Anda di halaman 1dari 3

DISKUSI 8 HUBUNGAN INDUSTRIAL.

58

Nama: Tri Dharma Nur Patria


NIM: 041149165
UPBJJ: Bogor

Selamat malam, salam sejahtera untuk Tutor Mata Kuliah Hubungan


Indus trial dan rekan - rekan mahasiswa lainnya.

Saya akan mencob a menanggapi diskusi kali ini.

Topik:
Jelaskan riw ayat awal perburuhan di Indo nesia, gunaka n BMP Hubungan
industria l sebagai referensi uta ma anda.

Tanggapan:
Pada masa Belanda menjajah Indonesia pada abad 18, Para buruh atau
budak digunakan oleh Belanda untuk memeliha ra kebun cengkih dan pala.
Pada masa penjajahan Inggris , Raffles sebenarnya adalah seorang yang anti
te rhadap perbudakan. Na mun karena Raffles harus meninggalkan Indonesia,
maka Indonesia kembali diserahkan ke Belanda dan berlanjutlah perbudakan
te rsebut diInd onesia.

Perbudakan te rbesar te rjadi pada masa kerja rodi, baik rodi umum (tidak
setiap hari) maupun khusus (untuk pekerjaan sehari-hari) atau rodi
gubernermen (untuk keperlua n gubernur dan pegawa inya), perorangan
(untuk kepentingan para kepala dan pembesar Indonesia), dan rodi desa
(untuk keperluan desa).

RIWAY AT AWAL PERBURUHAN DI INDO NESIA


Perburuhan di Indonesia yang berkembang saat ini perlu ditinjau kembali
keberadaannya. W alaupun tidak diketahui kapan munculnya, namun dapat
dipastikan bahwa perburuhan di Indonesia dimulai pada zaman perbudakan,
zaman rodi, dan zaman puna le sanksi (Gultom, 2008).

1. Zaman Perbudakan
Pada zaman perbudakan, orang bekerja di bawa h pimpinan orang lain,
tidak mempunyai hak apapun, tidak terkecuali hak ata s hidupnya. Mereka
hanya miliki kew ajiban menuruti semua perintah, petunjuk, dan peraturan
yang berasal dari pihak pemilik budak. Pada zaman ini terd apat kebiasaan
perdagangan budak belian. Keadaan ini te rus berlangsung bahkan semakin
parah sampai meletusnya Perang Budak pada tahun 1861. Para budak diberi
fasilitas berupa pondokan dan makan. Na mun, fasilitas tersebut bukan
merupakan kewajiban bagi pemilik budak, melainkan kebijaksanaan yang
timbul dari “ke luhuran budi”. Pemeliharaan para budak buka n kewajiban
pemilik buda k, karena baik sosiologis maupun yuridis tidak ada aturan yang
meneta pkan demikian.

Di Indonesia, praktek perbudakan tidak separah negara lain karena


adanya aturan ta ta susila masyarakat Indonesia yang tidak sekejam
seperti di negara lain. Pada zaman penjajahan Belanda, Pemerintah Hindia
Belanda juga memulai ikut serta mengatur soal perbudakan ini pada ta hun
1817. Peraturan te ntang budak dan perdagangan budak ta hun 1825
menga ndung maksud meringankan nasib para budak, antara lain membatasi
berta mbahnya jumlah budak lain daripada kelahiran; melarang perdagangan
budak dan menda tangkan dari luar; menja ga agar anggota budak bertempat
tingga l bersama-sama, yaitu seorang budak yang sudah menikah tidak boleh
dipisahkan dari istri dan anaknya; kepada mereka ini harus diberi cukup
makan dan pakaian; mengatur kewajiban para budak, yaitu para budak
tidak boleh meninggalkan kewajiban para budak dengan kata lain (para
budak tidak boleh meninggalkan pekerjaan mereka, tidak boleh menolak
pekerjaan yang layak); pelanggaran diancam dengan pidana pukulan
denga n rotan sebanyak-banyaknya 30 kali atau pidana penjara selama-
lamanya 14 hari; menge nai kejahatan para budak diadili oleh pengadilan
umum. Satu-satunya penyelesaian ialah mendudukkan para budak itu pada
kedudukan manusia merdeka, baik sosiologi maupun yuridis dan ekonomis.
Setelah tahun 1992, dapat dikatakan bahwa di Indonesia secara resmi tidak
te rdapat perbudakan lagi, maka proses penghapusan itu memerlukan w aktu
lebih dari 60 tahun, lebih dari 1 generasi.

2. Zaman Rodi
Pada kerajaan di Jawa , rodi dilakukan untuk kepentingan raja dan anggota
keluarganya, para pembe sar, para kepala dan pegawa i lainnya, serta
kepentingan umum seperti pembuatan dan pemeliharaan jalan, jembatan,
dan sebagainya. Pelaksanaan kerja rodi yang paling besar te rjadi pada masa
pemerintahan Hindia Belanda di baw ah kepemimpinan Gubernur Daedels,
yakni antara tahun 1808–1811, zaman pembuatan jalan dari Anyer sampai
Panarukan. Kompeni pandai menggunakan rodi itu untuk kepentingan
sendiri. Kerja rodi digunakan untuk segala macam keperluan, seperti
mendirikan benteng, pabrik, jalan, dan sebagainya. Rodi dilakukan tanpa
bayaran dan dimintakan untuk memenuhi segala keperluan dari gubernur
dan keperlua n pegawai-pegawainya. Di sini terliha t beratnya rodi itu
melebihi perbudakan. Dalam pemeliha raan budak berupa perumahan,
sanda ng, dan pangan menjadi tanggungan pemilik budak, sedangkan dalam
rodi pemeliha raan para pekerja dipikul oleh mereka itu sendiri. Proses
te rhapusnya rodi itu juga memakan w aktu yang lama, yaitu sejak tanggal 1
Fe brua ri 1938.
3. Zaman Punale Sanksi
Zaman ini dita nda i dengan pemberian kepada pengusaha suatu kekuasaan
te rhadap buruhnya yang dapat menimbulkan perlakuan tidak baik dan
keadaan perburuhan yang buruk. Pokok perjuangan dalam hukum
perburuhan baik yang dilakukan oleh pihak resmi maupun pihak tidak resmi,
hanya meliputi usaha membebaskan buruh dari keka ngan pihak majikan
yang tidak w ajar, yaitu membebaskan manusia Indonesia dari perbudakan;
membebaskan dari rodi atau kerja paksa; dan membebaskan (buruh) dari
punale sanksi.Pada masa punale sanksi, kedudukan buruh sudah diakui
sebagai tenaga kerja yang berhak menerima upah ata u imba lan kerja
(meskipun masih dalam ta raf yang minim). Pada tanggal 1 Janua ri 1942
punale sanksi lenyap dari dunia perburuhan di Indonesia.

Demikian tanggapan dari saya, ata s kesempatan yang diberikan saya


ucapkan te rima kasih.

*Sumber: BMP EKMA4367 Hubunga n Industrial, Modul 6

Anda mungkin juga menyukai