Anda di halaman 1dari 3

Nama : Novita Sari

NIM : 1908016082
Mata Kuliah : Hukum Perlindungan Konsumen C

Analisa Kasus Dalam Sengketa Perlindungan Konsumen

Kronologi Kasus Non Litigasi :

Seorang pria asal Palopo, Sulawesi Selatan bernama Erwin menggugat KFC karena
burger yang ia pesan tidak sesuai gambar seperti yang dipasang di iklan. Erwin melihat gambar
di aplikasi online, burger itu berisi ayam krispi, keju, dan sayuran. Akan tetapi ketika pesanan
tersebut datang, hanya ada roti burger isi ayam tanpa saus, keju, sayur dengan roti yang
kusust. Ia mengaku telah memesan menu Krunchy Burger 2 kali melalui aplikasi ojek online
yang totalnya 9 burger. Dan kedua pesanan yang datang tidak sesuai dengan gambar yang ada
di iklan/katalog menu dan ia merasa dirugikan karena isi burger tidak lengkap sesuai gambar di
iklan

Erwin lalu melefon costumer service KFC namun tidak bisa terhubung. Karena kesal dan
sempat tidak mendapatkan respon, Erwin berencana akan mengajukan gugatan perdata
terhadap KFC di PN Palopo. Namun kemudian Person In Charge (PIC) dari KFC Palopo akhirnya
menghubungi Erwin terkait hal tersebut.

Ardiansyah mengatakan, pihaknya sudah melakukan mediasi dengan konsumennya itu.


Pihaknya juga telah menerima empat tuntutan dari konsumen bernama Erwin dan dia memberi
waktu tujuh hari kepada pihak KFC Palopo agar memenuhi empat tuntutannya. Di antaranya
menyatakan permintaan maaf, memperbaiki pelayanannya, memberi makan anak yatim, dan
tidak memecat karyawannya yang membuat burger tak sesuai gambar. Bila empat tuntutan itu
tidak dipenuhi, Erwin akan tetap melaporkan perkara ini ke pengadilan.

Setelah dimediasi oleh pihak KFC dan kuasa hukumnya, kasus pun berakhir damai. Pihak
KFC meminta maaf kepada Erwin lewat media sosialnya.  Selain itu, KFC juga diharuskan untuk
memberi makan lima panti asuhan di Palopo selama satu bulan.

Analisa :
Fenomena seperti kasus diatas seringkali berasal dari kurangnya pengetahuan pelaku
usaha, mereka merasa hal tersebut tidak akan merugikan siapapun selama makanan tersebut
tidak mengandung bahan berbahaya. Padahal, jika dicermati lebih lanjut berdasarkan UU
Perlindungan Konsumen, pengiklanan yang tidak sesuai dengan realita suatu produk
merupakan perbuatan yang dilarang untuk Pelaku Usaha. Namun pada dasarnya hal tersebut
merupakan delik aduan, selama tidak terjadi laporan dari konsumen dan kasus yang akhirnya
merugikan Pelaku Usaha itu sendiri, maka aksi pengiklanan yang hanya mementingkan
kemenarikan tanpa memperhatikan keaslian produk aslinya pun akan tetap terjadi disebagian
besar restoran. Padahal Tindakan KFC Palopo telah melanggar ketentuan pada UUPK sebagai
berikut :

 Pasal 8 Ayat (1) huruf f yang menyatakan bahwa Pelaku usaha dilarang memproduksi
dan/atau memperdagangkan barang dan/atau jasa yang tidak sesuai dengan janji yang
dinyatakan dalam label, etiket, keterangan, iklan atau promosi penjualan barang dan/atau
jasa tersebut
 Pasal 17 Ayat (1) huruf a : Pelaku usaha periklanan dilarang memproduksi iklan yang
mengelabui konsumen mengenai kualitas, kuantitas, bahan, kegunaan dan/atau tarif jasa
serta ketepatan waktu penerimaan barang dan/atau jasa
Yang mana berdasarkan pasal yang dilanggar, pelaku usaha dapat dikenakan sanksi
pidana sebagaimana yang tercantum dalam UUPK pasal 62 Ayat (1) yang menyebutkan
bahwa : Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 13 ayat (2), Pasal 15, Pasal 17 ayat (1) huruf
a, huruf b, huruf c, huruf e, ayat (2), dan Pasal 18 dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak Rp
2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).

Namun, memperhatikan dalam pasal 45 UUPK pada ayat (1), (2) dan (3)

(1) Setiap konsumen yang dirugikan dapat menggugat pelaku usaha melalui
lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa antara konsumen dan pelaku
usaha atau melalui peradilan yang berada di lingkungan peradilan umum.
(2) Penyelesaian sengketa konsumen dapat ditempuh melalui pengadilan atau di
luar pengadilan berdasarkan pilihan sukarela para pihak yang bersengketa.
(3) Penyelesaian sengketa di luar pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) tidak menghilangkan tanggungjawab pidana sebagaimana diatur dalam
Undang-undang.
(4) Apabila telah dipilih upaya penyelesaian sengketa konsumen di luar
pengadilan, gugatan melalui pengadilan hanya dapat ditempuh apabila upaya
tersebut dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu pihak atau oleh para pihak
yang bersengketa.

Sebagaimana diketahui bahwa kasus di atas telah diselesaikan di luar pengadilan berdasarkan
pilihan kedua belah pihak yaitu dengan mediasi, dimana hasil dari mediasi telah sesuai dengan
ketentuan pasal 47 UUPK yang berbunyi : Penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan
diselenggarakan untuk mencapai kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi
dan/atau mengenai tindakan tertentu untuk menjamin tidak akan terjadi kembali atau tidak
akan terulang kembali kerugian yang diderita oleh konsumen.

Anda mungkin juga menyukai