Anda di halaman 1dari 15

HUKUM KETENAGAKERJAAN

INISIASI 6

Hubungan Industrial
Lembaga Kerja Sama Bipartit
Lembaga kerja sama bipartit
 Adalah forum komunikasi dan konsultasi mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan hubungan industrial di satu perusahaan yang
anggotanya terdiri dari pengusaha dan serikat pekerja/serikat buruh
yang sudah tercatat instansi yang bertanggung jawab di bidang
ketenagakerjaan atau unsur pekerja/buruh.
 Setiap perusahaan yang mempekerjakan 50 (lima puluh) orang
pekerja/buruh atau lebih wajib membentuk lembaga kerja sama
bipartit.

Pasal 106 UU No. 13 Tahun 2003


Lembaga Kerja Sama Bipartit

Funsi Lembaga kerja sama bipartit


a. melakukan pertemuan secara periodik dan/atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.
b. mengkomunikasikan kebijakan pengusaha dan aspirasi pekerja/buruh dalam rangka mencegah
terjadinya permasalahan hubungan industrial di perusahaan.
c. menyampaikan saran, pertimbangan, dan pendapat kepada pengusaha, pekerja/buruh
dan/atau serikat pekerja/serikat buruh dalam rangka penetapan dan pelaksanaan kebijakan
perusahaan.

Susunan Keanggotaan Lembaga kerja sama bipartit


a. Unsur pengusaha, dan
b. Unsur pekerja/buruh yang ditunjuk oleh pekerja/buruh secara demokratis untuk mewakili
kepentingan pekerja/buruh di perusahaan yang bersangkutan

PERMENAKER-RI NOMOR PER. 32/MEN/XII/2008


Lembaga Kerja Sama Bipartit

Penyelesaian perselisihan di Tingkat Bipartit


1) Penyelesaian perselisihan hubungan industrial wajib dilaksanakan oleh pengusaha dan
pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh secara musyawarah untuk mufakat.
2) Dalam hal penyelesaian secara musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka pengusaha
dan pekerja/ buruh atau serikat pekerja/serikat buruh menyelesaikan perselisihan hubungan
industrial melalui prosedur penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang diatur dengan
undang-undang.
Lembaga Kerja Sama Tripartit

Lembaga Kerja Sama Tripartit


Forum komunikasi, konsultasi dan musyawarah tentang masalah ketenagakerjaan
yang anggotanya terdiri dari unsur organisasi pengusaha, serikat pekerja/serikat
buruh dan pemerintah.

Struktur Lembaga Kerja sama Tripartit :


a. Lembaga Kerja sama Tripartit Nasional, Provinsi dan Kabupataen/Kota; dan
b. Lembaga Kerja sama Tripartit Sektoral Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota.
c. Peraturan perusahaan

PERMENAKER DAN MENDAGRI NOMOR PER.O4/MEN/II/2010 DAN NOMOR 17 TAHUN 2010


Lembaga Kerja Sama Tripartit
Pembentukan Lembaga Kerja Sama Tripartit
1) Gubernur membentuk LKS Tripartit Provinsi.
2) Bupati/Walikota membentuk LKS Tripartit Kabupaten/Kota.
3) Pembentukan LKS Tripartit Provinsi dan LKS Tripartit Kabupaten/Kota sesuai
dengan peraturan perundang-undangan
Peningkatan peran LKS Tripartit Provinsi dapat dilakukan dengan :
a. Mendorong pertemuan secara periodik setiap 1 (satu) bulan sekali atau sewaktu-waktu
sesuai kebutuhan;
b. Memfasilitasi kegiatan;
c. Meningkatkan fungsi sekretariat dan/atau Badan Pekerja;
d. Menyediakan sarana dan prasarana pendukung; dan
e. Menyusun alokasi kegiatan dalam Rancangan APBD

PERMENAKER DAN MENDAGRI NOMOR PER.O4/MEN/II/2010 DAN NOMOR 17 TAHUN 2010


Lembaga Kerja Sama Tripartit

Peningkatan peran LKS Tripartit Kabupaten/Kota, dapat dilakukan dengan :


a. Mendorong pertemuan secara periodik setiap 1 (satu) bulan sekali atau sewaktu-
waktu sesuai kebutuhan;
b. Memfasilitasi kegiatan;
c. Meningkatkan fungsi sekretariat dan/atau Badan Pekerja;
d. Menyediakan sarana dan prasarana pendukung; dan
e. Menyusun alokasi kegiatan dalam Rancangan APBD
Lembaga Kerja Sama Tripartit

Kegiatan Lembaga Kerjasama Tripartit


a. Melakukan konsultasi dan komunikasi dengan pemerintah, Organisasi Pengusaha,
dan SP/SB untuk menyelesaikan masalah-masalah ketenagakerjaan;
b. Menampung dan mengolah usul-usul dan saran-saran dari pemerintah, organisasi
Pengusaha, dan SP/SB
c. Membina kerjasama yang sebaik-baiknya antara pengusaha, gabungan pengusaha,
dan SP/SB agar tercipta iklim ketenagaerjaan yang kondusif;
d. Menyampaikan masukan-masukan kepada pemerintah dalam membuat keputusan
agar dapat diterima semua pihak.
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial

• Perselisihan Hubungan Industrial (HI) adalah perbedaan pendapat yang


mengakibatkan pertentangan antara Pengusaha atau gabungan Pengusaha dengan
Pekerja/Buruh atau Serikat Pekerja/Serikat Buruh karena adanya (i) perselisihan
mengenai hak, (ii) perselisihan kepentingan, (iii) perselisihan pemutusan hubungan
kerja dan (iv) perselisihan antar serikat pekerja/serikat Buruh dalam satu
perusahaan (Psl. 1 poin 22 UU No. 13 Tahun 2003 jo. Psl. 1 poin 1 UU No. 2 Tahun
2004 tentang PPHI).
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial

Jenis Perselisihan Hubungan Industrial


1. Perselisihan Hak yaitu perselisihan yang timbul karena tidak dipenuhinya
hak, akibat adanya perbedaan pelaksanaan atau penafsiran terhadap
ketentuan peraturan perundang-undangan, perjanjian kerja, peraturan
perusahaan atau perjanjian kerja bersama.
2. Perselisihan Kepentingan yaitu perselisihan yang timbul dalam hubungan
kerja karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai perbuatan
dan/atau perubahan syarat-syarat kerja yang ditetapkan dalam perjanjian
kerja atau peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama.
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial

3. Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja yaitu perselisihan yang


timbul karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai
pengakhiran hubungan kerja yang dilakukan oleh salah satu pihak.
4. Perselisihan Antar Serikat Pekerja/Serikat Buruh Dalam Satu
Perusahaan yaitu perselisihan antar Serikat Pekerja/Serikat Buruh
dengan Serikat Pekerja/Serikat Buruh lain hanya dalam satu
perusahaan, karena tidak adanya persesuaian paham mengenai
keanggotaan, pelaksanaan hak dan kewajiban keserikatpekerjaan.
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
Alur PPHI dalam UU No. 2 Tahun 2004
1. Perundingan Bipatrit – Perjanjian Bersama;
2. Mediasi/Instansi Pemerintah:
• Perselisihan Hak;
• Perselisihan Kepentingan;
• Perselisihan PHK;
• Perselisihan antar SP/SB dalam satu perusahaan.
3. Konsiliasi:
• Perselisihan Kepentingan;
• Perselisihan PHK, dan;
• Perselisihan antar SP/SB dalam satu perusahaan;
4. Arbitrase
• Perselisihan Kepentingan;
• Perselisihan antar SP/SB dalam satu perusahaan;
5. Pengadilan Hubungan Industrial
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial

• Perundingan bipartit adalah perundingan antara pekerja/buruh atau


serikat pekerja/serikat buruh dengan pengusaha untuk menyelesaikan
perselisihan hubungan industrial.
• Mediasi adalah penyelesaian perselisihan hak, perselisihan
kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja, dan perselisihan
antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan
melalui musyawarah yang ditengahi oleh seorang atau lebih mediator
yang netral.
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial

• Konsiliasi adalah penyelesaian perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan


hubungan kerja atau perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam
satu perusahaan melalui musyawarah yang ditengahi oleh seorang atau lebih
konsiliator yang netral.
• Arbitrase adalah penyelesaian suatu perselisihan kepentingan, dan perselisihan
antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan, di luar
Pengadilan Hubungan Industrial melalui kesepakatan tertulis dari para pihak yang
berselisih untuk menyerahkan penyelesaian perselisihan kepada arbiter yang
putusannya mengikat para pihak dan bersifat final.
• Pengadilan Hubungan Industrial adalah pengadilan khusus yang dibentuk di
lingkungan pengadilan negeri yang berwenang memeriksa, mengadili dan
memberi putusan terhadap perselisihan hubungan industrial.
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial

Proses Beracara pada


PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

1. Hukum Acara dalam PPHI sama dengan Hukum Acara Perdata


2. Gugatan PHK sesuai 159, 171 UU No.13/2003 tenggang waktu daluarsa 1 tahun sejak
pemberitahuan putusan dari Pengusaha
3. Gugatan harus dilampiri risalah mediasi/konsiliasi yang gagal
4. Selambatnya 7 hari setelah penerimaan gugatan Ketua PN me- netapkan majelis hakim,
1 Ketua majelis hakim, 2 anggota Hakim Ad-Hoc
5. 7 hari setelah penetapan majelis hakim, harus sudah melaku-
kan sidang pertama
6. Proses beracara sejak sidang pertama sampai dengan putusan adalah 50 hari
7. Proses acara cepat dapat dimohonkan apabila ada alasan mendesak
8. Proses acara cepat sejak penetapan majelis hakim sampai dengan pembuktian adalah 21
hari

Anda mungkin juga menyukai