Anda di halaman 1dari 11

Hubungan Industrial

Agustina Nurul P. et al, Hubungan Industrial, Makalah Manajemen Sumber Daya


Manusia, Kelompok 11/Kelas B, Ilmu Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu
Adiministrasi, Universitas Brawijaya, Malang, 10.03.2012.

Pengertian Hubungan Industrial

Hubungan industrial sebelumnya diistilahkan sebagai hubungan perburuhan.


Sesuai dengan pedoman pelaksanaan Hubungan Industrial Pancasila (HIP)
penggantian istilah dilakukan dengan beberapa alasan, yaitu :

1. Hubungan perburuhan (labor relation), pada awal perkembangannya


membahas masalah-masalah hubungan antar pekerja dan pengusaha. Namun
kemudian dalam kenyataannya disadari bahwa masalah hubungan antara
pekerja dan pengusaha bukanlah masalah yang berdiri sendiri, karena
dipengaruhi dan mempengaruhi masalah-masalah lain.

Perburuhan tidak hanya membahas masalah hubungan antara pekerja dan


pengusaha saja, tetapi juga membahas masalah-masalah ekonomi, sosial, politik,
budaya, dan lain-lain. Karena itu istilah hubungan perburuhan dianggap sudah
tidak tepat lagi. Dengan demikian, mulailah berkembang istilah baru, yaitu
hubungan industrial (industrial relation), yang mempunyai ruang lingkup lebih
luas daripada hubungan perburuhan (labor relation).

1. Istilah hubungan perburuhan yang selama ini digunakan di Indonesia


sebenarnya sudah tercakup dalam pengertian hubungan industrial. Jadi
sebenarnya penggantian istilah hubungan perburuhan menjadi hubungan
industrial adalah dalam rangka menempatkan istilah dalam proporsi
sebenarnya.

Pengertian hubungan industrial menurut beberapa ahli :

1. Michael Saloman: Hubungan industrial melibatkan sejumlah konsep,


misalnya konsep keadilan dan kesamaan, kekuatan dan kewenangan,
individualisme dan kolektivitas, hak dan kewajiban, serta integritas dan
kepercayaan.
2. Suwarto (2000): Hubungan industrial diartikan sebagai sistem hubungan
yang terbentuk antara para pelaku proses produksi barang dan/atau jasa.

UU No.13/2003 tentang Ketenagakerjaan menyebutkan pengertian hubungan


industrial sebagai suatu sistem hubungan yang terbentuk antara para pelaku dalam
proses produksi barang dan atau jasa yang terdiri dari unsur pengusaha, pekerja
atau buruh, dan pemerintah yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila dan UUD
1945.
Jadi, dari hal-hal yang telah dijabarkan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
hubungan industrial adalah hubungan yang dijalin antara pekerja, pihak yang
mempekerjakannya (pengusaha), dan pemerintah. Tidak hanya identik dengan
manajemen yang menjalankan fungsinya untuk mengatur pekerjanya saja.
Hubungan industrial juga berkaitan dengan fenomena baik itu didalam dan diluar
tempat kerja.

Pihak-pihak yang terkait di dalam hubungan industrial adalah pekerja, pengusaha,


dan pemerintah. Hubungan ini mengatur peran masing-masing pihak dan interaksi
maupun proses di dalamnya. Aturan-aturan yang mengatur hak dan kewajiban
masing-masing pihak semuanya tercantum dalam Undang-Undang
ketenagakerjaan. Menurut UU No.13/2003 (bab XI, pasal 102, ayat 1-3) fungsi dari
masing-masing pihak adalah sebagai berikut:

1. Pemerintah: Menetapkan kebijakan, memberikan pelayanan, melaksanakan


pengawasan, dan melakukan penindakan terhadap pelanggaran peraturan
perundang-undangan ketenagakerjaan.
2. Pekerja atau buruh dan serikat pekerja atau serikat buruhnya: Menjalankan
pekerjaan sesuai dengan kewajibannya, menjaga ketertiban demi
kelangsungan produksi, menyalurkan aspirasi secara demokratis.
3. Pengusaha dan organisasi pengusahanya: Menciptakan kemitraan,
mengembangkan usaha, memperluas lapangan kerja, dan memberikan
kesejahteraan pekerja atau buruh secara terbuka, demokratis, dan
berkeadilan.

Hubungan industrial berawal dari adanya hubungan kerja yang lebih bersifat
individual antara pekerja dan pengusaha. Dalam proses produksi pihak-pihak yang
secara fisik sehari-hari terlibat langsung adalah pekerja atau buruh dan pengusaha,
sedang pemerintah terlibat hanya dalam hal-hal tertentu. Di tingkat
perusahaan, pekerja dan pengusaha adalah dua pelaku utama hubungan industrial.

RUANG LINGKUP INDUSTRIAL

Ruang lingkup hubungan industrial menyangkut seluruh aspek dan permasalahan


ekonomi, sosial, politik, budaya, dan lain-lain, baik langsung maupun tidak
langsung dalam hubungan antara pekerja, pengusaha, dan pemerintah.

Ruang Lingkup Cakupan

Pada dasarnya prinsipprinsip dalam hubungan industrial mencakup seluruh


tempattempat kerja dimana para pekerja dan pengusaha bekerjasama dalam
hubungan kerja untuk mencapai tujuan usaha. Yang dimaksud hubungan kerja
adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian
kerja yang mempunyai unsur upah, perintah dan pekerjaan.
Ruang Lingkup Fungsi

Fungsi Pemerintah : Menetapkan kebijakan, memberikan pelayanan,


melaksanakan pengawasan, dan melakukan penindakan terhadap pelanggaran
peraturan undangundang ketenagakerjaan yang berlaku.

Fungsi Pekerja/Serikat Pekerja : Menjalankan pekerjaan sesuai kewajibannya,


menjaga ketertiban demi kelangsungan produksi, menyalurkan aspirasi secara
demokratis, mengembangkan ketrampilan, keahlian dan ikut memajukan
perusahaan serta memperjuangkan kesejahteraan anggota dan keluarganya.

Fungsi Pengusaha : Menciptakan kemitraan, mengembangkan usaha, memperluas


lapangan kerja dan memberikan kesejahteraan pekerja secara terbuka, demokratis
serta berkeadilan.

Ruang Lingkup Masalah

Adalah seluruh permasalahan yang berkaitan baik langsung maupun tidak langsung
dengan hubungan antara pekerja, pengusaha dan pemerintah.

Ruang Lingkup Peraturan/Perundang-undangan ketenagakerjaan

Hukum Materiil

1. Undangundang ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003


2. Peraturan Pemerintah/Peraturan Pelaksanaan yang berlaku
3. Perjanjian Kerja Bersama (PKB), Peraturan Perusahaan (PP) dan Perjanjian
Kerja.

Hukum Formal

1. Undangundang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial


2. Perpu No. 1 Tahun 2005, dan diberlakukan mulai 14 Januari 2006

TUJUAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

Tujuan Hubungan Industrial adalah mewujudkan Hubungan Industrial yang


harmonis, Dinamis, kondusif dan berkeadilan di perusahaan. Ada tiga unsur yang
mendukung tercapainya tujuan hubungan industrial, yaitu :

1. Hak dan kewajiban terjamin dan dilaksanakan


2. Apabila timbul perselisihan dapat diselesaikan secara internal/bipartit
3. Mogok kerja oleh pekerja serta penutupan perusahaan (lock out) oleh
pengusaha, tidak perlu digunakan untuk memaksakan kehendak masing
masing, karena perselisihan yang terjadi telah dapat diselesaikan dengan
baik.
Namun demikian Sikap mental dan sosial para pengusaha dan pekerja juga sangat
berpengaruh dalam mencapai berhasilnya tujuan hubungan industrial yang kita
karapkan.

Sikap mental dan sosial yang mendukung tercapainya tujuan hubungan industrial
tersebut adalah :

1. Memperlakukan pekerja sebagai mitra, dan memperlakukan pengusaha


sebagai investor
2. Bersedia saling menerima dan meningkatkan hubungan kemitraan antara
pengusaha dan pekerja secara terbuka
3. Selalu tanggap terhadap kondisi sosial, upah, produktivitas dan
kesejahteraan pekerja
4. Saling mengembangkan forum komunikasi, musyawarah dan kekeluargaan.

SARANA-SARANA HUBUNGAN INDUSTRIAL

Agar tertibnya kelangsungan dan suasana bekerja dalam hubungan industrial, maka
perlu adanya peraturanperaturan yang mengatur hubungan kerja yang harmonis
dan kondusif. Peraturan tersebut diharapkan mempunyai fungsi untuk
mempercepat pembudayaan sikap mental dan sikap sosial Hubungan Industrial.
Oleh karena itu setiap peraturan dalam hubungan kerja tersebut harus
mencerminkan dan dijiwai oleh nilainilai budaya dalam perusahaan, terutama
dengan nilainilai yang terdapat dalam Hubungan Industrial.

Dengan demikian maka kehidupan dalam hubungan industrial berjalan sesuai


dengan nilainilai budaya perusahaan tersebut.

Dengan adanya pengaturan mengenai halhal yang harus dilaksanakan oleh pekerja
dan pengusaha dalam melaksanakan hubungan industrial, maka diharapkan terjadi
hubungan yang harmonis dan kondusif. Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan
sarana sebagaimana dimaksud dalam pasal 103 UU Ketenagakerjaan No. 13 Tahun
2003 bahwa hubungan industrial dilaksanakan melalui sarana sebagai berikut :

1. Lembaga kerja sama Bipartit


2. Lembaga kerja sama Tripartit
3. Organisasi Pekerja atau Serikat Pekerja/Buruh
4. Organisasi Pengusaha
5. Lembaga keluh kesah & penyelesaian perselisihan hubungan industrial
6. Peraturan Perusahaan
7. Perjanjian Kerja Bersama
8. Perjanjian Kerja Khusus

Lembaga kerja sama Bipartit


Lembaga Kerja sama Bipartit adalah suatu badan ditingkat usaha atau unit
produksi yang dibentuk oleh pekerja dan pengusaha.

Setiap pengusaha yang mempekerjakan 50 (lima puluh) orang pekerja atau lebih
dapat membentuk Lembaga Kerja Sama (LKS) Bipartit dan anggotaanggota yang
terdiri dari unsur pengusaha dan pekerja yang ditunjuk berdasarkan kesepakatan
dan keahlian.

LKS Bipartit bertugas dan berfungsi sebagai Forum komunikasi, konsultasi dan
musyawarah dalam memecahkan permasalahanpermasalahan ketenagakerjaan
pada perusahaan guna kepentingan pengusaha dan pekerja. Para manager
perusahaan diharapkan ikut mendorong berfungsinya Lembaga Kerjasama Bipartit,
khususnya dalam hal mengatasi masalah bersama, misalnya penyelesaian
perselisihan industrial.

Lembaga kerja sama Tripartit

Lembaga kerjasama Tripartit merupakan LKS yang anggotaanggotanya terdiri


dari unsur-unsur pemerintahan, organisasi pekerja dan organisasi pengusaha.
Fungsi lembaga kerjasama Tripartit adalah sebagai FORUM Komunikasi,
Konsultasi dengan tugas utama menyatukan konsepsi, sikap dan rencana dalam
mengahadapi masalahmasalah ketenagakerjaan, baik berdimensi waktu saat
sekarang yang telah timbul karena faktor-faktor yang tidak diduga maupun untuk
mengatasi halhal yang akan datang.

Organisasi Pekerja atau Serikat Pekerja/Buruh

Organisasi pekerja adalah suatu organisasi yang didirikan secara sukarela dan
demokratis dari, oleh dan untuk pekerja dan berbentuk Serikat Pekerja, Gabungan
serikat Pekerja, Federasi, dan Non Federasi. Kehadiran Serikat Pekerja di
perusahaan sangat penting dan strategis dalam pengembangan dan pelaksanaan
Hubungan Industrial.

Organisasi Pengusaha

Setiap pengusaha berhak untuk membentuk dan menjadi anggota organisasi


pengusaha yaitu Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) yang khusus menangani
bidang ketenagakerjaan dalam rangka pelaksanaan hubungan Industrial. Hal
tersebut tercermin dari visinya yaitu terciptanya iklim usaha yang baik bagi dunia
usaha dan misinya adalah

1. meningkatkan hubungan industrial yang harmonis terutama ditingkat


perusahaan,
2. merepresentasikan dunia usaha Indonesia di lembaga ketenagakerjaan, dan
3. melindungi, membela dan memberdayakan seluruh pelaku usaha khususnya
anggota.

Untuk menjadi anggota APINDO perusahaan dapat mendaftar di Dewan Pengurus


Kota/Kabupaten (DPK) atau di Dewan Pengurus Privinsi (DPP) atau di Dewan
Pengurus Nasional (DPN).

Lembaga keluh kesah & penyelesaian perselisihan hubungan industrial

Dalam perjalanan Hubungan Industrial untuk mencapai suatu masyarakat industri


yang diharapkan, benturanbenturan antara para pelaku yang timbul sebagai akibat
belum serasinya pemakaian ukuran dan kacamata untuk menilai permasalahan
bersama kadangkadang tidak dapat dihindari.

Keluh kesah bisa juga terjadi akibat berbagai pertanyaan yang timbul baik dari
pekerja ataupun dari pengusaha yang berkaitan dengan penafsiran atau pelaksanaan
peraturan perundangundangan, perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau
perjanjian kerja bersama. Dapat juga karena berbagai tuntutan dari salah satu pihak
terhadap pihak lain yang melanggar peraturan perundangundangan, perjanjian
kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja besama.

Dengan demikian untuk menghindari benturanbenturan tersebut perlu


dikembangkan suatu mekanisme penyelesaian keluh kesah sehingga benihbenih
perselisihan tingkat pertama seharusnya diselesaikan diantara pelaku itu sendiri.

Mekanisme penyelesaian keluh kesah merupakan sarana yang seharusnya diadakan


setiap perusahaan. Mekanisme ini harus transparan dan merupakan bagian dari
Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan (PP) atau Perjanjian Kerja Bersama (PKB).
Dalam pelaksanaan fungsifungsi supervisi dari setiap para manajer merupakan
kunci terlaksananya mekanisme ini.

Dalam hal perselisihan tersebut tidak dapat diselesaikan dalam lembaga


mekanisme penyelesaian keluh kesah ini. Penyelesaian dapat dilaksanakan lebih
lanjut sesuai dengan Peraturan perundangundangan yang berlaku.

Peraturan Perusahaan

Peraturan Perusahaan adalah suatu peraturan yang dibuat secara tertulis yang
memuat ketentuanketentuan tentang syaratsyarat kerja serta tata tertib perusahaan.

Perjanjian Kerja Bersama

Perjanjian Kerja Bersama (PKB) adalah perjanjian yang disusun oleh pengusaha
dan serikat yang telah terdaftar yang dilaksanakan secara musyawarah untuk
mencapai mufakat.
Perjanjian Kerja Khusus

Perjanjian kerja adalah suatu perjanjian dimana pihak yang satu mengikatkan diri
untuk bekerja pada pihak yang lain atau majikan, selama waktu tertentu sesuai
perjanjian.

PRINSIP-PRINSIP HUBUNGAN INDUSTRIAL

Mengingat sedemikian banyak kepentingan dari berbagai pihak terhadap


perusahaan, maka sangat penting untuk menjamin keberlangsungan usaha yang
didukung oleh adanya hubungan industrial yang baik, terutama antara pengusaha
dengan pekerja.

Berikut ini adalah enam prinsip hubungan industrial :

Pertama, pengusaha dan pekerja, demikian pula pemerintah dan masyarakat pada
umumnya, sama-sama memiliki kepentingan atas keberhasilan dan
keberlangsungan perusahaan. Oleh sebab itu pengusaha dan pekerja harus mampu
untuk melakukan tanggung jawabnya secara maksimal dalam melaksanakan tugas
dan fungsinya sehari-hari.

Pekerja atau serikat pekerja harus dapat membuang jauh-jauh kesan bahwa
perusahaan hanya untuk kepentingan pengusaha. Demikian pula pengusaha harus
menempatkan pekerja sebagai partner dan harus membuang jauh-jauh kesan
memberlakukan pekerja hanya sebagai faktor produksi.

Kedua, perusahaan merupakan sumber penghasilan bagi banyak orang. Semakin


banyak perusahaan yang membuka usaha baru, maka semakin banyak pula
kesempatan lapangan kerja yang akan memberikan penghasilan bagi banyak
pekerja. Semakin banyak perusahaan yang berhasil meningkatkan produktifitasnya,
maka semakin banyak pula pekerja yang meningkat penghasilannya. Dengan
demikian pendapatan nasional akan meningkat dan kesejahteraan masyarakat akan
meningkat pula.

Ketiga, pengusaha dan pekerja mempunyai hubungan fungsional dan masing-


masing mempunyai fungsi dan tugas yang berbeda dengan pembagian kerja dan
tugas. Pengusaha memiliki tugas dan fungsi sebagai penggerak, membina dan
mengawasi, pekerja memiliki tugas dan fungsi melakukan pekerjaan operasional.

Pengusaha tidak melakukan eksploitasi atas pekerja dan sebaliknya pekerja juga
bekerja sesuai dengan waktu tertentu dengan cukup waktu istirahat dan sesuai
dengan beban kerja yang wajar bagi kemanusiaan. Dalam hal ini pekerja tidak
mengabdi kapada pengusaha akan tetapi pada pelaksanaan tugas dan tanggung
jawab.
Keempat, pengusaha dan pekerja merupakan anggota keluarga perusahaan.
Sebagaimana pola hubungan sebuah keluarga, maka hubungan antara pengusaha
dengan pekerja harus dilandasi sikap saling mengasihi, saling membantu dan saling
mengerti. Pengusaha harus berusaha sejauh mungkin mengetahui kesulitan-
kesulitan dan keadaan yang dihadapi oleh pekerja, serta berusaha semaksimal
mungkin untuk dapat membantu dan menjadi solusi bagi kesulitannya.

Bukan hanya menuntut pekerja memberikan yang terbaik bagi perusahaan tanpa
mau tahu segala keadaan dan kondisi yang dihadapi oleh pekerja. Sebaliknya,
pekerja harus juga memahami keterbatasan pengusaha. Apabila muncul
permasalahan atau perselisihan antara pengusaha dengan pekerja atau serikat
pekerja hendaknya diselesaikan secara kekeluargaan dan semaksimal mungkin
harus dihindari penyelesaian secara bermusuhan.

Kelima, perlu dipahami pula bahwa tujuan dari pembinaan hubungan industrial
adalah menciptakan ketenangan berusaha dan ketentraman dalam bekerja supaya
dengan demikian dapat meningkatkan produktivitas perusahaan. Untuk itu masing-
masing pihak, perusahaan dan pekerja harus mampu menjadi mitra sosial yang
harmomis, masing-masing harus mampu menjaga diri untuk tidak menjadi sumber
masalah dan perselisihan.

Seandainya pun terjadi perbedaan pendapat, perbedaan persepsi dan perbedaan


kepentingan, haruslah diselesaikan secara musyawarah mufakat, secara
kekeluargaan tanpa mengganggu proses produksi. Karena setiap gangguan pada
proses produksi akhirnya akan merugikan bukan hanya bagi pengusaha, namun
juga bagi pekerjan itu sendiri maupun masyarakat pada umumnya.

Keenam, peningkatan produktivitas perusahaan haruslah mampu meningkatkan


kesejahteraan bersama, yakni kesejahteraan pengusaha maupun kesejahteraan
pekerja. Biasa kita temui pekerja yang bermalas-malasan, ketika ditanya kenapa?
Maka jawabannya, karena gajinya hanya untuk pekerjaan yang seperti ini, tidak
lebih.

Padahal semestinya pekerja yang berkeinginan untuk mendapatkan upah lebih


tinggi, maka ia harus bekerja keras untuk mampu meningkakan produktivitas
perusahaan sehingga perusahaan akhirnya mampu memberikan upah yang sepadan
dengan usahanya itu. Jangan berharap perusahaan akan memberikan lebih dari
kontribusi yang telah diberikan pekerja terhadap perusahaannya.

PERKEMBANGAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

Dalam buku Personnel Management and Industrial Relation, Dale Yoder,


Edward Gross mengemukakan empat variabel utama dalam sistem hubungan
industrial, yaitu :
1. Lembaga resmi
2. Pola dari status dan kekuasaan
3. Pengembangan karir pekerja
4. Perilaku pekerja dalam kelompok

Dalam buku yang sama, Dunlop mengemukakan tiga subyek utama sebagai
pelaku-pelaku dalam hubungan industrial, yaitu :

1. Buruh dan organisasinya


2. Pimpinan perusahaan dan organisasinya
3. Wakil-wakil pemerintah

Perkembangan sistem hubungan kerjasama dalam suatu perekonomian sebagai


dasar terbentuknya sistem hubungan industrial dibagi dalam beberapa tahapan,
yakni tahap masyarakat primitif, tahap masyarakat pertanian, tahap masyarakat
pengrajin, tahap masyarakat industri, dan tahap pertumbuhan yang berkelanjutan.

Tahap masyarakat primitif

Tahap masyarakat primitif merupakan awal dari tumbuhnya sistem hubungan


industrial. Umumnya dalam masyarakat primitif, semua anggota dari sebuah suku
atau marga aktif bekerja dalam kehidupan sehari-hari. Antar anggota dapat
berkomunikasi secara alami, sederhana, dan orang per orang.

Pola status dan kekuasaan sangat bervariasi, sesuai dengan pandangan masyarakat
sebatas suku atau marga tersebut. Pengembangan karir lebih bersifat senioritas,
kekuatan fisik, dan magis. Dalam kegiatan ekonomi, semula mereka mengerjakan
sendiri-sendiri, berkembang menuju suasana kerja sama yang sederhana, kelompok
kecilm dan tidak ada batasan yang jelas antara majikan dan anggota kelompok.

Tahap masyarakat pertanian

Tahap masyarakat pertanian merupakan perkembangan dari tahap masyarakat


primitif yang belum mengenal pertanian atau peternakan. Dalam masyarakat
pertanian, anggota masyarakat sudah mengenal bercocok tanam (mengusahakan
tanah) dan sedikit beternak. Pola status dan kekuasaan pada masa ini (abad
pertengahan) yaitu, majukan disebut tuan dan pekerja disebut pelayan.

Status dan kekuasaan pada dasarnya terpusat pada raja atau bangsawan beserta
keluarganya. Oleh karena itu mereka berusaha mempertahankan keunggulan
keturunan mereka agar status dan kekuasaannya tidak jatuh ke kelompok lain.
Model semacam itu diikuti oleh beberapa kelompok atau keluarga yang lain
walaupun dalam skope yang lebih sempit. Dalam tahap ini yang menjadimodal
utama adalah hak milik tanah yang luas (tuan tanah).
Tahap masyarakat pengrajin

Tahap masyarakat pengrajin memiliki tingkatan yang lebih tinggi dari tahap
masyarakat pertanian. Masyarakat pertanian telah mampu mengembangkan
ketrampilannya sebagai pengrajin. Semula mereka sebagai pengrajin bebas atau
tidak memiliki keterikatan dalam hubungan kerja.

Selanjutnya evolusi terjadi menuju pengrajin yang menjadi majikan. Evolusi karier
mereka, dari murid/pekerja magangan, berkembang menjadi pengrajin bebas atau
journey man dan akhirnya menjadi majikan. Dengan munculnya majikan dalam
artian memiliki pekerja maka lengkaplah sebuah lembaga. Dari perusahaan
tersebut timbul dua model serikat buruh, yaitu serikat buruh perdagangan
(merchant guilds) dan serikat buruh pengrajin (craps guilds).

Tahap masyarakat industri

Tahap masyarakat industri sangat ditentukan oleh Revolusi Industri. Revolusi atau
perubahan secara besar-besaran telah terjadi dari proses produksi dalam home
industri atau home work shops ke proses industri atau pabrik. Perubahan dan
penemuan teknologi tidak hanya merubah sistem home industri ke pabrik-pabrik,
tetapi juga merubah organisasi kerjanya, sistem hubungan kerja dan atau hubungan
industrial.

Pola pabrik dalam industri telah merubah hubungan kerja karyawan dalam arti
luas. Ternyata, pengaruh industrialisasi tersebut bagi Negara yang satu berbeda
dari Negara yang lainnya. Negara-negara kelompok liberalis/kapitalis,organiasai
kerja, karier, wewenang, dan status dipengaruhi oleh keabsahan dalam
perekonomian.

Sebaliknya bagi Negara-negara komunis, aspek-aspek hubungan industrial sangat


dipengaruhi dan ditentukan oleh wewenang/kuasa Negara. Hal tersebut
menunjukkan pengaruh sosial budaya dan perekonomian masing-masing Negara.

Sistem industri ternyata member mobilitas yang besar bagi pekerja untuk
berkembang. Dengan demikian para pekerja memperoleh kesempatan lebih luas
untuk pengembangan karier dalam kelompok kerja mereka. Di samping itu suasana
industri juga mendorong adanya spesialisasi dalam organisasi kerja.

Dalam sistem home industri antara karyawan komunikasinya erat/akrab, sedangkan


dalam sistem industri, dengan adanya spesialisasi keahlian, pekerja cenderung
menekuni pekerjaan masing-masing atau kurang akrab dengan teman-teman
sekerjanya. Hubungan yang bersifat kekeluargaan mulai pudar, lebih-lebih
hubungan antara majikan/pemilik dengan para karyawan/pekerja. Sebaliknya
hubungan yang lebih bersifat formal muncul antara lain dalam bentuk serikat
buruh.
Tahap pertumbuhan yang berkelanjutan

Masyarakat sebagai suatu sistem akan tumbuh berkelanjutan sesuai dengan


perubahan dan perkembangan yang bersifat ekstern maupun intern.dalam sistem
industri yang telah berkembang, pertumbuhan dan perkembangan serikat buruh
dan asosiasi pengusaha juga selalu berubah.

Pertumbuhan dan perkembangan tersebut masing-masing Negara dipengaruhi oleh


struktur perekonomian dan faham yang dianut oleh setiap Negara. Di samping itu
kemajuan teknologi dan tingkat kehidupan yang tinggi menuntut permintaan
terhadap berbagai produk baru dan pelayanan. Semua itu mendorong perubahan,
pertumbuhan dan perkembangan hubungan kerja atau hubungan industrial yang
semakn kompleks.

Anda mungkin juga menyukai