Di susun oleh:
Akuntansi 1-24
2018/2019
BAB I PENDAHULUAN
Kekhususan yang terpenting dari Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 dapat dilihat
antara lain :
1. Tidak dikenakan biaya perkara termasuk biaya eksekusi yang nilai gugatannya di bawah
Rp 150.000.000,- (seratus limapuluh juta rupiah), sesuai Pasal 58 Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2004.
Dari penjelasan di atas, maka harapan akan singkatnya waktu penyelesaian sengketa
/ perselisihan hubungan industrial lewat jalur litigasi ini akan dapat diwujudkan, dan apabila
dihitung, hanya perlu waktu paling lama 3 (tiga) bulan. Hal ini tentunya sejalan dengan azas
peradilan Indonesia yakni sederhana, cepat dan berbiaya ringan sebagaimana digariskan di
dalam Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Nomor 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan
Kehakiman.
Pengadilan Hubungan Indutrial yang memakai hukum acara khusus yaitu Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial,
adalah Pengadilan Hubungan Industrial pada setiap Pengadilan Negeri Kabupaten/Kota yang
berada di setiap ibukota provinsi yang daerah hukumnya meliputi propinsi yang
bersangkutan.
BAB II PEMBAHASAN
Hubungan Industrial adalah suatu sistem hubungan yang terbentuk antara para
pelaku dalam proses produksi barang dan atau jasa yang terdiri dari unsur pengusaha,
pekerja atau buruh, dan pemerintah yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UU No.13 Tahun 2013 tentang
Ketenagakerjaan).
Pasal 55 “Pengadilan Hubungan Industrial merupakan pengadilan khusus yang berada pada
lingkungan peradilan umum”
Pasal 56 “Pengadilan Hubungan Industrial bertugas dan berwenang memeriksa dan
memutus:
Manusia adalah makhluk sosial (zoon politicon), yakni makhluk yang tidak dapat
melepaskan diri dari berhubungan dengan orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
sehari-hari. Dalam melakukan suatu hubungan pastinya terkadang berjalan sebagaimana
yang kita inginkan dan tidak kita inginkan. Begitunpula di dalam hubungan industrial, yakni
hubungan antara pekerja atau buruh dan pengusaha adakalanya juga dapat terjadi
pertentangan-pertentangan, perbedaan-perbedaan atau konflik, sehingga menimbulkan
apa yang dinamakan perselisihan hubungan industrial. Oleh sebab itu, adanya pengadilan
hubungan industrial ini bertujuan untuk meminimalisir adanya tindakan-tindakan diluar
hukum, aturan hukum inilah yang digunakan untuk menyelesaikan segala macam
perselisihan yang berhubungan dengan masalah-masalah ketenagakerjaan atau hukum
acaranya yang telah diatur di dalam UUPPHI.
1. Perselisihan Hak,
2. Perselisihan Kepentingan,
a. Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan
dalam bentuk lain.
b. Serikat Pekerja adalah suatu organisasi yang dibentuk dari, oleh dan untuk
pekerja/buruh baik di perusahaan maupun di luar perusahaan baik bersifat bebas, terbuka,
mandiri, demokratis, membela serta melindungi hak dan kepentingan pekerja/buruh serta
meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya.
c. Pengusaha adalah:
2) Orang perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang secara berdiri sendiri
menjalakan perusahaan bukan miliknya.
d. Perusahaan adalah:
1) Setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang perseorangan, milik
persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik swastamaupun milik negara yang
memperkerjakan pekerja/buruh degan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.
3) Persekutuan atau badan hukum yang dimaksud disini adalah Perusahaan Swasta, Badan
Usaha milik Negara/Daerah, usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang tidak terbentuk
perusahaan, tetapi mempunyai pengurus dan memperkerjakan orang lain dengan
membayar upah.
1. Perselisihan Hak
Perselisihan hak adalah perselisihan yang timbul karena tidak dipenuhinya hak,
akibat adanya perbedaan pelaksanaan atau penafsiran terhadap ketentuan peraturan
perundang-undangan, perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama
(Pasal 1 ayat 2 UUPPHI).
2. Perselisihan Kepentingan
Perselisihan kepentingan adalah perselisihan yang timbul dalam hubungan kerja
karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai pembuatan, dan/atau perubahan
syarat-syarat karja yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, atau peraturan perusahaanm
atau perjanjian kerja bersama (pasal 1 ayat 3 UUPPHI).
Jadi, Perselisihan PHK itu timbul stelah adanya PHK yang dilakukan oleh salah satu
pihak, yang mana ada salah satu pihak yang tidak menyetujui atau keberatan atas adanya
PHK tersebut. Dengan kata lain, setelah adanya PHK, maka timbullah perselisihan PHK.
Berdasarkan pengertian diatas, berarti bahwa di dalam sebuah perusahaan bisa saja
terdapat beberapa serikat pekerja/serikat buruh. Dalam Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh menentukan bahwa pendirian
organisasi buruh sudah dapat dilakukan apabila mempunyai 10 orang anggota.
a. Perundingan Bipartite
Perundingan bipartite sama dengan negosiasi, yaitu menyelesaikan sengketa oleh
para pihak tanpa melibatkan pihak lain dengan tujuan mencari kesepakatan bersama atas
dasar kerjasama yang harmonis dan kreatif. [14] Menurut UU No.2 Tahun 2004 pengertian
perundingan bipartite merupakan perundingan antara pekerja/buruh atau serikat
pekerja/serikat buruh dengan pengusaha untuk menyelesaikan perselisihan hubungan
industrial. Undang-undang secara tegas telah menentukan bahwa setiap perselisihan dalam
hubungan indutrial antara pekerja dan pengusaha wajib hukumnya untuk diselesaikan
sendiri oleh pihak-pihak yang berselisih, yaitu secara bipartite sebelum menempuh jalur
penyelesaian yang lain.
2. Konsiliasi, adalah suatu cara penyelesaian suatu perselisihan hak, Kepentingan PHK dan
antar-serikat pekerja/serikat buruh dengan musyawarah yang ditengahi oleh seorang atau
lebih konsiliator yang netral. Konsiliator seorang atau lebih yang memenuhi syarat-syarat
sebagai konsiliator yang ditetapkan oleh menteri untuk bertugas melakukan mediasi dan
mempunyai kewajiban memberikan anjuran tertulis kepada para pihak yang berselisih untuk
menyelesaikan suatu perselisihan.
Kesimpulan
Pengadilan Hubungan Industrial adalah pengadilan khusus yang dibentuk di
lingkungan negeri yang berwenang memeriksa, mengadili, dan memberikan putusan sebagai
paksa terhadap perselisihan hubungan industrial. Seperti yang telah dijelaskan diatas tugas
dan wewenang yang termuat dalam Pasal 56 UU No.2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial bahwa pengadilin ini berwenang memeriksa, mengadili,
dan memutus suatu perselisihan hak, perselisihan kepentingan, perselisihan PHK dan
perselisihan antarserikat pekerja/serikat buruh dalam satu perusahaan. Dasar hukum
terbentuknya pengadilan hubungan industrial adalah Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004
tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial.
Daftar Pustaka
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial
http://ferantiknowledge.blogspot.com/2015/05/peradilan-hubungan-industrial.html?m=1