Anda di halaman 1dari 4

PT Orson Indonesia merupakan perusahaan yang berdiri sejak tahun 2002 dan bergerak di bidang

bahan baku dan produksi sabun, serta bahan pembersih keperluan rumah tangga. PT Orson
Indonesia berlokasi di Kawasan Berikat Nusantara, PT Orson Indonesia telah menjadi distributor
Unilever Indonesia dan mendistribusikan hasil produksinya ke beberapa negara seperti Afghanistan,
Iran, Iraq, Myanmar, Armenia, Costa Rica, Panama, Venezuela, dan 33 negara lainnya. Dibalik
kesuksesan PT Orson Indonesia terdapat beberapa masalah mengenai Perselisihan Hubungan
Industrial (PHI) dimana buruh PT Orson Indonesia mengajukan gugatan ke pengadilan Negeri, Jakarta
Pusat. Gugatan tersebut dilayangkan terkait keputusan pihak PT Orson Indonesia yang melakukan
pemutusan hubungan kerja (PHK) secara sepihak.

Gugatan tersebut dilakukan oleh 14 orang buruh PT Orson Indonesia sendiri karena pihak
perusahaan bersikeras menyatakan sikap untuk tidak melaksanakan Surat Anjuran oleh Mediator
Hubungan Industrial pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jakarta Utara Nomor : 6074-1.835
tertanggal 21 November 2016. Tertuang dalam anjuran tersebut perusahaan harus membayarkan
kekurangan upah dan mempekerjakan kembali ke 14 buruh yang di-PHK. Sebelumnya, upaya
perundingan bipartit antara buruh dan pengusaha yang ditengahi oleh pihak Mediator Hubungan
Industrial Disnakertrans Jakarta Utara menemui jalan buntu.

PHK yang dilakukan oleh pihak perusahaan PT. Orson Indonesia dilakukan dengan alasan
pelanggaran peraturan perusahaan dan alasan efisiensi. Pelanggaran peraturan perusahaan
dialamatkan kepada salah satu buruh bernama Nikson Juventus, dan ke 13 buruh lainnya di-PHK
dengan alasan efisiensi.

“Bahwa PHK yang dilakukan pihak perusahaan tidak melalui prosedur yang sesuai dengan Undang-
Undang Ketenagakerjaan, yaitu setelah adanya penetapan yang sudah berkekuatan hukum tetap
sehingga PHK yang dilakukan batal demi hukum”, demikian pernyataan Eny Rofiatul, Kepala Bidang
Perburuhan LBH Jakarta menanggapi kasus yang dikenakan kepada 14 buruh PT. Orson Indonesia.

Selain itu, perusahaan mendalilkan alasan efisiensi berdasarkan kesepakatan yang diibuat bersama
serikat yang lain, bukan karena perusahaan terancam tutup. Padahal, dalam putusan MK No. 19
tahun 2011, PHK karena efisiensi dapat dilakukan jika perusahaan tutup permanen. PT Orson
Indonesia juga tidak membayarkan upah proses kepada 14 buruh yang di PHK sepihak sejak Juli
2016.

Dengan adanya pengajuan gugatan ini, ke 14 buruh PT. Orson Indonesia berharap akan ada sebuah
keputusan hukum yang adil serta berkekuatan hukum tetap sehingga mereka mendapatkan sebuah
kepastian akan hak-haknya sebagai seorang pekerja. Setelah sebelumnya upaya-upaya mediasi tidak
kunjung membuat perusahaan tergerak untuk memulihkan hak-hak para buruh PT. Orson Indonesia
yang seharusnya didapatkan akibat PHK yang dilakukan secara melawan hukum.

“Semoga saja proses peradilan ini dapat menuai hasil yang positif demi sebuah kepastian hukum
untuk kami para buruh”, ujar Gunawan selaku Sekretaris SBMSI – PT. Orson Indonesia. (Rizki Yudha).
2. Berdasarkan kasus diatas, disimpulkan bahwa :

Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja adalah


perselisihan yang timbul karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai pengakhiran hubungan
kerja yang dilakukan oleh salah satu pihak. Contohnya; ketidaksepakatan alasan PHK dan perbedaan
hitungan pesangon. Dalam kasus diatas terdapat keterangan yang menyatakan “Gugatan tersebut.
Dilayangkan terkait keputusan pihak perusahaan yang melakukan pemutusan hubungan kerja secara
sepihak”.

3. Jenis perselisihan dan cara mengatasinya Berdasarkan Pasal 2 UU PHI,

Jenis-jenis hubungan industrial meliputi: 1. Perselisihan hak Perselisihan hak adalah perselisihan
yang timbul karena tidak dipenuhinya hak,

Akibat adanya perbedaan pelaksanaan atau penafsiran terhadap ketentuan peraturan perundang-
undangan, perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja sama. Contohnya; dalam
Peraturan Perusahaan (“PP”), Perjanjian Kerja Bersama (“PKB”), dan perjanjian kerja; (ii) ada
kesepakatan yang tidak dilaksanakan; dan (iii) ada ketentuan normatif tidak dilaksanakan.

2. Perselisihan Kepentingan

Perselisihan Kepentingan adalah perselisihan yang timbul dalam hubungan kerja karena tidak adanya
kesesuaian pendapat mengenai pembuatan, dan/atau perubahan syarat-syarat kerja yang
diterapkan dalam perjanjian kerja, atau PP, atau PKB. Contohnya: kenaikan upah, transpor, uang
makan, premi dana lain lain.

3. Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja adalah


perselisihan yang timbul karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai pengakhiran hubungan
kerja yang dilakukan oleh salah satu pihak. Contohnya; ketidaksepakatan alasan PHK dan perbedaan
hitungan pesangon.

4. Perselisihan Antar Serikat Pekerja/Serikat Buruh hanya dalam satu perusahaan.

Perselisihan Antar Serikat Pekerja/Serikat Buruh adalah perselisihan antara serikat pekerja/serikat
buruh dengan serikat pekerja/serikat buruh lain
Hanya

Dalam satu perusahaan, karena tidak adanya persesuaian paham mengenai

Keanggotaan, pelaksanaan hak, dan kewajiban keserikatan pekerjaan.

Cara penyelesaian: 1. Penyelesaian perselisihan melalui konsoliasi

Penyelesaian konsiliasi dilakukan melalui seorang atau beberapa orang atau badan yang disebut
sebagai konsiliator yang wilayah kerjanya meliputi tempat pekerja/buruh bekerja, dimana konsiliator
tersebut akan menengahi pihak yang berselisih untuk menyelesaikan perselisihannya secara damai.
Jenis Perselisihan yang dapat diselesaikan melalui konsiliasi antara lain

Untuk perselisihan kepentingan, perselisihan PHK atau perselisihan antar serikat pekerja/ serikat
buruh dalam satu perusahaan.

2. Penyelesaian perselisihan melalui mediasi

Mediasi hubungan industrial adalah penyelesaian perselisihan hak, perselisihan kepentingan,


perselisihan pemutusan hubungan kerja dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya
dalam satu perusahaan melalui musyawarah yang ditengahi oleh seorang atau lebih mediator yang
netral (Pasal 1 angka 1 UU No. 2 Tahun 2004) ediasi antu oleh seorang media hubungan industr yang
merupakan pegawai instansi pemerintah yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan yang
memenuhi syarat-syarat sebagai mediator yang

Ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.

3. Penyelesaian perselisihan melalui Pengadilan Hubungan Industrial (PHI) Menurut pasal 56 UU No.
2 Tahun 2004, Pengadilan Hubungan Industrial

Mempunyai kompetensi absolut untuk memeriksa dan memutus:

a. Ditingkat pertama mengenai perselisihan hak


b. Ditingkat pertama dan terakhir mengenai perselisihan kepentingan Ditingkat pertama
mengenai perselisihan pemutusan hubungan kerja c. Di tingkat pertama
mengenaiperselisihan pemutusan hubungan kerja d. Di tingkat pertama dan terakhir
mengenai perselisihan antar serikat pekerja / serikat buruh dalam satu perusahaan

Anda mungkin juga menyukai