Anda di halaman 1dari 8

TAHAPAN HUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN DAN SERIKAT PEKERJA

Hubungan industrial merupakan hubungan antara para pelaku dalam proses produksi barang atau
jasa yang saling berkaitan, berinteraksi dan berkepentingan. Serikat pekerja dan manajemen
memiliki peranan penting dalam membina hubungan industrial sebagai perwakilan pekerja dan
pengusaha yang memiliki kepentingan saling bertolak belakang.Terpeliharanya hubungan industrial
di perusahaan dapat dilihat melalui tahapan hubungan yang terjalin antara manajemen dan serikat
pekerja, kesejahteraan yang berhasil diperjuangkan oleh serikat pekerja yang diberikan oleh
perusahaan dan intensitas jumlah aksi mogok kerja yang mengindikasikan tidak harmonisnya
hubungan industrial.Hubungan Manajemen dan Serikat Pekerja.

Hubungan industrial dalam suatu perusahaan terlihat melalui tahapan hubungan antara manajemen
dan serikat pekerjanya. Menurut Rivai dan Sagala (2010: 883) tahapan hubungan manajemen dan
serikat pekerja dalam lingkup industrial digolongkan pada lima tahap pertumbuhan, yaitu:

1. Tahap Konflik.
Tahap konflik merupakan tahap awal berdirinya serikat pekerja yang ditentang oleh manajemen
sehingga dapat menimbulkan suasana konflik.
2. Tahap Pengakuan (Eksistensi)
Tahap pengakuan merupakan tahap kehadiran serikat pekerja yang diakui oleh manajemen
dengan sikap terpaksa akibat tekanan pemerintah melalui peraturan perundang-undangan.
3. Tahap Negosiasi
Tahap negosiasi merupakan tahap kehadiran serikat pekerja sebagai realitas dalam kehidupan
industrial sehingga manajemen bersikap tidak menghalanginya tetapi berusaha menempatkan
serikat pekerja di posisi lemah ketika negosiasi.
4. Tahap Akomodatif
Tahap akomodatif merupakan tahap kehadiran serikat pekerja dianggap memainkan peran
positif dalam lingkungan perusahaan.Manajemen memanfaatkan serikat pekerja sebagai rekan
yang menghubungkan antara manajemen dan para pekerja dalam menegakkan disiplin dan
mengarahkan perilaku pekerja sehingga terjalin hubungan kerja yang harmonis.
5. Tahap Kerja Sama
Tahap kerja sama merupakan tahap yang paling maju dan ideal dalam hubungan industrial
dikarenakan serikat pekerja berperan meningkatkan efisiensi, efektifitas, produktivitas dan
semangat kerja pekerja. Hubungan kerja terjalin berdasarkan prinsip saling menghormati,
mendukung, menempatkan diri pada posisi pihak lain dan melakukan tindakan yang saling
menguntungkan.
6. Kesejahteraan Pekerja.
Kesejahteraan pekerja diberikan oleh perusahaan kepada pekerja berdasarkan keanggotaanya
sebagai bagian perusahaan bukan berdasar kinerjanya (Hariandja, 2005: 279).Kesejahteraan
pekerja dalam konteks hubungan industrial diberikan berdasarkan peraturan yang berlaku dan
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan mental pekerja beserta
keluarganya sebagai manusia yang memiliki harkat dan martabat.Kesejahteraan yang diberikan
berupa kompensasi finansial dan nonfinansial berupa fasilitas dan pelayanan yang dapat
dinikmati oleh pekerja sehingga dapat menciptakan semangat kerja dan sikap loyal pekerja. Aksi
Mogok Kerja.

Mekanisme Hubungan Industrial


Hubungan industrial merupakan suatu bentuk interaksi antar manusia di tempat kerja, yang
di dalamnya syarat dengan kepentingan para pihak, dan apabila kepentingan tersebut
bersinggungan akan menimbulkan permasalahan atau konflik industrial. Hubungan industrial
mengandung beberapa elemen yaitu, Masyarkat Industrial dan Organisasi.

Konsep hubungan industrial adalah konsep yang mengatur hubungan antara sumber daya
manusia suatu organisasi industrial dengan para pemilik modal yang mendanai organisasi industrial
tersebut. Lebih luasnya lagi, hubungan industrial merupakan seperangkat aturan tertentu yang
mengatur hak dan kewajiban para pihak di dalam proses produksi suatu produk industri.

Dalam melaksanakan hubungan industrial, pemerintah mempunyai fungsi menetapkan


kebijakan, memberikan pelayanan, melaksanakan pengawasan dan melakukan penindakan terhadap
pelanggaran peraturan perundang undangan ketenegakerjaan

Dalam melaksanakan hubungan industrial, pekerja/buruh dan serikat pekerja/serikat buruh


mempunyai fungsi menjalankan pekerjaan sesuai dengan kewajibannya, menjaga ketertiban demi
kelangsungan produksi, menyalurkan aspirasi secara demokratis, mengembangkan keterampilan,
dan keahliannya serta ikut memajukan perusahaan dan memperjuangkan kesejahteraan anggota
berserta keluarganya.

Dalam melaksanakan hubungan industrial, pengusaha dan organisasi pengusahanya


mempunyai fungsi menciptakan kemitraan, mengembangkan usaha, memperluas lapangan kerja,
dan memberikan kesejahteraan pekerja/buruh secara terbuka, demokratis dan berkeadilan.

Masalah hubungan industrial (industrial relation) pada dasarnya menyangkut masalah buruh
dan pengusaha, bahkan juga pemerintah sebagai pihak yang dianggap mewakili kepentingan umum,
baik buruh maupun pengusaha.Maka pertentangan dan perselisihan hubungan individual antara
pekerja/buruh dan pengusaha di perusahaan juga dapat terjadi karena masalah – masalah hak
pekerja tidak dipenuhi pengusaha sehingga merugikan pekerja dan keluarganya. Agar pertentangan
kolektif dan individual antara pekerja/buruh dan pengusaha tidak berkepanjangan, timbul gagasan
untuk membentuk wadah yang dapat meredam dan menyelesaikan pertentangan tersebut yaitu
dengan membentuk wadah atau lembaga kerja sama.

Menurut Anwar (2007) wada kerja sama antara pekerja/buruh dengan pengusaha dapat
berfungsi sebagai sarana :

a. Pelaksanaan demokrasi industrial dalam hubungan kerja


b. Partisipasi pekerja/buruh dalam kebijakan perusahaan
c. Pendistribusian kekasaan di dalam perusahaan

Menurut Pasal 103 UU Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003, bahwa hubungan industrial
dilaksanakan melalui sara sebagai berikut :

1. Serikat Pekerja atau Serikat Buruh


Setiap pekerja/buruh berhak membentuk dan menjadi anggota serikat pekerja/serikat
buruh. Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 102, serikat
pekerja/serikat buruh ber-hak menghimpun dan mengelola keuangan serta
mempertanggungjawabkan keuangan organisasi termasuk dana mogok.
Menurut pendapat Simamora, 2006 : 554, Serikat pekerja merupakan organisasi yang
mewakili pekerja dalam perundingan masalah upah, jam kerja, syarat, dan kondisi kerja
lainnya. Berdasarkan pasal 1 ayat (1) undang – undang nomor 21 tahun 2000,
disebutkan bahwa serikat pekerja/serikat buruh adalah organisasi yang didirikan oleh,
dari dan untuk pekerja di dalam atau diluar perusahaan, milik negara atau pribadi, yang
bersifat tidak terikat, terbutka, independen dan demokratis dandapat
dipertanggungjawabkan untuk memperjuangkan, membela dan melindungi hak hak dan
kepentingan pekerja, maupun untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja dan
keluarganya.
Berdasarkan undang – undang nomor 21 tahun 2000 tentang serikat pekerjam tujuan
dari keberadaan serikat pekerja selain mensejahterakan anggotanya, juga mengatur
suatu pergaulan hubungan industrial, sehingga tercipta ketenangan kerja dan berusaha,
yaitu suatu kondisi dinamis di dalam hubungan kerja di perusahaan dimana di dalamnya
terdapat 3 (tiga) unsur penting :
a. Hak dan kewajiban terjamin dan dilaksanakan
b. Apabila timbul perselisihan dapat diselesaikan secara internal
c. Mogok dan penutupan perusahaan (lock out) tidak peru digunakan untuk
memaksakan kehendak, karena perselisihan yang terjadi dapat diselesaikan secara
baik baik.
2. Organisasi Pengusaha
Setiap pengusaha berhak membentuk dan menjadi anggota organisasi
pengusaha.Ketentuan mengenai organisasi pengusaha diatur sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 1 ayat (5) Undang – undang Nomor 12 Tahun 2003 jo Pasal 1 ayat (4) Keputusan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor : KEP-48/MEN/IV/2004, disebutkan
bahwa pengusaha adalah :
a. Orang perorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan suatu
perusahaan milik sendiri
b. Orang perorangan, pesekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri sendiri
menjalankan perusahaan hukum miliknya
c. Orang perorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di Indonesia
mewakili perusahaan a dan b tersebut di atas, yang berkedudukan di luar wilayah
Indonesia
3. Lembaga Kerja Sama Bipatrit
Setiap perusahaan yang mempekerjakan 50 (lima puluh) orang pekerja/ buruh atau lebih
wajib membentuk lembaga kerja sama bipartit. Lembaga kerja sama bipartit
sebagaimana dimaksud, berfungsi sebagai forum komunikasi, dan konsultasi mengenai
hal ketenagakerjaan di perusahaan. Susunan keanggotaan lembaga kerja sama bipartite
terdiri dari unsur pengusaha dan unsur pekerja/buruh yang ditunjuk oleh pekerja/buruh
secara demokratis untuk mewakili kepentingan pekerja/buruh di perusahaan yang
bersangkutan. Ketentuan mengenai tata cara pembentukan dan susunan keanggotaan
lembaga kerja sama bipartit diatur dengan Keputusan Menteri
Lembaga kerja sama bipatrit diartikan sebagai suatu badan ditingkat usaha atau unit
produksi yang dibentuk oleh pekerja/buruh dan pengusaha serta sebagai salah satu
sarana dalam hubungan industrial sebagai sarana komunikasi dalam membahas berbagai
permasalahan hubungan industrial yang timbul di perusahaan, sehingga dapat
dihindarkan berbagai perselisihan yang berakibat kurang harmonisnya hubungan antara
pekerja dan pengusaha
Kerja sama pekerja dan pengusaha dimaknai sebagai suatu keadaan dari hubungan
pekerja/buruh dan manajemen yang bekerja bahu membahu untuk mencapai tujuan
tertentu dengan menggunakan cara yang bisa diterima oleh kedua belah pihak dari
bentuk dan prosedur lain yang disepakati oleh kedua belah pihak. Kerja sama tertentu
biasanya dioperasikan mealui pembentukan lembaga bersama seperti lembaga pekerja
manajemenm dewan pekerja manajemen, atau forum pekerja – manajemen.
4. Lembaga Kerja Sama Tripartit
Lembaga kerja sama tripartit memberikan pertimbangan, saran, dan pendapat kepada
pemerintah dan pihak terkait dalam penyusunan kebijakan dan pemecahan masalah
ketenagakerjaan.
Lembaga Kerja sama Tripartit sebagaimana dimaksud, terdiri dari :
a. Lembaga Kerja sama Tripartit Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/ Kota; dan
b. Lembaga Kerja sama Tripartit Sektoral Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota.
Keanggotaan Lembaga Kerja sama Tripartit terdiri dari unsur pemerintah, organisasi
pengusaha, dan seri-kat pekerja/serikat buruh. Tata kerja dan susunan organisasi
Lembaga Kerja sama Tripartit diatur dengan Peraturan Pemerintah.
5. Peraturan Perusahaan
Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) orang
wajib membuat peraturan perusahaan yang mulai berlaku setelah disahkan oleh
Menteri atau pejabat yang ditunjuk.ewajiban membuat peraturan perusahaan tidak
berlaku bagi peru-sahaan yang telah memiliki perjanjian kerja bersama.
Peraturan perusahaan, merupakan suatu peraturan yang dibuat secara tertulis yang
dibuat perusahaan, dimana di dalamnya memuat ketentuan ketentuan tentang syarat –
syarat kerja sama tata tertib perusahaan.
Peraturan perusahaan disusun oleh dan menjadi tanggung jawab dari pengusaha yang
bersangkutan. Peraturan perusahaan sekurang-kurangnya memuat :
a. hak dan kewajiban pengusaha;
b. hak dan kewajiban pekerja/buruh;
c. syarat kerja;
d. tata tertib perusahaan; dan
e. jangka waktu berlakunya peraturan perusahaan
6. Perjanjian Kerja Bersama
Perjanjian kerja bersama dibuat oleh serikat pekerja/serikat buruh atau beberapa serikat
pekerja/serikat buruh yang telah tercatat pada instansi yang bertanggung jawab di
bidang ketenagakerjaan dengan pengusaha atau beberapa pengusaha. Penyusunan
perjanjian kerja bersama dilaksanakan secara musyawarah.Perjanjian kerja bersama
harus dibuat secara tertulis dengan huruf latin dan menggunakan bahasa Indonesia.
Dalam hal terdapat perjanjian kerja bersama yang dibuat tidak menggunakan bahasa
Indonesia, maka per-janjian kerja bersama tersebut harus diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia oleh penerjemah tersumpah dan terjemahan tersebut dianggap sudah
memenuhi ketentuan.
Dengan syarat :
1. Masa berlakunya perjanjian kerja bersama paling lama 2 (dua) tahun.
2. Perjanjian kerja bersama dapat diperpanjang masa berlakunya paling lama 1 (satu)
tahun berdasarkan kesepakatan tertulis antara pengusaha dengan serikat
pekerja/serikat buruh.
3. Perundingan pembuatan perjanjian kerja bersama berikutnya dapat dimulai paling
cepat 3 (tiga) bulan se-belum berakhirnya perjanjian kerja bersama yang sedang
berlaku. 4. Dalam hal perundingan tidak mencapai kesepakatan maka perjan-jian
kerja bersama yang sedang berlaku, tetap berlaku untuk paling lama 1 (satu) tahun.
7. Lembaga Penyelesaian Perselisihan
Penyelesaian perselisihan hubungan industrial wajib dilaksanakan oleh pengusaha dan
pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh secara musyawarah untuk
mufakat.Dalam hal penyelesaian secara musyawarah untuk mufakat tidak tercapai,
maka pengusaha dan pekerja/ buruh atau serikat pekerja/serikat buruh menyelesaikan
perselisihan hubungan industrial melalui prosedur penyelesaian perselisihan hubungan
industrial yang diatur dengan undang-undang.

Dimensi dan Isi Hubungan Industrial


1. Antara pekerja dan pengusaha
Dalam hubungan kerja antara pengusaha dan pekerja diperlukan suatu perlindungan
hukum untuk memberikan perlindungan dan kepastian hukum bagi kedua belah pihak
terhadap permasalahan yang timbul pada saat pelaksanaan kerja berlangsung.Salah satu
bentuk perlindungan dan kepastian hukum bagi kedua belah pihak tersebut adalah
melalui adanya perjanjian kerja yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003.Perjanjian kerja ini sebagai awal dari terciptanya hubungan kerja ini harus dibuat
berdasarkan asas-asas perjanjian kerja.Perjanjian kerja ini digunakan sebagai sarana
mewujudkan hak dan kewajiban dari pengusaha dan pekerja yang harus ditaati dan
dilaksanakan dengan baik agar dapat memberikan manfaat bagi kedua belah pihak, untuk
mewujudkan rasa keadilan serta mewujudkan kesejahteraan bagi semua pihak.Perjanjian
kerja dimaksudkan untuk perlindungan dalam bekerja khususnya dalam aspek norma
kerja.
Hubungan industrial antara pekerja dan pengusaha meliputi:
a. Hak dan kewajiban pengusaha
b. Hak dan kewajiban pekerja
c. Penyelesian konflik kepentingan
d. Kerjasama ke dua belah pihak

2. Antara pekerja dan pemerintah


Dalam hubungan industrial antara pekerja dan pemerintah, pemerintah memliki fungsi
untuk menetapkan kebijakan, memberikan pelayanan, melaksanakan pengawasan serta
melakukan penindakan terhadap pelanggaran peraturan perundang-undangan
ketenagakerjaan.Tujuan campur tangan pemerintah dalam ketenagakerjaan ini adalah
mewujudkan ketenagakerjaan yang adil dengan memberikan hak-hak bagi pekerja
sebagai manusia yang utuh, karena itu harus dilindungi baik menyangkut keselamatan,
kesehatan, upahnya yang layak.
Hubungan antara pekerja dan pemerintah meliputi:
a. Hak dan kewajiban pekerja
b. Kontrol, bimbingan, dan perlindungan dari pemerintah
c. Penyelesaian konflik secara damai

3. Antara pengusaha dan pemerintah


Dalam melaksanakan hubungan industrial, pengusaha dan organisasi pengusahanya
mempunyai fungsi menciptakan kemitraan, mengembangkan usaha, memperluas
lapangan kerja, dan memberikan kesejahteraan pekerja/buruh secara terbuka,
demokratis, dan berkeadilan.Sedangkan pemerintah dalam hal ini menjadi kontrol dalam
terlaksana fungsi yang di jalankan pengusaha.
Hubungan antara pengusaha dan pemerintah meliputi:
a. Hak dan kewajiban pengusaha
b. Kontrol, bimbingan, dan perlindungan dari pemerintah

4. Antara pekerja, pengusaha, dan pemerintah dan lembaga peradilan


Antara pekerja, pengusaha, dan pemerintah ketiga unsur tersebut memiliki hubungan
yang erat secara umum dapat disimpulkan hubungan antara pekerja dengan pengusaha
disebut hubungan kerja, hubungan antara pemerintah dan pekerja disebut hubungan
pembinaan dan perlindungan. Dan terkait lembaga peradilan memiliki fungsi memeriksa,
megadili, dan memberi putusan terhadap perselisihan yang terjadi antara pekerja dan
pengusaha yang dilakukan melalui :
a. Penyelesaian konflik secara damai, maupun
b. Penyelesaian konflik secara hukum

Daftar Pustaka

Oktavia,Nia Ningsih DKK.2015. PERAN SERIKAT PEKERJA DAN MANAJEMEN DALAM


MEMBINA HUBUNGAN INDUSTRIAL. (Studi pada PG. Kebon Agung Malang) Jurnal
Administrasi Bisnis (JAB). Vol. 24 No.1Juli2015. administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

Rivai, Veithzal dan Sagala, Ella Jauvani. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk
Perusahaan Edisi Kedua: dari Teori ke Praktik. Jakarta : Rajawali Pers. Jurnal Administrasi
Bisnis (JAB)|Vol. 24 No. 1 Juli 2015| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
JOSAY.(2019). Dimensi Dan Isi Hubungan Industrial. Jurnal Law Firm (Global Profeneur
University) .Diakses melalui http://josay.org/telaah-tentang-hubungan-
industrial/dimensi-dan-isi-hubungan-industrial/tanggal 18 April 2021 Pukul 17.00 WITA

Marsinah, Luis. 2019. Hubungan Industrial dan Konpensasi (Teori dan Praktik).Sleman :
DEEPUBLISH PUBLISHER.Diakses pada tanggal 11 April 2021. Pukul 19.30

Idris, Fahmi. 2018. Dinamika Hubungan Industrial.Sleman : DEEPUBLISH PUBLISHER. Diakses


pada tanggal 11 April 2021. Pukul 19.30

Anda mungkin juga menyukai