BAB I
PENDAHULUAN
Bangsa Indonesia yang kaya dengan keragaman yang dimiliki masyarakatnya menempatkan dirinya
sebagai masyarakat yang plural.
Masyarakat yang plural juga berpotensi dan sangat rentan kekerasan etnik, baik yang dikonstruksi
secara kultural maupun politik. Bila etnisitas,agama, atau elemen premordial lain muncul di
pentas politik sebagai prinsippaling dominan dalam pengaturan negara dan bangsa,
apalagi berkeinginan merubah sistem yang selama ini berlaku, bukan tidak mungkin ancaman
disintegrasi bangsa dalam arti yang sebenarnya akan terjadi di Indonesia
Makalan ini berjudul ‘Ancaman Distegrasi Bangsa’ yang akan menjelaskan secara
mendalam tentang apa itu ancaman distegrasi bangsa, ancaman distegrasi bangsa yang
pernah terjadi di Indonesia, dan segala hal yang berkaitan dengan hal tersebut.
Penulis masih jauh dari kata sempurna untuk makalah ini karena masih banyak
kekurangan dalam makalah ini yang ditulis berdasarkan buku-buku dan website tentang
hal yang terkait
BAB II
ISI
2.1 Pengertian
Jadi dapat disimpulkan Disintegrasi merupakan suatu keadaan yang terpecah belah
dari kesatuan yang utuh menjadi terpisah-pisah.
Kondisi masa lalu tersebut identik dengan keadaan Indonesia masa kini dimana
ancaman terorisme berlatar belakang agama Islam masih menjadi momok bagi kestabilan
keamanan dalam negeri. Walaupun akhir-akhir ini sudah jarang muncul pemberitaan
mengenai penangkapan anggota teroris, namun hal tersebut bukan serta merta meredam
kemungkinan terjadinya pemberontakan yang sama seperti halnya DI/TII.
Negara Islam Indonesia bukanlah sebuah solusi atas kondisi carut-marut bangsa
ini. Lebih dari itu, negara agama di Indonesia hanya akan menghasilkan ancaman
disintegrasi bangsa sehingga bangsa Indonesia akan terpecah-belah. Kita bisa
menyaksikan saat ini Papua sedang bergejolak. Konflik sosial di Poso juga belum
sepenuhnya mereda. Penggunaan atribut tunggal agama Islam dalam dasar negara akan
meniadakan keberagaman budaya Indonesia yang sejak lama berkembang di Nusantara.
Pembukaan UUD 1945 menyatakan bahwa berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa
Indonesia bisa mewujudkan kemerdekaannya. Sila pertama Pancasila pun berisi
Ketuhanan Yang Maha Esa, bukan Tuhan pemeluk Islam semata. Dua tertib hukum di
Indonesia tersebut menjadi landasan bagi diterimanya norma-norma berbagai agama di
Indonesia yang menjiwai pelaksanaan Pancasila sebagai dasar negara dalam kehidupan
sehari-hari masyarakat Indonesia.
B. DI/TII
1. JAWA BARAT
Waktu : 23 Agustus 19
Latar belakang : Mengurus penggabungan laskar – laskar masukke dalam TNI
Pemimpin : Amir Fatah
Cara penumpasan : Pemerintah membentuk pasukan baru yang disebut dengan bintang
raiders
Hasil : Akhirnya dilakukan operasi guntur pada tahun 1954 gerombolan
dapat dicerai Beraikan
Dipimpin oleh Amir Fatah dan Kyai Sumolangu. Selama Agresi Militer Belanda ke
II Amir Fatah diberi tugas menggabungkan laskar-laskar untuk masuk dalam TNI.
Namun setelah banyak anggotanya ia beserta anak buahnya melarikan diri dan
menyatakan bagian dari DI/TII.
3. SULAWESI SELATAN
Dipimpin oleh Abdul Kahar Muzakar. Dia berambisi untuk menduduki jabatan
sebagai pimpinan APRIS ( Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat ) dan menuntut
aga45r Komando Gerilya Sulawesi Selatan ( KGSS ) dimasukkan ke dalam APRIS dengan
nama Brigade Hasanuddin. Tuntutan tersebut ditolak oleh pemerintah sebab hanya
mereka yang memenuhi syarat saja yang akan menjadi tentara maka terjadilah
pemberontakan tersebut
4. ACEH
Dipimpin oleh Daud Beureueh Gubernur Militer Aceh, karena status Aceh sebagai
daerah Istimewa diturunkan menjadi sebuah karesidenan di bawah propinsi Sumatera
Utara. Ia lalu menyusun kekuatan dan menyatakan dirinya bagian dari DI/TII.
Pemberontakan ini dapat dihentikan dengan jalan Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh (
MKRA ).
5. KALIMANTAN SELATAN
D. ANDI AZIS
Pemberontakan ini dipimpin oleh Dr. Christian Robert Stevenson Soumokil bekas
jaksa agung NIT ( Negara Indonesia Timur ). Ia menyatakan berdirinya Republik Maluku
Selatan dan memproklamasikannya pada 25 April 1950. Pemberontakan ini dapat
ditumpas setelah dibayar mahal dengan kematian Letkol Slamet Riyadi, Letkol S. Sudiarto
dan Mayor Abdullah.
F. PRRI/PERMESTA
PERMESTA
G. G 30 S/PKI
Pada tanggal 30 September 1965 jam03.00 dinihari PKI melakukan pemberontakan yang
dipimpin oleh DN Aidit dan berhasil membunuh 7 perwira tinggi. Mereka punya tekad
ingin menggantikan Pancasila sebagai dasar negara dengan Komunis-Marxis. Setelah jelas
terungkap bahwa PKI punya keinginan lain maka diadakan operasi penumpasan :
1. Menginsyafkan kesatuan-keasatuan yang dimanfaatkan oleh PKI
2. Merebut studio RRI dan kantor besar Telkom dipimpin Kolonel Sarwo Edhy Wibowo
dari RPKAD
3. Gerakan pembersihan terhadap tokoh-tokoh yang terlibat langsung maupun yang
mendalanginya.
Akhirnya PKI dinyatakan sebagai partai terlarang dan tidak boleh lagi tersebar di seluruh
wilayah Indonesia berdasarkan SK Presiden yang ditanda tangani pengemban Supersemar
Ltjen Soeharto yang menetapkan pembubaran PKI dan ormas-ormasnya tanggal 12 Maret
1966.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kondisi NKRI secara nyata harus diakui oleh setiap warganegara biladitinjau dari
kondisi geografi, demografi, dan kondisi sosial yang ada akanterlihat bahwa pluralitas,
suku, agama, ras dan antar golongan dijadikanpangkal penyebab konflik atau kekerasan
massal, tidak bisa diterima begitusaja.
Pendapat ini bisa benar untuk sebuah kasus tapi belum tentu benar untukkasus yang lain.
Namun ada kondisi-kondisi struktural dan kultural tertentudalam masyarakat yang
beraneka ragam yang terkadang terjadi akibat darisuatu proses sejarah atau peninggalan
penjajah masa lalu, sehinggamemerlukan penanganan khusus dengan pendekatan yang
arif namun tegaswalaupun aspek hukum, keadilan dan sosial budaya merupakan
faktorberpengaruh dan perlu pemikiran sendiri.
Kepemimpinan (leadership) dari tingkat elit politik nasional hinggakepemimpinan
daerah, sangat menentukan dalam rangka meredam konflikyang terjadi saat ini.
Sedangkan peredaman konflik memerlukan tingkatprofesionalisme dari seluruh aparat
hukum dan instansi terkait secara terpadudan tidak berpihak pada sebelah pihak.
Sekilas permasalahan tersebuat nampak biasa saja, namun apabila hal initerus
terjadi dan tidak ada usaha dari pemerintah untuk menyelesaikanpersoalan tersebut,
bukan tidak mungkin disintegrasi yang selama ini dikhawatirkan akan terwujud.
Pemerintah harus dapat merumuskan kebijakanyang tegas dan tepat dalam aspek
kehidupan dan pembangunan bangsa, yangmencerminkan keadilan bagi semua pihak,
semua wilayah
3.2 Saran
Untuk mendukung terciptanya keberhasilan suatu kebijakan dan
strategipertahanan serta upaya-upaya apa yang akan ditempuh, maka
disarankanbeberapa langkah sebagai berikut :
a) Pemerintah perlu mengadakan kajian secara akademik danterus menerus agar
didapatkan suatu rumusan bahwa nasionalismeyang berbasis multi kultural dapat
dijadikan ajaran untuk mengelolasetiap perbedaan agar muncul pengakuan secara
sadar/tanpa paksaandari setiap warga negara atas kemejemukan dengan
segalaperbedaannya.
b) Setiap pemimpin dari tingkat desa sampai dengan tingkattertinggi, dalam membuat
aturan atau kebijakan haruslah dapatmemenuhi keterwakilan semua elemen masyarakat
sebagai warganegara.
c) Setiap warga negara agar memiliki kepatuhan terhadap semuaaturan dan tatanan
yang berlaku, kalau perlu diambil sumpah sepertihalnya setiap prajurit yang akan
menjadi anggota TNI dan tata carapenyumpahan diatur dengan Undang-undang
DAFTAR PUSTAKA:
http://mkssej4.blogspot.com/2012/10/ancaman-disintegrasi-bangsa.html
http://akbarsenamangge.blogspot.com/2012/04/ancaman-disintegrasi-bangsa.html
http://pengensenyumblog.blogspot.com/2010/09/perjuangan-terhadap-
ancaman_29.html
http://salmanazhari.blogspot.com/2010/03/bahaya-disintegrasi-bangsa-akibat.html
http://www.scribd.com/doc/86754993/Makalah-disintegrasi-bangsa
http://shshomework.blogspot.co.id/2013/03/makalah-tentang-ancaman-
disintegrasi.html