NBI : 1231900058
Oleh
Maswandi
Abstrak
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Lembaga Bipatrit terdiri dari wakil pengusaha dan wakil pekerja dan atau
serikat pekerja. Bila dalam perusahaan belum terbentuk serikat pekerja, wakil
pekerja dilembaga Bipatrit dipilih mewakili unit-unit kerja dan atau kelompok
profesi. Bila terdapat lebih dari satu serikat pekerja, wakil mereka dilembaga
Bipatrit ditetapkan secara proporsional. Walaupun tidak diatur secara khusus
dalam undang-undang serikat-serikat pekerja di suatu perusahaan dapat
membentuk Forum Komunikasi antara serikat pekerja. Penyeselaian perselisihan
antara serikat pekerja dianjurkan dilakukan secara bipartite dalam forum ini bila
mereka enggan menyelesaikan di Lembaga bipatrit yang telah ada.
Dalam paling lama 30 hari sejak keputusan arbiter, salah satu pihak dapat
mengajukan permohonan peninjauan kembali kepada Mahkamah Agung, hanya
apabila: 1. Surat atau dokumen yang diajukan dalam pemeriksaan diakui atau
terbukti palsu, 2. Pihak lawan terbukti secara sengaja menyembunyikan dokumen
yang bersifat menentukan dalam pengambilan keputusan, 3. Keputusan arbitrase
didasarkan pada tipu muslihat pihak lawan, 4. Putusan melampaui kewenangan
arbiter, 5. Putusan bertentangan dengan peraturan undang - undangan.
Pada pemeriksaan dengan acara biasa Majelis Hakim dalam 7 (tujuh) hari
kerja menetapkan sidang, pemanggilan saksi atau saksi ahli. Saksi atau saksi ahli
wajib memberikan kesaksian dibawah disumpah dan Hakim wajib merahasiakan
semua keterangan yang diminta. Sidang pemeriksaan dengan acara biasa terbuka
untuk umum, kecuali mejelis hakim menetapkan lain. Dalam hal salah satu pihak
tidak menghadiri sidang tanpa alasan yang dapat dipertanggung jawabkan, majelis
hakim dapat menetapkan hari sidang berikutnya.
b. Putusan sela dapat dijatuhkan pada hari persidangan itu juga atau pada hari
persidangan kedua;
c. Dalam hal selama pemeriksaan sengketa masih berlangsung dan putusan sela
tidak juga dilaksanakan oleh pengusaha hakim ketua sidang memerintah sita
jaminan dalam sebuah penetapan Pengadilan Hubungan Industrial;
Putusan Akhir, dilakukan pada setiap putusan yang dijatuhkan oleh hakim
dalam perkara hubungan industrial harus mempertimbangkan hukum, perjanjian
yang ada, kebiasaan dan keadilan. Majelis hakim wajib menyelesaikan selambat-
lambatnya 50 (lima puluh) hari kerja sejak sidang pertama. Putusan pengadilan
hubungan industrial mengenai perselisihan hak dan perselisihan pemutusan
hubungan kerja dapat diajukan kasasi ke Mahkamah Agung dalam waktu 14
(empat belas) hari kerja.
Sudjana, E., 2005, “Bayarlah Upah Sebelum Keringatnya Mengering”, PPMI, Jakarta.
Husni, L., 2000, “Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia”, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Mulyadi, L dan Agus S., 2011, “Penyelesaian Perkara Pengadilan Hubungan Industrial dalam
Teori dan Praktik”, PT. Alumni, Bandung.
Poerwadarminta, W.J.S., 2004, “Kamus Umum Bahasa Indonesia”, Penerbit Balai Pustaka,
Jakarta.
Asyhadi, Z., 2007, “Hukum Kerja, Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubungan Kerja”
Raja Grafindo Persada, Jakarta.
B. Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial
KUH Perdata
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan
MENANGGAPI :
Qotrun Nida
email: nida@untirta.ac.id
Ahmad Rayhan
email: ahmadrayhan@untirta.ac.id
ABSTRAK
Pendahuluan
Anak merupakan harapan dan tumpuan orang tua, harapan bangsa dan Negara
yang akan melanjutkan estafet pembangunan. Anak adalah bagian dari generasi
muda sebagai salah satu sumber daya manusia yang merupakan potensi dan
penerus sita-sita perjuangan bangsa. anak sebagai makhluk hidup memiliki hak
asasi semenjak lahir bahkan saat masih dalam kandungan, sehingga tidak ada
manusia atau pihak manapun yang boleh merampas hak tersebut. Hak asasi anak
diakui secara universal sesuai yang tercantum dalam piagam bangsa tahun 1948
tentang Hak Asasi Manusia, Deklarasi ILO tahun 1944 Philadelpia, Konstitusi
ILO, Deklerasi piagam Bangsa-Bangsa tahun 1959 tentang Hak Anak.
Anak mempunyai hak-hak asasi yang harus dipenuhi oleh orang tuanya,
yakni jaminan untuk tumbuh kembang secara optimal baik fisik, mental, sosial
maupun intelektual, tetapi pada kenyataannya tidak semua anak dapat terpenuhi
hak-hak asasinya, terutama baik anak yang perekonomian orangtuanya kurang
memadai sehingga anak harus ikut membantu perekonomian keluarganya dengan
cara bekerja. Banyak anak yang bekerja sebagai pekerja anak terjerumus pada
jenis-jenis pekerjaan terburuk untuk anak bahkan sampai pada perdagangan anak.
Pekerja anak sampai saat ini merupakan permasalahan dalam perlindungan anak
terutama di Negara - negara berkembang termasuk Indonesia.
Pada hakikatnya anak tidak boleh bekerja karena waktu anak selayaknya
dimanfaatkan untuk belajar, bermain, berada dalam Susana damai, mendapatkan
kesempatan dan fasilitas untuk mencapai cita-citanya sesuai dengan
perkembangan fisik, psikologik, intelektual dan sosialnya. Namun pada
kenyataannya anak-anak dibawah umur telah terlibat aktif dalam kegatan
ekonomi, menjadi pekerja anak dengan alasan perekonomian yang dialami oleh
orang tuanya maupun factor-faktor lainnya.
2. Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai makhluk yang
sedang tumbuh;
3. Belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya;
6. Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan tata tingkah laku moral;
Rumusan Masalah
Metode Penelitian
Pembahasan
(2) Upaya penanggulangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan
peraturan pemerintah Perlindungan hukum terhadap pekerja anak dapat dilakukan
secara preventif dan represif. Perlindungan hukum preventif merupakan
perlindungan hukum yang bersifat pencegahan terhadap peristiwa yang tidak
pasti, bentuk perlindunagan preventif ini dilakukan dengan membatasi jenis-jenis
pekerjaan yang boleh atau tidak boleh dikerjakan oleh pekerja anaak, seperti yang
sudah dijelaskan sebelunmnya diatas, selain itu dapat juga melalui penetapan
persyaratan tertentu bagi pengusaha yang mempekerjakan anak. Hal ini dapat
dilihat di dalam ketentuan pasal 69 ayat (2) undang-undang ketenagakerjaan yang
menentukan :
g. Menerima upah sesuai ketentuan berlaku. Hal ini masih pengecualiannya dalam
ayat (2) tersebut diatas huruf a,b,f, dan g dikecualikan bagi anak yang bekerja
pada usaha keluarganya.
(2) Pendidikan,
Kesimpulan
Perlindungan hukum terhadap pekerja anak tercantum pada undang-undang
Ketenagakerjaan pada pasal 74 dan pasal 75 tentang bentuk pembatasan jenis-
jenis atau bentuk-bentuk pekerjaan yang dilarang untuk dikerjakan oleh anak dan
penetapan persyaratan tertentu bagi pengusaha yang mempekerjakan anak. Serta
terdapat pula peraturan-peraturan lainnya yang ikut mengatur tentang
perlindungan hukum pekerja anak. Factor yang mempengaruhi terjadinya pekerja
anak yaitu factor ekonomi, factor pendidikan, perubahan proses produksi, serta
lemahnya pengawasan dan minimnya lembaga untuk rehabilitasi.
Menanggapi :