Disusun oleh :
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hubungan industrial merupakan suatu system hubungan yang terbentuk antara para
pelaku dalam produksi barang dan jasa yang terdiri unsure pengusaha, pekerja/ buruh, dan
pemerintag yang didasari nilai-nilai pancasila dan UUD Negara RI. Dalam pelaksanaan
hubungan industrial, pemerintag, pekerja/buruh atau serikat pekerja buruh serta penngusaha atau
organisasi pengusaha mempunyai fungsi dan peran masing-masing yang sudah digariskan dalam
UUD. Dalam makalah ini akan dijelaskan tentang pengertian hubungan industrial prinsip-prinsip
industrial. Dengan adanya hubungan industrial dalam suatu perusaaan, maka akan dapat
meningkatkan produktivitas dan kerjasama antar karyawan dan pengusaha sehingga perusahaan
dapat berjalan terus.
Pada Undang‐Undang Ketenagakerjaan No. 13 tahun 2003 pasal 1 angka 16 Hubungan Industrial
didefinisikan sebagai “Suatu sistem hubungan yang terbentuk antara para pelaku dalam proses
produksi barang dan/atau jasa yang terdiri dari unsur pengusaha, pekerja/buruh dan pemerintah
yang didasarkan pada nilai‐nilai Pancasila dan Undang‐Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945.”
Melihat pentingnya kegiatan ini, masalah hubungan industrial perlu mendapat perhatian khusus
dalam penanganannya, karena berpengaruh besar terhadap kelangsungan proses produksi yang
terjadi di perusahaan.
Keseimbangan antara pengusaha dan pekerja merupakan tujuan ideal yang hendak dicapai agar
terjadi hubungan yang harmonis antara pekerja dan pengusaha karena tidak dapat dipungkiri
bahwa hubungan antara pekerja dan pengusaha adalah hubungan yang saling membutuhkan dan
saling mengisi satu dengan yang lainnya. Pengusaha tidak akan dapat menghasilkan produk
barang atau jasa jika tidak didukung oleh pekerja, demikian pula sebaliknya.
Yang paling mendasar dalam Konsep Hubungan Industrial adalah Kemitra‐sejajaran antara
Pekerja dan Pengusaha yang keduanya mempunyai kepentingan yang sama, yaitu bersama‐sama
ingin meningkatkan taraf hidup dan mengembangkan perusahaan.
Dewasa ini, peran serikat pekerja terhadap perusahaan sangat penting. Karena saat ini, kita
menyaksikan semakin kurangnya peran utama negara dalam tanggung jawabnya untuk
mensejahterakan kehidupan rakyat.
Secara umum pekerja/buruh adalah warga negara yang mempunyai persamaan kedudukan dalam
hukum, hal untuk mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak mengeluarkan pendapat,
berkumpul dalam suatu organisasi serta mendirikan dan menjadi anggota Serikat Pekerja/Serikat
Buruh.
Perjuangan buruh di Indonesia selama ini menginginkan agar buruh memiliki kekuatan tawar
(Bargainning) yang sejajar dengan pengusaha dan pemerintah dalam melaksanakan hubungan
industrial.
Pekerja/buruh merupakan mitra kerja pengusaha yang sangat penting dalam proses produksi
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya, menjamin
kelangsungan perusahaan, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia pada
umumnya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud hubungan industrial?
2. Apa tujuan hubungan industrial?
3. Apa itu Bipartrit dan Tripartit?
4. Apa yang dimaksud dengan Serikat Pekerja?
5. Bagaimana pengembangan Serikat Pekerja?
BAB II
PEMBAHASAN
HUBUNGAN INDUSTRIAL
A. Pengertian Hubungan Industrial
Hubungan industrial sebelumnya diistilahkan sebagai hubungan perburuhan. Sesuai
dengan pedoman pelaksanaan Hubungan Industrial Pancasila (HIP) penggantian istilah
dilakukan dengan beberapa alasan, yaitu :
Dibawah ini adalah pengertian hubungan industrial menurut beberapa ahli dan undang-
undang :
1. Michael Saloman
Hubungan industrial melibatkan sejumlah konsep, misalnya konsep keadilan dan
kesamaan, kekuatan dan kewenangan, individualisme dan kolektivitas, hak dan
kewajiban, serta integritas dan kepercayaan.
2. Suwarto (2000)
Hubungan industrial diartikan sebagai sistem hubungan yang terbentuk antara para
pelaku proses produksi barang dan/atau jasa
Secara sederhana, hubungan industrial adalah sebuah sistem hubungan yang terbentuk
antara para pelaku prosess produksi barang/ajsa, baik internal maupun eksternal
perusahaan. Pihak-piha yang terrkait dalam hubungan ini adalah pekerja, pengusaha dan
pemerintah yang diistilahkan sebagai tripatrit. Di tingkat perusahaan, pekerja dan
pengusaha merupakan tokoh utama dalam hubungan industrial.
Jadi, dari hal-hal yang telah dijabarkan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa hubungan
industrial adalah hubungan yang dijalin antara pekerja, pihak yang mempekerjakannya
(pengusaha), dan pemerintah. Tidak hanya identik dengan manajemen yang menjalankan
fungsinya untuk mengatur pekerjanya saja. Hubungan industrial juga berkaitan dengan
fenomena baik itu didalam dan diluar tempat kerja.
Pihak-pihak yang terkait di dalam hubungan industrial adalah pekerja, pengusaha, dan
pemerintah. Hubungan ini mengatur peran masing-masing pihak dan interaksi maupun
proses di dalamnya. Aturan-aturan yang mengatur hak dan kewajiban masing-masing
pihak semuanya tercantum dalam Undang-Undang ketenagakerjaan. Menurut Undang-
Undang No 13 Tahun 2003 (bab XI, pasal 102, ayat 1-3) fungsi dari masing-masing
pihak adalah sebagai berikut:
1) Pemerintah
Menetapkan kebijakan, memberikan pelayanan, melaksanakan pengawasan, dan
melakukan penindakan terhadap pelanggaran peraturan perundang-undangan
ketenagakerjaan.
Hubungan industrial berawal dari adanya hubungan kerja yang lebih bersifat individual
antara pekerja dan pengusaha. Dalam proses produksi pihak-pihak yang secara fisik
sehari-hari terlibat langsung adalah pekerja atau buruh dan pengusaha, sedang pemerintah
terlibat hanya dalam hal-hal tertentu. Di tingkat perusahaan, pekerja dan pengusaha
adalah dua pelaku utama hubungan industrial.
Didalam perusahaan tidak hanya ada pekerja dan pengusaha saja, tetapi terdapat beberapa
pihak yang juga berkepentingan yaitu :
1. Supplier atau perrusahaan pemasok
2. Konsumen atau pengguna produk
3. perusahaan pengguna
4. masyarakat sekitar
5. pemerintah
Namun demikian Sikap mental dan sosial para pengusaha dan pekerja juga sangat
berpengaruh dalam mencapai berhasilnya tujuan hubungan industrial yang kita
karapkan.Sikap mental dan sosial yang mendukung tercapainya tujuan hubungan
industrial tersebut adalah :
1. Memperlakukan pekerja sebagai mitra, dan memperlakukan pengusaha sebagai
investor
2. Bersedia saling menerima dan meningkatkan hubungan kemitraan antara
pengusaha dan pekerja secara terbuka
3. Selalu tanggap terhadap kondisi sosial, upah, produktivitas dan kesejahteraan
pekerja
4. Saling mengembangkan forum komunikasi, musyawarah dan kekeluargaan.
Dalam LKS Bipartit, baik pihak pengusaha maupun serikat pekerja/serikat buruh hanya
dapat melakukan aktivitas komunikasi dan konsultasi dalam arti menyamaikan informasi,
pandangan, pendapat ide dan saran terkait ketenagakerjaan di perusahaan.
Tugas dari LKS Bipartit adalah :
Pembentukan LKS Bipartit adalah wajib bagi perusahaan yang memiliki pekerja 50 orang
atau lebih. Dengan keanggotaan dari pihak pengusaha dan pihak pekerja/serikat pekerja
yang dipilih secara demokratis dan dapat dibentuk di setiap cabang perusahaan, 1:1 yang
jumlahnya sesuai kebutuhan sekurang-kurangnya 6 (enam) orang. Pembentukan diawali
dengan pertemuan untuk melakukan musyawarah antara pihak pengusaha dan
pekerja/serikat pekerja untuk membentuk, menunjuk, dan menetapkan anggota LKS
Bipartit di perusahaan, untuk kemudian disepakati susunan pengurus yang dituangkan
dalam berita acara yang ditanda tangani oleh perwakilan pihak pengusaha dan
pekerja/serikat pekerja. Kepengurusan sekurang-kurangnya terdiri dari ketua, wakil
ketua, sekretaris dan anggota dengan masa kepengurusan 3 (tiga) tahun.
Tahap pertama dilakukan dengan cara melakukan perundingan Bipartit yang dilakukan
oleh kedua belah pihak yaitu pengusaha/pemberi kerja dengan pekerja/buruh atau serikat
pekerja/buruh secara musyawarah untuk mencapai mufakat dan harus diselesaikan paling
lama 30 hari sejak tanggal dimulainya perundingan. Apabila dalam jangka waktu 30 hari
dan salah satu pihak menolak untuk berunding atau telah dilakukan perundingan tetapi
tidak mencapai kesepakatan maka perundingan bipartit dianggap gagal. Pernyataan ini
sesuai dengan Pasal 3 Ayat (1), (2), dan (3) UU PPHI.
Setelah perundingan Bipartit dinyatakan gagal, maka tahap kedua atau langkah
selanjutnya yang perlu dilakukan adalah dengan melakukan perundingan Tripartit yaitu
melakukan perundingan dengan bantuan pihak ketiga untuk menyelesaikan masalah.
Langkah yang diambil adalah salah satu atau kedua belah pihak mencatatkan
perselisihannya kepada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan
setempat dengan melampirkan bukti bahwa upaya-upaya penyelesaian melalui
perundingan bipartit telah dilakukan. Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 4 Ayat (1)
UU PPHI.
Apabila bukti-bukti tidak dilampirkan, maka instansi yang bertanggung jawab di bidang
ketenagakerjaan mengembalikan berkas untuk dilengkapi paling lambat dalam waktu 7
hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya pengembalian berkas. Setelah menerima
pencatatan dari salah satu atau para pihak, instansi yang bertanggung jawab di bidang
ketenagakerjaan setempat wajib menawarkan kepada para pihak untuk menyepakati
memilih penyelesaian melalui konsiliasi atau melalui arbitrase. Penyelesaian melalui
konsiliasi dilakukan untuk penyelesaian perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan
hubungan kerja, atau perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh. Sedangkan,
penyelesaian melalui arbitrase dilakukan untuk penyelesaian perselisihan kepentingan
atau perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh.
Jika para pihak tidak menetapkan pilihan penyelesaian melalui konsiliasi atau arbitrase
dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja, maka instansi yang bertanggung jawab di bidang
ketenagakerjaan melimpahkan penyelesaian perselisihan kepada mediator, yaitu pegawai
instansi pemerintah yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan yang memenuhi
syarat-syarat sebagai mediator yang ditetapkan oleh Menteri untuk bertugas melakukan
mediasi dan mempunyai kewajiban memberikan anjuran tertulis kepada para pihak yang
berselisih untuk menyelesaikan perselisihan hak, perselisihan kepentingan, perselisihan
pemutusan hubungan kerja, dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya
dalam satu perusahaan. Namun, apabila penyelesaian melalui konsiliasi atau mediasi
tidak mencapai kesepakatan, maka salah satu pihak dapat mengajukan gugatan kepada
Pengadilan Hubungan Industrial.
SERIKAT PEKERJA
Federasi serikat pekerja adalah bentukan dari sekurang-kurangnya 5 serikat pekerja. Dan
Konfederasi serikat pekerja merupakan gabungan dari sekurang-kurangnya 3 federasi serikat
pekerja.
Pada dasarnya sebuah serikat pekerja harus terbuka untuk menerima anggota tanpa
membedakan aliran politik, agama, suku dan jenis kelamin. Jadi sebagai seorang karyawan di
suatu perusahaan, anda hanya tinggal menghubungi pengurus serikat pekerja di kantor anda,
biasanya akan diminta untuk mengisi formulir keanggotaan untuk data. Ada pula sebagian
serikat pekerja yang memungut iuran bulanan kepada anggotanya yang relatif sangat kecil
berkisar Rp. 1,000 - Rp. 5,000, gunanya untuk pelaksanaan-pelaksanaan program penyejahteraan
karyawan anggotanya. Tidak mahal kan? Tidak akan rugi ketika kita tahu apa saja keuntungan
yang didapat.
Dalam Pasal 14, UU No. 21 tahun 2000 tentang Serikat Buruh/Serikat Pekerja tertera
bahwa seorang pekerja/buruh tidak boleh menjadi anggota lebih dari satu serikat pekerja/serikat
buruh di satu perusahaan. Apabila seorang pekerja/serikat buruh dalam satu perusahaan namanya
tercatat di lebih dari satu serikat pekerja/serikat buruh, yang bersangkutan harus menyatakan
secara tertulis satu serikat pekerja/serikat buruh yang dipilihnya.
Setiap serikat pekerja/serikat buruh hanya dapat menjadi anggota dari satu federasi
serikat pekerja/serikat buruh (Pasal 16 UU No. 21 tahun 2000). Dan demikian pula sebuah
federasi hanya dapat menjadi anggota dari satu konfederasi. UU No. 21 tahun 2000.
Pekerja/buruh menurut UU No.21 tahun 2000 ialah setiap orang yang bekerja dengan
menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Dari definisi tersebut terdapat dua unsur yaitu
orang yang bekerja dan unsur menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Hal ini berbeda
dengan definisi tenaga kerja yaitu setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan/atau jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun
masyarakat.
Pribumi Indonesia yang memiliki pekerjaan - pekerjaan terendah dalam hirarki kolonial,
oleh karenanya tidak diizinkan untuk menjadi anggota. Pada tahun 1908 Organisasi pertama
buruh indonesia dengan keanggotaan campuran antara orang eropa dan indonesia didirikan
.Organisasi tersebut bernama V.S.T.P (Vereeneging van Spoor en Tramweg Personeel) di
Pimpin oleh seorang Jawa yaitu Semaun. Setelah 1965, seluruh serikat pekerja/buruh di
Indonesia dipaksa bergabung dengan sebuah organisasi yang dipayungi pemerintah dibawah
nama Federasi Buruh Seluruh Indonesia (FBSI).
Pada tanggal 20 februari 1973 lahirlah deklarasi buruh seluruh indonesia yang naskahnya
yang antara lain membentuk organisasi bernama FBSI (Federasi Serikat Pekerja Seluruh
Indonesia) sebagai induk organisasi yang ditopang oleh 21 serikat pekerja buruh lapangan.
Selanjutnya Istilah Federasi dan buruh menurut Menteri Tenaga Kerja pada waktu
itu Sudomo tidak sesuai dengan hubungan industrial di Indonesia sebab mereferensi situasi
demoksrasi-demokrasi liberal, maka pada Tahun 1985 organisasi tersebut akhirnya diberi nama
baru menjadi Serikat pekerja Seluruh Indonesia (SPSI). Pada era reformasi SPSI berkembang
menjadi Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (K. SPSI).
Pengertian itu memuat semua aspek yang ada didalam suatu hubungan kerja yang terdiri dari :
1. Para pelaku : pekerja, pengusaha, pemerintah;
2. Kerja sama : manajemen-karyawan;
3. Perundingan bersama : perjanjian kerja, kesepakatan kerja bersama, peraturan
perusahaan;
4. Kesejahteraan : upah, jaminan sosial., pensiun, keselamatan dan kesehatan kerja,
koperasi, pelatihan kerja;
5. Perselisihan industrial : arbitrase, mediasi, mogok kerja, penutupan perusahaan,
pemutusan hubungan kerja.
Fungsi Serikat Pekerja/Serikat Buruh dituangkan di dalam Undang- Undang Nomor 21 Tahun
2000 Tentang Serikat Pekerja . Fungsi berasal dari kata function, yang artinya "something that
performs a function: or operation".
Fungsi dan peran yang dapat dilakukan sebagai lembaga organisasi serikat buruh/pekerja adalah
sebagai berikut :
1. Sebagai pihak dalam pembuatan Perjanjian Kerja Bersama dan penyelesaian Perselisihan
Industrial;
2. Sebagai wakil pekerja buruh dalam lembaga kerja bersama dibidang Ketenagakerjaan
sasuai tingkatannya;
3. Sebagai sarana menciptakan Hubungan Industrial yang harmonis, dinamis dan
berkeadilan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;
4. Sebagai sarana penyalur aspirasi dalam memperjuangkan hak dan kepentiongan anggota;
dan
5. Sebagai perencana, pelaksanaan dan penanggung jawab, pemogokan pekerja/buruh sesuai
dengan Peraturan Perundangan-undangan yang berlaku.
6. Sebagai wakil dari para pekerja/buruh dalam memperjuangkan kepemilikan saham di
perusahaan.
Fungsi serikat buruh/pekerja secara khusus adalah :
1. Sarana penyalur aspirasi dalam memperjuangkan hak dan kepentingan pekerja.
2. Lembaga perunding mewakili pekerja.
3. Melindungi dan membela hak – hak dan kepentingan kerja.
4. Wadah pembinaan dan wahana peningkatan pengetahuan pekerja.
5. Wahana peningkatan kesejahteraan pekerja dan keluarganya.
6. Wakil pekerja dalam memperjuangkan kepemilikan saham di perusahaan.
7. Wakil pekerja dalam lembaga – lembaga ketenagakerjaan.
8. Wakil untuk dan atas nama anggota baik di dalam maupun di luar pengadilan.
Fungsi dapat juga diartikan sebagai jabatan (pekerjaan) yang dilakukan; apabila ketua
tidak ada maka wakil ketua akan melakukan fungsi ketua; fungsi adalah kegunaan suatu hal;
berfungsi artinya berkedudukan, bertugas sebagai; menjalankan tugasnya.
Dengan demikian fungsi Serikat Buruh/Serikat Pekerja dapat diartikan sebagai jabatan,
kegunaan, kedudukan dari Serikat Pekerja/Serikat Buruh.
Hak untuk menjadi anggota dari Serikat Pekerja/Serikat Buruh merupakan hak asasi dari
pekerja/buruh yang dijamin oleh Undang-Undang Dasar 1945 dalam pasal 28. Hak dari Serikat
Buruh/Pekerja yang telah mempunyai Nomor Bukti Pencatatan yang syah antara lain :
1. Membuat perjanjian kerja bersama dengan pengusaha;
2. Mewakili pekerja dalam menyelesaikan perselisihan industrial;
3. Mewakili pekerja dalam lembaga ketenagakerjaan;
4. Membentuk lembaga atau melakukan kegiatan yang berkaitan dengan usaha peningkatan
kesejahteraan pekerja; dan
5. Melakukan kegiatan lainnya di bidang ketenagakerjaan yang tidak bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
H. Kewajiban Serikat Pekerja/Serikat Buruh
Berdasarkan ketentuan umum Pasal 1 angka 17 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
Tentang Ketenagakerjaan, serikat pekerja merupakan organisasi yang dibentuk dari, oleh, dan
untuk pekerja baik di perusahaan maupun di luar perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka,
mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela serta melindungi
hak dan kepentingan pekerja serta meningkatkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya.
Sesuai dengan Pasal 102 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan,
dalam melaksanakan hubungan industrial, pekerja dan serikat pekerja mempunyai fungsi
menjalankan pekerjaan sesuai dengan kewajibannya, menjaga ketertiban demi kelangsungan
produksi, menyalurkan aspirasi secara demokratis, mengembangkan keterampilan, dan
keahliannya serta ikut memajukan perusahaan dan memperjuangkan kesejahteraan anggota
beserta keluarganya.
Sedangkan kewajiban dari Serikat Pekerja yang telah mempunyai nomor bukti pencatatan ialah :
1. Melindungi dan membela anggota dari pelanggaran hak-hak dan memperjuangkan
kepentingannya;
2. Memperjuangkan peningkatan kesejahteraan anggota dan keluarganya;
3. Mempertanggung-jawabkan kegiatan organisasi kepada anggotanya sesuai dengan
anggaran dasar dan anggaran rumah tangganya.
Pekerja juga mempunyai kewajiban yang berkaitan dengan keuangan dan harta kekayaannya.
Keuangan dan harta kekayaan serikat pekerja haruslah terpisah dari keuangan dan harta
kekayaan pribadi pengurus dan anggotanya. Keuangan serikat pekerja bersumber dari :
1. Iuran anggota yang besarnya ditetapkan dalam anggaran dasar atau anggaran rumah
tangga;
2. Hasil usaha yang sah; dan
3. Bantuan anggota atau pihak lain yang tidak mengikat.
Apabila pengurus serikat pekerja menerima bantuan dari pihak luar negeri, maka mereka wajib
untuk memberitahukan secara tertulis kepada instansi yang bertanggung-jawab di bidang
ketenagakerjaan. Bila serikat pekerja tidak memberitahukan kepada instansi pemerintah yang
berwenang tersebut, maka dapat dikenakan sanksi administrasi pencabutan nomor bukti
pencatatan serikat pekerja dan hal ini berarti bahwa serikat pekerja tersebut kehilangan haknya
sebagai serikat pekerja (Pasal 24 UU No.21 Tahun 2000).
Pengusaha harus memberi kesempatan kepada pengurus dan/atau anggota serikat pekerja untuk
menjalankan kegiatan serikat pekerja dalam jam kerja yang telah disepakati oleh kedua belah
pihak dan/atau yang diatur dalam perjanjian kerja bersama.
Dalam kesepakatan kedua belah pihak dan/atau perjanjian kerja bersama harus diatur mengenai :
1. Jenis kegiatan yang diberikan kesempatan.
2. Tata cara pemberian kesempatan.
3. Pemberian kesempatan yang mendapat upah dan yang tidak mendapat upah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hubungan Industrial adalah keseluruhan hubungan kerja sama antara semua pihak yang
tersebut dalam proses produksi disuatu perusahaan. Ada beberapa landasan dalam Hubungan
Industrial Pancasila yang harus diperhatikan oleh Pengawas Ketenagakerjaan dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Dan menurut Undang-undang Nomor 13/2003
tentang Ketenagakerjaan memberikan definisi tentang perjanjian kerja dalam Pasal 1 Ayat (14)
yaitu : perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja dengan pengusaha atau pemberi kerja
yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak.Perjanjian kerja juga memiliki
jenis dan asas-asas.
Serikat pekerja yaitu organisasi yang dibentuk dari,oleh,dan untuk pekerja atau buruh
baik di perusahaan maupun diluar perusahan, yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis,
dan bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan kepentingan
pekerja atau buruh serta meningkatkan kesejahteraan pekerja atau buruh dan keluargannya.
Bukan hanya memperjuangkan serta melindungi hak para pekerja saja, serikat bekerja juga
berfungsi sebagai jembatan antara perusahaan dan pekerja, serta tugas serikat pekerja juga
menjaga hubungan yang baik antara serikat pekerja dengan perusahaan atau antara pekerja
dengan perusahaan. oleh sebab itu dengan adanya serikat pekerja, dapat membantu pekerja untuk
mendapatkan haknya sehingga kesejahteraan pekerja dan keluarganya pun terjamin. Bukan
hanya pekerja saja yang mendapatkan kesejahteraan, kesejahteraan dan kelangsungan
perusahaanpun akan diperoleh karena adanya semangat kerja, dan produktivitas tinggi dari
pekerja.
DAFTAR PUSTAKA
Maimun, Hukum Ketenagakerjaan Suatu Pengantar, Penerbit Pradnya Paramita, Jakarta,
Cet. II, 2007.
Sentanoe Kertonegoro, Hubungan Industrial, Hubungan Antara Pengusaha dan Pekerja
(Bipartid) dan Pemerintah (Tripartid), 1999, Yayasan Tenaga Kerja Indonesia, Jakarta.
Hardijan Rusli, Hukum Ketenagakerjaan 2003, Penerbit Ghalia Indonesia, 2004.Editus
Adisu, SH., MH & Libertus Jehani, Hak – Hak Pekerja Perempuan, Visi Media Cetakan II 2007.
Soedarjadi, SH., Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia, Pustaka Yustisia Cetakan I 2008