Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

DOMINASI PEMERINTAHAN KOLONIAL BELANDA

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1
Nama : 1. Yaato Zendrato
2. Andi Saputra Gulo
3. Triwis Sanibenia Harefa
Kelas : XI MIPA 3
Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia
Guru Pengasuh : Saneheama Telaumbanua, S.Pd

SMA NEGERI 1 LOTU


Tahun Pelajaran 2023/2024

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu.
Penyusunan makalah ini tidak dapat selesai dengan baik tanpa bantuan dari banyak
pihak.

Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Saneheama


Telaumbanua,S.Pd atas tugas yang diberikannya. Dengan tugas ini, ada banyak hal
yang dapat kami pelajari tentang bagiamana kekejaman pemerintahan belanda
sehingga membuat penderitaan bagi rakyat Indonesia.

Makalah dengan judul “Dominasi Pemerintahan Kolonial Belanda” disusun


untuk memenuhi tugas mata pelajaran Sejarah Indonesia. Selain itu, makalah ini
bertujuan untuk menambah wawasan bagi penulis dan juga bagi para pembaca.
Melalui makalah ini, diharapkan pembaca juga bisa mendapatkan ilmu dan perspektif
baru.

Setelah berhsil menyelesaikan makalah ini, kami berharap dapat memberikan


manfaat bagi orang lain. Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran untuk membangun akan kita
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Penulis

Kata Pengantar
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………………………….
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………………
C. Tujuan …………………………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN
A. Jalan Tengah Bersama Komisaris Jenderal……………………………
B. Sistem Tanam Paksa …………………………………………………………...
C. Sistem Usaha Swasta……………………………………………………………
PERTANYAAN
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………………………………………
B. Kritik …………………………………………………………………………………..
C. Saran ………………………………………………………………………………….

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tahun 1816 Raffles mengakhiri pemerintahannya di tanah Hindia
Belanda. Pemerintahan inggris sebenarnya telah menunjuk John Fendall
untuk menggantikan Raffles. Tetapi pada tahun 1814 sudah diadakan
kovensi London. Kovensi London ini terjadi karena selama perang
Napoleon di eropa, inggris diketahui telah merebut sejumlah wilayah di
tanah kolonial Belanda termasuk ditanah Hindia Belanda pada tahun
1811.
Setelah Inggris menang dalam peperangan melawan Napoleon
Bonaparte, dan Inggris pun segera melakukan negosiasi dengan Belanda
dengan suatu perjanjian. Perjanjian Inggris-Belanda 1814 atau Konvensi
London adalah sebuah kesepakatan antara Inggris dan Belanda yang
ditandatangani di London pada 13 Agustus 1814. Konvensi London tahun
1814 dibuat setelah kekalahan Perancis, yang berada di bawah
pemerintahan Napoleon Bonaparte, dalam melawan Inggris. Pada April
1814, Napoleon mengalami kekalahan dalam perang di Leipzig, yang
kemudian memengaruhi politik di tanah jajahan, termasuk Indonesia.
Saat itu, Belanda adalah negara bawahan Perancis. Konvensi London
menyatakan bahwa Inggris sepakat untuk mengembalikan Indonesia
kepada Belanda.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimasud dengan jalan tengah bersama komisaris
jenderal
2. Apakah yang dimaksud dengan sistem tanam paksa
3. Apakah yang dimaksud dengan usaha swasta

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang jalan tengah bersam komisaris jenderal
2. Untuk mengetahui tentang sistem tanam paksa
3. Untuk mengetahui tentang usaha swasta
BAB II
PEMBAHASAN
A. Jalan Tengah Bersama Komisaris Jenderal
Setelah kembali ke tangan Belanda, tanah hindia di perintahkan
oleh badan baru yang diberi nama komisaris jenderal. komisaris ini
dibentuk oleh pangeran Willem VI yang terdiri atas tiga orang. yakni:
Cornelis Theodorus Elout(ketua), Arnold Ardian Buyskes dan Alexander
Gerrard Baron der Capellen( anggota). Sebagai rambu rambu
pelaksanaan pemerintahan di negeri jajahan pangeran willem VI
mengeluarkan undang-undangpemerintahan untuk negeri jajahan
(Regerings Reglement) pada tahun 1815. Ketiga Komisaris jenderal
sampai di Batavia pada Tahun 27 april 1816. ketiga komisaris ini pun
sepakat untuk menerapkan jalan tengah yaitu eksploitasi kekayaan di
tanah jajahan langsung.Tetapi kebijakan jalan tengah ini tidak dapat
merubah keadaan. Akhirnya pada tanggal 22 Desember 1818 Pemerintah
memberlakukan UU yang menegaskan bahwa penguasa tertinggi di
tanah jajahan adalah gubernur jenderal.

Van der Capellen kemudian ditunjuk sebagai Gubernur Jenderal.


Ia ingin melanjutkan strategi jalan tengah.Van der Capellen
mengeluarkan kebijakan yang berkembang ke arah sewa tanah dengan
penghapus peran penguasa tradisional bupati dan para penguasa
setempat. Kemudian Van der Capellen juga menarik pajak tetap yang
sangat memberatkan rakyat. Timbul banyak protes dan mendorong
terjadinya perlawananKemudian ia dipanggil pulang dan digantikan oleh
Du Bus Gisignies. Du Bus Gisignies berkeinginan membangun modal dan
meningkatkan ekspor. Tetapi program ini tidak berhasil karena rakyat
tetap miskin sehingga tidak mampu menyediakan barangbarang yang
diekspor. Yang terjadi justru impor lebih besar dibanding ekspor.Tentu ini
sangat merugikan bagi pemerintah Belanda. Kondisi tanah jajahan dalam
kondisi krisis, kas negara di negeri induk pun kosong. Hal ini disebabkan
dana banyak tersedot untuk pembiayaan perang di tanah jajahan.
Kesulitan ekonomi Belanda ini semakin diperberat dengan adanya
pemisahan antara Belanda dan Belgia pada tahun 1830. Dengan
pemisahan ini Belanda banyak kehilangan lahan industri sehingga
pemasukan negara juga semakin berkurang.

B. Sistem Tanam Paksa


Tanam paksa adalah adalah suatu kebijakan yang mewajibkan
setiap desa dan petani agar menyisihkan tanahnya sebanyak 20% untuk
ditanami tanaman wajib yang laku di pasar ekspor internasional. Pada
tahun 1830 pemerintah kolonial Belanda sudah mengalami hampir
kebangkrutan setelah pemerintahn Belanda terlibat dalam peperangan
yang terjadi di Diponegoro pada tahun 1925 sampai tahun 1930. Saat itu
jendral Judo yang diangkat sebagai Gubernur mendapatkan perintah agar
segara dapat menjalankan sistem tanam paksa untuk dapat menutupi
kekurangan anggaran yang terjadi pada masa pemerintahan Belanda. Pada
mulanya, sistem tanam paksa dapat diterapkan oleh pemerintah kolonial
Hindia Belanda yang beranggapan bahwa desa yang ada di wilayah pulau
Jawa tersebut mempunyai sebuah hutang sewa tanah kepada pemerintah
kolonial Belanda sehingga penduduk desa diwajibkan untuk dapat
membayarkan biaya sewa 40% dari hasil panen yang ada pada desa
tersebut.

1. Pelasanaan Sistem Tanam Paksa

Sistem tanam paksa ini terbilang sangat menekan dan tentunya


sangat memberatkan rakyat. Kehadiran tanam paksa dalam hal upah
yang diberikan kepada penguasa pribumi atas dasar besar kecilnya
setoran ternyata menjadi beban bagi rakyat. Para penguasa pribumi
mencoba untuk meningkatkan upah yang diterima sehingga
menyebabkan penggelapan penyimpangan diantaranya, yaitu:
a. Pekerjaan yang harus dibayar oleh pemeriintah tidak dibayar.
b. Mengalami kesulitan dalam melakukan pekerjaan di kebun
maupun pabrik daripada pekerjaan di sawah.
c. Kegagalan panen menjadi tanggung jawab petani.
d. Apabila hasil mengalami kelebihan harus dikembalikan kepada
petani, tapi nyatanya tidak dikembalikan.
e. Lahan tanah yang telah disediakan melebihi 1/5, yaitu 1/3 dan
1/2, ada secara keseluruhan, karena seluruh desa dianggap subur
untuk tanaman wajib.

2. Tujuan Tanam Paksa

 Membangun kembali infrastruktur yang sudah hancur akibat


mengalami peperangan.
 Untuk dapat membayar hutang-hutang akibat pristiwa
pemberontakan para pejuang kemerdekaan Indonesia.
 Mengisi kas negara Belanda yang kosong.
 Mengadakan penggalangan dana untuk dapat memperkuat tentara
dan pemerintahan kolonial di Hindia Belanda dan Karibia.

3. Dampak Tanam Paksa

a. Dampak Tanam Paksa Bagi Indonesia

 Timbulnya bahaya kemiskinan yang makin berat.


 Rakyat Indonesia jadi lebih mengetahui teknik menaman tanaman
ekspor.
 Sawah ladang akan mengalami kerusakan akibat dilakukannya
kerja rodi yang yang berkepanjangan tanpa adanya waktu
istirahat.
 Rakyat Indonesia mengenal tanaman dengan kualitas ekspor.
 Beban rakyat akan menjadi lebih berat akibat menyerahkan
sebagian tanah maupun hasil panennya kepada pemerintah
Hindia.
 Munculnya suatu wabah penyakit dan menyebabkan banyak
orang mengalami kelaparan.

b. Dampak Tanam Paksa Bagi Belanda


 Perdagangan lebih berkembang.
 utang belanda dapat di lunasi.
 Kas belanda yang awalnya kosong menjadi terisi.
 Kota Amsterdam menjadi perdagangan pusat dunia.
 Meningkatnya pendapatan dibandingkan pembelanjaan
(surplus)

4. Aturan Tanam Paksa


 Petani Hindia yang tidak mempunyai lahan tanah akan
diwajibkan menggantinya dengan cara bekerja di perkebunan
Hindia dengan waktu 66 hari.
 Apabila mengalami kerugian akibat bencana alam akan
ditanggung oleh pemerintahan Hindia Belanda.
 Lahan tanah yang dapat digunakan untuk menanam tanaman
laku ekspor akan dibebaskan dari pajak karena sudah dihitung
sebagai pengganti pembayaran pajak.
 Pelaksanaan Sistem Kultivasi diserahkan dan diawasi oleh
kepala desa, sementara pemerintah Hindia Belanda hanya akan
mengawasi bagian kontrol panen dan transportasi, agar semua
proses berjalan sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan
pemerintah Hindia Belanda.
 Para petani di Hindia Belanda yang mempunyai tanah, harus
dapat menyediakan 20% dari tanah mereka untuk dapat
ditanami tanaman laku ekspor. Contohnya yaitu teh, kopi, tebu,
dan tarum (nila).
 Hasil yang sudah dipanen akan dibayarkan sesuai dengan harga
yang sudah ditentukan pemerintahan.
 Pekerjaan membutuhkan waktu yang hanya berlangsung
kurang lebih tiga bulan sejak awal dilakukannya pengerjaan
tersebut.

C. Sistem Usaha Swasta

Setelah sistem tanam paksa dihapuskan, pemerintah Belanda


mengeluarkan kebijakan baru sebagai penggantinya, yaitu sistem usaha
swasta. Pelaksanaan sistem usaha swasta di Indonesia sendiri dilakukan
berdasarkan beberapa peraturan perundangan-undangan, seperti UU
Agraria 1870 dan UU Gula. Sayangnya, meskipun sistem tanam paksa
diganti dengan sistem usaha swasta, pada akhirnya rakyat pribumi juga
masih merasakan penderitaan yang sama. Awal mula Pada 1830,
Gubernur Jenderal Hindia Belanda Johannes van den Bosch menetapkan
kebijakan sistem tanam paksa atau cultuurstelsel. Sistem ini bertujuan
untuk memperbaiki kondisi ekonomi Belanda yang saat itu sedang
mengalami kekosongan kas negara. Alhasil, melalui sistem tanam paksa,
rakyat pribumi diharuskan untuk memberi seperlima tanah mereka
kepada pihak Belanda. Kemudian, hasil panen juga akan diserahkan
langsung kepada pemerintah Belanda. Rakyat pribumi juga dipaksa untuk
bekerja sebagai buruh perkebunan, bahkan melebihi batas waktu kerja
yang seharusnya. Penetapan kebijakan sistem tanam paksa ini tentunya
melahirkan berbagai bentuk pro dan kontra. Kebijakan ini memang
memberikan keuntungan bagi Belanda, tetapi di sisi lain menyengsarakan
rakyat pribumi. Beberapa tokoh Belanda pun juga ikut menentang
kebijakan ini, seperti Baron van Hoevell dan Vitalis. Kedua tokoh ini
kemudian menganjurkan pembukaan usaha swasta Belanda di Indonesia.
Mereka yakin bahwa dengan adanya sistem usaha swasta ini bisa
meningkatkan kemakmuran rakyat Indonesia. Terlebih lagi setelah kaum
Liberal juga memperjuangkan penghapusan sistem tanam paksa dengan
memberlakukan UU Agraria 1870.

a. Aturan Sistem Usaha Swasata


Aturan Sistem usaha swasta memanfaatkan pengusaha dari luar
Nusantara. Dengan adanya sistem ini, maka pihak swaswa memiliki
peluang lebih besar untuk bisa mengembangkan perekonomiannya.
Beberapa aturan yang dibuat dalam sistem usaha swasta adalah:
 Tanah di Indonesia dikelompokkan menjadi dua, yaitu tanah
milik rakyat (sawah, kebun, dan ladang) dan tanah milik
pemerintah (pegunungan dan hutan)
 Surat bukti kepemilikan tanah dikeluarkan oleh pemerintah
 Pihak swasta diperbolehkan menyewa tanah rakyat pribumi
selama lima tahun atau 30 tahun dan tanah milik pemerintah
selama 75 tahun, dan penyewaan ini harus didaftarkan kepada
pemerintah
 Tanah millik rakyat tidak boleh dijual ke orang lain
 Pengusaha swasta dilarang menyewa tanah yang digunakan
untuk menanam padi atau sebagai pemenuhan kebutuhan
sehari-hari.

b. Dampak Sistem Usaha Swasta


Dampak dari adanya sistem usaha swasta ini adalah meningkatnya
tanaman ekspor ke luar negeri, seperti gula, kopi, teh, dan kina. Lewat
sistem usaha swasta, baik pengusaha swasta maupun Belanda sendiri
juga memperoleh keuntungan yang melimpah, diperkirakan mencapai
151 juta gulden pada 1877. Akan tetapi, kebijakan ini juga masih sama
saja seperti tanam paksa, karena pada akhirnya rakyat Indonesia tetap
terpuruk dan tersiksa.
Para buruh perkebunan kerap diberi sanksi hukuman apabila
pekerjaan mereka tidak sesuai dan juga sering diperlakukan semena-
mena oleh pihak Belanda. Lebih lanjut, banyak pengusaha swasta juga
yang melanggar UU Agraria 1870, salah satunya adalah pengusaha
swasta yang tidak hanya menyewa lahan kosong, melainkan juga
tanah persawahan. Padahal di dalam aturan sudah disebutkan bahwa
pengusaha swasta dilarang menyewa lahan yang sudah dipakai untuk
menanam padi.

PERTANYAAN
1. Pertanyaan : Apakah isi UU agrarian tersebut ?
Jawab :
 Tanah di Hindia Belanda dibagi menjadi dua, yaitu tanah milik
pribumi yang berupa persawahan, kebun, dan ladang, serta tanah
pemerintah (tanah-tanah hutan yang tidak termasuk tanah
pribumi).
 Pemerintah mengeluarkan surat bukti kepemilikan tanah.
 Pihak swasta dapat menyewa tanah, baik tanah pemerintah
maupun tanah penduduk pribumi.
 Tanah pemerintah dapat disewa selama 75 tahun, sedangkan
tanah pribumi dapat disewa hingga 30 tahun.
 Proses sewa tanah harus dilaporkan kepada pemerintah

2. Pertayaan : Jelaskan mengapa belanda mengeluarkan surat kepemilikan


tanah?
Jawab : Belanda mengeluarkan surat bukti kepemilikan tanah sebagai
cara untuk menegaskan hak kepemilikan atas tanah tesebut. Surat
tersebut merupakan bukti resmi yang dikeluarkan oleh pemerintahan
Belanda untuk menunjukan bahwa seseorang atau entitas memiliki hak
legal atas tanah tersebu. Hal ini penting untuk keperluan hukum,
transaksi property, dan perlindungan hak kepemilikan.

3. Pertanyaan : Apakah ada kerja sama antara kepala desa dengan


kepengawasan belanda pada sistem tanam paksa ?
Jawab : Ya. Pada masa kolonial Belanda di Indonesia, kepala desa sering
kali kerja sama dengan pemerintahan kolonial belanda dalam
menerapkan sistem tanam paksa. Kepala desa sering kali dijadikan
sebagai perpanjangan tangan pemerintahan kolonial Belanda dalam
mengawasi dan memastikan kedisiplinan petani dalam mematuhi
kebijakan tanam paksa. Meskipun tidak semua kepala desa melakukan
kerja sama dengan belanda, banyak diantara mereka yang terlibat
dalam sistem tersebut karena tekanan atau insentif yang diberikan oleh
pihak kolonial.

4. Pertanyaan : Siapakah yang mengahapus sistem tanam paksa sehingga


menerbitkan usaha swasta ?
Jawab : Sistem tanam paksa di Indonesia dihapuskan oleh pemerintah
kolonial belanda setelah tekanan dari beberapa pihak, termasuk dari
kalangan liberal Belanda serta adanya perlawanan dan protes dari
masyarakat pribumi Indonesia. Usaha swasta kemudian diperkenalkan
sebagai alternative untuk menggantikan sistem tanam paksa, dimana
pemerintahan kolonial memberikan izin kepada perusahaan swasta
Eropa untuk mengelola tanah-tanah pertanian dan perkebunan. Hal ini
terjadi sekitar akhir abad ke-19 dan awal abad ke -20.

5. Pertanyaan : Mengapa Vand Bosch harus menggunakan organisasi


desa sebagai pelaksanaan sistem tanam paksa dan apa saja faktor yang
mempergerakkan organisasi tersebut ?
Jawab : Karena tersebut merupakan struktur administratif yang ada di
tingkat lokal dan memiliki kekuatan serta pengaruh yang besar dalam
masyarakat desa. Beberapa faktor yang mendorong organisasi desa
dalam sistem tanam paksa adalah :
 Kekuasaan dan otoritas
 Ketergantungan ekonomi
 Kontrol dan pengawasan
 lmbalan atau lnsentif

6. Pertanyaan : Apakah keunggulan sistem usaha swasta ?


Jawab : Beberapa keunggulan sistem usaha swasta adalah :
 Inovasi dan Efisiensi
 Fleksibilitas
 Penciptaan Lapangan Kerja
 Pajak dan Pendapatan
 Kebebasan Berusaha
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bahwa penjajahan yang dilakukan oleh Belanda memberikan dampak
sangat buruk bagi rakyat pribumi pada masa itu, para pribumi dipaksa
untuk memberikan pajak yang tinggi serta tanam paksa yang tak henti dan
penderitaan yang dirasakan para pribumi dimanfaatkan oleh Belanda
untukmemakmurkan wilayahnya sendiri.

B.Kritik

Dalam membuat makalah ini, ada banyak kesalahan didalamnya. Baik


itu dalam segi pengetikan materi terlebih-lebih penataan huruf penulisan
yang kurang tepat. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritikan dari
pembaca agar kedepannya dapat membuat makalah ini lebih baik lagi.

C. Saran

Dalam penulisan makalah ini, sebaiknya dilakukan dengan baik. Baik


itu penulisan terlebih-lebih penataan huruf setiap pragraf sejajar dan
penggunaan huruf yang benar dan tepat, supaya hasil yang didapat tepat
dan memuaskan.

Anda mungkin juga menyukai