Pasal 125 ayat (2), Pasal 132 dan Pasal 133 HIR, hanya
memperkenalkan eksepsi kompetensi absolut dan relatif. Namun Pasal 136
HIR mengindikasikan adanya beberapa jenis eksepsi. Sebahagian besar
diantaranya bersumber dari ketentuan pasal peraturan perundang-
undangan tertentu. Misalnya, eksepsi ne bis in idem, ditarik dari kontruksi
Pasal 1917 KUH Perdata. Eksepsi surat kuasa khusus yang tidak memenuhi
syarat, bertitik tolak dari Pasal 123 ayat (1) HIR, dan sebagainya.
Secara garis besar, eksepsi Prosesual ini dapat dibagi kepada dua bagian,
yaitu:
Berdasarkan ketentuan Pasal 118 HIR dan Pasal 99 Rv telah digariskan cara
menentukan kewenangan relatif Pengadilan Negeri berdasarkan patokan:
Eksepsi ini terdiri dari berbagai bentuk atau jenis. Yang terpenting dan yang
paling sering diajukan dalam praktik, antara lain:
Bentuk atau jenis eksepsi ini dapat diajukan, meliputi peristiwa sebagai
berikut:
Eksepsi diskualifikasi atau gemis aanhoedanigheid
Yang bertindak sebagai penggugat, bukan orang yang berhak, sehingga
orang demikian, penggugat tidak memiliki persona standi in judicto di
depan Pengadilan atas perkara tersebut. Misalnya, anak di bawah umur,
atau orang yang dibawah perwalian.. perseroasn sebelum disahkan sebagai
badan hukum bertindak atas nama perseroan, atau yang bertindak bukan
direksi perseroan atau yang bertindak mengajukan gugatan atas nama
yayasan bukan pengurus. Dengan demikian tergugat dapat mengajukan
eksepsi ini.
Keliru pihak yang ditarik sebagai tergugat
Misalnya, terjadi perjanjian jual beli antara A dan B. Lantas A menarik C
sebagai tergugat agar C memenuhi perjanjian. Dalam kasus tersebut ,
tindakan menarik C sebagai tergugat adalah keliru, karena C tidak
mempunyai hubungan hukum dengan A. Tindakan A bertentangan dengan
prinsip partai kontrak yang digariskan Pasal 1340 KUH Perdata, oleh karena
itu, C dapat mengajukan eksepsi ini.
Exceptio plurium litis consortium
Alasan pengajuan eksepsi ini, apabila orang yang ditarik sebagai tergugat
tidak lengkap. Atau orang yang bertindak sebagai Penggugat tidak
lengkap. Masih ada orang yang harus ikut dijadikan sebagai penggugat
atau tergugat, baru sengketa yang dipersoalkan dapat diselesaikan secara
tuntas dan menyeluruh.
c) Ne Bis In Idem
Kasus perkara yang sama tidak dapat diperkarakan dua kali. Apabila suatu
kasus perkara telah pernah diajukan kepada pengadilan, dan terhadapnya
telah dijatuhkan putusan, serta putusan tersebut telah memperoleh
kekuatan hukum tetap maka terhadap kasus perkara itu , tidak boleh lagi
diajukan gugatan baru untuk memperkarakannya kembali. Agar unsur ne
bis in idem melekat pada putusan, harus dipenuhi syarat-syarat yang
ditentukan Pasal 1917 KUH Perdata. Syarat-syarat tersebut bersifat
kumulatif, apabila salah satu diantaranya tidak terpenuhi, pada putusan
tidak melekat ne bis in idem, yaitu:
Cara mengajukan eksepsi ini sama dengan eksepsi prosesual tunduk pada
Pasal 136, Pasal 114 Rv, yaitu pada jawaban pertama, bersama-sama
dengan bantahan terhadap pokok perkara (verweer ten principale), dan
apabila pengajuan dilakukan tergugat di luar ketentuan itu, eksepsi gugur,
dan hakim tidak perlu menilai dan mempertimbangkannya.
Cara penyelesaian, merujuk pada Pasal 136 HIR, yaitu; Diperiksa dan
diputus bersama-sama dengan pokok perkara; Tidak diperiksa dan
dipertimbangkan secara terpisah dengan pokok perkara; dan Oleh karena
itu, penyelesaian eksepsi materiil, tidak berbentuk putusan sela, tetapi
langsung sebagai satu kesatuan dengan putusan pokok perkara dalam
bentuk putusan akhir. Adapun jenis-jenis Eksepsi Materiil (Materiele
Exceptie) terdiri dari:
a) Exceptio dilatoria
Disebut juga dilatoria exeptie, yang berarti:
b) Exeptio Peremptoria