Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH HUKUM PERDAGANGAN INTERNASIONAL

PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN INTERNASIONAL MELALUI DISPUTE


SETTLEMENT BODY

Studi Kasus Ekspor Impor Rokok Kretek Antara Indonesia Dengan Amerika Serikat

Dosen Pengampu :

Rika Erawaty S.H., M.H.

Disusun Oleh :

Novita Sari (1908016082)

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MULAWARMAN

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
dengan ini kami dapat menyelesaikan tugas makalah tentang penyelesaian sengketa
perdagangan internasional pada kasus ekspor-impor rokok kretek antara Indonesia-
Amerika Serikat ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah sebagai pemenuhan dari Ujian
Tengah Semester (UTS) dari Ibu Rika Erawaty S.H., M.H. pada mata kuliah Hukum
Perniagaan Internasional. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
terkait penyelesaian sengketa perdagangan internasional melalui Dispute Settlement Body
dan bagaimana kekuatan hukum penyelesaian ditegakkan dalam sengketa perdagangan
internasional mengenai ekspor-impor rokok kretek antara Indonesia dan Amerika Serikat
melalui Dispute Settlement Body.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Rika Erawaty, S.H, M.H., selaku dosen pengajar
mata kuliah Hukum Perniagaan Internasional yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan mata kuliah yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut serta memberikan
pengetahuannya demi tersusunnya makalah ini.

Makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Samarinda, 22 April 2021

Novita Sari

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................................ iii

BAB I......................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN..................................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang.......................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan...................................................................................................................... 5

BAB II........................................................................................................................................................ 6
PEMBAHASAN........................................................................................................................................ 6
A. Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional Melalui Dispute Settlement
Body...................................................................................................................................................... 6
B. Kekuatan Hukum Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional Mengenai
Ekspor-Impor Rokok Kretek Antara Indonesia Dengan Amerika Serikat Melalui
Dispute Settlement Body............................................................................................................... 8

BAB III.................................................................................................................................................... 10
PENUTUP.............................................................................................................................................. 10
Kesimpulan..................................................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................. 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perniagaan Internasional (International Trade) adalah suatu bentuk kerjasama
ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara dengan negara orang lain, yang memiliki
lingkungan dengan menjual barang atau jasa sehingga mereka bisa membawa
kemakmuran bagi suatu negara. Ketentuan perdagangan internasional (Perdagangan
internasional) atau dikenal sebagai perdagangan antar negara, pertama kali dikenal di
Benua Eropa yang kemudian berkembang di Asia dan Afrika. Negara yang melakukan
aktivitas perdagangan perdagangan internasional dan perjanjian tarif (GATT).
Perdagangan Dunia (World Trade Organisation / WTO), tentunya tidak lepas dari
adanya permasalahan hukum. Ada beberapa masalah hukum yang terlibat dalam
perdagangan internasional, seperti ekspor-impor, dumping, safeguards, subsidi,
keterlambatan pengiriman barang, dan sebagainya. Di Indonesia sendiri masalahnya
hukum dalam perdagangan internasional hampir selalu terjadi, misalnya masalah
hukum terkait ekspor-impor.
Kasus ekspor-impor yang melibatkan Indonesia, yaitu kasus rokok kretek antara
Indonesia dan Amerika Serikat. Sebagaimana diketahui bahwa WTO merupakan satu-
satunya badan internasional yang secara khusus mengatur masalah perdagangan antar
negara, sehingga kasus antara Indonesia dan Amerika Serikat diselesaikan melalui
Dispute Settlement Body yang berada di bawah WTO.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana menyelesaikan sengketa perdagangan internasional melalui Dispute
Settlement Body ?
2. Bagaimana kekuatan hukum penyelesaian ditegakkan sengketa perdagangan
internasional mengenai ekspor-impor rokok kretek antara Indonesia dan Amerika
Serikat melalui Dispute Settlement Body.
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui penyelesaian sengketa perdagangan internasional melalui
Dispute Settlement Body;
2. Untuk mengetahui kekuatan hukum penyelesaian sengketa perdagangan
internasional terkait ekspor-impor rokok kretek antara Indonesia dan Amerika
Serikat melalui Dispute Settlement Body.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional Melalui Dispute Settlement


Body
Penyelesaian sengketa perdagangan internasional melalui Dispute Settlement
Body (DSB) telah dimuat dalam perjanjian Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), yaitu
Perjanjian Marrakesh Membentuk Organisasi Perdagangan Dunia, Lampiran 2, Hasil
Negosiasi Perdagangan Multilateral Putaran Uruguay: The Legal Text, 404 (1994), 32
ILM 1144 (1994), dengan nama The Understanding on Rules and Procedure Governing
the Settlement of Disputes (the Disputes Settlement Understanding / DSU) yang
diratifikasi pada April 1994. 1
Dengan demikian, keberadaan Disputes Settlement Understanding (DSU) telah
diatur dalam perjanjian WTO sebagai salah satu aturan penyelesaian sengketa
perdagangan internasional. Dalam penyelesaian sengketa perdagangan internasional,
DSU memperkenalkan teknik penyelesaian sengketa dalam Perjanjian WTO yang
merupakan penyempurnaan dari ketentuan penyelesaian sengketa dalam GATT 1947.
Perbaikan tersebut termasuk ratifikasi prinsip otomasi, dan memperkenalkan kerangka
waktu yang ketat untuk setiap tahap proses penyelesaian sengketa. Total jangka waktu
dari pembentukan panel sampai dengan keputusan atau rekomendasi Badan
Penyelesaian Sengketa (DSB) dikeluarkan. Jika ada perselisihan yang timbul dari
perjanjian WTO, maka akan ditandatangani oleh DSB. Tahapan tahapan penyelesaian
sengketa perdagangan melalui DSB-WTO adalah sebagai berikut :
1. Tahap Konsultasi
Pihak yang berselisih harus berusaha untuk menyelesaikan masalah melalui
konsultasi. Konsultasi tersebut bertujuan untuk memperkuat solusi positif atas
perselisihan tersebut. Pada tahap ini para pihak memberitahukan secara tertulis
kepada DSB-WTO bahwa mereka akan mengadakan konsultasi dalam jangka waktu
maksimal 10 hari. Permintaan harus menjelaskan alasan konsultasi, termasuk dasar
1
Huala Adolf, Penyelesaian Sengketa Dagang Dalam World Trade Organization (WTO), Mandar Maju, Bandung,
2005, hlm. 87

6
hukum pengajuan pengaduan. Apabila musyawarah gagal, maka hal tersebut dapat
disampaikan kepada Dirjen WTO yang dalam hal ini bertindak ex officio.
2. Pembentukan dan Prosedur Panel (Establishing and Procedures of Panels)
Jika konsultasi dan upaya lain gagal mencapai penyelesaian dalam 10 hari,
penggugat dapat meminta DSB membentuk panel untuk menyelesaikan masalah
para pihak. Pembentukan panel harus dilakukan oleh DSB selambat-lambatnya pada
sesi kedua permintaan panel, jika tidak maka akan diputuskan dengan musyawarah
mufakat. Selain itu, juga diusulkan penetapan kerangka acuan kerja dan komposisi
panel. Panel harus segera dipasang dalam waktu 30 hari sejak pembentukan.
3. Prosedur Panel (Panel Procedures)
Prosedur Panel adalah masa pengujian masalah, kemudian dilakukan term of
reference dan disetujui komposisi panel, kemudian panel memberikan laporan
kepada pihak yang berselisih paling lama 6 bulan. Dalam 60 hari panel keputusan
harus disetujui oleh DSB.
4. Penerimaan Laporan Panel oleh DSB (Adoption of Panels Report)
Laporan panel diterima oleh DSB dalam waktu 20 hari setelah penerbitan. Jika tidak
dilaporkan, salah satu pihak dapat memberitahukannya untuk menarik keputusan
atau melakukan mufakat untuk pengesahan laporan. DSB tidak dapat
mempertimbangkan laporan panel lebih cepat dari 20 hari setelah diedarkan
kepada anggota. Anggota yang keberatan dengan laporan tersebut harus
menyebutkan alasan peredarannya secara tertulis sebelum diadakan rapat DSB
untuk membahas laporan tersebut.
5. Peninjauan Kembali (Appelate Review)
Pihak-pihak yang keberatan dengan keputusan majelis DSB dapat melanjutkan
kasusnya ke tingkat sidang peninjauan (Appelate Body) yang ditetapkan oleh DSB.
Badan ini beranggotakan 7 orang yang merupakan perwakilan dari negara anggota
WTO. Setelah para pihak yang berselisih mengajukan perselisihan ke Badan Banding
dalam waktu 60-90 hari, anggota Badan Banding mendengar, menganalisis dan
memeriksa kasus tersebut. Badan Banding dapat menetapkan, memodifikasi atau
membatalkan kesimpulan panel sesuai dengan aturan WTO. Setelah Badan Banding
mengeluarkan keputusan terkait sengketa tersebut, dalam waktu 30 hari Badan

7
Banding akan membuat laporan untuk diserahkan ke DSB-WTO. Keputusan ini
harus diterima oleh para pihak yang berselisih tanpa syarat.

B. Kekuatan Hukum Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional Mengenai


Ekspor-Impor Rokok Kretek Antara Indonesia Dengan Amerika Serikat Melalui
Dispute Settlement Body
Kasus sengketa perdagangan rokok kretek antara Indonesia dan Amerika Serikat
(AS) bermula ketika Presiden AS saat itu, Barack Obama mengesahkan RUU Family
Smoking Prevention and Tobacco Control Act (FSPTCA) pada 22 Juni 2009 yang
kemudian menjadi Undang-undang tersebut mulai berlaku pada tanggal 22 September
2009. Undang-undang ini bertujuan untuk melarang produksi dan perdagangan rokok
berasa, termasuk rokok kretek dan rokok rasa buah. Pada pasal 101 (b) FSPTCA memuat
larangan penggunaan bahan penyedap rasa campur. 2 Pasal 101 (b) FSPTCA ini
mengubah pasal 907 (a) (1) (A) dari Federal Food, Drug and Cosmetic Act (FFDCA) dan
secara resmi menjadi undang-undang dan menjadi aktif sejak 22 September 2009.
Namun, kemudian apa yang menjadi Perselisihan bagi Indonesia adalah Dalam pasal itu,
tidak ada aturan yang melarang penggunaan mentol yang termasuk dalam campuran
penyedap rasa. Secara tidak langsung pasal ini melarang masyarakat Amerika Serikat
untuk mengkonsumsi rokok kretek asal Indonesia dan terdapat tindakan diskriminasi
produk antara rokok kretek dan mentol.. 3 Indonesia keberatan dengan pemberlakuan
FSPTCA yang dinilai melanggar ketentuan WTO National Treatment yaitu secara
diskriminatif mengecualikan rokok mentol yang merupakan produk produsen rokok
dalam negeri AS dari larangan penjualan rokok yang mengandung bahan penyedap rasa
campur dan pelarangan penjualan produk rokok kretek di Amerika Serikat, sehingga
Indonesia mengusulkan pembentukan Panel kepada badan penyelesaian sengketa WTO
yaitu Dispute Settlement Body (DSB).
Setelah menyelesaikan sengketa melalui Dispute Settlement Body (DSB), Panel
WTO akhirnya mengeluarkan keputusan. Keputusan Dispute Settlement Body (DSB)

2
Simon Tumanggor, Pelaksanaan Putusan Dispute Settlement Body WTO Yang Memenangkan Indonesia Dalam
Kasus Larangan Impor Rokok Berperasa Oleh Amerika Serikat, http://jdih.kemendag.go.id/ , Pada 23 April 2021,
Pukul 16:29 WITA
3
Dirjen Kerjasama Internasional Kementerian Perdagangan Indonesia, RI Sengketakan Larangan Perdagangan
Rokok Kretek di Amerika Serikat ke DSB – WTO, http://ditjenkpi.kemendag.go.id/ , Pada 23 April 2021, Pukul
15:20 WITA

8
terkait kasus tersebut, yakni panel WTO menemukan bahwa kebijakan AS tidak sesuai
dengan ketentuan WTO karena rokok kretek dan menthol merupakan produk yang
mirip dan keduanya memiliki daya tarik yang sama bagi kaum muda. Namun
pemerintah Amerika tidak menerima dan tidak puas dengan keputusan panel yang
dikeluarkan pada 2 September 2011 dan mengajukan banding ke WTO pada 5 Januari
2012. Hasil banding yang dikeluarkan menegaskan kembali bahwa keputusan panel
sebelumnya sudah benar dan pemerintah AS telah mengeluarkan kebijakan yang tidak
konsisten. dengan WTO. Amerika dianggap telah melanggar ketentuan WTO mengenai
National Treatment Obligation sebagaimana tercantum dalam Pasal 2.1 Technical
Barrier to Trade Agreement.
Amerika Serikat diberi waktu untuk menerapkan keputusan DSB (keputusan
Panel yang diperkuat oleh keputusan Dewan Banding). Ternyata AS hanya melakukan
kampanye anti rokok untuk produk mentol AS, tapi tidak melarang produksi dan
distribusinya. Sedangkan rokok kretek masih dilarang hingga batas waktu kepatuhan
terhadap keputusan WTO berakhir. Menurut Indonesia, AS tidak melaksanakan
keputusan DSB tersebut hingga batas waktu yang ditentukan. Indonesia menilai bahwa
Amerika Serikat tidak melaksanakan putusan DSB tersebut, sehingga terjadi
perselisihan mengenai penilaian penerapan putusan DSB dalam kasus tersebut.
Keputusan dari organ pendukung (Panel dan Badan Banding) Badan
Penyelesaian Sengketa yang telah disahkan pada dasarnya bersifat final dan mengikat,
artinya keputusan tersebut harus diterima dan dilaksanakan oleh para pihak yang
berselisih. Namun dalam praktiknya, masih ada pihak yang tidak melaksanakan
keputusan Dispute Settlement Body, seperti Amerika Serikat yang dalam hal ekspor
rokok kretek hanya melakukan kampanye anti rokok untuk produk mentol AS, namun
tidak melarangnya. produksi dan distribusi.
Pasal 19 Dispute Settlement Understanding, panel dan appellate body akan
merekomendasikan kepada negara yang bersengketa untuk memijakkan sengketa yang
terjadi kepada perjanjian World Trade Oganization agar sesuai dengan perjanjian
tersebut yang telah disepakati bersama. Namun, Amerika Serikat tidak menjalankan
rekomendasi dari panel dan appellate body sehingga Indonesia tetap dirugikan. Maka
dari itu, konsekuensi hukum bagi negara pelanggar yang tidak melaksanakan

9
rekomendasi dari panel dan appellate body yaitu retaliasi yang biasanya dalam bentuk
peningkatan pengenaan bea masuk pada produk-produk tertentu kepentingan ekspor
dari negara pelanggar.

10
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
1. Penyelesaian sengketa perdagangan internasional melalui Dispute Settlement Body
dimulai dengan proses :
a. konsultasi yang dilakukan oleh Indonesia (negara pengadu) dengan Amerika
Serikat (negara pengadu);
b. pembentukan Panel yang diusulkan oleh negara pengadu;
c. Prosedur implementasi panel;
d. penerimaan laporan Panel oleh Badan Penyelesaian Sengketa;
e. tinjauan banding.
2. Sengketa ekspor-impor rokok kretek antara Indonesia dan Amerika Serikat
diselesaikan melalui Dispute Settlement Body (DSB). Indonesia dan Amerika Serikat
akan menyelesaikan perselisihan dengan menggunakan prosedur yang ditetapkan
oleh Badan Penyelesaian Sengketa. Kekuatan hukum putusan dari organ pembantu
(Panel dan Badan Banding) Badan Penyelesaian Sengketa yang telah disetujui
bersifat final dan mengikat, yang artinya putusan tersebut harus diterima dan
dilaksanakan oleh para pihak yang berselisih. Kecuali konsensus ditolak oleh semua
anggota WTO. Amerika Serikat tidak menjalankan rekomendasi dari panel dan
appellate body sehingga Indonesia tetap dirugikan. Maka dari itu, Amerika Serikat
dikenakan peningkatan pengenaan bea masuk pada produk-produk tertentu
kepentingan ekspor dari negara pelanggar.

11
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Adolf, Huala. 2005.Penyelesaian Sengketa Dagang Dalam World Trade Organization
(WTO). Bandung : Mandar Maju

Jurnal
Joshua Renaldo . Analisis Yuridis Konsekuensi Hukum Bagi Amerika Yang Tidak
Melaksanakan Putusan Dispute Settlement Body : Kasus Sengketa Rokok Kretek
Indonesia. Fakultas Hukum Universitas Surabaya

Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 Tentang Pengesahan Agreement Establishing
The World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi
Perdagangan Dunia), Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3564

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan, Lembaran Negara Tahun


1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3612

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas UndangUndang


Nomor 10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan Undang-Undang Nomor 7 Tahun
2014 Tentang Perdagangan, Lembaran Negara Tahun 2014 Nomor 45,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 5512

Website :
Dirjen Kerjasama Internasional Kementerian Perdagangan Indonesia, RI Sengketakan
Larangan Perdagangan Rokok Kretek di Amerika Serikat ke DSB – WTO,
http://ditjenkpi.kemendag.go.id/, Pada 23 April 2021, Pukul 15:20 WITA

12
Simon Tumanggor, Pelaksanaan Putusan Dispute Settlement Body WTO Yang
Memenangkan Indonesia Dalam Kasus Larangan Impor Rokok Berperasa Oleh
Amerika Serikat, http://jdih.kemendag.go.id/, Diakses pada 23 April 2021, Pukul
16:29 WITA

13

Anda mungkin juga menyukai