Anda di halaman 1dari 5

Nama : Laurensia Bertha Agustin

NIM : 2121102160
Mata Kuliah : Hubungan Industrial
Dosen : Dr. Sumanto, MA.

Tugas

Carilah contoh kasus berkaitan tentang Hubungan Industrial melalui media massa. Dan cari cara
penyelesaiannya!

Buruh PT. Orson Ajukan Gugatan Ke Pengadilan Hubungan Industrial

Senin (20/02). 14 buruh PT. Orson Indonesia yang tergabung dalam Serikat Buruh Multi
Sektor Indonesia (SBMSI) – PT. Orson Indonesia mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat. Gugatan tersebut dilayangkan terkait keputusan pihak perusahaan yang melakukan
pemutusan hubungan kerja secara sepihak. Gugatan tersebut diajukan setelah melewati berbagai
proses upaya penyelesaian perselisihan hubungan industrial.

Lebih lanjut, gugatan ini dilakukan karena pihak perusahaan bersikeras menyatakan sikap
untuk tidak melaksanakan Surat Anjuran oleh Mediator Hubungan Industrial pada Dinas Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Jakarta Utara Nomor: 6074-1.835 tertanggal 21 November 2016. Tertuang
dalam anjuran tersebut perusahaan harus membayarkan kekurangan upah dan mempekerjakan
kembali ke 14 buruh yang di-PHK. Sebelumnya, upaya perundingan bipartit antara buruh dan
pengusaha yang ditengahi oleh pihak Mediator Hubungan Industrial Disnakertrans Jakarta Utara
menemui jalan buntu.

PHK yang dilakukan oleh pihak perusahaan PT. Orson Indonesia dilakukan dengan alasan
pelanggaran peraturan perusahaan dan alasan efisiensi. Pelanggaran peraturan perusahaan
dialamatkan kepada salah satu buruh bernama Nikson Juventus, dan ke 13 buruh lainnya di-PHK
dengan alasan efisiensi.

“Bahwa PHK yang dilakukan pihak perusahaan tidak melalui prosedur yang sesuai dengan
Undang-Undang Ketenagakerjaan, yaitu setelah adanya penetapan yang sudah berkekuatan hukum
tetap sehingga PHK yang dilakukan batal demi hukum”, demikian pernyataan Eny Rofiatul,
Kepala Bidang Perburuhan LBH Jakarta menanggapi kasus yang dikenakan kepada 14 buruh PT.
Orson Indonesia.

Selain itu, perusahaan mendalilkan alasan efisiensi berdasarkan kesepakatan yang diibuat
bersama serikat yang lain, bukan karena perusahaan terancam tutup. Padahal, dalam putusan MK
No. 19 tahun 2011, PHK karena efisiensi dapat dilakukan jika perusahaan tutup permanen. PT
Orson Indonesia juga tidak membayarkan upah proses kepada 14 buruh yang di PHK sepihak sejak
Juli 2016.

Dengan adanya pengajuan gugatan ini, ke 14 buruh PT. Orson Indonesia berharap akan ada
sebuah keputusan hukum yang adil serta berkekuatan hukum tetap sehingga mereka mendapatkan
sebuah kepastian akan hak-haknya sebagai seorang pekerja. Setelah sebelumnya upaya-upaya
mediasi tidak kunjung membuat perusahaan tergerak untuk memulihkan hak-hak para buruh PT.
Orson Indonesia yang seharusnya didapatkan akibat PHK yang dilakukan secara melawan hukum.

“Semoga saja proses peradilan ini dapat menuai hasil yang positif demi sebuah kepastian
hukum untuk kami para buruh”, ujar Gunawan selaku Sekretaris SBMSI – PT. Orson Indonesia.
(Rizki Yudha).

Cara Penyelesaian :

Aturan Ketenagakerjaan menegaskan penyelesaian perselisihan hubungan industrial wajib


dilaksanakan oleh pengusaha dan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh melalui
perundingan bipartit secara musyawarah untuk mufakat. Namun dalam hal penyelesaian secara
musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka pengusaha dan pekerja/ buruh atau serikat
pekerja/serikat buruh menyelesaikan perselisihan hubungan industrial melalui prosedur
penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang diatur dengan undang-undang yakni Undang-
undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Hubungan Industrial (UU 2/2004).

Prosedur yang disediakan antara lain melalui mediasi hubungan industrial atau konsiliasi
hubungan industrial atau arbitrase hubungan industrial. Bila masih juga gagal, maka perselisihan
hubungan industrial dapat dimintakan untuk diselesaikan pada Pengadilan Hubungan Industrial
yang ada pada setiap Pengadilan Negeri Kabupaten/Kota yang berada di setiap Ibukota Provinsi,
yang daerah hukumnya meliputi tempat kerja pekerja.
o Perundingan Bipartit
Berdasarkan pasal 3 ayat 1 UU No. 2 Tahun 2004, perundingan bipartit adalah perundingan antara
pengusaha atau gabungan pengusaha dan pekerja atau serikat pekerja / serikat buruh atau antara
serikat pekerja / serikat buruh dan serikat pekerja / serikat buruh yang lain dalam satu perusahaan
yang berselisih. Perundingan Bipartit adalah perundingan secara musyawarah untuk mencapai
mufakat. Penyelesaian melalui perundingan bipartit harus diselesaikan paling lama 30 hari kerja
sejak perundingan pertama dilaksanakan. Apabila perundingan bipartit mencapai kesepakatan
maka para pihak wajib membuat Perjanjian Bersama dan didaftarkan di kepaniteraan Pengadilan
Hubungan Industrial. Bila bipartit gagal, maka perselisihan hubungan industrial harus dimintakan
untuk diselesaikan melalui mediasi hubungan industrial, atau konsiliasi hubungan industrial, atau
arbitrase hubungan industrial sebelum dapat dibawa ke Pengadilan Hubungan Industrial.
o Mediasi
Mediasi hubungan industrial adalah penyelesaian perselisihan hak, perselisihan kepentingan,
perselisihan pemutusan hubungan kerja dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya
dalam satu perusahaan melalui musyawarah yang ditengahi oleh seorang atau lebih mediator yang
netral. Mediator Hubungan Industrial yang disebut mediator adalah pegawai instansi pemerintah
yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan yang memenuhi syarat-syarat sebagai
mediator yang ditetapkan oleh Menteri untuk bertugas melakukan mediasi dan mempunyai
kewajiban memberikan anjuran tertulis kepada para pihak yang berselisih untuk menyelesaikan
perselisihan hak, perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja, dan
perselisihan antar serikat pekerja/ serikat buruh hanya dalam satu perusahaan (pasal 1 angka 11
dan 12 UU 2/2004).
o Konsiliasi atau Arbitrase
Konsiliasi Hubungan Industrial adalah penyelesaian perselisihan kepentingan, perselisihan
pemutusan hubungan kerja atau perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu
perusahaan melalui musyawarah yang ditengahi oleh seorang atau lebih konsiliator yang netral.
Konsiliator Hubungan Industrial yang selanjutnya disebut konsiliator adalah seorang atau lebih
yang memenuhi syarat-syarat sebagai konsiliator ditetapkan oleh Menteri Ketenagakerjaan, yang
bertugas melakukan konsiliasi dan wajib memberikan anjuran tertulis kepada para pihak yang
berselisih untuk menyelesaikan perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja
atau perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan (pasal 1 angka
13 dan 14 UU 2/2004).
o Arbitrase
Arbitrase Hubungan Industrial adalah penyelesaian suatu perselisihan kepentingan, dan
perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan, di luar Pengadilan
Hubungan Industrial melalui kesepakatan tertulis dari para pihak yang berselisih untuk
menyerahkan penyelesaian perselisihan kepada arbiter yang putusannya mengikat para pihak dan
bersifat final. Arbiter Hubungan Industrial yang selanjutnya disebut arbiter adalah seorang atau
lebih yang dipilih oleh para pihak yang berselisih dari daftar arbiter yang ditetapkan oleh Menteri
Ketenagakerjaan untuk memberikan putusan mengenai perselisihan kepentingan, dan perselisihan
antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan yang diserahkan penyelesaiannya
melalui arbitrase yang putusannya mengikat para pihak dan bersifat final (pasal 1 angka 15 dan 16
UU 2/2204).
o Pengadilan Hubungan Industrial (PHI)
Pengadilan Hubungan Industrial adalah pengadilan khusus yang dibentuk di lingkungan
Pengadilan Negeri Kabupaten/Kota yang berada di setiap ibukota Provinsi yang berwenang
memeriksa, mengadili dan memberi putusan terhadap perselisihan hubungan industrial yang
daerah hukumnya meliputi tempat kerja pekerja (pasal 1 angka 17 UU 2/2204).

Menurut pasal 56 UU 2/2004, Pengadilan Hubungan Industrial mempunyai kompetensi absolut


untuk memeriksa dan memutus:
 Di tingkat pertama mengenai perselisihan hak
 Di tingkat pertama dan terakhir mengenai perselisihan kepentingan
 Di tingkat pertama mengenai perselisihan pemutusan hubungan kerja
 Di tingkat pertama dan terakhir mengenai perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh dalam
satu perusahaan

Penyelesaian Perselisihan PHK

Adapun ketentuan penyelesaian perselisihan hubungan industrial termasuk perselisihan PHK yang
saat ini berlaku adalah merujuk pada UU 2/2004. Setelah gagalnya perundingan bipartit, tahapan
selanjutnya adalah mencatatkan ke instansi di bidang ketenagakerjaan setempat dan melampirkan
gagalnya perundingan bipartit. Kemudian untuk perselisihan PHK dilakukan penyelesaian melalui
konsiliasi. Jika konsiliasi tidak mencapai kesepakatan, salah satu pihak dapat mengajukan gugatan
ke Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri setempat. Sebaliknya, apabila dalam
tahapan perundingan bipartit maupun konsiliasi berhasil mencapai kesepakatan, dibuatlah
perjanjian bersama yang ditandatangani oleh para pihak.

Berdasarkan tata cara PHK, setiap PHK kini tidak perlu mendapatkan putusan pengadilan terlebih
dahulu. Melainkan apabila PHK disetujui oleh pekerja, selanjutnya dilaporkan ke Dinas
Ketenagakerjaan setempat. Sedangkan jika PHK ditolak pekerja, berlaku penyelesaian
perselisihan PHK.

Anda mungkin juga menyukai