Anda di halaman 1dari 11

SEJARAH INDONESIA

PENJAJAHAN PEMERINTAHAN BELANDA


DAN KOLONIALISME INGGRIS DI
INDONESIA

OLEH :
1.Ni Komang Ayu Nadi Puspita (20)
2.Komang Kania Mena Yulianitya (14)
3.Ni Made Feby Widiastika (24)
4. Kadek Intan (12)
5. I Gede Agus Juliartawan (02)
6. I Kadek Bandi Kawista (05)

TAHUN AJARAN 2022/2023


SMA NEGERI 1 DAWAN
KATA PENGANTAR

Puja syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa.Atas rahmat dan hidayah-Nya,kami
dapat menyelesaikan tugas makalah Sejarah Indonesia yang berjudul “Penjajahan
Pemerintahan Belanda Dan Kolonialisme Inggris Di Indonesia” dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran Sejarah Indonesia.Selain
itu,makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang Penjajahan Pemerintahan
Belanda Dan Kolonialisme Inggris Di Indonesia.
Kami mengucapkan terimakasih kepada ibu setiyasih,S,PD selaku guru mata
pelajaran Sejarah Indonesia.Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua
pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna.oleh karena itu,saran
dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Kata Pengantar........................................................................................2
Daftar Isi..................................................................................................3

Bab I Pendahuluan.................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................4
C. Tujuan.........................................................................................4

Bab II Pembahasan................................................................................5
A. Masa Pemerintahan Republik Bataaf......................................5
1. Pemerintahan Herman Willem Daendels (1808–1811)........6
2. Pemerintahan Jan Willem Jansses (1811).............................7
B. Kolonialisme Inggris Di Indonesia...........................................8
1. Awal Mula Inggris Di Indonesia............................................8
2. Kebijakan Dalam Bidang Pemerintahan..............................8
3. Kebijakan dalam Bidang Sosial-Ekonomi............................8
4. Bidang Ilmu Pengetahuan......................................................8
5. Bidang Hukum........................................................................8

Bab III Penutup.....................................................................................9


A. Kesimpulan.............................................................................9

Daftar Pustaka.......................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Latar belakang kedatangan Belanda ke Indonesia adalah akibat meletusnya perang delapan
puluh tahun antara Belanda dan Spanyol (1568-1648). Pada awalnya, perang antara Belanda
dan Spanyol bersifat agama, karena Belanda mayoritas beragama kristen protestan sedangkan
orang Spanyol beragama kristen katolik. Perang tersebut kemudian menjadi perang ekonomi dan
politik. Raja Philip II dari Spanyol memerintahkan kota Lisabon tertutup bagi kapal Belanda
pada tahun 1585 selain karena faktor tesebut, juga karena adanya petunjuk jalan ke Indonesia dari
Jan Huygen Van Lischoten, mantan pelaut Belanda yang bekerja pada Portugis dan pernah sampai
di Indonesia. Tujuan kedatangan Belanda ke Indonesia adalah untuk berdagang rempah-
rempah. Setelah berhasil menemukan daerah penghasil rempah-rempah dan keuntungan
yang besar, Belanda berusaha untuk mengadakan monopoli perdagangan rempah-rempah
dan menjajah. Untuk melancarkan usahanya, Belanda menempuh beberapa cara seperti
pembentukan VOC dan pembentukan pemerintahan kolonial Hindia-Belanda.
Pada awal abad XIX Jawa setelah pemerintahan Inggris berakhir, yaitu pada tahun 1816,
Indonesia kembali dikuasai oleh Pemerintahan Kolonial Belanda. Pada masa kedua penjajahan
ini, yang sangat terkenal adalah sistem tanam paksa yang diterapkan oleh Van den Bosch.
Pelaksanaannya pun dimulai pada tahun 1830. Terdapat ketentuan-ketentuan dalam pelaksanaan
sistem tanam paksa
tersebut. Namun pada akhirnya, dalam praktek sesungguhnya terdapat banyak penyimpangan-
penyimpangan.
Terdapat perbedaan antara penerapan sistem sewa tanah yang dilaksanakan oleh Raffles serta
sistem tanam paksa yang dilaksanakan oleh Van den Bosch. Keduanya membawa dampak
yang tidak sedikit bagi kehidupan bangsa Indonesia.
Dalam perkembangan sampai dengan paruh pertama abad ke-19, kebijakan selain bidang
perekonomian, dalam bidang pendidikan juga tidak diabaikan oleh pemerintah Hindia-Belanda,
tetapi itu hanya masih berupa rencana dari pada tindakan nyata. Dalam periode itu pemerintah
harus melakukan penghematan anggaran, biaya untuk menumpas Perang Dipenogoro (1825-
1830), dan untuk pelaksanaan Culturstelsel.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana masa pemerintahan Republik Bataaf
2.Bagaimana perkembangan kolonialisme Inggris di
Indonesia

C. Tujuan
1. Mengetahui pemerintahan Republik Bataaf
2. Mengerahui perkembangan kolonialisme Inggris di Indonesia

BAB II
PEMBAHASAN
A. Masa Pemerintahan Republik Bataaf
Pada tahun 1795 terjadi perubahan di Belanda. Muncullah kelompok yang menamakan
dirinya kaum patriot. Kaum ini terpengaruh oleh semboyan Revolusi Perancis: liberte
(kemerdekaan), egalite (persamaan), dan fraternite (persaudaraan).
Berdasarkan ide dan paham yang digelorakan dalam Revolusi Perancis itu maka kaum patriot
menghendaki perlunya negara kesatuan. Bertepatan dengan keinginan itu pada awal tahun 1795
pasukan Perancis menyerbu Belanda. Raja Willem V melarikan diri ke Inggris. Belanda
dikuasai Perancis. Dibentuklah pemerintahan baru sebagai bagian dari Perancis yang
dinamakan Republik Bataaf (1795-1806). Sebagai pemimpin Republik Bataaf adalah Louis
Napoleon saudara dari Napoleon Bonaparte.
Sementara itu dalam pengasingan, Raja Willem V oleh pemerintah Inggris ditempatkan di
Kota Kew. Raja Willem V kemudian mengeluarkan perintah yang terkenal dengan “Surat-surat
Kew”. Isi perintah itu adalah agar para penguasa di negeri jajahan Belanda menyerahkan
wilayahnya kepada Inggris bukan kepada Perancis. Dengan “ Surat-surat Kew” itu pihak Inggris
bertindak cepat dengan mengambil alih beberapa daerah di Hindia seperti Padang pada tahun 1795,
kemudian menguasai Ambon dan Banda tahun 1796. Inggris juga memperkuat armadanya
untuk melakukan blokade terhadap Batavia.
Sudah barang tentu pihak Perancis dan Republik Bataaf juga tidak ingin ketinggalan untuk
segera
mengambil alih seluruh daerah bekas kekuasaan VOC di Kepulauan Nusantara. Karena
Republik Bataaf ini merupakan vassal dari Perancis, maka kebijakan-kebijakan Republik
Bataaf untuk mengatur pemerintahan di Hindia masih juga terpengaruh oleh Perancis.
Kebijakan yang utama bagi Perancis waktu itu adalah memerangi Inggris. Oleh karena itu,
untuk mempertahankan Kepulauan Nusantara dari serangan Inggris diperlukan pemimpin yang
kuat. Ditunjuklah seorang muda dari kaum patriot untuk memimpin Hindia, yakni Herman
Williem Daendels. Ia dikenal sebagai tokoh muda yang revolusioner,yaitu Willem Daendels.

1).Pemerintahan Herman Willem Daendels (1808-1811)


Tugas Daendels sebagai gubernur jenderal di Indonesia adalah mempertahankan
Pulau Jawa dari serangan Inggris,mengatur pemerintahan di Indonesia,dan
membereskan keuangan.Berikut pembaruan -pembaruan yang dilakukan Daendels
selama menjabat di Indonesia.

a).Bidang Pertahanan Dan Keamanan


(1) Membangun jalan raya dari Anyer (Jawa Barat,sekarang Provinsi
Banten)sampai Panarukan (ujung timur Pulau Jawa) sepanjang kurang lebih
1.100 km.Jalan ter- sebut dinamakan Jalan De Grote Postweg yang sering
disebut dengan Jalan Dae- ndels.
(2) Mebangun benteng pertahanan seperti benteng Meester Cornelis.
(3) Mebangun pangkalan Angkatan Laut di Anyer dan Ujungkulon
(pembangunan ini dapat dikatakan tidak berhasil).
(4) Meningkatkan jumlah tentara,dengan mengambil orang-orang pribumi karena
pada waktu ke nusantara,Daendels tidak membawa pasukan.Peningkatan
terse- but dari 4.000 menjadi 18.000 orang.

b).Bidang Politik Dan Pemerintahan


(1) Kekuasaan raja-raja di nusantara dibatasi secara ketat.
(2) Daendels memerintah secara sentralistik yang kuat dengan membagi Pulau
Jawa menjadi 23 wilayah besar (hoofdafdeeling) yang kemudian dikenal dengan
kere- sidenan(residentie).Setiap keresidenan dapat dibagi menjadi beberapa
kabupaten (regentschap).
(3) Berdasarkan dekret tanggal 18 Agustus 1808,Daendels merombak provinsi
Jawa Pantai Timur Laut menjadi 5 prefektur (wilayah yang memiliki otoritas)
dan 38 kabupaten.
(4) Kedudukan bupati sebagai penguasa tradisional diubah menjadi pegawai
pemeri- ntah (kolonial) yang digaji.

C).Bidang Ekonomi Dan Keuangan


(1) Melakukan penjualan tanah-tanah kepada pihak swasta.
(2) Rakyat diharuskan melaksanakan penyerahan wajib hasil pertaniannya.
(3) Meningkatkan penanaman tanaman yang hasilnya laku di pasaran dunia.
(4) meningkatkan usaha Pemasukan uang dengan cara pemungutan pajak dan
penju- alan tanah kepada swasta.
(5) memaksakan berbagai perjanjian dengan penguasa Surakarta dan Yogyakarta.

D).Bidang Hukum Dan Peradilan


(1) Dalam bidang hukum,Daendels membentuk tiga jenis peradilan,yaitu
pengadilan untuk orang Eropa,pengadilan untuk orang pribumi,dan pengadilan
untuk orang Timur Asing.
(2) Melakukan pemberantasan korupsi tanpa pandang bulu termasuk terhadap bang-
sa Eropa.Akan tetapi,ternyata Daendels sendiri melakukan korupsi besar-
besaran dalam penjualan tanah kepada pihak swasta.

E).Bidang Sosial
(1) Rakyat dipaksa melakukan kerja rodi untuk membangun Jalan Anyer Panarukan.
(2) Perbudakan dibiarkan berkembang.
(3) Menghapus upacara penghormatan kepada residen,sunan,atau sultan.
(4) Membuat jaringan pos distrik menggunakan kuda pos.

Pemerintahan Daendels selama tiga tahun dianggap gagal melaksanakan misi


mempertahankan Pulau Jawa dari serangan Inggris dan program yang dijalankannya
dinilai merugikan negara karena korupsi semakin merajalela.Oleh karena itu,Daendels
dipanggil oleh pemerintah kolonial untuk kembali ke negaranya dan digantikan Jan
Willem Janssens.

2).Pemerintahan Jan Willem Janssens (1811)


Pada bulan Mei 1811, Daendels dipanggil pulang ke negerinya. Ia digantikan oleh Jan
Willem Janssen. Janssen dikenal seorang politikus berkebangsaan Belanda. Sebelumnya Janssen
menjabat sebagai Gubernur Jenderal di Tanjung Harapan (Afrika Selatan) tahun 1802-1806.
Pada tahun 1806 itu Janssen terusir dari Tanjung Harapan karena daerah itu jatuh ke tangan
Inggris. Pada tahun 1810 Janssen diperintahkan pergi ke Jawa dan akhirnya menggantikan
Daendels pada tahun 1811. Janssen mencoba memperbaiki keadaan yang telah ditinggalkan
Daendels.
Namun harus diingat bahwa beberapa daerah di Hindia sudah jatuh ke tangan Inggris.
Sementara itu penguasa Inggris di India, Lord Minto telah memerintahkan Thomas Stamford
Raffles yang berkedudukan di Pulau Penang untuk segera menguasai Jawa. Raffles segera
mempersiapkan armadanya untuk menyeberangi Laut Jawa. Pengalaman pahit Janssen saat
terusir dari Tanjung Harapan pun terulang.
Pada Tanggal 4 Agustus 1811 sebanyak 60 kapal Inggris di bawah komando Raffles telah muncul
di perairan sekitar Batavia. Beberapa minggu berikutnya, tepatnya pada tanggal 26 Agustus
1811 Batavia jatuh ke tangan Inggris.
Janssen berusaha menyingkir ke Semarang bergabung dengan Legiun Mangkunegara dan
prajurit-prajurit dari Yogyakarta serta Surakarta. Namun pasukan Inggris lebih kuat sehingga
berhasil memukul mundur Janssen beserta pasukannya. Janssen kemudian mundur ke Salatiga
dan akhirnya menyerah di Tuntang. Penyerahan Janssen secara resmi ke pihak Inggris ditandai
dengan adanya Kapitulasi Tuntang pada tanggal 18 September 1811.

B. Kolonialisme Inggris Di Indonesia (1811–1816)


1. Awal Mula Inggris Di Indonesia
Sejak penandatanganan Kapitulasi Tuntang,wilayah Indonesia menjadi jajahan East
India Company (EIC),badan perdagangan Inggris yang berpusat di kalkuta (India)
dipimpin oleh Gubernur Jenderal Lord Minto.Untuk wilayah Indonesia,Lord Minto
mengangkat Thomas Stamford Raffles sebagai pemegang pemerintahan.
Tanggal 18 September 1811 adalah tanggal dimulainya kekuasaan Inggris di Hindia.
Gubernur Jenderal Lord Minto secara resmi mengangkat Raffles sebagai penguasanya. Pusat
pemerintahan Inggris berkedudukan di Batavia. Sebagai penguasa di Hindia, Raffles mulai
melakukan langkah-langkah untuk memperkuat kedudukan Inggris di tanah jajahan. Dalam
rangka menjalankan pemerintahannya, Raffles berpegang pada tiga prinsip.
Pertama, segala bentuk kerja rodi dan penyerahan wajib dihapus, diganti penanaman bebas
oleh rakyat. Kedua, peranan para bupati sebagai pemungut pajak dihapuskan dan para bupati
dimasukkan sebagai bagian pemerintah kolonial. Ketiga, atas dasar pandangan bahwa tanah itu
milik pemerintah, maka rakyat penggarap dianggap sebagai penyewa. Berangkat dari tiga
prinsip itu Raffles melakukan beberapa langkah, baik yang menyangkut bidang politik
pemerintahan.

2. Kebijakan Dalam Bidang Pemerintahan


Secara geopolitik, Jawa dibagi menjadi 16 karesidenan.
selanjutnya untuk memperkuat kedudukan dan mempertahankan keberlangsungan kekuasaan
Inggris, Raffles mengambil strategi membina hubungan baik dengan para pangeran dan
penguasa yang sekiranya membenci Belanda
Mengubah sistem pemerintahan yang semula dilakukan oleh penguasa pribumi menjadi
sistem pemerintahan kolonial yang bercorak barat
Bupati-bupati atau penguasa-penguasa pribumi dilepaskan kedudukannya sebagai kepala pribumi.
Mereka dijadikan pegawai pemerintah kolonial yang langsung di bawah kekuasaan pemerintah
pusat.

3. Kebijakan Dalam Bidang Sosial-Ekonomi


• Pelaksanaan sistem sewa tanah atau pajak tanah (land rent) yang kemudian meletakkan dasar
bagi perkembangan sistem perekonomian uang.
• Penghapusan pajak dan penyerahan wajib hasil bumi
• Penghapusan kerja rodi dan perbudakan
Misalnya : Raffles dalam praktiknya melanggar undang-undangnya sendiri dengan
melakukan kegiatan sejenis perbudakan. Hal itu terbukti dengan pengiriman kuli-kuli dari
Jawa ke Banjarmasin untuk membantu perusahaan temannya, Alexander Hare, yang sedang
mengalami kekurangan tenaga kerja). Penghapusan sistem monopoli. Pemungutan pajak pada
mulanya secara perorangan. Namun, karena petugas tidak cukup akhirnya dipungut per desa.
Pajak dibayarkan kepada kolektor yang dibantu kepala desa tanpa melalui bupati. Peniadaan
pynbank (disakiti), yaitu hukuman yang sangat kejam dengan melawan harimau.

4. Bidang Ilmu Pengetahuan


• Ditulisnya buku berjudul History of Java. Dalam menulis buku tersebut, Raffles dibantu oleh
juru bahasanya Raden Ario Notodiningrat dan Bupati Sumenep, Notokusumo II.
• Memberikan bantuan kepada John Crawfurd (Residen Yogyakarta) untuk mengadakan
penelitian yang menghasilkan buku berjudul History of the East Indian Archipelago, tahun 1820.
• Raffles juga aktif dalam mendukung Bataviaach Genootschap, sebuah perkumpulan
kebudayaan dan ilmu pengerahuan.
• Ditemukannya bunga bangkai yang akhirnya diberi nama Rafflesia Arnoldi.
• Dirintisnya Kebun Raya Bogor.

5. Bidang Hukum
·Sistem peradilan yang diterapkan Raffles lebih baik daripada yang dilaksanakan oleh Daendels.
·Apabila Daendels berorientasi pada warna kulit (ras)
·Raffles lebih berorientasi pada besar-kecilnya kesalahan
· Menurut Raffles, pengadilan merupakan benteng untuk memperoleh keadilan. Oleh karena itu,
harus ada benteng yang sama bagi setiap warga negara.
· Raffles memang orang yang berpandangan maju. Ia ingin memperbaiki tanah jajahan, termasuk
ingin meningkatkan kemakmuran rakyat.
·Raffles juga sulit melepaskan kultur sebagai penjajah. Kerja rodi, perbudakan dan juga
monopoli masih juga dilaksanakan. Misalnya kerja rodi untuk pembuatan dan perbaikan jalan
ataupun jembatan, dan melakukan monopoli garam.

Pemerintahan Raffles di Indonesia berakhir ditandai dengan adanya Convention Of London


(konveksi London) pada tahun 1814 yang ditandatangani oleh wakil-wakil Belanda dan
Inggris.Adapun isi Convention Of London antara lain sebagai berikut.
1) Indonesia dikembalikan kepada Belanda
2) Jajahan Belanda seperti Sailan,Kaap Koloni,dan Guyana tetap di tangan Inggris.
3) Cochin (di Pantai Melabar) diambil alih oleh inggris,sedangkan Bangka diserahkan kepada
Bela- nda sebagai gantinya.
Pada tahun 1816 Raffles mengakhiri pemerintahannya di Hindia,kemudian Raffles digantikan
oleh John Fendall.Selanjutnya,Raffles diangkat menjadi Gubernur di Bengkulu meliputi
wilayah Bangka dan Belitung.Pemerintahan Raffles berada di antara dua masa penjajahan
Belanda,maka pemerintahan Inggris tersebut dinamakan sebagai masa interregnum (masa
sisipan).
BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Belanda datang pertama kali ke Indonesia pada tahun 1596-1811, dan yang kedua kalinya
pada tahun 1814-1904. Tujuan kedatangan Belanda ke Indonesia adalah untuk memonopoli
perdagangan rempah-rempah di Indonesia. Dan untuk melancarkan usahanya, Belanda menempuh
beberapa cara yaitu membentuk VOC pada tahun 1902 dan membentuk pemerintahan kolonial
Hindia-Belanda. Setelah masa penjajahan itu usai, Belanda meninggalkan kebudayaan dan
kebijakan-kebijakan yang sebagian masih dipakai oleh Indonesia.
Indonesia pada masa pemerintahan Hindia-Belanda abad XIX sudah mengalami berbagai
pergantian Gubernur Jendral tetapi yang paling menyengsarakan rakyat yaitu pada masa
Gubjen, Rafles, Daendels, Van den Bosch, dan van Hogendrop. Yang menerapkan system
tanam paksa, penyerahan wajib hasil pertanian, penyewaan tanah kepada rakyat, penyewaan
desa pada pihak swasta dan pembuatan jalan dari Anyer sampai Panarukan.
DAFTAR PUSTAKA

http://herlinaherli.blogspot.com/2013/12/awal-kedatangan-belanda-di-indonesia.html
http://akbar-el-hamed.blogspot.com/2012/05/sejarah-kedatangan-voc-ke-indonesia.html
http://sejarahnasionaldandunia.blogspot.com/2014/05/terbentuknya-voc-dan-perkembangan-di.html
http://any22akhmad.blogspot.com/2013/03/terbentuknya-pemerintahan-kolonial.html

Anda mungkin juga menyukai