ANALISA YURIDIS
Bahwa Dalam DAKWAAN dan REQUISITOIRNYA Penuntut Umum bahwa
terdakwa diajukan kepersidangan ini dengan dakwaan subsideritas yaitu :
Primair:
Subsidair:
Karena dakwaan Penuntut Umum disusun secara Subsidaritas maka Penuntut Umum
terlebih dahulu membuktikan dakwaan Primair yaitu pasal 2 ayat (1) jo Pasal 18
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah dirubah dan ditambah
dengan UU No. 20 Tahun 2001 tentang perubahan atas UU No 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP.akan tetapi
menurut Penuntut Umum berdasarkan surat Tuntutan Penuntut Umum bahwa terdakwa
Karsono tidak terbukti melakukan tindak pidana korupsi sebagaimana diatur dan
diancam pasal 2 (1) jo Pasal 18 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana
telah dirubah dan ditambah dengan UU No. 20 Tahun 2001 tentang perubahan atas UU
No 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 55 ayat 1
ke-1 KUHP. Oleh karena itu dakwaan Primair tidak terbukti dan meyakinkan menurut
Penuntut Umum maka Kami Penasehat Hukum Terdakwa Karsono tidak akan lagi
membuktikan dakwaan Primair tersebut dan langsung saja membuktikan dakwaan
Subsidair yang unsur-unsurnya sebagai berikut :
1. Setiap orang.
2. Dengan tujuan menuntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi
3. Menyalahgunakan Kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada
padanya karena jabatan atau kedudukan.
4. Yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
5. Yang melakukan atau turut serta melakukan perbuatan.
Unsur menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi.
Dalam menelah unsure delik dalam tindak pidana korupsi, dikenal rumusan
delik inti (bestanddeel delict) dan element delict, kedua elemen tersebut
merupakan satu kesatuan rumusan tindak pidana korupsi, namun rumusan
tersebut diatur dalam Undang Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
pemberantasan tindak pidana korupsi dalam pasal 3 mengenai rumusan
unsure menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi sebagai element delictynya yaitu; rumusan unsure yang
berkenaan dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau
suatu korporasi, artinya mengakibatkan pendapatan yang diperoleh lebih
besar dibandingkan dengan pengeluaran.bertambahnya pendapatan yang
diperoleh lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran. ini menunjukan
perbutan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi itu harus dilakukan secara menyalagunakan kewenangan
sehingga siapa saja yang melakukan perbuatan menguntungkan diri sendiri
atau orang lain atau koorporasi SEPANJANG PERBUATAN TERSEBUT
TIDAK DILAKUKAN SECARA PENYALAGUNAAN WEWENANG MAKA
PERBUATAN TERSEBUT TIDAK DAPAT DIHUKUM berdasarkan pasal 3
Undang Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Korupsi.
perbuatan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi dilakukan jika adanya kesempatan atau sarana yang ada
padanya, maka barulah unsure dengan tujuan untuk menguntungkan diri
sendiri atau orang lain atau suatu korporasi dapat dilakukan dengan
demikian UNSURE MENGUNTUNGKAN DIRI SENDIRI ATAU ORANG
LAIN ATAU KORPORASI HANYA DAPAT DIHUKUM JIKA PERBUATAN
TERSEBUT DILAKUKAN SECARA MENYALAHGUNAAN KEWENANGAN
DAN DENGAN MENGUNAKAN SARANA YANG ADA PADANYA.
Dari penjelasan hal diatas maka sifat melawan hukum dari Unsur
menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi
haruslah memenuhi seluruh unsur delik dalam pasal yang tuduhkan oleh
Penuntut Umum tersebut.
‘’Menguntungkan’’ dalam arti luas berarti mempunyai manfaat atau kegunaan atau lepas dari
suatu kewajiban hukum orang lain atau suatu badan tersebut, sehingga menguntungkan disini
bukan diukur dengan parameter adanya laba atau pendapatan, akan tetapi cukup bila ada
suatu manfaat yang dinikmati orang lain atau suatu badan atau perbuatan pelaku dengan kata
lain ada suatu kemungkinan keadaan yang dapat diketahui pelaku bahwa akibat
perbuatannya akan menguntungkan atau bermanfaat bagi orang lain atau suatu badan, yang
mana manfaat itu lahir karena penyalahgunaan wewenang dari pelaku.
Kemudian dasar hukum selanjudnya yaitu Putusan MARI nomor : 951/Pid/1982 tanggal 10
Agustus 1982 dan nomor : 275/K/Pid/1983 tanggal 15 Desember 1983 yang telah menjadi
Yurisprudensi menyatakan Unsur “Memperkaya Diri Sendiri atau Orang Lain atau Koorporasi”
adalah menjadikan seseorang atau orang lain atau korporasi yang belum kaya menjadi kaya
atau apabila sudah kaya bertambah kaya dengan memperoleh harta baik berupa uang atau
barang dari hasil perbuatan terdakwa yang melawan hukum.
Atas dua dasar hukum yang diajukan oleh Penuntut Umum tersebut maka kami menilai kami
tidak sependapat dengan Penuntut Umum karena dengan alasan dasar hukum tentang
putusan MARI nomor : 951/Pid/1982 tanggal 10 Agustus 1982 dan nomor : 275/K/Pid/1983
tanggal 15 Desember 1983 yang menjelaskan unsur memperkaya diri sendiri atau orang lain
atau korporasi dan masuk pada unsur dalam pasal 2 bukan unsur didalam pasal 3 oleh
karena itu kami penasehat hukum terdakwa kami tolak karena tidak tepat dijadikan dasar
hukum dalam unsur ini.dan juga tidak semua Yurisprudensi dapat dijadikan dasar hukum oleh
Majelis Hakim melainkan harus dinilai dan kasus tersebut harus juga mempunyai relevansi
dengan perkara yang sedang ditangani saat ini.
Pengertian “merugikan” adalah sama artinya dengan menjadi rugi atau menjadi
berkurang, sehingga dengan demikian yang dimaksudkan dengan unsur “merugikan
keuangan negara” adalah sama artinya dengan menjadi ruginya keuangan negara
atau berkurangnya keuangan negara . Didalam penjelasan Pasal 2 ayat (1) Undang-
UndangNomor 31 Tahun 1999 Jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, disebutkan bahwa kata “dapat” sebelum frasa
“merugikan keuangan atau perekonomian negara” menunjukkan bahwa tindak pidana
korupsi merupakan delik formil, yaitu adanya tindak pidana korupsi cukup dengan
dipenuhinya unsur-unsur perbuatan yang sudah dirumuskan, bukan dengan timbulnya
akibat.
untuk itu perlu kita perhatikan terhadap fakta fakta hukum dalam perkara ini
dengan cara mengkontruksikan keterangan saksi ahli terhadap fakta dilapangan
sebagaimana telah dibuktikan dimuka persidangan oleh TERDAKWA baik
berdasarkan keterangan para saksi saksi dan bukti bukti surat.
Bahwa hasil audit BPKP Perwakilan Provinsi Bengkulu bahwa total kerugian
negara adalah sebagai berikut :
Dari hal tersebut diatas maka nilai kerugian yang telah disimpulkan oleh BPKP
Provinsi Bengkulu Terdakwa Karsono telah menitipkan Uang Sebesar
Rp,300.000.000,-(Tiga Ratus Juta Rupiah) Kepada Jaksa Penuntut Umum untuk
mengembalikan Kerugian Negara tersebut, namun dalam hal ini tidak semuanya
kerugian negara itu di bebankan kepada Terdakwa Karsono, sebab pelaku
pekerjaan proyek tersebut, bukan hanya terdakwa melaikan Agus Herawan selaku
PPK, sehingga sisa dari uang titipan untuk kerugian Negara tersebut harus di
tanggung oleh Agus Herawan juga.
E. KESIMPULAN
Majelis Hakim dan Jaksa Penuntut umum yang kami hormati betapa banyak kita
jumpai persangkaan, dugaan dan dakwaan yang keliru maka nota pembelaan ini
merupakan alternatif pemikiran yang kontraditif terhadap apa yang didakwakan serta
dibuktikan oleh Jaksa Penuntut Umum dalam requisitoirnya. Maka dari hal dan fakta
serta analisa hukum yang kami tuangkan melalui pembelaan ini maka kami
berkesimpulan bahwa Terdakwa KARSONO Als NOK Bin (Alm)MUHAMMAD THAHA
Tidak Terbukti dan Meyakinkan Melakukan tindak Pidana Korupsi, sebagaimana
diatur dan diancam pidana dalam Pasal 3 jo Pasal 18 Undang-Undang R.I. Nomor
31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang R.I. Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi jo Pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP sebagaimana diuraikan dalam
surat dakwaan Subsidair.
Berdasarkan hal-hal yang telah kami ungkapkan diatas, maka kami mohon kepada Majelis
Hakim agar memberikan putusan sebagai berikut :
Menerima Pembelaan (pledooi) Penasihat Hukum terdakwa KARSONO Als NOK Bin
(Alm)MUHAMMAD THAHA secara keseluruhan;
Menyatakan terdakwa KARSONO Als NOK Bin (Alm)MUHAMMAD THAHA Tidak
Terbukti dan Meyakinkan Melakukan tindak Pidana Korupsi, sebagaimana diatur
dan diancam pidana dalam Pasal 3 jo Pasal 18 Undang-Undang R.I. Nomor 31
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang R.I. Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi jo Pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP sebagaimana diuraikan dalam
surat dakwaan Subsidair.
Menyatakan barang bukti yang disita dalam perkara ini dikembalikan kepada yang
berhak darimana barang bukti tersebut disita;
Dan apabila Majelis Hakimberpendapat lain, MELALUI pledooi ini kami Kuasa hukum
Terdakwa memohon putusan yang seringan-ringannya.
Demikianlah nota pembelaan ini disampaikan atas perhatian dan pertimbangnya diucapkan
terima kasih.
Bengkulu, 25 Juli2018
HORMAT KAMI
KUASA HUKUM TERDAKWA