Anda di halaman 1dari 18

DISKUSI 8 EKMA4434 SISTEM INFORMASI MANAJEMEN.

39

Nama: Tri Dharma Nur Patria


NIM: 041149165
UPBJJ: Bogor

Selamat malam, salam sejahtera untuk Tutor Mata Kuliah Sistem Informasi
Manajemen dan rekan - rekan mahasiswa lainnya.

Saya akan mencoba menanggapi diskusi kali ini.

Topik:
1. Jelaskan yang Anda ketahui mengenai organizational system dan EDI?
2. Jelaskan yang Anda ketahui tentang E-commerce? Jelaskan bagaimana
klasifikasi E-commerce dan berikan contohnya!

Tanggapan:
1. Penjelasan mengenai Interorganizational Systems dan EDI adalah
sebagai berikut.

Sistem informasi mulai menghubungkan dua atau lebih organisasi. Bentuk


sistem ini disebut dengan interorganizational systems (IOS). Salah satu
aplikasi dari inter-organizational systems adalah electronic data interchange
(EDI). Dalam praktiknya, aplikasi EDI dapat menggunakan jalur telepon
biasa, value added network atau menggunakan internet sebagai jalur
komunikasinya. Aplikasi EDI dengan internet mulai banyak diterapkan. Tidak
hanya aplikasi EDI yang mulai menggunakan internet, tetapi hubungan ke
pelanggan pun mulai menggunakan internet.

A. Interorganizational system (IOS)


Interorganizational systems (IOS) adalah sistem antar organisasi, atau
"sistem informasi bersama di antara sekelompok perusahaan". Bentuk paling
umum dari interorganizational systems adalah electronic data interchange
(EDI), yang memungkinkan transfer informasi dari komputer ke komputer
secara instan.

Interorganizational systems memungkinkan terjadinya otomatisasi aliran


informasi antar organisasi untuk mencapai sistem manajemen rantai
pasokan yang diharapkan, sehingga memungkinkan pengembangan
organisasi yang kompetitif. Hal ini membantu memperkirakan kebutuhan
klien dan pengiriman produk maupun jasa. Interorganizational systems
adalah sistem informasi yang digunakan bersama oleh satu atau lebih
pemasok dan pelanggan.
Interorganizational systems membantu untuk memperbaiki pengelolaan
hubungan pembeli-pemasok dengan mencakup seluruh tugas yang terkait
dengan proses bisnis pada perusahaan. Dengan melakukan hal ini, suatu
organisasi dapat meningkatkan produktivitas secara otomatis; dengan
demikian, mengoptimalkan komunikasi di semua tingkatan organisasi seperti
komunikasi antara organisasi dan pemasok. Misalnya, setiap pakaian yang
dijual di toko ritel secara otomatis dikomunikasikan kepada pemasok yang
nantinya akan mengirimkan lebih banyak pakaian kepada pengecer.

Alasan berbagai perusahaan menggunakan interorganizational systems


adalah sebagai berikut:
1. Mengurangi risiko dalam organisasi
2. Skala ekonomi
3. Mendapatkan manfaat dari pertukaran teknologi
4. Meningkatkan daya saing
5. Mengatasi hambatan investasi
6. Mendorong komunikasi global

Salah satu bentuk aplikasi dari interorganizational systems (IOS) adalah


electronic data interchange (EDI).

B. Electronic data interchange (EDI)


Electronic data interchange (EDI) adalah komunikasi antar perusahaan
dokumen bisnis dalam format standar. Definisi sederhana EDI adalah format
elektronik standar yang menggantikan dokumen berbasis kertas seperti
pesanan pembelian atau faktur. Dengan mengotomatisasi transaksi berbasis
kertas, organisasi dapat menghemat waktu dan menghilangkan kesalahan
yang disebabkan oleh pemrosesan manual yang mahal untuk diperbaiki.

Dengan transaksi EDI, informasi bergerak langsung dari aplikasi komputer di


satu organisasi ke aplikasi komputer di organisasi lain. Standar EDI
menentukan lokasi dan urutan informasi dalam format dokumen.
Kemampuan otomatis ini memungkinkan data untuk dibagikan dengan cepat
alih-alih jam, hari, atau minggu yang diperlukan dengan dokumen kertas
atau metode lain.

Saat ini, industri menggunakan integrasi EDI untuk berbagi berbagai jenis
dokumen - mulai dari pesanan pembelian hingga faktur hingga permintaan
kutipan hingga aplikasi pinjaman dan banyak lagi. Dalam banyak contoh,
organisasi ini adalah mitra dagang yang sering bertukar barang dan jasa
sebagai bagian dari rantai pasokan dan jaringan business-to-business/bisnis-
ke-bisnis (B2B) mereka.
Sejarah perkembangan EDI
Pada tahun 1964, seorang manajer penjualan yang bekerja di American
Hospital Supply Company (AHSC) menciptakan sebuah sistem untuk
menangani masalah inventoris dalam sebuah rumah sakit lokal di Amerika
Serikat. Manajer penjualan itu memberikan sejumlah kumpulan kartu
berlubang (punched card) kepada rumah sakit lokal tersebut. Setiap buah
punched card merepresentasikan tiap pembelian barang dari AHSC,
kemudian punched card ini dimasukkan ke dalam sebuah kotak persediaan
untuk mengindikasikan kapan barang tertentu harus dipesan lagi. Di waktu
yang bersamaan, punched card-punched card itu dikumpulkan dan
dimasukkan ke dalam card reader yang disediakan untuk para pelanggan.
Data dikirim melalui saluran telepon standar ke sebuah kunci mesin punch
(keypunch) di AHSC, dimana set punched card–punched card yang identik
diduplikasi. Pemenuhan pesanan kemudian dikerjakan secara biasa.

Pertukaran data elektronik ini ternyata meningkatkan keakuratan dan


efisiensi dalam pemesanan persediaan-persediaan pada banyak rumah sakit
di Amerika Serikat. Ketidakakuratan pemesanan berkurang, waktu
pengiriman menjadi lebih cepat, dan permasalahan kekurangan inventori
pun dapat diatasi dalam rumah sakit-rumah sakit tersebut. Dalam beberapa
tahun ke depan, EDI yang sebelumnya hanya berbasis sistem one-to-one
seperti yang pertama kali digunakkan oleh AHSC, kemudian berkembang
menjadi pasar-pasar elektronik baru yang berisi komunitas-komunitas
industri pelanggan, pemasok, penghasil, dan fasilitator jaringan. EDI
kemudian menjadi suatu nilai penting dalam kemitraan perdagangan.

Standar EDI
Kunci dari aplikasi EDI terletak pada kodifikasi dan strukturisasi data
menjadi sebuah format yang umum dan disetujui. Proses kodifikasi dan
strukturisasi dokumen-dokumen untuk transaksi bisnis tidaklah sederhana.
Standar EDI dikembangkan di berbagai sektor industri, dalam berbagai
negara, dan prosesnya dipengaruhi oleh struktur-struktur komite dan
prosedur yang rumit. Berikut adalah beberapa contoh standar EDI: EDIFACT
(dirancang oleh PBB), BACS (digunakan di Inggris Raya), ODETTE
(digunakan dalam industri otomotif Eropa), ANSI X12 (digunakan dalam
berbagai sektor bisnis di Amerika Utara).

Secara umum, transmisi EDI terbagi menjadi dua tipe dasar:


• Koneksi point-to-point atau koneksi langsung. Dua komputer atau
sistem terhubung tanpa perantara melalui internet, umumnya dengan
protokol yang aman.
• Value added network (VAN). Jaringan pihak ketiga mengelola transmisi
data, umumnya dengan paradigma kotak surat.
Protokol transmisi internet EDI termasuk Secure File Transfer Protocol
(SFTP), Penerapan Pernyataan 2 atau AS2, protokol berbasis HTTPS, Simple
Object Access Protocol (SOAP) dan lain-lain.

Elemen data EDI termasuk item seperti ID pengirim dan ID penerima.


Segmen data menggabungkan dua atau lebih elemen terkait untuk memberi
mereka makna yang lebih besar - misalnya, FNAME dan LNAME dapat
bergabung untuk membentuk CUSTOMERNAME. Amplop menyusun berbagai
jenis data dan membawa informasi alamat pengirim dan penerima. Alur
dokumen atau aliran pesan EDI menggambarkan pergerakan pesan EDI ke
berbagai alamat dan departemen yang masuk dan keluar untuk menjalankan
proses bisnis atau transaksi.

Penggunaan Metabahasa seperti Extensible Markup Language (XML) atau


JavaScript Object Notation (JSON) lebih bersifat melengkapi EDI.
Perusahaan harus siap menangani jumlah format dokumen dan opsi
transmisi yang terus meningkat. Satu pabrikan global secara rutin bertukar
sekitar 55 jenis dokumen yang berbeda dengan hampir 2.000 mitra.

Manfaat dalam penggunaan EDI


Transaksi EDI sangat penting untuk proses B2B dan terus menjadi cara yang
disukai untuk bertukar dokumen dan transaksi antara bisnis, kecil dan besar.

Ada 6 manfaat bisnis utama yang diberikan teknologi EDI melalui


otomatisasi dan integrasi B2B:

 Teknologi EDI menghemat waktu dan uang dengan mengotomatisasi


proses yang sebelumnya dilakukan secara manual dengan dokumen
kertas.
 Solusi EDI meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Lebih banyak
dokumen bisnis dibagikan dan diproses dalam waktu lebih sedikit
dengan akurasi yang lebih besar.
 Transfer data EDI mengurangi kesalahan. Standarisasi kaku EDI
membantu memastikan bahwa informasi dan data diformat dengan
benar sebelum memasuki proses bisnis atau aplikasi.
 Integrasi EDI meningkatkan keterlacakan dan pelaporan. Dokumen
elektronik dapat diintegrasikan dengan berbagai sistem TI untuk
mendukung pengumpulan, visibilitas, dan analisis data.
 Otomatisasi EDI mendukung pengalaman pelanggan yang positif.
Memungkinkan eksekusi transaksi yang efisien dan pengiriman produk
dan layanan yang cepat dan andal.
 Peluang dalam bisnis. Jumlah pelanggan meningkat dan mereka
biasanya hanya akan berbisnis dengan pemasok yang menggunakan
EDI. Persaingan pun meningkat dalam memulai bisnis baru karena
adanya penggunaan EDI. Industri supermarket dan perakit kendaraan
merupakan contoh bisnis yang banyak menggunakan EDI dalam
kemitraannya.

Untuk organisasi besar, EDI memungkinkan standar untuk dilembagakan di


seluruh mitra dagang untuk mencapai manfaat secara konsisten. Untuk
organisasi yang lebih kecil, kepatuhan terhadap EDI menawarkan integrasi
yang lebih besar dengan perusahaan besar yang memiliki anggaran besar
dan pengaruh kuat.

Implementasi EDI
Untuk beberapa perusahaan, EDI mungkin sulit untuk diimplementasikan.
Salah satu alasannya adalah perlunya mengimbangi pergeseran regulasi,
standar, dan pembaruan pemerintah. Ini juga inheren kompleks, karena
perlu mengakomodasi kompleksitas kebutuhan bisnis global. Misalnya,
setiap mitra dagang dalam jaringan B2B dapat memberikan persyaratan
individual. Meskipun dua mitra dapat menyetujui dokumen EDI mana yang
akan digunakan, masing-masing dapat memiliki persyaratan pemformatan
unik yang perlu didukung. Faktor-faktor ini, dan lainnya, telah menyebabkan
banyak organisasi melakukan outsourcing solusi EDI mereka.

Baik in-house atau outsourcing, ada beberapa kondisi dasar, kemampuan,


dan sumber daya yang diperlukan untuk mengimplementasikan EDI secara
efektif. Selain faktor-faktor seperti kesepakatan tentang jenis dokumen,
metode transmisi yang aman, dan perangkat keras dan perangkat lunak
yang diperlukan, implementasi EDI yang efektif harus mempertimbangkan:

• Perangkat lunak terjemahan atau pemetaan. Mengambil bidang seperti


nama, alamat, jumlah mata uang, nomor bagian dan jumlah, dan
memetakannya dari format aplikasi bisnis ke dalam dokumen standar
dan sebaliknya.
• Kemampuan amplop atau deenveloping batch. Mendukung kumpulan
pesan EDI besar untuk memungkinkan pengirim dan penerima untuk
membungkus dan membuka transaksi yang kemudian dapat
dikelompokkan dari atau dibagi ke beberapa divisi atau bidang bisnis
mitra dagang.
• Mekanisme perutean pesan. Diperlukan setelah pesan dikembangkan
untuk mengurutkan pesan untuk grup yang berbeda dan
mengirimkannya ke target yang sesuai. Transformasi pesan juga
diperlukan untuk memasukkan pesan ke format yang benar untuk
tujuannya.
• Perjanjian mitra dagang. Klarifikasi syarat dan ketentuan, menetapkan
standar untuk dokumen bisnis dan mendefinisikan komunikasi dan
protokol bisnis antara mitra dagang.
Masa depan EDI
Pertimbangkan skenario ini. Hari ini, tolak bayar terkait kiriman yang rusak
dipicu menggunakan dokumen EDI 214 - Pesan Status Pengiriman Oleh
Transportasi Pengiriman. Materi dalam pengiriman tidak dapat digunakan
atau tidak dapat dijual. Sengketa kemungkinan besar akan timbul
berdasarkan tolak bayar.

Namun dalam rantai pasokan masa depan, EDI akan menjadi kemampuan
pertukaran dokumen inti untuk mendukung inovasi seperti Internet of
Things (IoT), blockchain dan kecerdasan buatan (AI). EDI masa depan akan
menggunakan:

• sensor IoT. Dimasukkan ke dalam kemasan kiriman dan dikaitkan


dengan pesan EDI 214 berkala untuk meningkatkan visibilitas kondisi
paket dalam waktu dekat.
• teknologi Blockchain. Mendasari arus informasi EDI untuk pengiriman
dapat menawarkan versi kebenaran yang dibagikan untuk membantu
menyelesaikan dengan cepat dan bahkan menghindari sengketa tolak
bayar.
• Agen AI. Pantau semua peristiwa dan informasi terkait yang terhubung
dengan pengiriman dan dapat mengidentifikasi peristiwa yang tidak
sesuai; dapat menentukan apakah diperlukan pengiriman ulang,
menganalisis sumber penggantian yang paling efisien, memulai
pengiriman baru dan pengembalian resmi.

Penggunaan EDI di Indonesia


Salah satu contoh pengaplikasian EDI di Indonesia dapat dilihat pada PT EDI
Indonesia yang merupakan perusahaan penyelenggara pelayanan jasa EDI
di Indonesia yang memberikan layanan teknis dan konsultasi. Pengguna jasa
PT EDI Indonesia saat ini meliputi instansi pemerintah, BUMN, importir,
eksportir, perusahaan pelayaran, bank, perusahaan farmasi, perusahaan
retail, asuransi dan otomotif antara lain Kementerian Keuangan,
Kementerian Perdagangan, Kementerian Kesehatan, Kementerian Pos dan
Telekomunikasi, BPOM, Karantina, Unilever, Nestle, Matahari, Giant, Lotte,
Philips, Coca Cola, Toshiba, Indomaret, Toyota, AHM, Bakrie, serta
komunitas bank yakni Bank Mandiri, BRI, Bank Mega, Deutsche Bank, JP
Morgan, Citibank, Bank ANZ, Bank Panin, BCA, Standard Chartered, Bank
Mizuho, CIMB Niaga, Mitsui Bank, Bank Of Tokyo Mitsubishi UFJ, Bank BNI,
Bank Danamon.

PT EDI Indonesia juga memperluas target pemasaran ke internasional


dengan memberikan layanan yang menghubungkan perusahaan dengan
partner bisnis baik di dalam maupun luar negeri diantaranya dengan
menjalin kerjasama interkoneksi ke beberapa e-business provider di negara
lain, seperti CIECC di China (terhubung langsung dengan 14 Propinsi di
China), NACCS di Jepang, KTNet di Korea Selatan, InterCommerce di
Philipina, dan KGH di Swedia yang terhubung ke semua negara Uni Eropa.
Dengan adanya kerjasama interkoneksi tersebut memungkinkan masyarakat
usaha di Indonesia bertukar dokumen/informasi dengan partner bisnis
secara reliable, aman, dan terpercaya secara otomatis dari aplikasi ke
aplikasi.

2. Penjelasan mengenai E-commerce, klasifikasi E-commerce dan


contohnya adalah sebagai berikut.

Penggunaan internet untuk melakukan transaksi bisnis sudah merupakan


hal yang umum. Penggunaan internet untuk kegiatan bisnis ini disebut
dengan e-commerce atau e-business. Ada yang tidak membedakan antara
e-commerce atau e-business, tetapi ada juga yang membedakannya.
Penerapan e-commerce atau e-business tidak hanya penggunaan teknologi
internet pada kegiatan bisnis, tetapi diperlukan suatu model bisnis di
belakangnya. Keberhasilan e-commerce atau e-business terletak bagaimana
penerapan model bisnis untuk memperoleh keuntungan kompetitif.

DEFINISI E-COMMERCE
Beberapa definisi telah diberikan untuk e-commerce (electronic commerce).
Martin dkk(1999) mendefinisikan e-commerce sebagai penggunaan TI untuk
melakukan kegiatan bisnis antara dua atau lebih organisasi atau antara
sebuah organisasi dengan satu atau lebih pelanggan akhir (end-customer)
melalui satu atau lebih jaringan komputer.

Dari definisi yang luas ini, e-commerce dapat diklasifikasikan ke dalam dua
aplikasi berikut.

1. Aplikasi Electronic Commerce antara Organisasi-organisasi Bisnis


Sistem aplikasi e-commerce yang melibatkan organisasi-organisasi bisnis ini
sering disebut dengan sistem interorganisasi (interorganizational system
atau IOS) atau business to business (B2B). Dengan sistem interorganisasi
ini, dimungkinkan suatu perusahaan untuk lebih efisien dan efektif
melakukan kegiatan bisnis dengan supplier, dengan langganan-langganan
atau dengan dealer-dealer dan distributor-distributornya. Contoh sukses dari
aplikasi ini misalnya adalah SABRE, yaitu sistem reservasi tiket yang dimiliki
oleh American Airline dan electronic data interchange (EDI).

2. Aplikasi Electronic Commerce antara Organisasi Bisnis dan


Pelanggan Akhir
Aplikasi e-commerce yang paling banyak dibicarakan sekarang ini adalah
aplikasi e-commerce yang menggunakan jasa internet melalui jaringan world
wide web (WWW). Aplikasi ini disebut juga dengan istilah B2C (business to
customers). Dengan menggunakan internet,dimungkinkan suatu perusahaan
untuk menjangkau pelanggan-pelanggan di mana pun, siapa pun, dan kapan
pun. Konsep ini konsisten dengan konsep reach and range oleh Keen (1991),
yaitu mengusulkan perusahaan-perusahaan yang menggunakan TI supaya
mendapatkan keunggulan strategis untuk menarik jangkauan dari TI sampai
pelanggan-pelanggan akhir.

Pada akhir tahun 1990-an, e-commerce mulai menggunakan teknologi


internet, terutama menggunakan teknologi web. E-commerce lewat internet
juga mempunyai keuntungan yang sama dengan yang dimiliki oleh EDI.
Keuntungan yang lain lewat internet adalah pengurangan biaya yang lebih
besar dibandingkan dengan pengurangan biaya akibat penggunaan EDI
karena biaya akses internet lebih murah dibandingkan dengan biaya
komunikasi dengan EDI. Tambahan keuntungan lainnya adalah penggunaan
internet dapat menjangkau lebih jauh sampai pelanggan akhir. Lebih lanjut,
Martin dkk(1999) mengutarakan tambahan keuntungan e-commerce lewat
internet dibandingkan lewat EDI sebagai berikut:
a. distribusi yang lebih murah dari dokumen dan produk digital,
b. kemampuan memberikan layanan dukungan kepada pelanggan,
c. kanal pemasaran yang baru,
d. mempunyai kemampuan untuk menarik pelanggan baru,
e. menyediakan satu titik lokasi kontak untuk bermacam-macam produk
dan jasa,
f. dapat digunakan sebagai media riset pasar.

Selain keuntungan yang diperoleh e-commerce dari penggunaan internet,


beberapa hambatan juga ditemui seperti berikut:
a. keamanan,
b. keamanan akses,
c. keamanan transmisi,
d. beban trafik yang terlalu banyak,
e. kesulitan sensor,
f. kesulitan mengukur kinerja dari situs, apakah keberhasilannya akan
diukur dari jumlah orang yang mengunjungi atau diukur dengan cara
lain.

Contoh dari aplikasi ini adalah Amadeus, yaitu sistem reservasi tiket, hotel,
sewa kendaraan yang dibuat oleh Air France, Iberia, Lufthansa dan SAS.
Amadeus awalnya berorientasi business to business (B2B) dan pada
perkembangannya juga meluas ke B2C (business to customers). Salah satu
pengguna aplikasi Amadeus adalah Garuda Indonesia.
Membahas mengenai e-commerce belum lengkap tanpa berbicara mengenai
e-business. Adapun penjelasan mengenai e-business adalah berikut ini.

E-BUSINESS
Tidak dapat dimungkiri bahwa peranan e-commerce sangat besar dalam
mengubah model bisnis konvensional, mengubah struktur biaya transaksi,
serta mengubah hubungan transaksi antara pembeli-pembeli, penjual-
penjual, dan setiap orang yang terlibat di dalamnya. Peranan e-commerce
ini tidak hanya terjadi dalam sekejap, tetapi lewat beberapa tahapan
berikut.

1. Tahap Pertama (1994-1997)


Tahapan ini merupakan tahapan awal e-commerce yang masih berbentuk
website. Banyak perusahaan membangun situs jaringan yang memberikan
informasi dan pengunjung dapat meninggalkan nama dan alamat untuk
dihubungi kembali oleh perusahaan.

2. Tahap Kedua (1997-2000)


Pada tahap ini, e-commerce sudah mulai digunakan untuk transaksi jual
dan beli lewat media digital. Fokus dari e-commerce ini adalah melakukan
order pembelian.

3. Tahap Ketiga (2000-Sekarang)


Fokus dari e-commerce ini adalah mendapatkan keuntungan. Keuntungan
tidak hanya meningkatkan pendapatan kotor, tetapi juga meningkatkan
margin kotor. Kalakota dan Robinson (2001) menyebutnya sebagai
e-business yang berbeda dengan e-commerce.

E-business tidak hanya jual dan beli lewat situs jaringan, tetapi lebih
diarahkan ke strategi bisnis yang mengubah model atau struktur bisnis
dengan bantuan teknologi internet memaksimumkan nilai kepada langganan
dan meningkatkan laba kepada perusahaan. Menurut Turban dkk (2002), e-
business lebih luas dari e-commerce, yaitu tidak hanya melibatkan penjualan
dan pembelian barang-barang dan jasa-jasa, tetapi juga melibatkan
pelayanan kepada pelanggan-pelanggan, kerja sama-kerja sama dengan
partner-partner bisnis dan melakukan transaksi elektronik dalam suatu
organisasi. Bagaimanapun banyak yang mengatakan, walaupun berbeda,
e-commerce dan e-business merupakan dua istilah yang saling
menggantikan.

MODEL BISNIS
Teknologi tidak hanya sebagai pemikiran berikutnya dari pembentukan
strategi bisnis, tetapi lebih ke penyebab dan pemicunya. E-business akan
menyebabkan dan memicu perusahaan untuk meningkatkan labanya.
Penerapan e-business membutuhkan pemikiran ulang dan perancangan
ulang dari model-model bisnis yang baru. Menurut Kalakota dan Robinson
(2001), ini merupakan langkah awal untuk mendapatkan laba, bahkan untuk
bertahan di era informasi e-business. Di dunia bisnis sekarang ini, yang satu
bisnis terkait dengan bisnis lain di rantai nilai industri jika salah satu entitas
di rantai nilai ini melakukan bisnis secara elektronik, perusahaan-
perusahaan di atas dan di bawah rantai nilai entitas ini harus
menyesuaikannya dengan melakukan bisnis juga secara elektronik jika tidak
ingin mengambil risiko diganti atau dikeluarkan dari rantai nilainya.

Penerapan e-business tidak hanya penerapan internet atau teknologi dari


sisi teknisnya, tetapi lebih dari perubahan struktur bisnis. E-business
sekarang dipandang sebagai transformasi struktur bisnis yang mengubah
cara dan model bisnis untuk bersaing mendapatkan laba. Contohnya adalah
Encyclopedia Britannica yang dulu berbisnis menawarkan barangnya di toko,
lewat salesman atau lewat katalog-katalog. Dengan adanya internet,
perusahaan ini terpaksa mengubah model bisnisnya dengan menjualnya
lewat internet. Dengan perubahan lingkungan bisnis yang tajam dengan
banyaknya informasi gratis yang dapat diperoleh lewat internet, sekali lagi
perusahaan ini mengubah model bisnisnya untuk menyediakan barangnya
lewat internet dengan gratis. Perusahaan ini mendapatkan laba dari sumber-
sumber lain, seperti iklan yang dipasang di situsnya.

Contoh lainnya adalah IBM dan DEC (Digital Equipment Corporation) di


sekitar tahun 1980-an. Di pasar PC, kedua perusahaan ini mulai dikalahkan
oleh pendatang baru, seperti Compaq, Dell, dan Gateway. Akhirnya,
perusahaan DEC malah diakuisisi oleh Compaq. Kegagalan perusahaan DEC
disebabkan manajemen DEC melakukan dua kesalahan besar. Pertama,
perusahaan ini tidak mau mengubah struktur bisnisnya dari komputer skala
menengah ke PC dan bahkan ke client server system. Kedua, perusahaan
terlambat menerapkan e-business dalam proses bisnisnya.

Perubahan struktur atau model bisnis sudah mulai merambah ke semua


industri bisnis, seperti jasa keuangan, distribusi barang, pengecer dan agen.
Dengan e-business, industri-industri ini mulai mentransformasikan dirinya
dari model bisnis yang konvensional menjadi model-model bisnis yang baru,
seperti penyedia jasa aplikasi, penyedia jasa internet, dan portal.
Transformasi struktur tidak hanya terjadi di aktiva-aktiva berwujud (tangible
assets), seperti proses dan produk-produk yang dijual oleh perusahaan,
tetapi juga terjadi di aktiva-aktiva tidak berwujud (intangible assets)
semacam merek atau hubungan dengan pemasok dan pelanggan. Menurut
Kalakota dan Robinson (2001), informasi tentang aktiva tidak berwujud di
sekitar produk dan jasa yang ditawarkan ini lebih penting dibandingkan
dengan produk dan jasanya sendiri.

Transformasi model atau struktur bisnis bukan hal yang mudah, terutama
pada perusahaan yang sudah mapan dengan model tradisionalnya. Pertama,
manajemen merasa model konvensional tersebut merupakan model yang
sudah tepat dan menghasilkan laba. Pemikiran seperti ini benar jika kondisi
persaingan statis tidak dinamis yang berubah terus karena banyak faktor
lingkungan. Kedua, keengganan untuk mentransformasi ke struktur baru
karena banyaknya modal yang sudah ditanamkan (misalnya aktiva-aktiva
tetap) yang tidak dapat dikembalikan karena perubahan struktur. Mereka
juga tidak mau mengorbankan lini produknya yang sudah berhasil bertahun-
tahun. Misalnya, perusahaan Toys “R”Us sudah menanamkan modalnya
berupa lebih dari 1000 toko mainannya. Untuk perusahaan ini, akan sangat
sulit merealokasikan aktivanya yang mahal dan banyak ini dalam waktu
singkat dengan melakukan transformasi radikal ke penjualan secara
elektronik. Dalam hal ini, transformasi model akan sangat mudah dilakukan
oleh perusahaan-perusahaan berbasis e-business yang masih baru (e-start-
up). Untuk dapat mempertahankan dirinya dari perusahaan-perusahaan
baru berbasis e-business, perusahaan-perusahaan yang sudah mapan
dengan model konvensional harus mempunyai perencanaan strategi terarah
ke transformasi struktur ini. Perusahaan-perusahaan ini harus bekerja keras
dan cepat untuk melakukan perubahan. Aktiva-aktiva di struktur lama harus
cepat diganti dan biaya-biaya yang sudah masuk lubang dalam (sunk costs)
yang sudah tidak dapat dikembalikan lagi karena melekat pada struktur
lama harus dilupakan dan memulai sesuatu yang baru.

Cerita tentang CompuServe dan Prodigy merupakan contoh pemimpin


pasar yang tidak mentransformasi model bisnisnya dengan cepat. Didirikan
pada tahun 1969, perusahaan CompuServe menawarkan akses internet dan
informasi kepada pelanggan-pelanggannya. Informasi yang dapat diakses
dapat berupa informasi olahraga, perjalanan, bisnis, sumber-sumber untuk
profesional, berita-berita ekonomi, politik dan lainnya yang terbaru dan
basis data yang dapat digunakan untuk melacak. Prodigy muncul pada tahun
1990 sebagai kerja sama antara IBM dan Sears. Pada puncaknya, Prodigy
memiliki 2 juta pelanggan tetap. Pada awal tahun 1990, baik CompuServe
maupun Prodigy mendominasi dan menikmati posisi unggul di internet bisnis
sampai akhirnya datang pesaing baru bernama American Online (AOL).
Perusahaan AOL merupakan perusahaan yang kecil dibandingkan dengan
CompuServe dan Prodigy, tetapi lebih agresif dan mulai mengambil banyak
pangsa pasar. AOL mengirimkan jutaan disket kepada calon pelanggan
potensial dan hanyadengan menginstal perangkat lunak yang ada dalam
disket, pelanggan barusudah dapat akses ke AOL. Pada tahun 1995, karena
mulai kalah bersaing, Sears mau menjual bagiannya di Prodigy ke IBM dan
tidak terlaksana karena IBM merasa harganya masih terlalu tinggi. Pada
akhirnya pada tahun 1996, baik Sears maupun IBM menjual Prodigy ke
karyawan-karyawannya. Pada tahun 1998, CompuServe dijual pada AOL.
Untuk lima jasa online pada tahun 1994, empat dimiliki oleh perusahaan
besar, yaitu Prodigy oleh Sears dan IBM, Delphi oleh New Corp., Genie oleh
General Electric dan CompuServe oleh H&R Block. Yang kelima adalah AOL.

Kalau dulu AOL yang cepat mentransformasi struktur bisnisnya, sekarang


kebalikannya, AOL yang kalah cepat mentransformasi struktur bisnisnya.
Pelanggan di AOL harus membayar biaya langganan per bulannya untuk
dapat mengakses informasi dan jasa pelayanan online lainnya yang
ditawarkan oleh AOL. Dengan masuknya pemain baru, seperti Yahoo! dan
Google yang menawarkan jasa gratis, AOL harus cepat mengubah struktur
bisnisnya jika ingin bertahan.

Ilustrasi ini menunjukkan bahwa perusahaan sekarang menghadapi


tantangan yang besar, yaitu transformasi model terus-menerus,
menghindari status quo, mengembangkan kemampuan untuk mendeteksi
tren yang muncul di masa depan dan mengantisipasinya dengan lebih cepat
dibandingkan dengan pesaing-pesaingnya, membuat keputusan yang cepat,
melupakan sunk costs, serta membuat model bisnis yang baru.

Perusahaan tidak boleh hanya berdiri memandang tegak kepada pesaingnya.


Perusahaan harus berdiri tegak memandang dan mengantisipasi masa
depan. Perusahaan tidak boleh hanya berfantasi dengan hasil-hasil solusi
yang membuai. Perusahaan harus melakukan tindakan perbaikan terus-
menerus, inovasi dan cepat, serta mengambil keputusan yang tepat. Jika
model bisnis perusahaan sudah ketinggalan dan salah sertadibangun dengan
asumsi-asumsi konvensional, perusahaan tidak akan dapat bertahan.

Untuk menghadapi tantangan sekarang ini, untuk dapat bertahan dan


memenangkan persaingan, struktur atau model perusahaan perlu dirancang
ulang terus-menerus disesuaikan dengan kondisi persaingannya. Untuk
melakukan transformasi struktur ini, dapat dilakukan dengan
mendisagregasi dan reagregrasi rantai nilai.
Nilai dari suatu bisnis adalah produk atau jasa yang dijualnya dan juga
kebutuhan-kebutuhan pelanggan yang disediakannya. Kebutuhan-kebutuhan
ini adalah hasil akhir, termasuk produk dan jasa yang akan diterima oleh
pelanggan. Disagregrasi rantai nilai adalah memisahkan cara-cara (means)
dengan akhir-akhir (ends). Means adalah produk atau jasa yang dijual dan
ends adalah kebutuhan-kebutuhan akhir yang diminta oleh pelanggan tidak
hanya produk atau jasa yang dijual. Disagregasi membutuhkan perusahaan
untuk mengidentifikasikan, menilai, dan memelihara inti dari bisnis
nya, yaitu kebutuhan-kebutuhan pelanggan yang dipuaskan lewat produk
atau jasa yang dijual dan pelayanan serta informasi di sekitar produk atau
jasanya. Cara ini memungkinkan perusahaan untuk mengurai struktur-
struktur yang lama, berpikir kembali kemampuan-kemampuan inti, serta
mengidentifikasikan bentuk dan sumber-sumber baru dari nilai yang akan
diberikan kepada pelanggannya.

Reagregasi berarti mengumpulkan kembali nilai-nilai yang sudah diurai.


Reagregrasi harus diarahkan ke visi yang sudah diperbarui dan berbasiskan
pada kebutuhan-kebutuhan pelanggan yang akan dilayani. Reagregasi harus
dapat memperlancar arus nilai di rantai nilai secara keseluruhan. Dengan
hasil dari agregrasi ini, diharapkan pelanggan akan mendapatkan nilai yang
diinginkannya, bahkan akan mendapatkan sesuatu yang lebih dari
sebelumnya, lebih nyaman, lebih berinteraksi, serta lebih menantang dan
memberikan pengalaman baru kepada pelanggan. Tujuan dari agregrasi ini
adalah memberikan nilai lebih kepada pelanggan lewat biaya yang lebih
murah dan peningkatan diferensiasi dibandingkan dengan pesaing-
pesaingnya. Menggunakan teknologi untuk reagrgrasi di rantai nilai
merupakan hal yang sangat fundamental di era ekonomi digital ini.

TIPOLOGI MODEL-MODEL BISNIS


Tapscott dkk (2000) menggolongkan tipologi model bisnis secara elektronik
(e-business) ke dalam lima macam model berdasarkan tingkat kontrol
ekonomis dan tingkat nilai integrasinya.

Gambar 1
Tipologi E-Business Menurut Tapscott dkk (2000)

Tipologi model e-business menurut Tapscott dkk (2000) sebagai berikut.


1. Agora adalah suatu e-commerce yang merupakan suatu tempat ketika
pembeli dan penjual bertemu untuk melakukan transaksi. Contohnya, e-
bay.com.
2. Agregasi (aggregation) adalah e-commerce yang menggabungkan
(agregasi) beberapa pemasok ke dalam satu buah toko online yang
nyaman. Contohnya, amazon.com.
3. Aliansi (alliance) adalah kerja sama beberapa anggota untuk mencapai
tujuan tertentu.
4. Rantai nilai (value chain) adalah jaringan integrasi vertikal yang
menambah nilai ke input berikutnya.
5. Jaringan distribusi (distributive network) menyediakan jasa
mengalokasikan dan mendistribusikan daripada memproduksi dan
membeli barang-barang, jasa, dan informasi. Contohnya, WSprldCom
dan UPS.

Pengelompokan lainnya dari model e-business adalah mengelompokkannya


berdasarkan siapa yang berpartisipasi dalam transaksi, yaitu business to
consumer(B2C) dan business to business(B2B). Tiga model tersedia untuk
B2C sebagai berikut.

1. Toko Online (Online Stores), Pasar (Marketplaces) dan Jasa-jasa


Toko online, pasar dan jasa-jasa menyediakan hampir semua kebutuhan
bahan yang dapat dipilih dan dibeli lewat web. Barang-barang yang tersedia
dari komputer, buku, majalah, pakaian, peralatan kantor, jam, musik, video,
elektronik, mainan, obat, alat kecantikan, makanan, hingga mobil.
Keuntungan dari toko online ini sebagai berikut:
a. menyediakan informasi produk yang lengkap yang dapat digunakan oleh
konsumen untuk mempertimbangkan keputusannya untuk membeli;
b. menyediakan informasi ketersediaan barang;
c. mengurangi biaya ruangan toko bagi penjual;
d. biaya mencetak brosur ataukatalog dapat dihemat.

2. Pengumpul Isi atau Pengagregasi Isi (Content Aggregators) dan


Portal
Pengumpul-pengumpul (aggregators) merupakan distributor yang
mengumpulkan banyak penjual dan memberikan informasi barang dan jasa
dari penjual-penjual secara online. Pembeli dapat membandingkan barang-
barang atau jasa-jasa yang ditawarkan dan kemudian dapat membeli
langsung kepada penjual secara onlineatau secara manual. Pembeli dapat
membeli secara online karena aggregator menghubungkan (link) ke alamat
situs web penjual.

3. Penyedia Infrastruktur (Infrastructure Providers)


Sekarang ini banyak perusahaan yang masuk dalam industri teknologi tinggi
atau yang terkenal dengan nama perusahaan-perusahaan high-tech
industry. Perusahaan-perusahaan ini membangun, menyediakan, dan
menjual infrastruktur teknologi jaringan. Bisnis-bisnis yang menyediakan
infrastruktur teknologi seperti berikut:
a. pabrikan-pabrikan peralatandan komponen (equipment/component
manufacturers);
b. perusahaan-perusahaan perangkat lunak (software firms);
c. penyedia-penyedia perangkat lunak khusus dan jasa integrasi (custom
software and integration service providers).

PENCIPTAAN NILAI
Untuk dapat menyediakan kebutuhan-kebutuhan pelanggan (ends),
perusahaan tidak hanya harus menyediakan produk atau jasa (means),
tetapi juga nilai-nilai berupa pelayanan dan informasi yang disediakan di
sekeliling produk dan jasanya. Perusahaan-perusahaan yang visionari,
seperti Dell, Amazon.com, dan Domino’s Pizza, berhasil karena mereka
menyediakan kebutuhan-kebutuhan pelanggannya dengan meningkatkan
produk, memotong harga dan meningkatkan kualitas pelayanan terus-
menerus. Nilai-nilai yang dapat disediakan oleh perusahaan di sekitar produk
atau jasa yang dijual sebagai berikut:
1. kecepatan layanan,
2. kecepatan layanan merupakan respons yang cepat, instan, akurat dan
adaptif terhadap kebutuhan-kebutuhan pelanggan;perusahaan yang
visioner melekatkan kecepatan pelayanan ini dalam produk dan jasa
yang dijualnya;
3. nyaman;
4. pelanggan menilai kenyamanan dengan mendapatkan semua hasil
dengan sekali belanja (one-stop shopping); pelanggan yang kebutuhan-
kebutuhan harus dipenuhi berkali-kali belanja di waktu yang berbeda
atau di tempat-tempat berbeda tidak akan merasa nyaman. Mereka akan
merasa nyaman jika semua kebutuhannya akan terpenuhi dengan sekali
belanja. Ini berarti pelanggan menuntut integrasi yang baik sepanjang
rantai nilai;
5. personalisasi;
6. pelanggan menginginkan perusahaan untuk melayaninya secara
individual dengan kebutuhan-kebutuhan akhir yang dapat berbeda
dengan pelanggan lain;
7. harga;
8. harga produk dan jasa adalah relatif; harga yang ditawarkan harus
masuk akal dan harga harus dihubungkan dengan kebutuhan-kebutuhan
akhir yang diterima pelanggan dan dapat bersaing dengan harga akhir
yang ditawarkan pesaing-pesaingnya.

Perusahaan e-business dapat mempercepat inovasi nilai (value innovation)


di sepanjang nilai dimensi jasa, yaitu kecepatan layanan, kenyamanan,
personalisasi dan harga. Pelanggan sekarang menghadapi banyak produk
yang semacam dengan opsi-opsi pilihan yang banyak dengan harga-harga
yang berbeda. Oleh karena kurangnya waktu yang tersedia, pelanggan akan
mencari dengan usaha yang paling minimal produk yang termurah dan yang
paling terkenal dengan kualitas terbaik. Misalnya, suatu produk yang
harganya Rp10,500,00 (lebih mahal Rp50,00 dari pesaing terdekatnya)
kurang terkenal dengan kualitas 97% baik akan kalah dengan produk yang
memenuhi satu dari ketiga kriteria tersebut. Oleh karena itu, Kalakota dan
Robinson (2001) menunjukkan perusahaan-perusahaan e-business harus
mendengarkan pelanggan-pelanggannya serta menciptakan inovasi nilai
sehingga menjadi perusahaan “yang termurah” dan “paling dikenal ” dengan
“kualitas terbaik.”

Termurah bukan berarti kualitas yang rendah. Misalnya, Wal-Mart dengan


semboyannya every day low prices.Pelanggan yang membeli produk atau
jasa dari perusahaan yang “paling dikenal” akan merasa yakin akan apa
yang akan diterimanya karena perusahaan tersebut sudah terkenal
membuktikan komitmennya. Contohnya, McDonald, Kentucky Fried Chicken,
Wendy’s, Pizza Hut dan Domino’s Pizza di sektor gerai makanan; Coca Cola
dan Pepsi di sektor minuman; Yahoo! atau Google di penyedia jasa internet
dan sebagainya. Memberikan “kualitas terbaik” berarti memasukkan proses
yang berkualitas untuk meningkatkan kualitas akhir, meningkatkan
hubungan yang baik dengan pelanggan-pelanggan dan pemasok-pemasok
sampai tingkat kerja sama yang menguntungkan, serta saling membantu
dan saling percaya. Contohnya adalah American Express yang memberikan
jaminan return protection refund, yaitu menjamin akan mengembalikan nilai
barang yang dikembalikan jika penjual tidak mau menerima pengembalian
barang. Contoh lainnya, Domino’s Pizza yang menjamin pengiriman pizza
maksimum 30 menit sejak dipesan sampai ke tangan pemesan. Kualitas
yang diberikan oleh perusahaan-perusahaan ini akan meningkatkan
kepercayaan pelanggan bahwa perusahaan akan melayani dengan kualitas
terbaik yang tidak bisa diberikan oleh perusahaan-perusahaan lainnya.

ETIKA DI E-BUSINESS
Sudah mulai dipahami bahwa isu etika akan muncul di penerapan e-
business. Permasalahan etika perlu ditangani oleh manajer teknologi
informasi. Permasalahan etika dapat terjadi pada pembeli lewat e-business.
Jika permasalahan etika tidak ditangani, hal itu dapat mengakibatkan
pembeli melalui e-business tidak mau melakukan transaksi bisnis dengan
perusahaan. Permasalahan etika yang terjadi di transaksi e-business
biasanya adalah menyangkut permasalahan privasi.

Permasalahan privasi muncul jika identitas atau informasi privat atau


rahasia pembeli diketahui oleh perusahaan atau karyawan yang tidak
berhak. Permasalahan privasi dapat muncul pada saat pembeli mendaftar
menjadi anggota e-business, pada saat pembeli melakukan transaksi
pembeliannya lewat e-business, pada saat pembayaran lewat sistem
pembayaran elektronik, atau penjual melacaknya ke komputer pembeli.

Banyak penjual lewat e-business meminta pembeli menjadi anggota terlebih


dahulu sebelum melakukan transaksi. Pada saat pendaftaran menjadi
anggota e-business, pembeli diminta untuk memasukkan data pribadinya.
Permasalahan privasi muncul jika data pembeli tersebut diketahui oleh
orang, misalnya karyawan penjual yang tidak berhak.

Permasalahan privasi juga terjadi pada saat pembeli melakukan transaksi


pembelian lewat e-business. Pada saat transaksi, data pribadi pembeli dapat
diketahui oleh pihak yang mungkin tidak berhak mengetahuinya.

Permasalahan privasi banyak terjadi pada saat pembayaran pembelian lewat


sistem pembayaran elektronik (electronic payment). Pada saat pembayaran
elektronik ini, pembeli biasanya ditanyakan mengenai informasi
indentitasnya, informasi privat dan informasi rahasia lainnya. Identitas
pembeli yang ditanyakan contohnya adalah nomor pengenal (misalnya
nomor KTP), nama dan alamat. Informasi privat itu meliputi tanggal lahir
dan nama ibu kandung. Informasi rahasia lainnya yang dapat diketahui oleh
orang lain misalnya adalah password atau nomor PIN (personal identification
number) dari kartu kredit atau kartu debit. Perusahaan harus memproteksi
informasi-informasi tersebut untuk keamanan dan privasi pembeli.

Permasalahan privasi dapat juga muncul jika perusahaan dengan sengaja


melakukan pelacakan ke komputer pembeli. Jika pembeli pernah
mengunjungi situs penjual, penjual dapat menanamkan cookies di komputer
pembeli. Cookies adalah program kecil yang disimpan di browser pembeli.
Cookies ini akan merekam sejarah transaksi pembeli. Bahkan, lebih
buruknya, cookies dapat berisi dengan program parasit yang disebut dengan
spyware untuk memata-matai, melacak dan merekam informasi privat
lainnnya di komputer pembeli. Nantinya, jika pembeli mengunjungi situs
penjual kembali, komputer penjual akan mengetahui dengan perinci siapa
pembelinya dengan membaca data personal di file cookies. Beberapa
pemakai komputer merasa terganggu dengan hal ini. Pemakai komputer
dapat menggunakan program-program untuk mencegah atau menghapus
file cookies dan program parasit spyware. Program-program ini misalnya
adalah CookieCrusher, CCleaner, SlimCleaner, AdAware dan lainnya.

Demikian tanggapan dari saya, atas kesempatan yang diberikan saya


ucapkan terima kasih.
*Sumber:
- BMP EKMA4434 Sistem Informasi Manajemen, Modul 9
- https://en.wikipedia.org/wiki/Interorganizational_system
- https://www.ibm.com/supply-chain/edi-electronic-data-interchange
- https://id.wikipedia.org/wiki/Pertukaran_data_elektronik
- https://edi-indonesia.co.id/id/about-us/
- https://en.wikipedia.org/wiki/Computer_reservation_system

Anda mungkin juga menyukai