Di Susun Oleh
KELOMPOK 3
KHOERUL
M. BAGUS
IPUTUK
RIKY
KELAS : X TSM 2
1
KATA PENGATAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Mengevaluasi Penjajahan
India Dan Belanda.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah Mengevaluasi Penjajahan India Dan Belanda ini
dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
a. Kesimpulan........................................................................................................................ 10
b. Saran ................................................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada tahun 1795, terjadi perubahan di Belanda. Muncullah kelompok yang menamakan
dirinya Partai Patriot. Partai ini terpengaruh oleh semboyan revolusi Perancis : Liberte
(kemerdekaan), Egalite (persamaan), dan Fraternite (persaudaraan). Partai Patriot Belanda
yang anti raja, atas bantuan Perancis, berhasil merebut kekuasaan. Sehingga di Belanda
terbentuklah pemerintahan baru yang disebut Republik Bataaf (Bataafsche Republiek).
Republik ini menjadi boneka Perancis yang sedang dipimpin oleh Napoleon Bonaparte.
Sedangkan raja Belanda, Willem V, melarikan diri dan membentuk pemerintah peralihan di
Inggris. Pada waktu itu antara Inggris dan Perancis sedang bermusuhan dengan hebatnya.
Setelah VOC dibubarkan oleh pemerintahan tersebut pada tahun 1800, maka tanah jajahan
yang dulu dikuasai VOC kemudian ditangani oleh suatu badan yang disebut “Aziatische
Raad”. Kekuasaan pemerintahan Belanda di Indonesia dipegang oleh Gubernur Jendral
Johannes Siberg (1801-1804) yang menggantikan Gubernur Jendral Overstraaten sebagai
Gubernur Jendral VOC yang terakhir.
Sementara itu dalam pengasingan, Raja Willem V oleh pemerintahan inggris ditempatkan di
Kota Kew. Raja Willem V kemudian mengeluarkan perintah yang terkenal dengan “ Surat –
Surat Kew”.
Isi perintah itu adalah agar para penguasa di negeri jajahan Belanda menyerahkan
wilayahnya kepada inggris bukan kepada Perancis. Dengan “Surat – Surat Kew” itu pihak
inggris bertindak cepat dengan mengambil alih beberapa daerah Hindia seperti Padang pada
tahun 1795, kemudian menguasai Ambon dan Banda pada tahun 1796. Inggris juga
memperkuat armadanya untuk melakukan blokade terhadap Batavia.
4
B. Rumusan Masalah
- Mengetahui system pemerintahan hewman w. daendels
- Mengetahui system pemerintahan Janssen
- Mengetahu system pemerintahan Thomas Stamford Raffles
- Mengetahui Penerapan Sistem tanam Paksa
C. Tujuan
Menenuhi tugas mata pelajaran sejarah Indonesia
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
· Pajak In Natura (Contingenten) dan sistem penyerahan wajb (Verplichte
Leverantie) yang diterapkan pada zaman VOC tetap dilanjutkan, bahkan diperberat.
· Mengadakan Preanger Stelsel, yaitu kewajiban bagi rakyat Priangan dan sekitarnya
untuk menanam tanaman ekspor (kopi).
e. Bidang Sosial
· Rakyat dipaksa untuk melakukan kerja rodi untuk membangun jalan Anyer –
Panarukan.
· Menghapus upacara penghormatan kepada residen, sunan atau sultan.
Louis Bonaparte sebagai raja Belanda, akhirnya menarik kembali Daendels dengan
pertimbangan Daendels sudah berbuat optimal di Indonesia. Apabila diteruskan lebih lama
lagi, maka dikhawatirkan akan memperburuk citra Belanda di Indonesia. Penarikan
Daendels ke Belanda disertai dengan pengangkatannya sebagai seorang Panglima Perang
yang kemudian dikerahkan ke medan Rusia.
8
2 MASA PEMERINTAHAN HINDIA BELANDA (Nederlandsch Indie) (1816 –
1942)
· Pemerintahan Komisaris Jendral
Setelah berakhirnya kekuasaan Inggris, yang berkuasa di Indonesia adalah Pemerintahan
Hindia Belanda. Pada mulanya pemerintahan ini merupakan pemerintahan kolektif yang
terdiri dari tiga orang, yaitu : Flout, Buyskess dan Van Der Capellen. Mereka berpangkat
komisaris Jendral. Masa peralihan ini hanya berlangsung dari tahun 1816 – 1819. Pada
tahun 1819, kepala pemerintahan mulai dipegang oleh seorang Gubernur Jendral Van Der
Capellen (1816-1824).
Pada kurun waktu 1816-1830, pertentangan antara kaum liberal dan kaum konservatif
terus berlangsung. Sementara itu kondisi di negeri Belanda dan di Indonesia semakin
memburuk. Oleh karena itulah usulan Van Den Bosch untuk melaksanakan Cultuur Stelsel
(tanam paksa) diterima dengan baik, karena dianggap dapat memberikan keuntungan yang
besar bagi negeri induk.
10
Pelaksanaan Tanam Paksa
Menurut Van De Bosch, Pelaksanaan sistem Tanah Paksa harus menggunakan organisasi
desa. Oleh karena itu, diperlukan faktor penggerak, yakni lembaga organisasi dan tradisi
desa yang dipimpin oleh kepala desa. Berkaitan dengan itu pengerhana tenaga kerja
melalui kegiatan seperti sambatan, gotong – royong maupun gugur gunung, merupakan
usaha yang tepat untuk dilaksanakan. Dalam hal ini peran kepala desa sangat sentral.
Kepala desa di samping sebagai penggerak para petani, juga sebagai penghubung dengan
atasan dan pejabat pemerintah. Oleh karena posisi yang begitu penting itu maka kepala
desa tetap berada dibawah pengaruh dan pengawasan para pamong praja.
Dampak positif :
1. Rakyat Indonesia mengenal teknik menanam jenis-jenis tanaman baru
2. Rakyat Indonesia mulai mengenal tanaman dagang yang berorientasi ekspor.
Karena reaksi-reaksi tersebut, secara berangsur-angsur pemerintah Belanda mulai
mengurangi pemerasan lewat Tanam Paksa dan menggantikannya dengan sistem politik
11
ekonomi liberal kolonial. Tonggak berakhirnya Tanam Paksa adalah dengan
dikeluarkannya Undang-Undang Pokok Agraria (Agrarische Wet), 1870.
12
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Belanda datang pertama kali ke Indonesia pada tahun 1596-1811,dan yang kedua kalinya
pada tahun 1814-1904. Tujuan kedatangan Belanda ke Indonesia adalah untuk memonopoli
perdagangan rempah-rempah di Indonesia. Dan untuk melancarkan usahanya, Belanda menempuh
beberapa cara yaitu membentuk VOC pada tahun 1902 dan membentuk pemerintahan kolonial
Hindia-Belanda. Setelah masa penjajahan itu usai, Belanda meninggalkan kebudayaan dan
kebijakan-kebijakan yang sebagian masih di pakai oleh Indonesia.
Indonesia pada masa pemerintahan Hindia-Belanda abad XIX sudah mengalami berbagai
pergantian Gubernur Jendral tetapi yang paling menyengsarakan rakyat yaitu pada masa Gubjen,
Rafles, Daendels, Van den Bosch, dan van Hogendrop. Yang menerapkan system tanam paksa,
penyerahan wajib hasil pertanian, penyewaan tanah kepada rakyat, penyewaan desa pada pihak
swasta dan pembuatan jalan dari Anyer sampai Panarukan.
2. Analisis
Indonesia pernah merasakan dijajah oleh negara lain, seperti Portugis dan Inggris. Akan tetapi
penjajahan itu tidak begitu lama. Baru setelah itu bangsa Indonesia mulai dijajah kembali oleh
bangsa barat yaitu Belanda yang kurang lebih selama 300 tahun lamanya. Pada awalnya Belanda
hanya ingin melakukan perdagangan rempah-rempah di Indonesia. Akan tetapi melihat kondisi
Indonesia yang begitu kaya akan rempah-rempah VOC berniat melakukan monopoli perdagangan.
VOC merupakan persatuan dari berbagai perseroan dan disahkan dengan suatu piagam yang
memberi hak khusus untuk berdagang, berlayar dan memegang kekuasaan. Jadi pada saat
pemerintahan Hindia-Belanda, masyarakat sangat tertindas karena adanya sistem tanam paksa dan
kerja rodi dan pemerintahan yang hanya mengntungka pemerintahan Belanda, tidak
memperhatikan rakyat.
13
DAFTAR PUSTAKA
Kantaprawira, Rusadi, 1999, Sistem Poloitik Indonesia: Suatu Model Pengantar, Bandung, Sinar
Baru Algensindo.
Budiardjo Miriam, 2010, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama.
Wardono, Agus, 2006, Sejarah, Klaten, Viva Pakarindo.
Diposting oleh Leny Widhy Widhyastuty di 06.02
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!
14