang dan memerintahkan untuk memanggil para pihak. Namun jika dalam pemeriksaan pendahuluan hakim berpendapat bahwa gugatan tidak memenuhi syarat untuk diperiksa melalui prosedur GS, maka hakim akan mengeluarkan “Penetapan” yang amarnya berbunyi : - Menyatakan bahwa gugatan penggugat bukan gugatan sederhana. Halaman 19 dari 31 Materi Bimtek Kepaniteraan (Gugatan Sederhana). - Memerintahkan Panitera untuk mencoret perkara No..... dalam register perkara. - Memerintahkan pengembalian sisa panjar biaya perkara kepada penggugat. Penetapan tersebut harus dibacakan di dalam persidangan dan penetapan bersifat mengakhiri perkara (terhadapan penetapan tersebut tidak dapat diajukan upaya hukum). KRITERIA UNTUK MELAKUKAN PENILAIAN “KESEDERHANAAN PEMBUKTIAN” : Perma GS tidak menjelaskan bagaimana cara melakukan penilaian tentang “kesederhanaan pembuktian”. Hakim hanya memiliki bahan untuk melakukan penilaian berdasarkan uraian gugatan dan bukti-bukti surat yang telah dilampirkan oleh penggugat pada saat pendaftaran perkara. Sebelum menentukan bagaimana cara menilai kesederhanaan pembuktian dalam suatu perkara, perlu ditentukan apa yang dimaksud dengan “pembuktian sederhana”.
Halaman 20 dari 31 Materi Bimtek Kepaniteraan (Gugatan Sederhana).
Terdapat beberapa hal yang dapat dikatagorikan bahwa suatu perkara memiliki sifat pembuktian yang sederhana yaitu : - Jika suatu perkara (baik wanprestasi maupun PMH) hanya memiliki satu segi hubungan hukum. - Jika kerugian yang diminta oleh penggugat jumlahnya pasti dan mudah cara penghitungannya. - Jika bukti surat yang dilampirkan penggugat bersifat otentik dan langsung membuktikan pokok sengketa. - Jika bukti surat yang dilampirkan penggugat dalam katagori akta di bawah tangan akan tetapi, langsung membuktikan terkait pokok sengketa dan dikuatkan oleh saksi-saksi yang langsung menyaksikan. Selanjutnya untuk menilai apakah suatu perkara mengandung pembuktian sederhana atau tidak dilakukan dengan cara : melihat uraian posita dan petitum gugatan, setelah itu menyesuaikan antara bukti surat yang dilampirkan penggugat apakah mengandung relevansi kuat terhadap pokok sengketa yang diajukan atau tidak. (bersesuaian atau tidak antara dalil-dalil gugatan dengan bukti surat yang diajukan). Halaman 21 dari 31 Materi Bimtek Kepaniteraan (Gugatan Sederhana). AKIBAT HUKUM ATAS PERNYATAAN BUKAN GUGATAN SEDERHANA DALAM PEMERIKSAAN PENDAHULUAN : Jika hakim dalam pemeriksaan pendahuluan berpendapat bahwa perkara tersebut tidak dapat diperiksa melalui prosedur GS, maka produk yang dikeluarkan oleh hakim berdasarkan ketentuan Pasal 11 ayat (3) Perma GS berbentuk “Penetapan” dan menurut Pasal 11 ayat (4) Perma GS penetapan tersebut tidak dapat diajukan upaya hukum. Pertanyaan, apakah pihak penggugat dapat mengajukan gugatannya lagi melalui prosedur GS (dengan melakukan revisi terkait dengan kekurangan dalam mengajukan gugatannya) ? Penetapan yang dikeluarkan oleh hakim atas dasar Pasal 11 ayat (3) Perma GS tidak mengadili terkait dengan pokok perkara dan sifatnya sama dengan putusan yang menyatakan gugatan tidak dapat diterima (NO), karena materi yang diadili hanya menyangkut syarat-syarat dalam mengajukan gugatan.
Halaman 22 dari 31 Materi Bimtek Kepaniteraan (Gugatan Sederhana).
Begitu pula dalam GS, jika penggugat bisa memperbaiki gugatannya, atau melengkapi apa yang sebelumnya menjadi alasan bagi hakim untuk menyatakan bahwa gugatan tersebut bukan gugatan sederhana, maka bisa saja diajukan kembali. Salah satu yang dapat diperbaiki atau dilengkapi, misalnya jika sebelumnya penggugat tidak melampirkan bukti surat yang dapat menunjukkan bahwa perkara tersebut pembuktiannya sederhana, lalu pada pengajuan berikutnya bukti tersebut dapat dilampirkan oleh penggugat. Namun apabila yang menjadi alasan dalam penetapan hakim tersebut bahwa gugatan tersebut pembuktiannya tidak sederhana karena harus melibatkan banyak pihak atau merupakan sengketa yang harus diputus oleh pengadilan khusus, meskipun tidak ada larangan untuk diajukan lagi, hakim akan mengeluarkan penetapan yang sama. 5. PENETAPAN HARI SIDANG DAN PEMANGGILAN PARA PIHAK :
Halaman 23 dari 31 Materi Bimtek Kepaniteraan (Gugatan Sederhana).
Dalam ketentuan Pasal 12 Perma GS No.2/2015 disebutkan bahwa dalam hal Hakim berpendapat bahwa gugatan yang diajukan Penggugat adalah gugatan sederhana maka Hakim menetapkan hari sidang pertama. Apabila dalam sidang pertama Penggugat tidak hadir tanpa alasan yang sah, maka gugatan dinyatakan gugur (dianggap penggugat tidak bersungguh-sungguh dalam mengajukan gugatan). (Pasal 13 ayat (1) Perma No.2/2015 jo Perma No.4/2019). Dalam hal tergugat tidak hadir pada hari sidang pertama, maka dilakukan pemanggilan kedua secara patut dan apabila pada hari sidang kedua tergugat juga tidak hadir meskipun sudah dilakukan pemanggilan secara patut, maka hakim akan memutus perkara tersebut secara verstek (Pasal 13 ayat (2), (3) Perma No.2/2015 jo Perma No.4/2019). Dalam hal hakim menjatuhkan putusan verstek, maka upaya hukum yang tersedia bagi tergugat adalah perlawanan (verzet). Apabila pada sidang pertama tergugat hadir sedangkan pada sidang kedua tergugat Halaman 24 dari 31 Materi Bimtek Kepaniteraan (Gugatan Sederhana). tidak hadir, maka perkara diputus secara contradictoir dan upaya hukumnya adalah keberatan.
6. PEMERIKSAAN SIDANG DAN PERDAMAIAN :
Dalam ketentuan Pasal 4 ayat (4) GS mewajibkan prinsipal tetap hadir di persidangan meskipun menggunakan jasa kuasa (karena kehadiran prinsipal langsung dapat mempercepat proses persidangan dan memudahkan apabila para pihak akan menempuh perdamaian). Apabila pada sidang pada hari sidang pertama para pihak hadir, maka hakim wajib untuk mengupayakan perdamaian, namun apabila para pihak tidak terdapat mufakat untuk berdamai, maka persidangan dilanjutkan untuk membacakan gugatan dan pada persidangan berikutnya dilanjut dengan jawaban dari tergugat. A. PEMBUKTIAN : Dalam Pasal 18 ayat (2) Perma No.2/2015 semula ditentukan bahwa apabila gugatan diakui atau tidak dibantah oleh tergugat, maka tidak perlu dilakukan pembuktian. Namun kemudian dalam Perma Halaman 25 dari 31 Materi Bimtek Kepaniteraan (Gugatan Sederhana). No.4/2019 ketentuan tersebut telah diubah dalam Pasal 18 Perma No.4/2019 yang pada pokoknya sebagai berikut : “Apabila gugatan diakui secara bulat oleh pihak tergugat, maka tidak diperlukan pembuktian tambahan. Terhadap dalil gugatan yang dibantah, maka hakim melakukan pemeriksaan pembuktian berdasarkan hukum acara yang berlaku. B. PUTUSAN. Dalam ketentuan Pasal 5 ayat (3) Perma GS bahwa pemeriksaan GS dilaksanakan paling lama 25 hari kerja sejak sidang pertama (sejak pemanggilan para pihak). Jadi dalam menyidangkan perkara GS paling lama dalam tenggang waktu 25 hari kerja sejak sidang pertama hakim harus sudah menjatuhkan putusan. Hakim wajib membacakan putusan dalam sidang yang terbuka untuk umum dan setelah hakim selesai membacakan putusan, maka hakim berkewajiban untuk memberitahukan hak para pihak untuk mengajukan upaya hukum (berupa upaya hukum “keberatan”).. Halaman 26 dari 31 Materi Bimtek Kepaniteraan (Gugatan Sederhana). Dalam hal para pihak tidak hadir pada saat pembacaan putusan, maka juru sita menyampaikan pemberitahuan putusan paling lambat 2 (dua) hari setelah putusan diucapkan (Pasal 20 ayat (2) Perma No.2/2015). Panitera Pengganti mencatat jalannya persidangan dalam Berita Acara Persidangan yang ditanda tangani oleh Hakim dan Panitera Pengganti. UPAYA HUKUM DALAM PERKARA GS : Perma GS telah membatasi upaya hukum dalam perkara gugatan sederhana karena tidak bisa diajukan banding, kasasi maupun Penijauan Kembali. Sedangkan jenis upaya hukum untuk perkara gugatan sederhana hanya satu yaitu “Keberatan” yang proses pemeriksaannya dilakukan juga oleh pengadilan tingkat pertama, kecuali bagi tergugat yang dijatuhkan putusan verstek sebelum menempuh upaya hukum keberatan dapat mengajukan uapaya hukum perlawanan (verzet). Tenggang waktu upaya hukum “keberatan” dalam perkara GS diajukan dalam tenggang waktu 7 hari Halaman 27 dari 31 Materi Bimtek Kepaniteraan (Gugatan Sederhana). setelah putusan diucapkan atau setelah pemberitahuan putusan. Permohonan keberatan diajukan kepada Ketua Pengadilan dengan mengisi blanko permohonan keberatan yang disediakan di kepaniteraan. Permohonan keberatan yang diajukan melampaui batas waktu pengajuan dinyatakan “tidak dapat diterima” dengan penetapan Ketua Pengadilan berdasarkan surat keterangan Panitera. Kepaniteraan menerima dan memeriksa kelengkapan berkas permohonan keberatan yang disertai dengan memori keberatan. Kontra memori keberatan dapat diajukan kepada Ketua Pengadilan dengan mengisi blanko yang disediakan di kepaniteraan. PEMBERITAHUAN KEBERATAN : Pemberitahuan keberatan beserta memori keberatan disampaikan kepada pihak termohon keberatan dalam waktu 3 (tiga) hari sejak permohonan diterima oleh Pengadilan. Kontra memori keberatan
Halaman 28 dari 31 Materi Bimtek Kepaniteraan (Gugatan Sederhana).
disampaikan kepada pengadilan paling lambat 3 (tiga) hari setelah pemberitahuan keberatan. PEMERIKSAAN KEBERATAN : KPN menetapkan Majelis Hakim untuk memeriksa dan memutus permohonan keberatan paling lambat 1 (satu) hari setelah permohonan dinyatakan lengkap. Pemeriksaan keberatan dilakukan oleh Majelis Hakim yang dipimpin oleh Hakim senior yang ditunjuk oleh Ketua Pengadilan. Pemeriksaan keberatan dilakukan hanya atas dasar : - Putusan dan berkas gugatan sederhana; - Permohonan keberatan dan memori keberatan, dan - Kontra memori keberatan; Dalam pemeriksaan keberatan dalam perkara GS hakim tidak melakukan pemeriksaan tambahan. PUTUSAN KEBERATAN : Putusan keberatan dalam perkara GS diucapkan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah tanggal penetapan Majelis Hakim. Pemberitahuan putusan keberatan disampaikan kepada para pihak paling lambat 3 (tiga) hari sejak Halaman 29 dari 31 Materi Bimtek Kepaniteraan (Gugatan Sederhana). diucapkan. Putusan keberatan berkekuatan hukum tetap terhitung sejak disampaikannya pemberitahuan. Putusan keberatan dalam perkara GS merupakan putusan akhir yang tidak tersedia upaya hukum banding, kasasi atau PK. PELAKSANAAN PUTUSAN (EKSEKUSI) PERKARA GS : Putusan dalam perkara GS yang sudah berkekuatan hukum tetap wajib dilaksanakan secara sukarela. Apabila perkara GS yang sudah berkekuatan hukum tetap tersebut tidak dilaksanakan secara sukarela maka putusan tersebut dilaksanakan berdasarkan ketentuan hukum acara perdata yang berlaku. KPN mengeluarkan penetapan aanmaning paling lambat 7 (tujuh) hari setelah menerima surat permohonan eksekusi. KPN menetapkan tanggal pelaksanaan aanmaning paling lambat 7 (tujuh) hari setelah penetapan aanmaning. Dalam kondisi geografis tertentu pelaksanaan aanmaning tidak dapat Halaman 30 dari 31 Materi Bimtek Kepaniteraan (Gugatan Sederhana). dilaksanakan dalam waktu 7 (tujuh) hari, KPN dapat menyimpangi ketentuan batas waktu yang ditentukan dalam Perma GS.
TERIMA KASIH
Halaman 31 dari 31 Materi Bimtek Kepaniteraan (Gugatan Sederhana).