Anda di halaman 1dari 4

Nama : Novita Sari

NIM : 1908016082
Mata Kuliah : Hukum Perniagaan Internasional
Dosen Pengampu : Syukri Hidayatullah S.H M.H
UAS Hukum Perniagaan Internasional

Laporan Study Kasus Mengenai DS 484: Indonesia – Brazil : Tindakan


Terkait Impor Daging Ayam dan Produk Ayam

1. Para Pihak
 Respondent : Indonesia
 Complaiment : Brazil
 Third Party : United States; European Union; Japan; Korea, Republic of; China; Chile; New
Zealand; Norway; Viet Nam; Paraguay; Chinese Taipei; India; Australia; Argentina; Russian
Federation; Canada; Thailand; Oman; Qatar

2. Kronologis Gugatan
 Konsultasi (Keluhan oleh Brasil)
Pada 16 Oktober 2014, Brasil meminta konsultasi dengan Indonesia terkait
tindakan tertentu yang diberlakukan oleh Indonesia atas impor daging unggas spesies
Gallus domesticus dan produk unggas spesies Gallus domesticus. Brasil mengklaim bahwa
tindakan tersebut tidak sesuai dengan:

 Pasal 2.2, 2.3, 3.1, 5, 5.1, 5.2, 5.5, 5.6, 8 dan Lampiran C dari Perjanjian SPS;

 Pasal 2.1, 2.2, 2.4, 5.1 dan 5.2 dari Perjanjian TBT;

 Pasal 4.2 dan 14 dari Perjanjian tentang Pertanian;

 Pasal 1.3, 3.2, 3.3 Perjanjian tentang Prosedur Perizinan Impor;

 Pasal 2.1 dan 2.15 Perjanjian tentang Pemeriksaan Prapengiriman: 

 Artikel III: 4, X: 1, X: 3 dan XI: 1 dari GATT 1994.

Pada tanggal 31 Oktober 2014, Australia, Selandia Baru, Tionghoa Taipei, dan
Amerika Serikat meminta untuk bergabung dalam konsultasi. Pada 3 November 2014, Uni
Eropa meminta untuk bergabung dalam konsultasi. Selanjutnya, Indonesia
menginformasikan kepada DSB bahwa pihaknya telah menerima permintaan Australia, Uni
Eropa, Selandia Baru, Tionghoa Taipei dan Amerika Serikat untuk bergabung dalam
konsultasi tersebut.
Pada 15 Oktober 2015, Brasil meminta pembentukan panel. Pada rapat tanggal 28
Oktober 2015, DSB menunda pembentukan panel. Pada rapat DSB berikutnya pada 25
November 2015, Indonesia keberatan dengan pembentukan panel tersebut karena telah
beredar korrigendum permohonan panel atas permintaan Brazil. Mengingat keberatan
Indonesia, Brazil meminta agar pembentukan panel ditunda untuk pertemuan berikutnya.
Dengan tidak adanya keberatan Brasil, DSB menunda pembentukan panel.

 Proses Panel dan Badan Banding


Pada rapat tanggal 3 Desember 2015, DSB membentuk panel. Argentina, Australia,
Kanada, Chili, Tiongkok, Uni Eropa, India, Jepang, Korea, Selandia Baru, Norwegia, Oman,
Paraguay, Qatar, Federasi Rusia, Thailand, Tionghoa Taipei, Vietnam, dan Amerika Serikat
telah memesan hak pihak ketiga. Pada 22 Februari 2016, Brasil meminta Direktur Jenderal
untuk menyusun panel. Pada 3 Maret 2016, Direktur Jenderal menyusun panel. Pada
tanggal 31 Agustus 2016, Ketua panel menginformasikan kepada DSB bahwa panel
diharapkan untuk mengeluarkan laporan akhirnya kepada para pihak pada awal April 2017,
sesuai dengan jadwal yang diadopsi setelah berkonsultasi dengan para pihak. Pada tanggal
31 Maret 2017, Ketua panel memberi tahu DSB bahwa, karena kompleksitas perselisihan,
panel diharapkan untuk mengeluarkan laporan akhirnya kepada para pihak pada awal Mei
2017, sesuai dengan jadwal yang direvisi yang diadopsi setelah berkonsultasi dengan Para
Pihak. Pada 17 Oktober 2017, laporan panel diedarkan kepada Anggota. Pada rapat tanggal
22 November 2017, DSB mengadopsi laporan panel.
 

Jangka waktu yang wajar


Pada rapat DSB tanggal 22 November 2017, Indonesia menginformasikan kepada
DSB bahwa diperlukan jangka waktu yang wajar untuk menyesuaikan langkah-langkah
yang ditemukan tidak konsisten dengan kewajiban WTO-nya. Pada tanggal 15 Desember
2017, Indonesia menginformasikan kepada DSB bahwa diperlukan jangka waktu yang wajar
untuk mematuhi rekomendasi dan keputusan DSB. Indonesia menyatakan bahwa tenggat
waktu 45 hari yang ditetapkan dalam Pasal 21.3 (b) DSU untuk mencapai jangka waktu
yang wajar yang disepakati bersama akan berakhir pada tanggal 6 Januari 2018 dan,
sehubungan dengan Konferensi Tingkat Menteri di Buenos Aires dan Penutupan akhir
tahun WTO, mungkin perlu bagi para pihak untuk memperpanjang tenggat waktu.
Pada 11 Januari 2018, Brasil memberi tahu DSB bahwa ia menerima untuk
memperpanjang tenggat waktu yang ditetapkan dalam Pasal 21.3 (b) DSU hingga
pertemuan rutin DSB yang akan diadakan pada [28] Februari 2018.Pada tanggal 7 Februari
2018, Indonesia dan Brasil memberi tahu DSB bahwa untuk memberikan waktu yang cukup
bagi mereka untuk membahas jangka waktu yang disepakati bersama atau untuk
menyelesaikan arbitrase, mereka telah menyepakati tenggat waktu untuk arbitrase
berdasarkan Pasal 21.3 (c) DSU . Pada tanggal 15 Maret 2018, Indonesia dan Brasil
menginformasikan kepada DSB bahwa mereka telah sepakat bahwa jangka waktu yang
wajar untuk menerapkan rekomendasi dan keputusan DSB adalah 8 bulan. Oleh karena itu,
jangka waktu yang wajar ditetapkan berakhir pada 22 Juli 2018. Pada 27 Juli 2018, Brasil
dan Indonesia memberi tahu DSB tentang Prosedur yang Disetujui berdasarkan Pasal 21
dan 22 DSU (perjanjian pengurutan).

 Proses kepatuhan
Pada 13 Juni 2019, Brasil meminta pembentukan panel kepatuhan. Pada
pertemuannya pada 24 Juni 2019, DSB setuju untuk merujuk ke panel asli, jika
memungkinkan, masalah yang diangkat oleh Brasil. Australia, Kanada, Tiongkok, Uni Eropa,
India, Jepang, Korea, Selandia Baru, Norwegia, Federasi Rusia, Arab Saudi, dan Amerika
Serikat mencadangkan hak pihak ketiga mereka. Karena Ketua panel asli tidak tersedia,
maka panel kepatuhan terdiri dari anggota panel dari panel asli sebagai Ketua dan anggota
panel baru.
Pada 11 Februari 2020, Ketua panel menginformasikan kepada DSB bahwa sesuai
dengan jadwal panel yang diadopsi setelah berkonsultasi dengan para pihak, panel
memperkirakan akan mengeluarkan laporan akhirnya kepada para pihak pada kuartal
ketiga tahun 2020. Pada 14 Agustus 2020, Ketua panel memberi tahu DSB bahwa mereka
telah menerima permintaan dari Brasil untuk menangguhkan pekerjaannya sesuai dengan
Pasal 12.12 DSU hingga 12 September 2020, yang tidak ada keberatan dari Indonesia. Pada
tanggal 15 September 2020 dan 8 Oktober 2020, Ketua p anel menginformasikan kepada
DSB bahwa pihaknya menerima permintaan tambahan dari Brasil untuk menangguhkan
lebih lanjut pekerjaannya masing-masing hingga 8 Oktober 2020 dan 7 November 2020,
yang mana Indonesia tidak berkeberatan.
Pada 10 November 2020, laporan panel kepatuhan diedarkan kepada Anggota. Pada
17 Desember 2020, Indonesia memberi tahu DSB tentang keputusannya untuk mengajukan
banding ke Badan Banding tentang masalah hukum dan interpretasi hukum tertentu dalam
laporan panel. Pada 22 Desember 2020, Brasil memberi tahu DSB tentang keputusannya
untuk mengajukan banding silang.

3. Dasar Gugatan

 Pasal 2.2, 2.3, 3.1, 5, 5.1, 5.2, 5.5, 5.6, 8 dan Lampiran C dari Perjanjian SPS;

 Pasal 2.1, 2.2, 2.4, 5.1 dan 5.2 dari Perjanjian TBT;

 Pasal 4.2 dan 14 dari Perjanjian tentang Pertanian;

 Pasal 1.3, 3.2, 3.3 Perjanjian tentang Prosedur Perizinan Impor;

 Pasal 2.1 dan 2.15 Perjanjian tentang Pemeriksaan Prapengiriman: 

 Artikel III: 4, X: 1, X: 3 dan XI: 1 dari GATT 1994.

 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan ("UU


Perdagangan")
 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan
Kesehatan Hewan;

 Peraturan Menteri Pertanian Nomor 84 / Permentan / PD.410 / 8/2013 tentang


Pemasukan Karkas, Daging, Jeroan, dan / atau Olahannya ke Wilayah Indonesia
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor. 96 / Permentan
/ PD.410 / 9/2013 dan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 110 / Permentan /
OT.410 / 9/2014 ("Peraturan Kementerian Pertanian 84/2013")

 Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 46 / M-DAG / PER / 8/2013 tentang Ketentuan


Impor dan Ekspor Hewan dan Produk Hewan sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 57 / M-DAG / PER / 9/2013 dan Peraturan
Menteri Perdagangan 17 / M-DAG / PER / 3/2014 ("Permendag 46/2013");

 Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 83 / M-DAG / PER / 12/2012 tentang


Ketentuan Impor Produk Tertentu sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Perdagangan Nomor 61 / M-DAG / PER / 9/2013 ("Kemenhub Peraturan 83/2012 ");

 Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 27 / M-DAG / PER / 5/2012 tentang Ketentuan


Angka Pengenal Importir sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Perdagangan Nomor 59 / M-DAG / PER / 9/2012 dan Menteri Perdagangan. Peraturan
Perdagangan No. 84 / M-DAG / PER / 12/2012 ("Peraturan Menteri Keuangan
27/2012"

Anda mungkin juga menyukai