Disusun Oleh :
Viscal B. R. Z. Ibrahim
NIM :
051001400103
Dosen :
UNIVERSITAS TRISAKTI
2018
A. PENGERTIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL
Hubungan industrial adalah suatu sistem hubungan yang terbentuk antara para pelaku dalam
proses produksi barang dan/atau jasa, yang terdiri dari unsur pengusaha, pekerja/buruh dan
pemerintah yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar tahun 1945.
Sedangkan menurut Undang-Undang No. 2 Tahun 2004 tentang penyelesaian perselisihan
hubungan industrial, yang dimaksud perselisihan hubungan industrial adalah perbedaan pendapat
yang mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau gabungan pegusaha dengan
pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh karena adanya perselisihan mengenai hak
perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja dan perselisihan antar serikat
pekerja/buruh dalam satu perusahaan.
Adapun yang dimaksud dengan perselisihan hak adalah perselisihan yang timbul karena tidak
dipenuhinya hak akibat adanya perbedaan pelaksanaan atau penafsiran terhadap ketentuan
peraturan perundang-undangan, perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja
bersama. Sedangkan perselisihan kepentingan adalah perselisihan yang timbul dalam hubungan
kerja karena tidak adanya keseuaian pendapat mengenai pembuatan dan/atau peraturan perusahaan
atau perjanjikan kerja bersama, serta perselisihan pemutusan hubungan kerja adalah perselisihan
yang timbul karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai pengakhiran hubungan kerja yang
dilakukan oleh satu pihak. Karena pihak-pihak yang terkait menurut definisi di atas hanya
pengusha, pekerja,dan pemerintah maka di dalam hubungan industrial tersebut, ketiganya
memiliki peranan atau fungsi masing-masing dalam hubungan industrial tersebut, antara lain :
1. Fungsi Pemerintah yaitu menetapkan kebijakan, memberikan pelayanan, melaksanakan
pengawasan dan melakukan penindakan terhadap pelanggaran peraturan perundang-
undangan ketenagakerjaan.
2. Fungsi pekerja/ buruh dan serikat pekerja/buruh antara lain menjalankan pekerjaan sesuai
dengan kewajibanya, menjaga ketertiban demi kelangsungan produksi, menyalurkan
aspirasi secara demokratis, mengembangkan keterampilan dan keahlianya, memajukan
perusahaan dan memperjuangkan kesejahteraan anggota beserta keluarganya
3. Fungsi pengusaha dan organisasi pengusahanya yaitu menciptakan kemitraan,
mengembangkan usaha, memperluas lapangan kerja dan memberikan kesejahteraan
pekerja/buruh.
Dari peranan atau fungsi para pihak yang ada di dalam hubungan industrial tersebut, terlihat
bahwa ada suatu hubungan yang saling membutuhkan antara pihak-pihak yang terkait dalam
hubungan industrial tersebut. Dalam upaya menciptakan hubungan yang baik tersebut, maka
diperlukan sarana-sarana yang diperlukan dalam hubungan industrial tersebut antara lain yaitu
serikat pekerja/buruh, organisasi pengusaha, lembaga kerjasama bipatrite, lembaga kerjasana
tripatrite, peraturan perusahaan, perjanjian kerja bersama, peraturan perundang-undangan
ketengakerjaan dan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial
2. Konsiliasi
Pengertian konsiliasi sendiri sudah diatur dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 2004
tentang penyelesaian permasalahan hubungan industrial dalam pasal 1 angka 13 yang
berbunyi “konsiliasi hubungan industrial yang selanjutnya disebut konsiliasi adalah
penyelesaian perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja atau
perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan melalui
musyawarah yang ditengahi oleh seorang atau lebih konsiliator yang netral”.
3. Arbitrase
Pengertian arbitrase sendiri sudah diatur dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 2004
tentang penyelesaian permasalahan hubungan industrial dalam pasal 1 angka 15 yang
berbunyi “arbitrase hubungan industrial yang selanjutnya disebut arbitrase adalah
penyelesaian suatu perselisihan kepentingan, dan perselisihan antar serikat kerja/serikat buruh
hanya dalam satu perusahaan, di luar pengadilan hubungan industrial melalui kesepakatan
tertulis dari para pihak yang berselisih untuk menyerahkan penyelesaian kepada arbiter yang
putusanya mengikat para pihak dan bersifat final”. Sedangkan arbiter sendiri adalah seorang
atau lebih yang dipilih oleh para pihak yang berselisih dari daftar arbiter yang ditetapkan oleh
menteri unuk memberikan putusan mengenai perselisihan kepentingan, dan perselisihan antar
serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan yang diserahkan penyelesaianya
melalui arbitrase yang putusanya mengikat para pihak dan bersifat final.
4. Mediasi
Mediasi menurut Undang-Undang No.2 Tahun 2004 tentang penyelesaian hubungan
industrial dijelaskan pengertianya dalam pasal 1 angka 11 yaitu mediasi hubungan industrial
yang selanjutnya disebut mediasi adalah penyelesaian perselisihan hak, perselisihan
kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja, dan perselisihan antar serikat
pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan melalui musyawarah yang ditengahi oleh
seorang mediator atau lebih mediator yang netral.