Kelompok : 4 (empat )
Ketua : ELDA SUNDARI
Penyusun,
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
Kata pengantar
PEMBAHASAN
Sejak awal abad ke-19, pemerintah Belanda mengeluarkan biaya yang sangat
besar untuk membiayai peperangan, baik di Negeri Belanda sendiri (pemberontakan
Belgia) maupun di Indonesia (terutama perlawanan Diponegoro) sehingga Negeri
Belanda harus menanggung hutang yang sangat besar.
Sistem sewa tanah dengan uang harus dihapus karena pemasukannya tidak banyak
dan pelaksanaannya sulit.
Sistem tanam bebas harus diganti dengan tanam wajib dengan jenisjenis tanaman
yang sudah ditentukan oleh pemerintah.
Pajak atas tanah harus dibayar dengan penyerahan sebagian dari hasil tanamannya
kepada pemerintah Belanda.
Maka untuk menutup hutang dilaksanakanlah Cultuur Stelsel atau politik tanam
paksa dengan aturan sebagai berikut :
1. Penduduk menyediakan sebagian tanah mereka untuk ditanami tanaman perdagangan
2. Tanah untuk tanaman perdagangan tidak boleh melebihi dari 1/5 tanah penduduk
3. Waktu untuk menanam perdagangan tidak boleh melebihi waktu tanam padi
4. Tanah untuk tanaman perdagangan dibebaskan dari pajak
5. Hasil tanaman perdagangan diserahkan pemerintah bila melebihi ketentuan
dikembalikan.
6. Kegagalan panen yang bukan disebabkan petani ditanggung pemerintah
7. Penduduk yang tidak punya tanah wajib bekerja di tanah pemerintah selama 66 hari
8. Penanaman tanaman perdagangan diawasi oleh penguasa lokal
Sistem tanam paksa telah menyebabkan penderitaan bagi bangsa Indonesia. Hal ini
disebabkan oleh adanya Cultuur Procenten yaitu imbalan atau hadiah bagi yang dapat
menyerahkan hasil melebihi dari ketentuan yang ditetapkan. Cultuur procenten telah
mendorong para pengawas lokal saling berlomba untuk meningkatkan hasil tanaman
perdagangan.Akibatnya terjadi banyak penyimpangan dari ketentuan pokok aturan tanam
paksa seperti :
Akibat tanam paksa adalah: Belanda menjadi makmur, Belanda dapat melunasi
hutang-hutangnya bahkan dapat membangun kota Amsterdam, sedangkan dampak
positifnya adalah Indonesia mengenal berbagai macam tanaman perdagangan selain
penderitaan,kesengsaraan dan kelaparan yang dialami oleh bangsa Indonesia . Reaksi
terhadap pelaksanaan tanam paksa: kemenangan kaum liberal dalam parlemen
menyebabkan STP (sistem tanam paksa) dihapus diganti sistem ekonomi liberal
Kekejaman STP diketahui dari : Edward Douwes Dekker lewat bukunya Max
Havelaar dengan nama samaran Multatuli, Frans van der Putte lewat buku berjudul
Zuicker Contracten (Kontrak-kontrak gula) yang berisi penyelewengan aturan tanam
paksadan Baron van Hoevel yang memprotes sistem tanam paksa melalui parlemen di
negeri Belanda.
B. KETENTUAN-KETENTUAN DAN PELAKSAAN TANAM PAKSA
Raja Willem tertarik serta setuju dengan usulan dan perkiraan Van den Bosch
tersebut. Tahun 1830 Van den Bosch diangkat sebagai Gubernur Jenderal baru di Jawa.
Secara rinci beberapa ketentuan Tanam Paksa itu termuat pada Lembaran Negara
(Staatsblad) Tahun 1834 No. 22. Ketentuan-ketentuan itu antara lain sebagai berikut.
Tanam paksa yang dilaksanakan telah membawa penderitaan rakyat. Banyak pekerja
yang jatuh sakit. Mereka dipaksa fokus bekerja untuk Tanam Paksa, sehingga nasib diri
sendiri dan keluarganya tidak terurus. Bahkan kemudian timbul bahaya kelaparan dan
kematian di berbagai daerah. Misalnya di Cirebon (1843 - 1844), di Demak (tahun 1849)
dan Grobogan pada tahun 1850.
Walaupun banyak merugikan rakyat, namun Tanam Paksa juga memiliki beberapa
dampak positif bagi rakyat, diantaranya adalah dikenalkan tanaman jenis baru untuk
ekspor, dibangun saluran irigasi, dan dibangun jaringan rel kereta api. Sedangkan
dampak negatifnya adalah sebagai berikut :
1. Pelaksanaan tanam paksa tidak sesuai dengan peraturan
2. Terjadi tindak korupsi dari pegawai dan pejabat dan rakyat sangat menderita
3. Para pekerja jatuh sakit dan terjadi bahaya kelaparan
4. Hindia Belanda mengeruk keuntungan 832 jt gulden 1831- 1877
Ia adalah seorang pejabat Belanda yang pernah menjadi Asisten Residen Lebak
(Banten). Ia cinta kepada penduduk pribumi, khususnya yang menderita akibat tanam
paksa. Dengan nama samaran Multatuli yang berarti “aku telah banyak menderita”,
ditulisnya buku Max Havelaar atau Lelang Kopi Persekutuan Dagang Belanda (1859)
yang menggambarkan penderitaan rakyat akibat tanam paksa dalam kisah Saijah dan
Adinda.
Tujuan Undang-undang:
melindungi hak milik petani atas tanahnya dari penguasa pemodal asing
memberi peluang kepada pemodal asing untuk menyewa tanah dari penduduk
Indonesia.
membuka kesempatan kerja kepada penduduk Indonesia, terutama menjadi buruh
perkebunan.
Gubernur jenderal tidak diperbolehkan menjual tanah milik pemerintah. tanah itu
dapat disewakan paling lama 75 tahun.
Tanah milik pemerintah antara lain hutan yang belum dibuka, tanah yang berada di
luar wilayah milik desa dan penghuninya, dan tanah milik adat
Tanah milik penduduk antara lain semua sawah, ladang, dan sejenisnya yang dimiliki
langsung oleh penduduk desa. Tanah semacam ini boleh disewa oleh pengusaha
swasta selama 5 tahun.
Sisi Positif: meningkatkan kehidupan ekonomi
Rakyat Indonesia diperkenalkan pada betapa pentingnya peran lalu lintas uang
(modal) dalam kehidupan ekonomi.
Tumbuhnya perkebunan-perkebunan besar meningkat jumlah produksi tanaman
ekspor jauh melebihi jumlah produksi semasa berlakunya sistem tanam paksa. ketika
itu, Indonesia menjadi penghasil kina nomor satu di dunia.
Rakyat Indonesia ikut merasakan manfaat sarana irigasi dan transportasi yg dibangun
pemerintah kolonial untuk perkebunan.
Dalam perjanjian, tanah yang digunakan untuk ‘cultur stelsel’ adalah seperlima
sawah, namun dalam prakteknya dijumpai lebih dari seperlima tanah, yaitu sepertiga dan
bahkan setengah dari sawah milik pribumi. Tanah petani yang dipilih hanya tanah yang
subur, sedangkan rakyat hanya mendapat tanah yang tidak subur. Tanah yang digunakan
untuk penanaman tetap saja dikenakan pajak sehngga tidak sesuai dengan perjanjian.
Kelebihan hasil tidak dikembalikan kepada rakyat atau pemilik tanah, tetapi dipaksa
untuk dijual kepada pihak Belanda dengan harga yang sangat murah.
Waktu untuk bekerja untuk tanaman yang dikehendaki pemerintah Belanda, jauh
melebihi waktu yang telah ditentukan. Waktu yang ditentukan adalah 65 hari dalam
setahun, namun dalam pelaksanaannya adalah 200 sampai 225 hari dalam setahun.
Penduduk yang tidak memiliki tanah dipekerjakan di perkebunan Belanda, dengan waktu
3-6 bulan bahkan lebih.
Tanah yang disediakan melebihi 1/5, yakni 1/3 bahkan 1/2, malah ada seluruhnya,
karena seluruh desa dianggap subur untuk tanaman wajib.
Kegagalan panen menjadi tanggung jawab petani.
Tenaga kerja yang semestinya dibayar oleh pemerinah tidak dibayar.
Waktu yang dibutuhkan tenyata melebihi waktu penanaman padi.
Perkerjaan di perkebunan atau di pabrik, ternyata lebih berat daripada di sawah
Kelebihan hasil yang seharusnya dikembalikan kepada petani, ternyata
tidak dikembalikan lagi.
Pelaksanaan sistem tanam paksa banyak menyimpang dari aturan pokoknya dan
cenderung untuk mengadakan eskploitasi agraris semaksimal mungkin. Oleh karena itu,
sistem tanam paksa menimbulkan akibat sebagai berikut.
2) Bagi Belanda.
Apabila sistem tanam paksa telah menimbulkan malapetaka bagi bangsa Indonesia,
sebaliknya bagi bangsa Belanda ialah sebagai berikut:
Awal mula dibentuknya usaha swasta itu untuk mengurangi penderitaan bagi para
rakyat pribumi. Namun dalam praktiknya tetap saja terjadi penyelewengan dan
ketidaksesuaian dengan tujuan awalnya. Sehingga bagi rakyat Bumiputera pelaksanaan
usha swasta ini tetap membawa penderitaan. Pertanian mereka semakin merosot.
Pelaksanaan kerja paksa masih terus berlangsung seperti pembangunan jalan raya,
jembatan, jalan kereta api, saluran irigasi, benteng, dan sebagainya
Di samping adanya kerja paksa, rakyat harus membayar pajak, sementara hasil
panen mereka menurun. Hasil kerajinan mereka juga mengalami kemunduran karena
munculnya alat – alat yang modern.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Periode kemaharajaan kolonialisme dan imperialism dapat dipahami melalui dua fase
: fase keserakahan kongsi dagang dan fase dominasi pemerintahan colonial.
Pemerintahan Komisaris Jenderal yang mengawali dominasi pemerintahan colonial
Belanda mengambil kebijakan kebijakan jalan tengah.
Pelaksanaan tanam paksa di bawah VVan den Bosch telah membawa penderitaan
rakyat Indonesia yang berkepanjangan.
System usaha swasta Belanda telah berhasil mengeruk keuntungan dari bumi
Indonesia, sementara rakyatnya masih menderita.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber
http://erakas.blogspot.com/2011/01/sistem-tanam-paksa-18301870.html
http://guru-sejarah-paroki-pati.blogspot.com/2013/03/latar-belakang-kedatangan-bangsa-
barat.html
http://hnr09.blogspot.com/2013/02/kapitalisme-dan-imperialisme.html
http://indahsekart20.blogspot.com/2012/10/undang-undang-agraria-tahun-1870.html
http://lilyistigfaiyah.blogspot.com/2012/12/latar-belakang-pelaksanaan-sistem-tanam.html
http://okayana.blogspot.com/2010/02/imprealisme-moderen.html#sthash.Wwx4rL5S.dpuf
http://pendidikan4sejarah.blogspot.com/2012/09/sistem-tanam-paksa-dan-dampaknya.html
http://pentagone911.blogspot.com/2013/05/imperialisme-modern-dan-mundurnya.html
http://wardku.blogspot.com/2013/03/pelaksanaan-tanam-paksa.html\