Anda di halaman 1dari 23

PENYELESAIAN PERSELISIHAN

HUBUNGAN INDUSTRIAL

ELVIRA DEWI KURNIA (2020501011)


M. SATRIA ATMAJA (2020501023)
VICKY YULVIAN RINALDI (2020501030)
Pengertian dan Makna Perselisihan
Hubungan Industrial
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan. Dalam pasal 1 angka 16
mengartikan “Hubungan Industrial  adalah suatu sistem
hubungan yang terbentuk antara para pelaku dalam
proses produksi barang dan/atau jasa yang terdiri dari
unsur pengusaha, pekerja/buruh, dan pemerintah yang
berdasarkan nilai nilai Pancasila dan Undang- Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”.
Meninjau dari pengertian undang-undang tersebut
dapat ditarik kesimpulan hubungan industrial
merupakan hubungan antara seluruh pihak terkait
dan berkepentingan. Terutama yang menangani
proses produksi maupun pelayanan dari sebuah
suatu perusahaan. Agar perusahaan dapat berjalan
dengan baik, dapat memulai untuk menciptakan
hubungan industrial yang sejalan,
mensejahterakan, harmonis, serta aman.
Jenis-jenis Perselisihan Hubungan
Industrial
A. Perselisihan Hak
B. Perselisihan Kepentingan
C. Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja
(PHK)
D. Perselisihan Antar Serikat Pekerja
Perselisihan Hak

Perselisihan hak adalah perselisihan yang


berkaitan dengan pelaksanaan hak yang telah
diperjanjikan dalam Peraturan Perusahaan (PP)
dan Perjanjian Kerja Bersama (PKB). Sedangkan
hak-hak yang diatur di dalam peraturan
perundang-undangan (hukum publik), tidak dapat
diselesaikan dengan cara perselisihan hubungan
industrial, tetapi diselesaikan melalui proses
hokum pidana, karena merupakan pelanggaran
peraturan perundangundangan
Perselisihan Kepentingan

Perselisihan kepentingan adalah perselisihan yang


berkaitan dengan ketidaksesuaian paham tentang
syarat-syarat kerja yang tidak diatur dalam
perjanjian, perjanjian kerja, maupun perjanjian
kerja bersama.
Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja
(PHK)
Perselisihan PHK adalah perselisihan yang terjadi
berkaitan dengan ketidaksesuaian paham dalam
pelaksanaan pemutusan hubungan kerja yang akan
dilakukan oleh perusahaan kepada pekerja/buruh,
baik persetujuan tentang PHK nya sendiri, proses
PHK, maupun besarnya pesangon.
Perselisihan Antar Serikat Pekerja

Merupakan perselisihan yang terjadi antar serikat


pekerja atau gabungan serikat pekerja dalam satu
perusahaan mengenai keanggotaan, serta
pelaksanaan hak dan kewajiban keserikatkerjaan.
TATA CARA PENYELESAIAN PERSELISIHAN
HUBUNGAN INDUSTRIAL

1. Perundingan Bipartit
Berdasarkan pasal 3 ayat 1 UU No. 2 Tahun 2004,
perundingan bipartit adalah perundingan antara
pengusaha atau gabungan pengusaha dan pekerja atau
serikat pekerja / serikat buruh atau antara serikat
pekerja / serikat buruh dan serikat pekerja / serikat
buruh yang lain dalam satu perusahaan yang berselisih.
Perundingan Bipartit adalah perundingan secara
musyawarah untuk mencapai mufakat.
2. Perundingan Tripartit
Perundingan dilakukan oleh pekerja dengan pengusaha
dimana melibatkan fasilitator yakni pihak ketiga. Tahapan
perundingan tripartit sebagai berikut ini :
A. Mediasi : Penyelesaian dilakukan dengan cara
musyawarah yang dipimpin satu orang ataupun lebih.
B. KonsialisasI : Penyelesaian dilakukan secara musyawarah

dengan penengahnya seorang konsiliator


C. Arbitrase : Merupakan penyelesaian perselisihan yang
dilakukan di luar Pengadilan Hubungan Industrial.
Pengadilan Hubungan Industrial
(PHI)Berdasarkan Pasal 56 Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan di
Indonesia, PHI memiliki kompetensi absolut dalam 
memeriksa dan memutus perkara, antara lain:
• Pada tingkat pertama tentang perselisihan hak
• Pada tingkat pertama dan terakhir terkait
perselisihan kepentingan
• Pada tingkat pertama terkait perselisihan
pemutusan hubungan kerja (PHK) 
• Pada tingkat pertama dan terakhir terkait
perselisihan serikat pekerja atau buruh yang
terjadi dalam suatu perusahaan
Mekanisme Penyelesaian Perselisihan hubungan Industrial

Undang-undang Nomor 2 Tahun 2004 menganut penyelesaian perselisihan


melalui pengadilan dan di luar pengadilan. Penyelesaian perselisihan
hubungan industrialmengedepankan musyawarah untuk mufakat (melalui
win-win solution) agar dengan demikian, proses produksi barang dan jasa
tetap berjalan sebagaimana mestinya.
▫ Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Melalui Perundingan
Bipartit (Pasal 3- Pasal 7 UU Nomor 2 Tahun 2004).
▫ Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Melalui Konsiliasi (Pasal
17- Pasal 28)
▫ Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Melalui Arbitrase (Pasal
29 - Pasal
54)
▫ Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Melalui Mediasi (Pasal 8
- Pasal 16).
▫ Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Melalui Pengadilan
Hubungan Industrial (Pasal 55- pasal 58).
PROSUDER DAN MEKANISME PENYELESAIAN PERSELISIHAN
INDUSTRIAL

Prosedur dan Mekanisme Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial


ini akan menjelaskan mekanisme yang harus dilalui pada setiap tahapan
dan cara penyelesaian perselisihan hubungan industrial, termasuk tentang
alokasi waktu yang harus ditempuh.

Prosedur dan Mekanisme Penyelesaian Cara Bipartit

Setiap jenis perselisihan hubungan industrial harus diselesaikan secara bi-


partit di dalam internal perusahaan, agar dicapai kesepakatan melalui
musyawarah untuk mencapai mufakat antara pengusaha dengan pekerja
yang dilandasi rasa kekeluargaan. Dalam tenggang waktu 30 hari kerja
diharapkan dapat dicapai kesepakatan, yang dituangkan dalam persetujuan
bersama. Apabila tidak tercapai kesepakatan, kedua pihak harus bersepakat
untuk menyelesaikan perselisihan melalui jasa pihak ketiga, dengan opsi
jasa mediasi, konsiliasi jasa atau Arbitrase
PENYELESAIAN CARA BIPARTIT
Prosedur dan Mekanisme Penyelesaian melalui Mediasi.

A. Dalam waktu selambat-lambatnya 7(tujuh) hari kerja setelah


menerima permintaan tertulis dari pihak-pihak yang berselisih.
B. Mengadakan penelitian tentang duduk perkara dan segera
mengadakan persidangan mediasi.
C. Dalam hal mencapai kesepakatan maka dibuat Persetujuan
Bersama yang ditandatangani para pihak dan diketahui oleh
Mediator serta didaftar di Pengadilan Hubungan Industrial pada
Pengadilan Negeri di wilayah pihak yang mengadakan Perjanjian
Bersama.
D. Dan sebaliknya apabila tidak mencapai kesepakatan maka
Mediator mengeluarkan surat anjuran tertulis selambatlambatnya
10 (sepuluh) hari kerja sejak sidang mediasi pertama kepada para
pihak dan para pihak memberikan jawaban atas surat anjuran
yang dikeluarkan Mediator selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari
kerja sejak menerima anjuran.
 
BAGAN PENYELESAIAN
MELALUI MEDIASI
Prosedur dan Mekanisme Penyelesaian melalui Konsiliasi

a) Dalam waktu selambat-lambatnya 7(tujuh) hari kerja setelah menerima


permintaan tertulis dari pihak-pihak yang berselisih.
b) Mengadakan penelitian tentang duduk perkara dan segera mengadakan
persidangan konsiliasi.
c) Dalam hal mencapai kesepakatan maka dibuat Perjanjian Bersama
yang ditandatangani para pihak dan diketahui oleh Konsiliator serta
didaftar di Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri di
wilayah pihak yang mengadakan Perjanjian Bersama.
d) Dan sebaliknya apabila tidak mencapai kesepakatan maka Konsiliator
mengeluarkan surat anjuran tertulis selambatlambatnya 10 (sepuluh)
hari kerja sejak sidang konsiliasi pertama kepada para pihak dan para
pihak memberikan jawaban atas surat anjuran yang dikeluarkan
Konsiliator selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja sejak
menerima anjuran.
e) Konsiliator harus terdaftar pada Instansi yang bertanggung jawab di
bidang ketenagakerjaan dan memenuhi syarat-syarat yang telah
ditetapkan serta harus ada legitimasi oleh Menakertrans atau Pejabat
yang berwenang di bidang ketenagakerjaan.
BAGAN PENYELESAIAN
MELALUI KONSILIASI
Prosedur dan Mekanisme Penyelesaian melalui Arbitrase

a) Dalam waktu selambat-lambatnya 7(tujuh) hari kerja setelah menerima


permintaan tertulis dari pihak-pihak yang berselisih
b) Mengadakan penelitian tentang duduk perkara dan segera mengadakan
persidangan arbitrase
c) Dalam hal mencapai kesepakatan maka dibuat Akte Perdamaian yang
ditandatangani para pihak dan diketahui oleh Arbiter serta didaftar di
Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri di wilayah
pihak yang mengadakan Akte Perdamaian
d) Dan sebaliknya apabila tidak mencapai kesepakatan maka Arbiter
mengeluarkan surat putusan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari
kerja sejak penandatangan surat perjanjian penunjukan Arbiter dan
Arbiter berwenang untuk memperpanjang jangka waktu penyelesaian
perselisihan hub industrial 1 (satu) kali perpanjangan selambat-
lambatnya 14 (empat belas) hari kerja serta apabila salah satu pihak
menolak putusan tersebut maka putusan dapat diajukan pembatalan/
Peninjauan Kembali kepada Mahkamah Agung
e) Arbiter harus terdaftar pada Instansi yang bertanggung jawab di bidang
ketenagakerjaan dan memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan
serta harus ada legitimasi oleh Menakertrans atau Pejabat yang
berwenang di bidang ketenagakerjaan.
 
BAGAN PENYELESAIAN
MELALUI ABRITRASE
PROSEDUR DAN MEKANISME PENYELESAIAN
PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL SECARA
MENYELURUH

Di bawah ini dapat di tampilkan bagan prosedur dan mekanisme


penyelesaian perselisihan hubungan industrial secara lengkap dan
menyeluruh mulai tahapan bi-partit hingga penyelesaian banding melalui
Peradilan Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (PPHI), bahkan
sampai proses Kasasi ke Mahkamah Agung (MA).
 
BAGAN PENYELESAIAN
SECARA KESELURUHAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai