Anda di halaman 1dari 3

Nama : Nabila Syahadati Arsha

NIM : 042256785
Mata Kuliah : Hubungan Industrial
TUGAS 2
1. Badan / Lembaga Hubungan Industrial Nasional, sebagai berikut.
a. Lembaga Kerja Sama Bipartit; Lembaga yang menaungi kerja sama antara
pengusaha dan organisasi karyawan. Menurut UU No 13 Tahun 2003 pasal 106,
Jika perusahaan mempekerjakan lebih dari 50 orang karyawan, maka perusahaan
tersebut wajib membentuk Lembaga kerja sama bipartit yang beranggotakan
antara tiga hingga sepulu orang sesuai skala perusahaan, kompleksitas, dan
diversifikasi pekerjaan dan jabatan serta tugas yang diserahkan ke Lembaga kerja
sama bipartit yang berfungsi sebagai forum komunikasi dan konsultasi mengenai
permasalahan ketenagakerjaan di perusahaan yang meliputi unsur pengusaha dan
karyawan secara demokratis untuk mewakili kepentingan kedua pihak tersebut.
Ketua dan wakil Lembaga kerja sama bipartite dipilih bergantian dengan
menjabat selama 2 tahun. Lembaga kerja sama bipartite memfokuskan
kegiatannya pada fungsi tradisional dan konvesional, yaitu menampung,
membahas dan menyelesaikan keluh kesah karyawan serta mempersiapkan bahan
dan memonitor pelaksanaan peraturan pemerintah dan perjanjian kerja bersama.
b. Lembaga Kerja Sama Tripartit; Lembaga kerja sama yang anggotanya terdiri dari
unsur pemerintah, organisasi karyawan dan organisasi pengusaha, yang berfungsi
sebagai forum konsultasi, komunikasi dan negosiasi baik ke dalam maupun
keluar yang dimaksud apabila ada permasalahan antara ketiga pihak tersebut akan
dilakukan konsultasi, komunikasi, dan negosiasi sehingga timbul satu
kesepakatan. Lembaga kerja sama tripartite merupakan forum bagi wakil wakil
ketiga unsur untuk bertukar informasi, berdialog, berkomunikasi, berkonsultasi,
berunding dan mengambil kesepakatan bersama secara consensus di bidang
ketanagakerjaan termasuk hubungan industrial dan bidang kebijakan ekonomi
sosial. Lembaga ini dibentuk di tingkat internasional, regional, nasional, propinsi,
kabupaten/kota. Adanya pemerintah digunakan untuk memfasilitasi dan
mengefektifkan dialog serta menampung saran dan harapan pengusaha dan
pekerja, serta pengesahan peraturan perusahaan, menyaksikan penandatanganan
perjanjian kerja bersama, menerbitkan berbagai peraturan dan melakukan
mediasi atau pemerantaraan apabila kedua pihak tidak mencapai kesepakatan.
Lembaga kerja sama tripartite tingkat nasional diketuai oleh Menteri
ketenagakerjaan dan tiga orang wakil ketua masing masing dari setiap unsurnya.
c. Lembaga Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial; Perbedaan pendapat
antara pengusaha dan karyawan mengenai syarat syarat kerja seperti hak
karyawan, harapan karyawan, dan pemutusan hubungan kerja. Penyelesaian
perselisihan harus dilakukan antara kedua pihak secara musyawarah untuk
mufakat. Namun jika tidak tercapai musyawarah mufakat, maka digunakan
prosedur penyelesaian perselisihan yang diatur dalam Undang-Undang. Menurut
UU No 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan hubungan industrial
dinyatakan bahwa perselisihan yang tidak dapat diselesaikan secara bipartite di
tingkat perusahaan sesuai dengan jenis perselisihannya yang diselesaikan melalui
bantuan pihak ketiga yakni arbitrer, konsiliator atau mediator atau bisa
dilanjutlan di Pengadilan Hubungan Industrial dan menekankan peranan Bipartit.
Undang Undang Nomor 22 Tahun 1957 menekankan supaya setiap masalah dan
penyelesaian dapat diselesaikan secara damai dengan jalan perundingan di
tingkat bipartite. Apabila penyelesaian secara bipartite tidak tercapai maka
penyelesaian selanjutnya melalui arbitrase oleh juru pemisah melalui jasa
perantaraan. Keputusan arbitrase bersifat final dan wajib diterima dan
dilaksanakan oleh kedua belah pihak. Kesepakatan dimaksud dituangkan dalam
perjanjian kerja bersama. Bila pengusaha dan karyawan tidak sepakat untuk
menerima anjuran pegawai perantara, alternatif penyelesaian perselisihan adalah
pertama melalui Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan (P4) Daerah, baru
dilanjutkan ke Pusat dengan cara pemaksaan sepihak melalui pemogokan atau
penutupan perusahaan
2. Menurut Undang Undang No.13 Tahun 2003 Pasal 61 ayat 1 point d yang
menyatakan perjanjian kerja berakhir apabila adanya keadaan atau kejadian tertentu
yang dicantumkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian
kerja bersama yang dapat menyebabkan berakhirnya hubungan kerja, Yang
kemudian dijelaskan secara detail dalam Pasal 62 yang menyatakan bahwa “Apabila
salah satu pihak mengakhiri hubungan kerja sebelum berakhirnya jangka waktu yang
ditetapkan dalam perjanjian kerja waktu tertentu atau berakhirnya hubungan kerja
bukan karena ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 61 ayat (1), pihak
yang mengakhiri hubungan kerja diwajibkan membayar ganti rugi kepada pigak
lainnya sebesar upah pekerja / buruh sampai batas waktu berakhirnya jangka waktu
perjanjian kerja. Kesimpulan yang dapat saya Ambil dari kedua pasal ini yakni Jika
pekerja ingin mengundurkan diri sebelum masa kontraknya habis, maka karyawan
tersebut harus membayar kerugian gaji pokok dan tunjangan selama 3 bulan kedepan
kepada perusahaan.
3. Upah merupakan penghasilan karyawan dan merupakan biaya produksi perusahaan
dan merupakan sumbangan karyawan untuk meningkatkan produktivitas karyawan.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat upah, sebagai berikut.
a. Pendidikan dan keterampilan; semakin tinggi tingkat Pendidikan atau
ketrampilan karyawan, maka semakin mudah untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya sehingga produktiitas meningkat yang berpengaruh pada
penentuan upah yang akan diterimanya,
b. Kondisi Pasar; Jika tingkat permintaan akan tenaga kerja rendah padahal
penawaran tenaga kerja tinggi maka akan terjadi pengangguran. Apabila
permintaan tenaga kerja tinggi dan penawarannya rendah maka posisi tawar
menawar tenaga kerja tinggi dan tingkat upah meningkat.
c. Biaya hidup; biaya hidup suatu daerah akan menentukan besarnya tingkayt upah
di daerah tersebut guna mempertahankan kesejahteraan karyawan.
d. Kemampuan perusahaan; Jika perusahaan tidak mampu membayar, maka
perusahaan disebut tidak efisien dan harus ditutup.
e. Kemampuan serikat pekerja; serikat pekerja berfungsi untuk membela
kepentingan karyawan, penyalur aspirasi dan meningkatkan kesejahteraan
karyawan. Jika serikat pekerja cukup kuat dan professional maka dapat
memperjuangkan perbaikan pengupahan bagi karyawan.
f. Produktivitas kerja;Kelangsungan hidup dan kemajuan perusahaan sangat
tergantung dari tingkat produktivitas kerja, agar pemasukan perusahaan juga
meningkat yang akan meningkatkan upah yang diberikan terhadap karyawan.
g. Kebijakan pemerintah; dilakukan untuk menjamin agar upah minimum karyawan
tidak menurun dan menjamin tersedianya kesempatan kerja.

Sumber :

BMP EKMA4367

Undang Undang No. 13 Tahun 2003

Anda mungkin juga menyukai