39
Selamat malam, salam sejahtera untuk Tutor Mata Kuliah Sistem Informasi
Manajemen dan rekan - rekan mahasiswa lainnya.
Topik:
1. Jelaskan yang Anda ketahui mengenai organizational system dan EDI?
2. Jelaskan yang Anda ketahui tentang E-commerce? Jelaskan bagaimana
klasifikasi E-commerce dan berikan contohnya!
Tanggapan:
1. Penjelasan mengenai Interorganizational Systems dan EDI adalah
sebagai berikut.
Saat ini, industri menggunakan integrasi EDI untuk berbagi berbagai jenis
dokumen - mulai dari pesanan pembelian hingga faktur hingga permintaan
kutipan hingga aplikasi pinjaman dan banyak lagi. Dalam banyak contoh,
organisasi ini adalah mitra dagang yang sering bertukar barang dan jasa
sebagai bagian dari rantai pasokan dan jaringan business-to-business/bisnis-
ke-bisnis (B2B) mereka.
Sejarah perkembangan EDI
Pada tahun 1964, seorang manajer penjualan yang bekerja di American
Hospital Supply Company (AHSC) menciptakan sebuah sistem untuk
menangani masalah inventoris dalam sebuah rumah sakit lokal di Amerika
Serikat. Manajer penjualan itu memberikan sejumlah kumpulan kartu
berlubang (punched card) kepada rumah sakit lokal tersebut. Setiap buah
punched card merepresentasikan tiap pembelian barang dari AHSC,
kemudian punched card ini dimasukkan ke dalam sebuah kotak persediaan
untuk mengindikasikan kapan barang tertentu harus dipesan lagi. Di waktu
yang bersamaan, punched card-punched card itu dikumpulkan dan
dimasukkan ke dalam card reader yang disediakan untuk para pelanggan.
Data dikirim melalui saluran telepon standar ke sebuah kunci mesin punch
(keypunch) di AHSC, dimana set punched card–punched card yang identik
diduplikasi. Pemenuhan pesanan kemudian dikerjakan secara biasa.
Standar EDI
Kunci dari aplikasi EDI terletak pada kodifikasi dan strukturisasi data
menjadi sebuah format yang umum dan disetujui. Proses kodifikasi dan
strukturisasi dokumen-dokumen untuk transaksi bisnis tidaklah sederhana.
Standar EDI dikembangkan di berbagai sektor industri, dalam berbagai
negara, dan prosesnya dipengaruhi oleh struktur-struktur komite dan
prosedur yang rumit. Berikut adalah beberapa contoh standar EDI: EDIFACT
(dirancang oleh PBB), BACS (digunakan di Inggris Raya), ODETTE
(digunakan dalam industri otomotif Eropa), ANSI X12 (digunakan dalam
berbagai sektor bisnis di Amerika Utara).
Implementasi EDI
Untuk beberapa perusahaan, EDI mungkin sulit untuk diimplementasikan.
Salah satu alasannya adalah perlunya mengimbangi pergeseran regulasi,
standar, dan pembaruan pemerintah. Ini juga inheren kompleks, karena
perlu mengakomodasi kompleksitas kebutuhan bisnis global. Misalnya,
setiap mitra dagang dalam jaringan B2B dapat memberikan persyaratan
individual. Meskipun dua mitra dapat menyetujui dokumen EDI mana yang
akan digunakan, masing-masing dapat memiliki persyaratan pemformatan
unik yang perlu didukung. Faktor-faktor ini, dan lainnya, telah menyebabkan
banyak organisasi melakukan outsourcing solusi EDI mereka.
Namun dalam rantai pasokan masa depan, EDI akan menjadi kemampuan
pertukaran dokumen inti untuk mendukung inovasi seperti Internet of
Things (IoT), blockchain dan kecerdasan buatan (AI). EDI masa depan akan
menggunakan:
DEFINISI E-COMMERCE
Beberapa definisi telah diberikan untuk e-commerce (electronic commerce).
Martin dkk(1999) mendefinisikan e-commerce sebagai penggunaan TI untuk
melakukan kegiatan bisnis antara dua atau lebih organisasi atau antara
sebuah organisasi dengan satu atau lebih pelanggan akhir (end-customer)
melalui satu atau lebih jaringan komputer.
Dari definisi yang luas ini, e-commerce dapat diklasifikasikan ke dalam dua
aplikasi berikut.
Contoh dari aplikasi ini adalah Amadeus, yaitu sistem reservasi tiket, hotel,
sewa kendaraan yang dibuat oleh Air France, Iberia, Lufthansa dan SAS.
Amadeus awalnya berorientasi business to business (B2B) dan pada
perkembangannya juga meluas ke B2C (business to customers). Salah satu
pengguna aplikasi Amadeus adalah Garuda Indonesia.
Membahas mengenai e-commerce belum lengkap tanpa berbicara mengenai
e-business. Adapun penjelasan mengenai e-business adalah berikut ini.
E-BUSINESS
Tidak dapat dimungkiri bahwa peranan e-commerce sangat besar dalam
mengubah model bisnis konvensional, mengubah struktur biaya transaksi,
serta mengubah hubungan transaksi antara pembeli-pembeli, penjual-
penjual, dan setiap orang yang terlibat di dalamnya. Peranan e-commerce
ini tidak hanya terjadi dalam sekejap, tetapi lewat beberapa tahapan
berikut.
E-business tidak hanya jual dan beli lewat situs jaringan, tetapi lebih
diarahkan ke strategi bisnis yang mengubah model atau struktur bisnis
dengan bantuan teknologi internet memaksimumkan nilai kepada langganan
dan meningkatkan laba kepada perusahaan. Menurut Turban dkk (2002), e-
business lebih luas dari e-commerce, yaitu tidak hanya melibatkan penjualan
dan pembelian barang-barang dan jasa-jasa, tetapi juga melibatkan
pelayanan kepada pelanggan-pelanggan, kerja sama-kerja sama dengan
partner-partner bisnis dan melakukan transaksi elektronik dalam suatu
organisasi. Bagaimanapun banyak yang mengatakan, walaupun berbeda,
e-commerce dan e-business merupakan dua istilah yang saling
menggantikan.
MODEL BISNIS
Teknologi tidak hanya sebagai pemikiran berikutnya dari pembentukan
strategi bisnis, tetapi lebih ke penyebab dan pemicunya. E-business akan
menyebabkan dan memicu perusahaan untuk meningkatkan labanya.
Penerapan e-business membutuhkan pemikiran ulang dan perancangan
ulang dari model-model bisnis yang baru. Menurut Kalakota dan Robinson
(2001), ini merupakan langkah awal untuk mendapatkan laba, bahkan untuk
bertahan di era informasi e-business. Di dunia bisnis sekarang ini, yang satu
bisnis terkait dengan bisnis lain di rantai nilai industri jika salah satu entitas
di rantai nilai ini melakukan bisnis secara elektronik, perusahaan-
perusahaan di atas dan di bawah rantai nilai entitas ini harus
menyesuaikannya dengan melakukan bisnis juga secara elektronik jika tidak
ingin mengambil risiko diganti atau dikeluarkan dari rantai nilainya.
Transformasi model atau struktur bisnis bukan hal yang mudah, terutama
pada perusahaan yang sudah mapan dengan model tradisionalnya. Pertama,
manajemen merasa model konvensional tersebut merupakan model yang
sudah tepat dan menghasilkan laba. Pemikiran seperti ini benar jika kondisi
persaingan statis tidak dinamis yang berubah terus karena banyak faktor
lingkungan. Kedua, keengganan untuk mentransformasi ke struktur baru
karena banyaknya modal yang sudah ditanamkan (misalnya aktiva-aktiva
tetap) yang tidak dapat dikembalikan karena perubahan struktur. Mereka
juga tidak mau mengorbankan lini produknya yang sudah berhasil bertahun-
tahun. Misalnya, perusahaan Toys “R”Us sudah menanamkan modalnya
berupa lebih dari 1000 toko mainannya. Untuk perusahaan ini, akan sangat
sulit merealokasikan aktivanya yang mahal dan banyak ini dalam waktu
singkat dengan melakukan transformasi radikal ke penjualan secara
elektronik. Dalam hal ini, transformasi model akan sangat mudah dilakukan
oleh perusahaan-perusahaan berbasis e-business yang masih baru (e-start-
up). Untuk dapat mempertahankan dirinya dari perusahaan-perusahaan
baru berbasis e-business, perusahaan-perusahaan yang sudah mapan
dengan model konvensional harus mempunyai perencanaan strategi terarah
ke transformasi struktur ini. Perusahaan-perusahaan ini harus bekerja keras
dan cepat untuk melakukan perubahan. Aktiva-aktiva di struktur lama harus
cepat diganti dan biaya-biaya yang sudah masuk lubang dalam (sunk costs)
yang sudah tidak dapat dikembalikan lagi karena melekat pada struktur
lama harus dilupakan dan memulai sesuatu yang baru.
Gambar 1
Tipologi E-Business Menurut Tapscott dkk (2000)
PENCIPTAAN NILAI
Untuk dapat menyediakan kebutuhan-kebutuhan pelanggan (ends),
perusahaan tidak hanya harus menyediakan produk atau jasa (means),
tetapi juga nilai-nilai berupa pelayanan dan informasi yang disediakan di
sekeliling produk dan jasanya. Perusahaan-perusahaan yang visionari,
seperti Dell, Amazon.com, dan Domino’s Pizza, berhasil karena mereka
menyediakan kebutuhan-kebutuhan pelanggannya dengan meningkatkan
produk, memotong harga dan meningkatkan kualitas pelayanan terus-
menerus. Nilai-nilai yang dapat disediakan oleh perusahaan di sekitar produk
atau jasa yang dijual sebagai berikut:
1. kecepatan layanan,
2. kecepatan layanan merupakan respons yang cepat, instan, akurat dan
adaptif terhadap kebutuhan-kebutuhan pelanggan;perusahaan yang
visioner melekatkan kecepatan pelayanan ini dalam produk dan jasa
yang dijualnya;
3. nyaman;
4. pelanggan menilai kenyamanan dengan mendapatkan semua hasil
dengan sekali belanja (one-stop shopping); pelanggan yang kebutuhan-
kebutuhan harus dipenuhi berkali-kali belanja di waktu yang berbeda
atau di tempat-tempat berbeda tidak akan merasa nyaman. Mereka akan
merasa nyaman jika semua kebutuhannya akan terpenuhi dengan sekali
belanja. Ini berarti pelanggan menuntut integrasi yang baik sepanjang
rantai nilai;
5. personalisasi;
6. pelanggan menginginkan perusahaan untuk melayaninya secara
individual dengan kebutuhan-kebutuhan akhir yang dapat berbeda
dengan pelanggan lain;
7. harga;
8. harga produk dan jasa adalah relatif; harga yang ditawarkan harus
masuk akal dan harga harus dihubungkan dengan kebutuhan-kebutuhan
akhir yang diterima pelanggan dan dapat bersaing dengan harga akhir
yang ditawarkan pesaing-pesaingnya.
ETIKA DI E-BUSINESS
Sudah mulai dipahami bahwa isu etika akan muncul di penerapan e-
business. Permasalahan etika perlu ditangani oleh manajer teknologi
informasi. Permasalahan etika dapat terjadi pada pembeli lewat e-business.
Jika permasalahan etika tidak ditangani, hal itu dapat mengakibatkan
pembeli melalui e-business tidak mau melakukan transaksi bisnis dengan
perusahaan. Permasalahan etika yang terjadi di transaksi e-business
biasanya adalah menyangkut permasalahan privasi.