Akbar Dhimas
Safira
Salma Farhah
Abstrak
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-
NYA Penulis dapat menyelesaikan book chapter yang berjudul ‘Penyelesaian Hubungan
Industrial ’. Dalam book chapter ini, kami memilah gagasan yang dikirim oleh peserta dalam
beberapa tema sebagai berikut. (1) Perselisihan Hubungan Industrial (2) Mogok Kerja, (3)
Penutupan Perusahaan.
Artikel yang termuat dalam book chapter ini telah di-review oleh Tim Reviewer yang
ditunjuk oleh panitia sesuai dengan bidang kepakaran yang dimilikinya. Tim Reviewer juga
telah melakukan beberapa kali korespondensi dengan penulis untuk mendiskusikan dalam
rangka perbaikan artikel tersebut. Atas upaya ini, semoga book chapter ini melahirkan
kemanfaatan kepada kita semua.
Penulis menyadari dalam penyusunan buku masih banyak kekurangan, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan kesempurnaan.
Harapan kami, dengan terbitnya book chapter ini, semoga dapat menambah referensi dan
wawasan tentang Penyelesaian Hubungan Industrial dan dapat digunakan sebagai rujukan
oleh berbagai pihak.
APA YANG DIMAKSUD DENGAN HUBUNGAN INDUSTRIAL?
Untuk menciptakan hubungan industrial yang baik, pasal 103 UU 13/2003 menyebut,
hubungan industrial dapat dilaksanakan melalui sarana:
1. Perselisihan hak adalah perselisihan yang timbul karena tidak dipenuhinya hak,
akibat adanya perbedaan pelaksanaan atau penafsiran terhadap ketentuan
peraturan perundang-undangan, perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau
perjanjian kerja bersama (pasal 1 angka 2 UU 2/2004).
2. Perselisihan kepentingan adalah perselisihan yang timbul dalam hubungan kerja
karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai pembuatan, dan/atau
perubahan syarat-syarat kerja yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, atau
peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama (pasal 1 angka 3 UU
2/2004).
3. Perselisihan pemutusan hubungan kerja adalah perselisihan yang timbul karena
tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai pengakhiran hubungan kerja yang
dilakukan oleh salah satu pihak (pasal 1 angka 4 UU 2/2004).
4. Perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh adalah perselisihan antara
serikat pekerja/serikat buruh dengan serikat pekerja/serikat buruh lain hanya
dalam satu perusahaan, karena tidak adanya persesuaian paham mengenai
keanggotaan, pelaksanaan hak, dan kewajiban keserikatpekerjaan (pasal 1
angka 5 UU 2/2004).
Prosedur yang disediakan antara lain melalui mediasi hubungan industrial atau
konsiliasi hubungan industrial atau arbitrase hubungan industrial. Bila masih juga
gagal, maka perselisihan hubungan industrial dapat dimintakan untuk diselesaikan
pada Pengadilan Hubungan Industrial yang ada pada setiap Pengadilan Negeri
Kabupaten/Kota yang berada di setiap Ibukota Provinsi, yang daerah hukumnya
meliputi tempat kerja pekerja.
Penyelesaian melalui perundingan bipartit harus diselesaikan paling lama 30 hari kerja
sejak perundingan pertama dilaksanakan. Apabila perundingan bipartit mencapai
kesepakatan maka para pihak wajib membuat Perjanjian Bersama dan didaftarkan di
kepaniteraan Pengadilan Hubungan Industrial. Bila bipartit gagal, maka perselisihan
hubungan industrial harus dimintakan untuk diselesaikan melalui mediasi hubungan
industrial, atau konsiliasi hubungan industrial, atau arbitrase hubungan industrial
sebelum dapat dibawa ke Pengadilan Hubungan Industrial.
Arbiter Hubungan Industrial yang selanjutnya disebut arbiter adalah seorang atau lebih
yang dipilih oleh para pihak yang berselisih dari daftar arbiter yang ditetapkan oleh
Menteri Ketenagakerjaan untuk memberikan putusan mengenai perselisihan
kepentingan, dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu
perusahaan yang diserahkan penyelesaiannya melalui arbitrase yang putusannya
mengikat para pihak dan bersifat final (pasal 1 angka 15 dan 16 UU 2/2204).