ABSTRAK
ABSTRACT
Industrial Relation Court is a special court which is in General Court. Industrial Relation Court is
a part of law reform effort in Indonesia especially in the part of employment law. Industrial
Relation Court is a special court settlement of industrial disputes which are dealt in normative
and will be resolved through formal legal mechanism. The presence of The Industrial Relation
Court is expected to bring a change for the struggle of the workers in order to fight for their
rights that had been perceived which is not obtain a legal assurance because of unsupported
legal instruments. Industrial Relation Court in Court of first instance in Medan is a special court
which checks and decides or hearing a case which has a relation between employer and worker
or labor. Legal relationship between employer and worker or labor has element of right and
duty. In normative, Law of procedure in settlement of industrial disputes still need a revision it is
because it deem that can’t accommodate and reflect the principle of fast, precise, fair and
inexpensive justice.
14
Jurnal Mercatoria Vol.7 No.1/Juni 2014 ISSN No:1979-8652
Hubungan Industrial Menurut UU No.2 Tahun 5Lihat Pasal 59 ayat (1) Undang-Undang
2004,Cetakan Pertama (Dss Publishing, 2005), Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian
halaman 3-4 Perselisihan Hubungan Industrial.
15
Jurnal Mercatoria Vol.7 No.1/Juni 2014 ISSN No:1979-8652
Industrial6, maka yang berlaku adalah hubungan kerja. Hal ini di sebabkan karena
ketentuan khusus tersebut sesuai asas “lex hubungan antara pekerja/buruh dan
specialis derogate lex generalis”. pengusaha merupakan hubungan yang
Undang-undang No. 2 Tahun 2004 didasari oleh kesepakatan para pihak untuk
Tentang Penyelesaian Perselisihan meningkatkan diri dalam suatu hubungan
Hubungan Industrial mengatur penyelesaian kerja.Dalam hal salah satu pihak tidak
perselisihan hubungan industrial di luar menghendaki lagi untuk terikat dalam
pengadilan maupun di dalam Pengadilan hubungan kerja tersebut, maka sulit bagi
Hubungan Industrial.Penyelesaian para pihak untuk tetap mempertahankan
perselisihan hubungan industrial di luar hubungan yang harmonis. Oleh karena itu
pengadilan merupakan penyelesaian wajib perlu dicari jalan keluar yang terbaik bagi
yang harus ditempuh para pihak sebelum kedua belah pihak untuk menentukan
para pihak menempuh penyelesaian melalui bentuk penyelesaian, sehingga Pengadilan
pengadilan hubungan Hubungan Industrial yang diatur dalam
industrial.Penyelesaian perselisihan di luar Undang-undang ini akan dapat
pengadilan mengutamakan musyawarah menyelesaikan kasus-kasus pemutusan
untuk mufakat. UU No. 2 Tahun 2004, hubunga kerja yang tidak diterima oleh salah
menetapkan 4(empat) jenis perselisihan satu pihak.
yaitu: Sejalan dengan era keterbukaan dan
1. Perselisihan Hak; demokratisasi dalam dunia industri yang
2. Perselisihan Kepentingan; diwujudkan dengan adanya kebebasan untuk
3. Perselisihan Pemutusan Hubungan berserikat bagi pekerja/buruh, maka jumlah
Kerja; dan serikat pekerja/serkat buruh di satu
4. Perselisihan Antar Serikat perusahaan tidak dapat di batasi.Persaingan
Pekerja/Serikat Buruh hanya dalam diantara serikat pekerja/serikat buruh di
1(satu) perusahaan. satu perusahaan ini dapat mengakibatkan
Hubungan Industrial, yang perselisihan di antara serikat
merupakan keterkaitan kepentingan antara pekerja/serikat buruh yang pada umumnya
pekerja/buruh dengan pengusaha, terkaitan dengan masalah keanggotaan dan
berpotensi menimbulkan perbedaan keterwakilan di dalam perundingan
pendapat, bahkan perselisihan antara kedua pembuatan perjanjian kerja bersama.
belah pihak. Perselisihan di bidang Peraturan perundang-undangan yang
hubungan industrial yang selama ini dikenal mengatur tentang penyelesaian perselisihan
dapat terjadi mengenai hak yang telah hubungan industrial selama ini ternyata
ditetapkan, atau mengenal keadaan belum mewujudkan penyelesaian
ketenagakerjaan yang belum ditetapkan baik perselisihan secara cepat, tepat, adil, dan
dalam perjanjian kerja, peraturan murah.Undang-undang Nomor 22 Tahun
perusahaan, perjanjian kerja bersama 1957 yang selama ini digunakan sebagai
maupun peraturan perundang-undangan. dasar hukum penyelesaian perselisihan
Perselisihan hubungan industrial hubungan dirasa tidak dapat lagi
dapat pula disebabkan oleh pemutusan mengakomodasi perkembangan-
hubungan kerja. Ketentuan mengenai perkembangan yang terjadi, karena hak-hak
pemutusan hubungan kerja yang selama ini pekerja/buruh perseorangan belum
diatur di dalam Undang-undang Nomor 12 terakomodasi untuk menjadi pihak dalam
Tahun 1964 tentang Pemutusan Hubungan perselisihan hubungan industrial.
Kerja di Perusahaan Swasta, ternyata tidak Undang-undang Nomor 22 Tahun
efektif lagi untuk mencegah serta 1957 yang selama ini digunakan sebagai
menanggulangi kasus-kasus pemutusan dasar hukum penyelesaian perselisihan
hubungan industrial hanya mengatur
penyelesaian perselisihan hak dan
6Lihat Pasal 57 Undang-Undang Nomor 2 perselisihan kepentingan secara kolektif,
Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan sedangkan penyelesaian perselisihan
Hubungan Industrial.
16
Jurnal Mercatoria Vol.7 No.1/Juni 2014 ISSN No:1979-8652
17
Jurnal Mercatoria Vol.7 No.1/Juni 2014 ISSN No:1979-8652
18
Jurnal Mercatoria Vol.7 No.1/Juni 2014 ISSN No:1979-8652
ini salah satu penyebab bahwa pekerja atau sengketa pekerja atau buruh dan
buruh merasa tidak pernah mendapat pengusahaan, pada hal substansi yang
keadilan. menjadi harapan pekerja atau buruh dan
Harapan pekerja atau buruh perusahaan, dan selama ini menjadi
terhadap keberadaan Pengadilan Hubungan persoalan krusial bagi kaum pekerja atau
Industrial pada Pengadilan Negeri Medan buruh dan perusahaan disamping lamanya
adalah agar sengketa-sengketa perselisihan proses berperkara adalah juga mandulnya
dapat diselesaikan dengan tepat waktu, proses pelaksanaan putusan (eksekusi).
harapan bahwa pengadilan adalah lembaga Meskipun perselisihan itu telah
penyelesaian sengketa semakin pudar bagi diputus oleh P4D atau P4P dan telah
pencari keadilan. berkekuatan hukum tetap (inkracht), namun
Ada beberapa faktor yang tetap saja terkendala pada proses
menyebabkan lamanya menunggu satu pelaksanaan eksekusinya. Hal ini disebabkan
putusan yang sudah berkekuatan hukum karena P4P sendiri tidak berwenang
tetap.Hal ini dapat saja disebabkan melakukan eksekusi. Proses eksekusi
penumpukan perkara yang masuk ke diserahkan kepada Dinas Tenaga Kerja
pengadilan tidak didukung oleh sarana setempat yang dalam prakteknya sangat
maupun prasarana, sehingga menimbulkan jarang dapat terlaksana.
asumsi publik yang negatif terhadap Pengadilan Hubungan Industrial
putusan-putusan yang diputus oleh melaksanakan putusan yang telah
pengadilan. berkekuatan hukum tetap (inkracht), maka
Lambatnya badan peradilan dalam tatacara yang berlaku adalah sama dengan
menyelesaikan perkara dan seringnya terjadi pelaksanaan putusan pengadilan dalam
penumpukan perkara menimbulkan rasa perkara yang dalam hal ini dilakukan oleh
tidak percaya yang tinggi dari masyarakat Panitera dan Juru Sita dipimpin oleh Ketua
pencari keadilan, karena peradilan dianggap Pengadilan (Pasal 36 ayat (3) Undang-
tidak lagi memenuhi harapan ideal mereka Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang
akan hukum. Padahal peradilan sebagai Penyelesaian Perselisihan Hubungan
pelaksanaan kekuasaan yang resmi dalam Industrial).
negara memiliki peran penting. Hal ini setidaknya dapat menepis
M. Yahya Harahap menyebutkan ada keraguan para aktivis buruh jikalau putusan
2 (dua) peran penting badan peradilan inkracht tersebut akan bersifat hampa
dalam negara hukum dan masyarakat (illusoir) karena perangkat hukum untuk itu
demokrasi yaitu : 7 memang sudah sangat jelas. Terutama
1. Peradilan berperan sebagai katup adanya kewenangan Majelis Hakim
penekan (pressure valve) atas segala Pengadilan Industrial atas dasar
pelanggaran hukum, ketertiban permohonan para pihak untuk menjatuhkan
masyarakat, dan pelanggaran ketertiban putusan sela maupun sita jaminan
umum. (conservatoir beslag) bahkan penerapan
2. Peradilan sebagai tempat terakhir putusan serta merta (uitvoerbaar bij
mencari kebenaran dan keadilan (to voorraad) yang tentunya akan lebih
enforce the truth and enforce justice). memuluskan jalan proses eksekusi.
Perkara diputus ditingkat pertama, dan Pengadilan Hubungan Industrial
tingkat kasasi, serta murah dalam biaya diharapkan dapat membawa perubahan
perkara, hal ini membuat pekerja atau bagi pekerja atau buruh dan pengusaha dan
buruh dapat terbantu baik kecepatan perusahaan untuk mempermudah
waktu perkara dan biaya perkara. penyelesaian perselisihan antara pekerja
Perbandingan pelaksanaan putusan atau buruh dan pengusaha dan perusahaan
pada saat Lembaga P4D penyelesaian terutama mengenai hak-hak dan
kewajibannya agar mendapat suatu
7 M. Yahya Harahap, Hukum Acara kepastian hukum (Rechtssicherheit),
Perdata, cetakan kedua, (Jakarta: Sinar Grafika kemanfaatan (Zweckmassigheit) dan keadilan
Offset, , 2005), halaman 853 (Gerechtheit).
19
Jurnal Mercatoria Vol.7 No.1/Juni 2014 ISSN No:1979-8652
20
Jurnal Mercatoria Vol.7 No.1/Juni 2014 ISSN No:1979-8652
pokoknya mengatur hubungan antara tenaga yang nota bene lebih mampu dari pekerja
kerja dan pengusaha, antara tenaga kerja diberikan kedudukan yang sama oleh
dengan penguasa.11 undang-undang dalam beban biaya perkara.
Menurut N.E.H van Esveld, Hukum Hal ini akan dapat terlihat nyata ketika
Perburuhan adalah hukum yang mengatur, pengusaha melakukan pemutusan hubungan
baik di dalam hubungan kerja yaitu kerja terhadap pekerjanya secara sepihak
hubungan kerja itu dilakukan di bawah dan/atau memohon penetapan pemutusan
pimpinan orang lain, maupun di luar hubungan kerja kepada Pengadilan
hubungan kerja yang pekerjaannya Hubungan Industrial vide ketentuan Pasal
dilakukan atas tanggung jawab sendiri.12 151 ayat (3) Undang-Undang Nomor 13
Perselisihan hubungan industrial Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan tanpa
(untuk selanjutnya disingkat PHI) adalah dikenakan biaya perkara, sehingga
perselisihan khas. Khas karena subjek pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja
hukumnya maupun objek hukumnya. akan dapat cenderung dilakukan oleh
Kekhasan ini melahirkan sesuatu yang pengusaha secara semena-mena.
menarik dari sisi socio-legal, karena tujuan Berdasarkan analisa yuridis normatif
perilaku pengusaha dan tujuan perilaku di atas, maka penerapannya dapat dianalisis
pekerja kadang-kadang sulit diharmonikan dari sisi sosiologi hukum (legal social) dalam
persoalan keadilan dalam penyelesaian hal ini perilaku (behaviour) pengusaha
perselisihan hubungan industrial bukan adalah perilaku ekonomi yang berupaya
persoalan “hakim ad hoc” atau “hakim karir”, menghindari pengeluaran biaya perkara.
melainkan bersumber pada kekhasan Perilaku pengusaha akan menjadi lebih kuat
Perselisihan Hubungan Industrial.13 karena didukung oleh ketentuan normatif
Salah satu ketentuan khusus dalam yang sudah membuka celah perilaku
hukum acara penyelesaian perselisihan pengusaha tersebut untuk melakukan
hubungan industrial adalah tentang ongkos pemutusan hubungan kerja semena-mena,
perkara yakni ketentuan Pasal 58 Undang- tanpa penetapan Lembaga Penyelesaian
Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Perselisihan Hubungan Industrial, sebab
Penyelesaian Perselisihan Hubungan kalaupun digugat di pengadilan oleh pekerja
Industrial yang menyatakan: ”Dalam proses atau buruh maka pengusaha akan tidak
beracara di Pengadilan Hubungan Industrial dikenakan biaya apapun. Hal ini dapat
Industrial pihak-pihak yang berperkara tidak dibuktikan dari data yang ada bahwa
dikenakan biaya, termasuk biaya eksekusi perkara yang masuk ke Pengadilan
yang nilai gugatannya di bawah Rp Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri
150.000.000,- (seratus lima puluh juta Medan hampir seluruhnya adalah
rupiah)”. perselisihan pemutusan hubungan kerja.
Secara yuridis normatif, ketentuan Pada prakteknyaberdasarkan hasil
ini terlihat adil bagi pekerja sebagai pihak dari pengalaman penulis sendiri selaku salah
yang lebih lemah dan perlu dilindungi, tetapi satu Hakim Adhoc Pengadilan Hubungan
dari sisi pengusaha atau perusahaan tidak Industrial, ternyata untuk menetapkan nilai
mencerminkan keadilan, sebab perusahaan gugatan Rp.150.000.000,- dari Penggugat
terdapat kendala. Dalam petitum gugatan
11 Senjun Manullang, Pokok-Pokok Penggugat, sering dituntut upah proses yang
Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Jakarta: harus dibayar tiap bulannya sampai putusan
Rineka Cipta, 1990), halaman 1 berkekuatan hukum tetap tanpa ada
12 Iman Sjahputra Tunggal, Hukum perhitungan berapa nilainya, sehingga tidak
Ketenagakerjaan, (Jakarta: Harvarindo, 2013), pasti berapa jumlahnya dan kemungkinan
halaman 5 nilai gugatan dapat saja menjadi lebih dari
13Abdul Rachmad Budiono, Makalah :
Rp.150.000.000,- apabila tuntutan
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
Dalam Perspektif Socio-Legal, disampaikan pada dikabulkan.
“Silaturrohim Nasional Hakim Ad Hoc Pengadilan Teerhadap tuntutan dwangsoom
Hubungan Industrial” di Hotel Garden Palace, berupa tuntutan pembayaran sejumlah uang
Surabaya,tanggal 6 April 2013 apabila putusan tidak dijalankan oleh pihak
21
Jurnal Mercatoria Vol.7 No.1/Juni 2014 ISSN No:1979-8652
yang dihukum untuk melaksanakannya, juga Ini juga menjadi kendala dalam praktek
dapat menjadikan nilai gugatan di atas penerapan hukum acara khusus di
Rp.150.000.000,- apabila dikabulkan. Pengadilan Hubungan Industrial.
Hasil wawancara penulis dengan Buruh atau Pekerja tidak dapat
pihak pengurus serikat pekerja dan pekerja, merasakan keadilan pada dirinya sendiri
akibat adanya tuntutan upah proses dan dikarenakan setelah putusan dijatuhkan oleh
dwangsoom yang tidak diterakan atau Majelis Hakim, walaupun biaya perkara
dipastikan jumlahnya tersebut, Kepaniteraan ditanggung oleh Negara, untuk mendapatkan
Muda Pengadilan Hubungan Industrial pada haknya melalui eksekusi juga dapat
Pengadilan Negeri Medan menolak terhambat oleh pembiayaan yang harus
menerima pendaftaran gugatan prodeo dikeluarkan karena nilai putusan bertambah
(tanpa pembayaran atau SKUM) dengan melebihi Rp.150.000.000,-.
alasan nilai gugatan dapat melebihi Menurut analisa penulis, kalaupun
Rp.150.000.000,- sebagaimana diuraikan di nilai putusan melebihi Rp.150.000.000,-
atas, sehingga sering sekali pekerja kecewa melampaui nilai gugatan yang dituntut oleh
atau bahkan timbul adu argumen bahkan penggugat, hal ini dapat saja terjadi sebab
sampai timbul amarah di kantor memang terbukti di persidangan dan
Kepaniteraan Muda Pengadilan Hubungan berdasarkan menurut hukum upah proses
Industrial pada Pengadilan Negeri Medan. dapat dikabulkan yang merupakan hak
Ketentuan khusus ini dibuat negara normatif pekerja. Apabila dilihat dari azas
pada dasarnya bertujuan untuk melindungi hukum acara perdata umumnya, seolah-olah
pekerja dari beban pembiayaan perkara, Majelis Hakim mengabulkan melebihi yang
agar pekerja dapat menuntut haknya dengan dituntut oleh Penggugat (ultra petita), tetapi
beracara di pengadilan tanpa harus dalam perselisihan hak atau perselisihan
membayar ongkos perkara. pemutusan hubungan kerja, secara tegas
Berdasarkan hasil wawancara telah diatur dalam Undang-Undang Nomor
penulis dengan Panitera Muda Pengadilan 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri tentang apa saja hak-hak normatif pekerja di
Medan, Ibu Martinah Hanum, SH.MH, 14 dalam hubungan kerja maupun setelah
beliau pernah mendapat teguran dari hubungan kerja yang berkaitan dengan
Mahkamah Agung karena tidak kelangsungan hidup atau nafkah pekerja
membebankan biaya perkara kepada berserta keluarganya yang tidak dapat
penggugat sebab jumlah putusan Majelis disimpangi.
Hakim Pengadilan Hubungan Industrial pada Berdasarkan hal tersebut perlu
Pengadilan Negeri Medan melebihi adanya pedoman dari Mahkamah Agung atau
Rp.150.000.000,- antara lain karena setidaknya Ketua Pengadilan Hubungan
dikabulkannya tuntutan upah proses, Industrial mengenai ketentuan ini, apakah
padahal ketika didaftarkan atau diajukan tuntutan upah proses dan dwangsoom harus
gugatan nilainya di bawah Rp.150.000.000,-. jelas tertera jumlahnya dan diperhitungkan
Masalah berikutnya adalah ketika dengan nilai gugatan, sehingga dalam
putusan itu akan dieksekusi, oleh pelaksanaannya tidak menimbulkan
Kepaniteraan Pengadilan dikenakan biaya pertentangan.
sebab nilainya telah melebihi Apabila nilai putusan menjadilebih
Rp.150.000.000,-. Hal ini sangat dari Rp.150.000.000,- berdasarkan
membingungkan pekerja dan/atau serikat ketentuan Pasal 58 Undang-Undang Nomor
pekerja pencari keadilan dan menimbulkan 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan
perdebatan dan sinisme dari kaum buruh Hubungan Industrial, maka dalam diskusi
terhadap Pengadilan Hubungan Industrial. Para Hakim Karir dan Hakim Adhoc
Pengadilan Hubungan Industrial pada
14Hasil Wawancara penulis dengan Ibu Pengadilan Negeri Medan, yang menjadi
Martinah Hanum, SH.MH selaku Panitera Muda patokan apakah ongkos perkara sampai
Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan dengan eksekusi dibebankan kepada negara
Negeri Medan, 24 Maret 2013
22
Jurnal Mercatoria Vol.7 No.1/Juni 2014 ISSN No:1979-8652
atau tidak adalah nilai gugatan bukan nilai 115 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004
putusan. Hal inilah yang telah dilakukan oleh tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Panitera Muda Pengadilan Hubungan Industrial di atas sudah mencerminkan
Industrial menjawab teguran Mahkamah reformasi ketentuan hukum dalam rangka
Agung dan ternyata dapat diterima dan mewujudkan azas peradilan yang cepat
eksekusi dapat dijalankan tanpa dibebani menjawab kebutuhan kepastian,
ongkos, akan tetapi alangkah baiknya apabila kemanfaatan serta keadilan hukum yang
Mahkamah Agung mengeluarkan pedoman berkembang di dalam masyarakat, terutama
mengenai hal ini, sehingga tidak lagi untuk kaum pekerja atau buruh, akan tetapi
menimbulkan polemik, dan juga kepada dalam prakteknya atau penerapan
Penggugat agar mencantumkan besar upah hukumnya belum tentu terwujud harapan
proses ataupun dwangsoom yang dimaksud.
dituntutnya, sehingga nilai gugatan menjadi Berikut ini akan dianalisis
jelas. penerapannya berdasarkan tingkat
1. Analisis penerapan ketentuan tentang penyelesaian perselisihan hubungan
batas waktu penyelesaian perselisihan industrial yakni:
hubungan industrial vide Pasal 3 ayat 1. Batas waktu di tingkat non litigasi.
(2) jo. Pasal 15 jo. Pasal 103 jo. Pasal Ketentuan Pasal 3 ayat (2) jo. Pasal 15
115 Undang-Undang Nomor 2 Tahun Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004
2004 tentang Penyelesaian Perselisihan tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Hubungan Industrial Industrial adalah batas waktu penyelesaian
Dasar hukum Hukum Acara di perselisihan di tingkat non litigasi yakni
Pengadilan Hubungan Industrial adalah bipartite dan mediasi atau konsiliasi. Di
sebagai berikut:15 tingkat bipartit dan mediasi atau konsiliasi
a. HIR (Het Herziene Indonesisch masing-masing maksimal selama 30 hari
Reglemen) Staatblad 1941 No. 44 yo. kerja sejak dimulainya perundingan.
Stb 1941 No.32 yo. 98 yo. Stb 1926
No.496, yaitu Hukum Acara Perdata 2. Batas waktu di tingkat litigasi.
bagi Bangsa Indonesia dan Timur a. Tingkat Pertama
Asing di Jawa dan Madura (sering Mengenai penerapan batas waktu
juga disebut RIB - Reglemen penyelesaian di tingkat litigasi atau
Indonesia Yang Diperbarui); Pengadilan Hubungan Industrial pada
b. RBg. (Reglement Tot Regeling Van Het Pengadilan Negeri, untuk tingkat pertama
Rechtswezen in De Gewesten Buiten batas waktunya adalah 50 hari kerja
Java en Madura) Stb. 1927 No. 227, terhitung sejak sidang pertama sebagaimana
yaitu Reglemen Acara Perdata untuk ditetapkan dalam ketentuan Pasal 103
daerah luar Jawa dan Madura (HIR Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004
dan RBg berlaku berdasarkan Psl. 57 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan
UU No. 2 tahun 2004). Industrial.
c. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 b. Tingkat kasasi
tentang Penyelesaian Perselisihan Menurut ketentuan Pasal 115
Hubungan Industrial Psl 55 s/d 115; Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004
d. Yurisprudensi. tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Apabila dianalisa secara yuridis Industrial, batas waktu penyelesaian di
normatif, maka seluruh ketentuan Pasal 3 tingkat kasasi adalah 30 hari kerja terhitung
ayat (2) jo. Pasal 15 jo. Pasal 103 jo. Pasal sejak tanggal penerimaan permohonan
kasasi.
15 Suparno, (Direktur Hukum dan
II. Analisis Pelaksanaan Eksekusi
Peradilan Mahkamah Agung R.I), Makalah :
Hukum Acara Perdata, (Jakarta:disampaikan
Ceramah disampaikan pada Pendidikan dan
Latihan Calon Hakim ad Hoc Pengadilan
Hubungan Industrial, Oktober 2006)
23
Jurnal Mercatoria Vol.7 No.1/Juni 2014 ISSN No:1979-8652
Pengadilan Hubungan Industrial, sebab Pakpahan (Direktur Hukum LBH SBSI SU) dan
perolehan hak-hak pekerja untuk Agus Butar-butar (Pengurus SPTI
kelangsungan kehidupannya dan Pematangsiantar)
18 Pasal 206 RBg/195 HIR menyatakan :
keluarganya harus cepat diberikan demi
keadilan dan kepastian hukum. Tentang menjalankan putusan dalam perkara
yang pada tingkat pertama diperiksa oleh
Pengadilan Negeri adalah atas perintah dan
dengan pimpinan Ketua Pengadilan Negeri yang
16 Djoko Sarwoko, bahan ceramah : pada tingkat pertama memeriksa perkara itu
”Pelaksanaan Putusan Perdata”, (Jakarta Selatan: menurut cara yang diatur dalam pasal - pasal
disampaikan pada : Pelatihan Tehnis Calon berikut ini.
Hakim Ad Hoc Pengadilan Hubungan Industrial , 19 K. Wantjik Saleh, Hukum Acara Perdata
24
Jurnal Mercatoria Vol.7 No.1/Juni 2014 ISSN No:1979-8652
25
Jurnal Mercatoria Vol.7 No.1/Juni 2014 ISSN No:1979-8652
26
Jurnal Mercatoria Vol.7 No.1/Juni 2014 ISSN No:1979-8652
27
Jurnal Mercatoria Vol.7 No.1/Juni 2014 ISSN No:1979-8652
Apabila tidak berhasil Ketua Pengadilan akan penerapannya juga mengalami banyak
memanggil sebagaimana diatur dalam hambatan untuk mencapai kepastian
perundang - undangan yang berlaku dalam hukum,walaupun di dalamnya telah ada
hukum acara perdata umum yakni RBg dan ketentuan khusus (lex specialist) dalam
HIR, jika tidak ada kesediaan Termohon penyelesaian perselisihan hubungan
Kasasi menjalankan bunyi dan isi putusan industrial. Pasal 57 Undang-Undang Nomor 2
selanjutkan akan dilakukan penetapan Tahun 2004 Penyelesaian Perselisihan
eksekusi terhadap barang perusahaan yang Hubungan Industrial membuka berlakunya
diajukan sebagai sita jaminan oleh Pemohon hukum acara perdata umum, terutama dalam
eksekusi. hal pemanggilan termasuk pemanggilan
Berdasarkan putusan tersebut delegasi, proses eksekusi, sita, lelang yang
tercermin pihak Termohon Eksekusi tidak tidak ada bedanya dengan hukum perdata
menjalankan bunyi atau isi putusan dengan umum yang masih menggunakan hukum
suka rela, hal seperti ini tidak mencerminkan produk penjajahan Belanda, yang filosofinya
teori keadilan sebagaimana dijelaskan John kedudukan para pihak adalah seimbang.
Rawls. Prinsip berpijak dari hadirnya kondisi
ketimpangan sosial dan ekonomi yang V. Penutup
kemudian dalam mencapai nilai-nilai Secara yuridis normatif hukum acara
keadilan dapat diperkenankan jika khusus penyelesaian perselisihan hubungan
memberikan manfaat bagi setiap orang, industrial belum dapat menegakkan hukum
khususnya terhadap kelompok masyarakat materil, sebab belum lengkap dan belum
yang kurang beruntung. mencerminkan asas peradilan cepat, tepat,
Menurut informan yang penulis adil dan murah, antara lain tentang biaya
wawancarai, rumit dan sangat panjang perkara masih menimbulkan penafsiran di
proses eksekusi putusan ini, mengakibatkan dalam praktek.
pemohon eksekusi hampir frustasi dan tidak Secara sosiologis penerapan hukum
percaya terhadap penegakan hukum dan acara khusus di Pengadilan Hubungan
sudah apatis terhadap hukum. Pada hukum Industrial masih belum terlaksana efektif
acara khusus penyelesaian perselisihan dan efisien sebagaimana yang seharusnya,
hubungan industrial pada Pengadilan sebab masih terdapat kendala yakni
Hubungan Industrial disebutkan gugatan ketentuan hukumnya membuka peluang
yang nilainya di bawah Rp 150.000.000,- untuk diabaikan karena tidak ada sanksi,
(seratus lima puluh juta) tidak dibebankan juga perilaku hukum pihak-pihak terkait
biaya termasuk eksekusi dalam hal ini yang belum melaksanakan budaya hukum
ditanggung negara, tetapi yang dialami yang baik.
sudah habis biaya separuh dari nilai putusan Eksekusi sebagai harapan terakhir
yang seharusnya diterima pekerja atau dari tegaknya hukum bagi pekerja, masih
buruh. tidak dapat terlaksana dengan berbagai
Sampai dengan Maret 2013 belum hambatan baik ketentuan hukum acaranya
dapat dilakukan lelang eksekusi oleh yang masih menggunakan hukum acara
Pengadilan Negeri Medan karena harus perdata umum, maupun hambatan perilaku
berkoordinasi dengan pelaksana lelang hukum masyarakat dan pelaksananya.
Negara karena aturannya memang demikian. Saran perlu dibentuk atau direvisi
Hal ini dikaitkan dengan teori hukum acara yang khusus di Pengadilan
keadilan sangatlah jauh dari harapan, teori Hubungan Industrial, sehingga hukum acara
keadilan menurut pendapat John Rawls, perdata umum tidak lagi diberlakukan,
perbedaan tertentu juga dapat diterima sehingga semangat dan jiwa penyelesaian
sepanjang meningkatkan atau membawa perselisihan hubungan industrial dapat
manfaat bagi orang-orang yang paling tidak terwujud, caranya dengan merevisi Undang-
beruntung. Undang Nomor 2 Tahun 2004Penyelesaian
Selain ketentuan-ketentuan khusus itu Perselisihan Hubungan Industrial.
sangat sedikit jumlahnya, ternyata
28
Jurnal Mercatoria Vol.7 No.1/Juni 2014 ISSN No:1979-8652
Perlunya dibuat pasal atau ketentuan Saleh, K.W., Hukum Acara Perdata RGB/HIR,
khusus mengatur cara menetapkan nilai Ghalia Indonesia, Jakarta
gugatan berkaitan dengan Pasal 58 Undang- Soepomo, I., 1992, Pengantar Hukum
Undang Nomor 2 Tahun 2004Penyelesaian Perburuhan, Djambatan, cetakan
Perselisihan Hubungan Industrial. kesepuluh
Para pelaku dan penegak hukum Faiz, P.M., Ikatan Peneliti Hukum
termasuk Hakim Pengadilan Hubungan Indonesia,Teori Keadilan John Rawls
Industrial dapat melakukan terobosan Dan Relevansi Konstitusi Indonesia,
dengan budaya hukum mengedepankan diakses 27 April 2013,
keadilan dan kepatutan daripada Ipenhi.blogspot.com/2013/01/teori-
menerapkan hukum normatif secara kaku keadilan-johnrawls-dan-
dan legalistik. relevansi.html
Undang-Undang Nomor : 2 Tahun 2004
DAFTAR PUSTAKA tentang Penyelesaian Perselisihan
Damanik, S., 2005, Hukum Acara Perburuhan, Hubungan Industrial.
Menyelesaikan Perselisihan Hubungan Undang-Undang Nomor : 13 Tahun 2003
Industrial Menurut UU No.2 Tahun tentang Ketenagakerjaan.
2004,Dss Publishing, Cetakan Putusan No. 23/G/2007/PHI. Mdn.
Pertama Putusan Perkara Nomor : 23/G/2007/PHI.
Harahap, M.Y., Hukum Acara Perdata, 2005, Mdn. jo. Putusan Perkara Nomor :
Sinar Grafika Offset,Cetakan Kedua, 261 K/Pdt.Sus/2010 pada
Jakarta Mahkamah Agung.
Lubis, I.H., 2009, Pengantar Hukum Wawancara penulis dengan Ibu Martinah
Ketenagakerjaan di Indonesia, Ratu Hanum, SH.MH selaku Panitera Muda
Jaya Pengadilan Hubungan Industrial
Mertokusumo, S., 1988, Hukum Acara pada Pengadilan Negeri Medan, 24
Perdata Indonesia, Liberty, Edisi III, Maret 2013.
Yogyakarta Wawancara penulis dengan Wisker
Putralie, E.M., Yusrizal A.S., dan Muaz Z., Pakpahan (Direktur Hukum LBH SBSI
(2011), Perlindungan Hukum SU) dan Agus Butar-butar (Pengurus
Investor Di Pasar Modal, SPTI Pematangsiantar).
Mercatoria, 4 (1): 26-36
29