Anda di halaman 1dari 24

PENYELESAIAN

PERSELISIHAN
DAN PEMUTUSAN
HUBUNGAN
KERJA (PKH)
PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

● Perselisihan Hubungan Industrial adalah perbedaan


pendapat yang mengakibatkan pertentangan antara
pengusaha dan gabungan pengusaha dengan pekerja
atau Serikat Pekerja karena adanya perselisihan
mengenai hak, perselisihan kepentingan, perselisihan
pemutusan hubungan kerja dan perselisihan antara
Serikat Pekerja dalam satu perusahan.
• Bentuk Perselisihan Hubungan Industrial ada empat, yaitu:
1. Perselisihan hak adalah perselisihan yang timbul karena tidak
dipenuhinya hak, akibat adanya perbedaan pelaksanaan atau
penafsiran terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan,
perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja
bersama.
2. Perselisihan kepentingan adalah perselisihan yang timbul dalam
hubungan kerja karena tidak adanya kesesuaian pendapat
mengenai pembuatan, dan/ atau perubahan syarat-syarat kerja
yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, atau peraturan perusahaan,
atau perjanjian kerja bersama.
3. Perselisihan pemutusan hubungan kerja adalah
perselisihan yang timbul karena tidak adanya kesesuaian
pendapat mengenai pengakhiran hubungan kerja yang
dilakukan oleh salah satu pihak.
4. Perselisihan antarserikat pekerja/serikat buruh adalah
perselisihan antara serikat pekerja/serikat buruh dengan
serikat pekerja/serikat buruh lain hanya dalam satu
perusahaan, karena tidak adanya persesuaian pahami
mengenai keanggotaan, pelaksanaan hak, dan kewajiban
keserikatpekerjaan. Dengan pertimbangan-pertimbangan di
atas, undang-undang
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK)

● Pemutusan hubungan kerja berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka (25)


Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 adalah pengakhiran hubungan
kerja karena suatu hal tertentu mengakibatkan berakhirnya hak dan
kewajiban antara pekerja/buruh dan pengusaha.
● Pasal 150 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 PHK meliputi
yang terjadi di badan usaha yang berbadan hukum atau tidak,
milik orang perseorangan, milik persekutuan atau badan hukum,
baik milik swasta maupun milik negara, maupun usaha-usaha
sosial dan usaha-usaha lainnya yang mempunyai pengurus dan
mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan
dalam bentuk lain
● PHK terjadi:
1. Pemutusan Hubungan Kerja karena Terjadi
Perubahan Status, Penggabungan, Peleburan atau
Perubahan Kepemilikan Perusahaan atas Kemauan
Pengusaha atau Pekerja/buruh
2. Pemutusan Hubungan Kerja karena Kerugian Terus-
menerus Selama 2 (dua) Tahun atau Force Majeur.
3. Pemutusan Hubungan Kerja karena Perusahaan
Mengalami Pailit
4. Pemutusan Hubungan Kerja karena Buruh/pekerja
Meninggal Dunia
5. Pemutusan Hubungan Kerja Buruh/Pekerja karena
memasuki Usia Pensiun
Ketentuan PHK
Ketentuan PHK pekerja diatur dalam Undang-Undang
ketenagakerjaan No.13 Tahun 2003
1. Harus ada syarat yang merupakan penetapan dari Lembaga
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (Pasal 151 ayat
(3)).
2. Ada alasan
• Kesalahan berat (Pasal 158 ayat (1)).
 Menipu, mencuri, menggelapkan barang perusahaan.
 Memberi keterangan palsu/yang dipalsukan.
 Mabuk, minum minuman keras di perusahaa.
 Melakukan perbuatan asusila/berjudi di perusahaan.
 Menganiaya, mengancam, mengintimidasi kawan sekerja/
pengusaha.
 Membujuk kawan sekerja/pengusaha untuk melakukan
perbuatan yang bertentangan dengan Undang-Undang.
 Ceroboh, merusak/membiarkan barang milik
perusahaan dalam keadaan bahaya.
 Membongkar rahasia perusahaan.
 Melakukan perbuatan di perusahaan yang diancam
dengan pidana penjara 5 tahun atau lebih.
 Ceroboh / pengusaha dalam keadaan bahaya.
Kesalahan berat tersebut harus didukung oleh bukti
sebagai berikut :
1. Pekerja tertangkap tangan.
2. Pengakuan dari pekerja yang bersangkutan.
3. Bukti lain: laporan kejadian yang dibuat pihak yang
berwenang di perusahaan dengan 2 orang saksi.
Hak pekerja yang melakukan kesalahan berat ini adalah :
berhak atas uang penggantian hak yang diatur dalam Pasal
156 ayat (4).
Kesalahan Ringan (Pasal 161 ayat (1))
• Melanggar ketentuan dalam perjanjian kerja, peraturan
perusahaan atau perjanjian kerja bersama setelah ada
peringatan pertama, kedua dan ketiga secara berturut-turut.
• Surat peringatan tersebut berlaku minimal 6 bulan kecuali
ditetapkan lain (Pasal 161 ayat (2)).
Hak pekerja yang melakukan kesalahan ringan adalah :
- Berhak atas uang pesangon sebesar satu kali sesuai
ketentuan Pasal 156 ayat (2).
- Berhak atas uang penghargaan masa kerja sebesar satu kali
sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (3).
- Berhak uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156
ayat (4).
3. Memenuhi prosedur tertentu (Pasal
14 ayat (1) dan (2) Kep.Men. No. 150
TAHUN 2000)
Permohonan PHK dibuat di atas
kertas bermaterai yang memuat :
• Nama, alamat perusahaan.
• Nama, alamat yang di PHK.
• Umur, jumlah keluarga.
• Masa kerja, tanggal mulai kerja.
• Upah berakhir.
• Alasan di PHK.
• ketentuan PHK dapat diberikan pada pekerja bila
ada penetapan dari Lembaga Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial (Pasal 151 ayat
(3)).
• Apabila PHK tadi tanpa penetapan dari Lembaga
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial,
maka akan batal demi hukum (Pasal 155 ayat (1)).
• Pasal 153 ayat (1), pengusaha dilarang melakukan
PHK yang alasannya sebagai berikut :
1) Pekerja sakit menurut keterangan dokter selama
12 bulan terus menerus.
2) Pekerja menjalankan kewajiban negara sesuai
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
3) Pekerja menjalankan ibadah yang diperintahkan
agama (naik haji).
4) Pekerja menikah.
5) Pekerja perempuan hamil, melahirkan, gugur
kandungan, menyusui bayinya.
6) Pekerja punya pertalian darah/ikatan
perkawinan dengan pekerja lainnya dalam
satu perusahaan
7) Pekerja mendirikan/menjadi
anggota/pengurus Serikat Pekerja dalam satu
perusahaan.
8) Pengaduan pekerja pada yang berwajib
karena pengusaha melakukan tindakan
pidana kejahatan
9) Perbedaan paham, agama, aliran, suku, jenis
kelamin, kondisi phisik, status perkawinan
dengan pengusaha.
10) Pekerja cacat tetap, sakit akibat kecelakaan
kerja.
Prosedur Pemutusan Hubungan Kerja
Pemutusan hubungan kerja prosedurnya diatur dalam
pasal 151 dan pasal 152 UU NO 13 TAHUN 2003:
Merundingkan terlebih dahulu antara kedua pihak.
Jika memang hasil akhir PHK adalah tetap dilaksanakan,
maka diajukan permohonan secara tertulis kepada
lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial.
• Atau biasa disebut dengan Pengadilan Hubungan
Industrial disertai dengan alasan kenapa PHK
dilakukan.
• Jika terjadi pemutusan hubungan kerja, maka
perusahaan wajib membayarkan uang pesangon atau
uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian
yang seharusnya diterima oleh karyawan.
• Dapat dilakukan melalui proses diluar
pengadilan dan atau melalui pengadilan khusus
hubungan indusrial.
• Tahapan proses telah diatur dalam Undang-
undang No.2 Tahun 2004 tentang
Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial, selanjutnya disingkat UU PPHI.
• Pasal 3 ayat (1) UU PPHI yang menyebutkan
bahwa: “Perselisihan Hubungan Industrial
wajib diupayakan penyelesaiannya terlebih
dahulu melalui perundingan bipartite secara
musyawarah untuk mencapai mufakat”.

PENYELESAIAN PERSELISIHAN
HUBUNGAN INDUSTRIAL
PENYELESAIAN DI LUAR PENGADILAN

a. Penyelesaian melalui
Bipatit.
b. Penyelesaian melalui
Mediasi.
c. Penyelesaian melalui
Konsiliasi.
d. Penyelesaian melalui
Arbitrase
PERUNDINGAN BIPARTIT
• Perundingan bipartit adalah perundingan antara
pekerja atau serikat pekerja dengan pengusaha
untuk menyelesaikan perselisihan hubungan
industrial (Menghasilkan Risalah).

• Isi Risalah:
1. nama lengkap dan alamat para pihak;
2. tanggal dan tempat perundingan;
3. pokok masalah atau alasan perselisihan;
4. pendapat para pihak;
5. kesimpulan atau hasil perundingan;
6. tanggal serta tandatangan para pihak yang melakukan
perundingan.
 Penyelesaian melalui konsiliasi
• Konsiliator orang swasta yang terdaftar dan diangkat oleh instansi
ketenagakerjaan setempat.
• Wilayah kerjanya di tempat kerja pekerja bekerja.
• Bewenang menyelesaikan perselisihan kepentingan, PHK dan antar SP.
• Atas permintaan penyelesaian tertulis yang disepakati kedua belah pihak.
• Waktu kerja paling lama 30 hari.
• Bila tercapai kesepakatan dibuat perjanjian bersama yang didaftar para
pihak (akte bukti pendaftaran).
• Bila tidak tercapai kesepakatan dikeluarkan anjuran tertulis.
• Diminta jawaban tertulis para pihak, bila tidak menjawab dianggap
menolak.
• Bila anjuran diterima dibuat perjanjian bersama yang didaftarkan pada
Pengadilan Negeri setempat (akte bukti pendaftaran).
• Perjanjian bersama yang tidak dilaksanakan dimintakan eksekusi di
pengadilan setempat atau tempat pemohon untuk diteruskan.
• Salah satu pihak atau para pihak yang menolak mengajukan gugatan ke
Pengadilan Negeri setempat.
 Penyelesaian melalui Mediasi
• Mediator adalah PNS yang diangkat oleh Menteri Tenaga Kerja.
• Wilayah kerjanya tidak diatur.
• Menyelesaikan perselisihan Kepentingan, Hak, PHK dan antar SP.
• Wajib apabila para pihak tidak memilih penyelesaian melalui konsiliasi atau
arbitrase
• Waktu kerja paling lama 30 hari.
• Bila tercapai kesepakatan dibuat perjanjian bersama yang didaftar para
pihak (akte bukti pendaftaran).
• Bila tidak tercapai kesepakatan dikeluarkan anjuran tertulis.
• Diminta jawaban tertulis para pihak, bila tidak menjawab dianggap
menolak.
• Bila anjuran diterima dibuat perjanjian bersama yang didaftarkan pada
Pengadilan Negeri setempat (akte bukti pendaftaran).
• Perjanjian bersama yang tidak dilaksanakan dimintakan eksekusi di
pengadilan setempat atau tempat pemohon untuk diteruskan.
• Salah satu pihak atau para pihak yang menolak mengajukan gugatan ke
Pengadilan Negeri setempat.
 Penyelesaian oleh Arbiter
• Arbitor adalah orang swasta yang diangkat oleh Menteri Tenaga Kerja, setelah
lulus ujian seleksi.
• Wilayah kerjanya seluruh Indonesia.
• Bewenang menyelesaikan perselisihan kepentingan dan antar SP.
• Dipilih berdasarkan kesepakatan tertulis para pihak dengan suatu surat perjanjian
arbitrasi.
• Arbitor yang ditunjuk boleh tunggal atau gasal (3 orang).
• Waktu kerja paling lama 30 hari.
• Bila menerima penunjukkan memberitahu secara tertulis.
• Dibuat perjanjian penunjukkan arbitor, setelah itu tidak boleh menarik diri
kecuali dengan persetujuan kedua belah pihak atau Pengadilan Negeri dengan
alasan yang sah.
• Apabila diragukan (hubungan kerja atau keluarga) para pihak dapat mengajukan
tuntutan ingkar kepada Pengadilan Negeri yang tidak dapat dilakukan
perlawanan.
• Bila tercapai kesepakatan dibuat akte perdamaian yang didaftar para pihak (akte
bukti pendaftaran).
• Bila tidak tercapai kesepakatan dikeluarkan putusan arbitor.
• Bila putusan diterima dibuat akte perdamaian yang didaftarkan pada Pengadilan
Negeri setempat (akte bukti pendaftaran).
• Akte perdamaian atau putusan arbiter yang tidak dilaksanakan dimintakan
eksekusi di pengadilan setempat atau tempat pemohon untuk diteruskan.
• Salah satu pihak atau para pihak yang menolak mengajukan permohonan
pembatalan ke MA.
DIDAFTAR

PERJANJIAN
BERSAMA

SELESAI
PERJANJIAN
BERSAMA
MEDIASI

TIDAK SELESAI M
SELESAI DISETUJUI A
ANJURAN
DITOLAK ACARA CEPAT
H
P
E K
DISETUJUI
P
PERJANJIAN N PERTAMA: A
B BERSAMA -
KEPEN- G PHK
M
E I TINGAN A - HAK
R P
SELESAI
D
DITOLAK A
S A PHK
I H
E KONSILIASI L KASASI
R A PUTUSAN SELA
L A
T HAK N
I TIDAK SELESAI
G
I DISETUJUI
S ANTAR ANJURAN N
T TERAKHIR: U
I SP DITOLAK E
H G
- N
KEPENTINGA
A AKTE DIDAFTAR E N G
TIDAK SELESAI PERDAMAIAN R
N I ACARA BIASA
- ANTAR SP
SELESAI
INSTANSI
KETENAGA
KERJAAN ARBITRASE

PENCATATAN TIDAK SELESAI

EKSEKUSI
PUTUSAN
MENAWARKAN
PILIHAN DITOLAK PERMOHONAN PEMBATALAN
PENYELESAIAN
Penyelesaian Dalam Pengadilan
• Pengadilan Hubungan Industrial adalah pengadilan khusus
yang dibentuk di lingkungan Pengadilan Negeri
Kabupaten/Kota yang berada di setiap ibukota Provinsi yang
berwenang memeriksa, mengadili dan memberi putusan
terhadap perselisihan hubungan industrial yang daerah
hukumnya meliputi tempat kerja pekerja (pasal 1 angka 17 UU
2/2204).
• Menurut pasal 56 UU 2/2004, Pengadilan Hubungan Industrial
mempunyai kompetensi absolut untuk memeriksa dan
memutus:
1. Di tingkat pertama mengenai perselisihan hak
2. Di tingkat pertama dan terakhir mengenai perselisihan
kepentingan
3. Di tingkat pertama mengenai perselisihan pemutusan
hubungan kerja
4. Di tingkat pertama dan terakhir mengenai perselisihan antar
serikat pekerja/serikat buruh dalam satu perusahaan
Pengadilan Hubungan Industril
(Pada Pengadilan Negeri)
• Pengadilan khusus yang berada pada lingkungan peradilan umum.
• Majelis hakim terdiri dari satu hakim sebagai ketua, masing-masing
satu hakim Ad-Hoc dari unsur pengusaha dan pekerja.
• Kecuali ditentukan lain dalam UUPPHI yang berlaku hukum acara
perdata.
• Tidak dikenakan biaya beracara dan eksekusi untuk perkara yang nilai
gugatannya < Rp150 juta.
• Hakim Ad-Hoc tidak boleh merangkap jabatan sebagai anggota
lembaga tinggi negara, kepala daerah, lembaga legislatif daerah, PNS,
TNI-Polri, pengurus partai, pengacara, mediator, konsiliator, arbiter
dan pengurus SP atau OP.
• Tugas lainnya:
- Mencatat pendaftaran perjanjian bersama.
- Mencatat pendaftaran akte
perdamaian.
- Melaksanakan eksekusi.
- Meneruskan berkas kasasi.
• Untuk perselisihan kumulatif, perselisihan hak dan kepentingan
diputus lebih dahulu dari kasus PHK.
• Proses pengadilan dilakukan dengan acara cepat atau acara biasa.
• Dapat mengeluarkan putusan sela.
• Harus mengeluarkan keputusan paling lama 50 hari kerja.
Pengadilan Tingkat Kasasi (MA)
 Majelis hakim sama dengan majelis di Pengadilan
Negeri.
 Tata cara permohonan kasasi sesuai dengan per-UU
yang berlaku.
 Putusan telah dikeluarkan paling lama 30 hari kerja
sejak permohonan kasasi diterima.
 Berwenang membatalkan keputusan arbitrase.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai