Anda di halaman 1dari 9

PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

Akbar Dhimas

Safira

Salma Farhah

Fakultas Psikologi UMP

Abstrak

Undang-Undang Nomor 2 tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan


Industrial dijelaskan ada beberapa model penyelesaian perselisihan yang bisa dilakukan para
pihak yang berselisih dalam menyelesaikan perselisihannya yaitu melalui upaya di luar
pengadilan dan melalui pengadilan. Upaya pengadilan merupakan jalan terakhir setelah
berbagai cara penyelesaian di luar pengadilan tidak dapat menyelesaiakan permasalahanya.
Sayangnya masih banyak para pihak yang lebih mengandalkan penyelesaian di pengadilan
dibandingkan penyelesaian di luar pengadilan padahal penyelesaian perselisihan antara
pekerja dengan pengusaha banyak memberikan keuantungan diantaranya penyelesainnya
bersifat rahasia, mudah dan murah.

Kata Kunci : Penyelesaian Perselisihan, Hubungan Industrial.


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-
NYA Penulis dapat menyelesaikan book chapter yang berjudul ‘Penyelesaian Hubungan
Industrial ’. Dalam book chapter ini, kami memilah gagasan yang dikirim oleh peserta dalam
beberapa tema sebagai berikut. (1) Perselisihan Hubungan Industrial (2) Mogok Kerja, (3)
Penutupan Perusahaan.

Artikel yang termuat dalam book chapter ini telah di-review oleh Tim Reviewer yang
ditunjuk oleh panitia sesuai dengan bidang kepakaran yang dimilikinya. Tim Reviewer juga
telah melakukan beberapa kali korespondensi dengan penulis untuk mendiskusikan dalam
rangka perbaikan artikel tersebut. Atas upaya ini, semoga book chapter ini melahirkan
kemanfaatan kepada kita semua.

Penulis menyadari dalam penyusunan buku masih banyak kekurangan, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan kesempurnaan.

Harapan kami, dengan terbitnya book chapter ini, semoga dapat menambah referensi dan
wawasan tentang Penyelesaian Hubungan Industrial dan dapat digunakan sebagai rujukan
oleh berbagai pihak.
APA YANG DIMAKSUD DENGAN HUBUNGAN INDUSTRIAL?

Menurut pasal 1 angka 16 Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang


ketenagakerjaan (UU 13/2003), hubungan Industrial adalah suatu sistem hubungan
yang terbentuk antara para pelaku dalam proses produksi barang dan/atau jasa yang
terdiri dari unsur pengusaha, pekerja/buruh, dan pemerintah yang didasarkan pada
nilai nilai Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. Berbeda dengan hubungan kerja yang merupakan hubungan antara pengusaha
dengan pekerja/buruh saja, hubungan industrial melibatkan pemerintah di dalamnya.

Hubungan industrial tersebut diharapkan tercipta sedemikian rupa agar aman,


harmonis, serasi dan sejalan dengan peningkatan kesejahteraan Bangsa.

APA SAJA TUGAS MASING-MASING PIHAK TERKAIT DALAM


MELAKSANAKAN HUBUNGAN INDUSTRIAL?

Pasal 102 UU 13/2003 menegaskan tugas masing-masing pihak sebagai berikut:

1. Pemerintah: menetapkan kebijakan, memberikan pelayanan, melaksanakan


pengawasan, dan melakukan penindakan terhadap pelanggaran peraturan
perundang-undangan ketenagakerjaan.
2. Pekerja/buruh dan serikat pekerja/serikat buruhnya: menjalankan pekerjaan
sesuai dengan kewajibannya, menjaga ketertiban demi kelangsungan produksi,
menyalurkan aspirasi secara demokratis, mengembangkan keterampilan, dan
keahliannya serta ikut memajukan perusahaan dan memperjuangkan
kesejahteraan anggota beserta keluarganya.
3. Pengusaha dan organisasi pengusahanya: menciptakan kemitraan,
mengembangkan usaha, memperluas lapangan kerja, dan memberikan
kesejahteraan pekerja/buruh secara terbuka, demokratis, dan berkeadilan.

HUBUNGAN INDUSTRIAL DAPAT DILAKSANAKAN MELALUI SARANA


APA SAJA?

Untuk menciptakan hubungan industrial yang baik, pasal 103 UU 13/2003 menyebut,
hubungan industrial dapat dilaksanakan melalui sarana:

1. Serikat pekerja/serikat buruh


2. Organisasi pengusaha
3. Lembaga kerjasama bipartit
4. Lembaga kerjasama tripartit
5. Peraturan Perusahaan
6. Perjanjian Kerja Bersama
7. Peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan, dan
8. Lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial.

APA YANG DIMAKSUD DENGAN PERSELISIHAN HUBUNGAN


INDUSTRIAL?

Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Hubungan


Industrial menyebut perselisihan hubungan industrial adalah perbedaan pendapat yang
mengakibatkan pertentangan antara Pengusaha atau gabungan Pengusaha dengan
Pekerja/Buruh atau Serikat Pekerja/Serikat Buruh karena adanya perselisihan
mengenai hak, perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja dan
perselisihan antar serikat pekerja/serikat Buruh dalam satu perusahaan.

APA SAJA JENIS PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL?

Perselisihan hubungan industrial meliputi:

1. Perselisihan hak adalah perselisihan yang timbul karena tidak dipenuhinya hak,
akibat adanya perbedaan pelaksanaan atau penafsiran terhadap ketentuan
peraturan perundang-undangan, perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau
perjanjian kerja bersama (pasal 1 angka 2 UU 2/2004).
2. Perselisihan kepentingan adalah perselisihan yang timbul dalam hubungan kerja
karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai pembuatan, dan/atau
perubahan syarat-syarat kerja yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, atau
peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama (pasal 1 angka 3 UU
2/2004).
3. Perselisihan pemutusan hubungan kerja adalah perselisihan yang timbul karena
tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai pengakhiran hubungan kerja yang
dilakukan oleh salah satu pihak (pasal 1 angka 4 UU 2/2004).
4. Perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh adalah perselisihan antara
serikat pekerja/serikat buruh dengan serikat pekerja/serikat buruh lain hanya
dalam satu perusahaan, karena tidak adanya persesuaian paham mengenai
keanggotaan, pelaksanaan hak, dan kewajiban keserikatpekerjaan (pasal 1
angka 5 UU 2/2004).

BAGAIMANA CARA MENYELESAIKAN PERSELISIHAN HUBUNGAN


INDUSTRIAL?

Aturan Ketenagakerjaan menegaskan penyelesaian perselisihan hubungan industrial


wajib dilaksanakan oleh pengusaha dan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat
buruh melalui perundingan bipartit secara musyawarah untuk mufakat. Namun dalam
hal penyelesaian secara musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka pengusaha
dan pekerja/ buruh atau serikat pekerja/serikat buruh menyelesaikan perselisihan
hubungan industrial melalui prosedur penyelesaian perselisihan hubungan industrial
yang diatur dengan undang-undang yakni Undang-undang Nomor 2 Tahun 2004
tentang Penyelesaian Hubungan Industrial (UU 2/2004).

Prosedur yang disediakan antara lain melalui mediasi hubungan industrial atau
konsiliasi hubungan industrial atau arbitrase hubungan industrial. Bila masih juga
gagal, maka perselisihan hubungan industrial dapat dimintakan untuk diselesaikan
pada Pengadilan Hubungan Industrial yang ada pada setiap Pengadilan Negeri
Kabupaten/Kota yang berada di setiap Ibukota Provinsi, yang daerah hukumnya
meliputi tempat kerja pekerja.

APA YANG DIMAKSUD DENGAN PERUNDINGAN BIPARTIT?

Berdasarkan pasal 3 ayat 1 UU No. 2 Tahun 2004, perundingan bipartit adalah


perundingan antara pengusaha atau gabungan pengusaha dan pekerja atau serikat
pekerja / serikat buruh atau antara serikat pekerja / serikat buruh dan serikat pekerja /
serikat buruh yang lain dalam satu perusahaan yang berselisih. Perundingan Bipartit
adalah perundingan secara musyawarah untuk mencapai mufakat.

Penyelesaian melalui perundingan bipartit harus diselesaikan paling lama 30 hari kerja
sejak perundingan pertama dilaksanakan. Apabila perundingan bipartit mencapai
kesepakatan maka para pihak wajib membuat Perjanjian Bersama dan didaftarkan di
kepaniteraan Pengadilan Hubungan Industrial. Bila bipartit gagal, maka perselisihan
hubungan industrial harus dimintakan untuk diselesaikan melalui mediasi hubungan
industrial, atau konsiliasi hubungan industrial, atau arbitrase hubungan industrial
sebelum dapat dibawa ke Pengadilan Hubungan Industrial.

APA YANG DIMAKSUD DENGAN PENYELESAIAN PERSELISIHAN


MELALUI MEDIASI?
Mediasi hubungan industrial adalah penyelesaian perselisihan hak, perselisihan
kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja dan perselisihan antar serikat
pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan melalui musyawarah yang
ditengahi oleh seorang atau lebih mediator yang netral.

Mediator Hubungan Industrial yang disebut mediator adalah pegawai instansi


pemerintah yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan yang memenuhi
syarat-syarat sebagai mediator yang ditetapkan oleh Menteri untuk bertugas
melakukan mediasi dan mempunyai kewajiban memberikan anjuran tertulis kepada
para pihak yang berselisih untuk menyelesaikan perselisihan hak, perselisihan
kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja, dan perselisihan antar serikat
pekerja/ serikat buruh hanya dalam satu perusahaan (pasal 1 angka 11 dan 12 UU
2/2004).

APA YANG DIMAKSUD DENGAN PENYELESAIAN PERSELISIHAN


MELALUI KONSILIASI?

Konsiliasi Hubungan Industrial adalah penyelesaian perselisihan kepentingan,


perselisihan pemutusan hubungan kerja atau perselisihan antar serikat pekerja/serikat
buruh hanya dalam satu perusahaan melalui musyawarah yang ditengahi oleh seorang
atau lebih konsiliator yang netral.

Konsiliator Hubungan Industrial yang selanjutnya disebut konsiliator adalah seorang


atau lebih yang memenuhi syarat-syarat sebagai konsiliator ditetapkan oleh Menteri
Ketenagakerjaan, yang bertugas melakukan konsiliasi dan wajib memberikan anjuran
tertulis kepada para pihak yang berselisih untuk menyelesaikan perselisihan
kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja atau perselisihan antar serikat
pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan (pasal 1 angka 13 dan 14 UU
2/2004).

APA YANG DIMAKSUD DENGAN PENYELESAIAN PERSELISIHAN


MELALUI ARBITRASE?
Arbitrase Hubungan Industrial adalah penyelesaian suatu perselisihan kepentingan,
dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan, di
luar Pengadilan Hubungan Industrial melalui kesepakatan tertulis dari para pihak yang
berselisih untuk menyerahkan penyelesaian perselisihan kepada arbiter yang
putusannya mengikat para pihak dan bersifat final.

Arbiter Hubungan Industrial yang selanjutnya disebut arbiter adalah seorang atau lebih
yang dipilih oleh para pihak yang berselisih dari daftar arbiter yang ditetapkan oleh
Menteri Ketenagakerjaan untuk memberikan putusan mengenai perselisihan
kepentingan, dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu
perusahaan yang diserahkan penyelesaiannya melalui arbitrase yang putusannya
mengikat para pihak dan bersifat final (pasal 1 angka 15 dan 16 UU 2/2204).

APA YANG DIMAKSUD DENGAN PENYELESAIAN PERSELISIHAN


MELALUI PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL (PHI)?

Pengadilan Hubungan Industrial adalah pengadilan khusus yang dibentuk di


lingkungan Pengadilan Negeri Kabupaten/Kota yang berada di setiap ibukota Provinsi
yang berwenang memeriksa, mengadili dan memberi putusan terhadap perselisihan
hubungan industrial yang daerah hukumnya meliputi tempat kerja pekerja (pasal 1
angka 17 UU 2/2204).

Menurut pasal 56 UU 2/2004, Pengadilan Hubungan Industrial mempunyai kompetensi


absolut untuk memeriksa dan memutus:

 Di tingkat pertama mengenai perselisihan hak


 Di tingkat pertama dan terakhir mengenai perselisihan kepentingan
 Di tingkat pertama mengenai perselisihan pemutusan hubungan kerja
 Di tingkat pertama dan terakhir mengenai perselisihan antar serikat
pekerja/serikat buruh dalam satu perusahaan

Anda mungkin juga menyukai