ANALISA FAKTA
Dalam menganalisa fakta, dan dalam upaya mencari kebenaran materil kami
memandang perlu untuk menganalisa fakta-fakta yang terungkap dalam persidangan
dan relevansinya terhadap Dakwaan dan Requisitoir Jaksa Penunut Umum Untuk itu
sangat urgen untuk kita analisa fakta hukum dalam pembelaan kami, guna mencari
kebenaran materil, yaitu;
1. Bahwa berdasarkan fakta-fakta dipersidangan dan keterangan saksi-saksi yang
diajukan dipersidangan serta alat bukti yang telah diperlihatkan dipersidangan oleh
Penuntut Umum maka kami penasehat hukum terdakwa akan menganalisa fakta-
tersebut tersebut berikut :
2. Bahwa benar terdakwa Edi Broto adalah sebagai Wakil Direktur dalam perusahaan
CV. Dinfar Hutama Karya berdasarkan Akta Notaris Denny Yohanes, S.H, M.Kn
Nomor 66 tanggal 14 Maret 2016 kemudian terdakwa pernah mengikuti proses
lelang dan selanjutnya terdakwa selaku Wadir CV. Dinfar Hutama Karya adalah
ditunjuk selaku pelaksana dalam kegiatan tersebut.
3. Pada Maret 2016 setelah administrasi peminjaman CV. Dinfar Hutama Karya
selesai selanjutnya saksi langsung menghubungi sdra. EFFENDI AGUS dan saksi
sampaikan bahwa akan mengikuti proses lelang kegiatan pengadaan benih kedelai
dan saprodi di Dinas Pertanian Provinsi Bengkulu dan saksi bertanya apakah sdra.
EFFENDI AGUS ada memiliki teman yang bekerja dibidang pertanian yang bisa
membantu untuk pengadaan tersebut, selanjutnya sdra. EFFENDI AGUS
mengenalkan saksi dengan sdri. INTIYAS ASIH alias IIN dimana berdasarkan
keterangan sdra. EFFENDI AGUS bahwa sdri. INTIYAS ASIH alias IIN tersebut
pihak swasta yang bergerak dibidang pertanian sehingga terdakwa menjadi yakin.
4. Bahwa ketentuan pada Pasal 12 ayat (2) huruf g yang menyebutkan bahwa untuk
ditetapkan sebagai PPK harus memenuhi persyaratan sebagai berikut yaitu
memiliki Sertifikat KeahlianPengadaan Barang/ Jasa sehingga pada saat KPA
menunjuk PPK yang tidak memilki sertifikat Keahlian Pengadaan Barang / Jasa
maka KPA telah melanggar pasal 12 ayat (2) huruf g. Berdasarkan Perpres 54
tahun 2010 berikut dengan perubahnnya pasal 12 ayat (2b) yang berbunyi bahwa
dalam hal tidak ada personil yang memenuhi persyaratan untuk ditunjuk sebagai
PPK, persyaratan pada ayat (2) huruf g dikecualikan untuk :
(1) PPK yang dijabat oleh pejabat eselon I dan II di K/L/D/I dan atau;
(2) PA / KPA bertindak sebagai PPK. Bahwa berdasarkan fakta diatas maka kami
penasehat hukum menilai perbuatan yang dilakukan oleh saksi Ir. EVARINI, MM
selaku KPA menunjuk saks Ir. Fahrurrozi selaku PPK yang tidak memiliki Sertifikat
KeahlianPengadaan Barang/Jasa dalam pelaksanaan kegiatan pengadaan benih
kedelai dan saprodi di Dinas Pertanian Provinsi Bengkulu T.A. 2016.
mengakibatkan PPK yang ditunjuk tidak mengetahui apa saja yang menjadi
kewajibannya dalam hal pengelolaan keuangan negara selaku PPK, dan telah
menyebabkan memberikan perintah, melaksanakan suatu kegiatan dan tanggung
jawabnya terhadap kegiatan tersebut telah keliru didalam menjalani kontrak antara
saksi Ir. Fahrurrozi dengan Terdakwa selaku Penyedia barang dan jasa kegiatan
pengadaan benih kedelai dan saprodi di Dinas Pertanian Provinsi Bengkulu T.A.
2016. Sehingga akibatnya tidak dapat menyelesaikan persoalan-persoalan yang
timbul dalam melaksanakan kontrak tersebut,dikarenakan saksi tidak berkopenten
dalam bidangnya yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan-peraturan yang
terkait. Atas perbuatan saksi Ir. EVARINI, MM selaku KPA telah menunjuk orang
yang tidak berkopeten dibidangnya karena telah tidak memenuhi persyaratan
sebagai PPK yaitu tidak mempunyai sertepikat keahlian sebagai PPK. Dalam hal ini
terdakwa sangat dirugikan karena terdakwa tidak mendapatkan informasi-informasi
yang benar sebagai mana mestinya yang harus diberikan sebagai PPK, dan tidak
dapat menyelesaikan permasalahan yang timbul dalam kegiatan tersebut. Dan
menyebabkan terdakwa sendiri kehilangan arah atau tidak tahu karena bibit yang
dipesan sudah dibeli dan menggunakan uang terdakwa sediri dan barang tersebut
tiba di bengkulu tidak dapat diterima dan dituduh tidak lulus sertifikasi dan kadarnya
bibit tidak sesuai dengan kontrak. Oleh karena itu atas tuntutan Penuntut Umum
yang telah menuntut Terdakwa lebih tinggi dari pada tuntutan saksi Ir. EVARINI,
MM dan saksi Ir. Fahrurrozi adalah tidak berdasarkan keadilan terhadap terdakwa
dan juga telah salah mengkalsipikasikan perbuatan terdakwa yang lebih bersalah
terhadap perkara ini namun terdakwa hanyalah korban atas perbuatan saksi ir.
EVARINI, MM telah menunjuk orang yang salah dalam menjadi PPK.
Bahwa pelaksanaan pengadaan secara teknis dilakukan oleh PPK, KPA memiliki
tugas dan kewenangan melaksanakan pengawasan dalam pelaksanaan anggaran
sebagaimana yang disebutkan pada Pasal 8 ayat (1) huruf g Perpres 54/2010 dalam
pelaksanaan pengawasan tersebut, KPA dapat berkoordinasi dengan PPK dan pihak
terkait lainnya utk memastikan bahwa pelaksanaan pengadaan telah berjalan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku untuk mencapai output dan outcome yang
diharapkan. Jika terdapat kendala didalam pelaksanaan pengadaan tersebut, KPA
dapat memberikan masukan, usulan dan solusi kepada PPK dan pihak terkait lainnya
agar permasalahan tersebut dapat diatasi dengan baik, jika KPA tidak memberikan
solusi dan saran kepada PPK maka KPA tidak melakukan tugas dan kewenangannya
dalam melaksanakan pengawasannya;
D. ANALISA YURIDIS
Bahwa Dalam DAKWAAN dan REQUISITOIRNYA Penempatan pasal 55
KUHP dirumuskan dalam pembuktian menjadi satu kesatuan baik dalam dakwaan
Kesatu maupun dakwaan kedua, sementara pasal 55 KUHP merupakan pasal yang
berbeda dari pada pasal 2 dan pasal 3 UU Nomor 31 Tahun 1999 yang telah diubah
dan ditambah dengan UU Nomor 20 Tahun 2001 maka Pada Pembuktian unsurnya,
Pembuktian dari pada pasal 55 KUHP harus dipisahkan, agar dapat dibedakan
Peranan dari pada Terdakwa apakah sebagai Pelaku dan atau sebagai turut serta dari
Pelaku, Untuk itu dalam analisis yuridis ini kami akan membedakan antara pelaku
tindak pidana korupsi dan yang meyuruh melakukan serta yang disuruh melakukan,
agar dalam penentuan perbuatan tersebut dapat kita lihat dasar pertimbangan untuk
memberikan putusan yang berdasarkan atas hokum, maka dengan demikian dalam
analisis yuridis ini sangat urgen untuk mencermati fakta fakta yang terungkap dalam
persidangan untuk dikontruksikan kedalam analisis yuridis, yaitu;
1. PADA DAKWAAN SUBSIDIAR :
Karena Terdakwa didakwaan dengan dakwaan Subsideritas maka dalam
surat Tuntutan Penuntut Umum dakwaan Primeair tidak terbukti dan selanjutnya
Penuntut Umum membuktikan dakwaan Subsidair dan telah menuntut Terdakwa
dengan Dakwaan Subsidaer tersebut maka kami sebagai Penasehat Hukum
Terdakwa tidak lagi membuktikan dawaan Primair dan lebih lanjud membuktikan
dakwaan Subsidair yaitu Pasal 3 Jo pasal 18 UU Nomor 31 Tahun 1999 yang telah
diubah dan ditambah dengan UU Nomor 20 Tahun 2001 yang unsure unsurnya
sebagai berikut;
1. Setiap orang.
2. Dengan tujuan menuntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi
3. Menyalahgunakan Kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya
karena jabatan atau kedudukan.
4. Yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
5. Yang melakukan atau turut serta melakukan perbuatan.
Unsur menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi.
Dalam menelah unsure delik dalam tindak pidana korupsi, dikenal rumusan
delik inti (bestanddeel delict) dan element delict, kedua elemen tersebut
merupakan satu kesatuan rumusan tindak pidana korupsi, namun rumusan
tersebut diatur dalam Undang Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
pemberantasan tindak pidana korupsi dalam pasal 3 mengenai rumusan
unsure menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi sebagai element delictynya yaitu; rumusan unsure yang
berkenaan dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau
suatu korporasi, artinya mengakibatkan pendapatan yang diperoleh lebih
besar dibandingkan dengan pengeluaran.bertambahnya pendapatan yang
diperoleh lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran. ini menunjukan
perbutan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi itu harus dilakukan secara menyalagunakan kewenangan
sehingga siapa saja yang melakukan perbuatan menguntungkan diri sendiri
atau orang lain atau koorporasi SEPANJANG PERBUATAN TERSEBUT
TIDAK DILAKUKAN SECARA PENYALAGUNAAN WEWENANG MAKA
PERBUATAN TERSEBUT TIDAK DAPAT DIHUKUM berdasarkan pasal 3
Undang Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Korupsi.
perbuatan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi dilakukan jika adanya kesempatan atau sarana yang ada
padanya, maka barulah unsure dengan tujuan untuk menguntungkan diri
sendiri atau orang lain atau suatu korporasi dapat dilakukan dengan
demikian UNSURE MENGUNTUNGKAN DIRI SENDIRI ATAU ORANG
LAIN ATAU KORPORASI HANYA DAPAT DIHUKUM JIKA PERBUATAN
TERSEBUT DILAKUKAN SECARA MENYALAHGUNAAN KEWENANGAN
DAN DENGAN MENGUNAKAN SARANA YANG ADA PADANYA.
Bahwa Terdakwa Edi Broto Bin Rusdi (Alm) Selaku Wakil Derektir CV.
Dimvar Utama Karya telah ikut di pelelangan di pengadaan barang dan jasa
yaitu bibit benih kedalai dan saprodi, dalam pelelangan tersebut Terdakwa
mengikuti tahapan dan proses sesuai prosedur dan ketentuan hukumnya.
Dan telah ditetapkan oleh Panitia pelelangan (POKJA) bahwa Terdakwa
sebagai pemenang pelelangan pengadaan barang dan jasa bibit kedelai dan
saprodi dididnas Pertanian Provinsi Bengkulu Tahun Anggaran 2016.
Kemudian terjadilah Kontrak Kerja antara PPK yang diwakili oleh Pahrulrozi
dengan CV. Dimvar Utama Karya diwakili oleh Terdakwa Edi Broto Bin Rusdi
(Alm). Namun sangat disayangkan bahwa Pahrulrozi selaku PPK yang
ditunjuk Oleh Ir. Eva Rini selaku KPA tidak mempunyai kwalitas dalam hal
sebagai PPK karena tidak mempunyai sertivikasi sebagai PPK akhirnya
Terdakwa sering mendapat informasi-informasi yang tidak jelas sehingga
permasalahan yang timbul sulit diselesaikan dan terdakwa menjadi
kehilangan arah karena terkesan saling menyalahkan. Akibat perbuatan Ir.
Eva Rini selaku KPA menujuk orang yang tidak sesuai ketentuan seseorang
PPK yaitu Pahrulrozi menyebabkan Terdakwa tidak mendapatkan informasi
yang benar sehingga Terdakwa dirugikan, adapun Terdakwa dirugiakn
akibat mengikuti proyek Pengadaan barang dan Jasa bibit kedelai dan sprodi
di Dinas Pertanian Provinsi Bengkulu tahun 2016 adalah sebesar Rp.
484.000.000,- yang rincianya belanja bibit kedelai 450.000.000,- saprodi
275.000.000,-ditambah dengan ongkos kirim 30.000.000,- sehingga jumlah
totol adalah 755.000.000,-. Dan apabila dikurangkan dengan Uang muka
yang telah dicairkan 30 % sebesar Rp.271.000.000,- sehingga sisanya
sebesar Rp. 484.000.000,- . dalam hal ini bukannya terdakwa mendapatkan
keuntungan dalam proyek pengadaan dan jasa bibit kedelai dan saprodi
melain terdakwa mendapatkan kerugian sebesar 484.000.000,- .atas
Terdakwa telah ikut proyek ini telah mengadakan pinjaman di BANK dan
rumah Terdakwa dijadiakan jaminan untuk mendapatkan modal dalam
mengikuti proyek tersebut namun jusru Terdakwa mendapat kerugian akibat
mengikuti proyek tersebut. Dalam hal ini Majelis hakim yang memeriksa
perkara ini dapat melihat secara jernih perbuatan Terdakwa ini apakah telah
dapat keuntungan yang besar terhadap diri terdakwa atau terdakwa
mendapat kerugian, dan kerugian tersebut akibat kesalahan KPA yang telah
salah menunjuk PPK dalam Proyek ini tidak mempunyai sertivikasi dan
sangat membuat Terdakwa dirugiakan karena PKK tidak dapat bekerja
sesuai dengan ketentuan dan terdakwa tidak mendapatkan informasi yang
jelas. Dari uraian diatas maka kami penasehat hukum terdakwa menilai
unsur ini tidak terpenuhi dan haruslah ditolak.
Pengertian “merugikan” adalah sama artinya dengan menjadi rugi atau menjadi
berkurang, sehingga dengan demikian yang dimaksudkan dengan unsur “merugikan
keuangan negara” adalah sama artinya dengan menjadi ruginya keuangan negara
atau berkurangnya keuangan negara . Didalam penjelasan Pasal 2 ayat (1) Undang-
UndangNomor 31 Tahun 1999 Jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, disebutkan bahwa kata “dapat” sebelum frasa
“merugikan keuangan atau perekonomian negara” menunjukkan bahwa tindak pidana
korupsi merupakan delik formil, yaitu adanya tindak pidana korupsi cukup dengan
dipenuhinya unsur-unsur perbuatan yang sudah dirumuskan, bukan dengan timbulnya
akibat.
untuk itu perlu kita perhatikan terhadap fakta fakta hukum dalam perkara ini
dengan cara mengkontruksikan keterangan saksi ahli terhadap fakta dilapangan
sebagaimana telah dibuktikan dimuka persidangan oleh TERDAKWA baik
berdasarkan keterangan para saksi saksi dan bukti bukti surat.
Oleh karena pasal 18 ini tidaklah tepat diterapkan Penuntut Umum kepada
Terdakwa Edi Broto Bin Rusdi (Alm) sehingga setidak-tidak tidak dapat
diterima atau ditolak.
E. KESIMPULAN
Majelis Hakim dan Jaksa Penuntut umum yang kami hormati betapa banyak kita
jumpai persangkaan, dugaan dan dakwaan yang keliru maka nota pembelaan ini
merupakan alternatif pemikiran yang kontraditif terhadap apa yang didakwakan serta
dibuktikan oleh Jaksa Penuntut Umum dalam requisitoirnya. Maka dari hal dan fakta
serta analisa hukum yang kami tuangkan melalui pembelaan ini maka kami
berkesimpulan bahwa Terdakwa Edi Broto Bin Rusdi (Alm) Tidak Terbukti dan
Meyakinkan Melakukan tindak Pidana Korupsi, sebagaimana diatur dan diancam
pidana dalam Pasal 3 jo Pasal 18 Undang-Undang R.I. Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang R.I. Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi jo Pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP sebagaimana diuraikan dalam surat
dakwaan Subsidair.
Berdasarkan hal-hal yang telah kami ungkapkan diatas, maka kami mohon kepada Majelis
Hakim agar memberikan putusan sebagai berikut :
Menerima Pembelaan (pledooi) Penasihat Hukum terdakwa Edi Broto Bin Rusdi
(Alm) secara keseluruhan;
Menyatakan terdakwa Edi Broto Bin Rusdi (Alm) Tidak Terbukti dan Meyakinkan
Melakukan tindak Pidana Korupsi, sebagaimana diatur dan diancam pidana
dalam Pasal 3 jo Pasal 18 Undang-Undang R.I. Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang R.I. Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
jo Pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP sebagaimana diuraikan dalam surat dakwaan
Subsidair.
Menyatakan barang bukti yang disita dalam perkara ini dikembalikan kepada yang
berhak darimana barang bukti tersebut disita;
Dan apabila Majelis Hakimberpendapat lain, MELALUI pledooi ini kami Kuasa hukum
Terdakwa memohon putusan yang seringan-ringannya.
Demikianlah nota pembelaan ini disampaikan atas perhatian dan pertimbangnya diucapkan
terima kasih.