Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH GEOGRAFI

PEMBENTUKAN KEBUDAYAAN NASIONAL


“Disusun dalam rangka memenuhi tugas pada mata pelajaran Geografi.”

Disusun oleh
Kekompok III :
Deasti Anggraeni (05/XI IPS1)
Dita Maya Angelina (09/XI IPS 1)
Fernando Bara Pakpahan (11/XI IPS 1)
Naufal Dwi Hidayat (17/XI IPS 1)
Novia Dwi Aryani (21/XI IPS 1)
Rahma Yeni Rosada (24/XI IPS 1)

SMA NEGERI 7 PURWOREJO


TAHUN AJARAN 2018/2019

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, Segala puji bagi Allah SWT Tuhan Semesta
Alam. Atas segala karunia nikmatNya sehingga saya dapat menyusun makalah ini
dengan sebaik-baiknya. Makalah yang berjudul “Pembentukan Kebudayaan Nasional”
ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Geografi.
Makalah ini berisi tentang pengertian kebudayaan nasional, asas-asas pemajuan
kebudayaan nasional, tujuan pemajuan kebudayaan, faktor yang mempengaruhi
kebudayaan nasional, proses pembentukan kebudayaan nasional, dan identitas
nasional. Oleh sebab itu saya mengucapkan banyak terima kasih atas segala
kontribusinya dalam membantu penyusunan makalah ini.
Meski telah disusun secara maksimal, namun penulis sebagai manusia biasa
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Karenanya penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian.
Besar harapan saya makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita
tentang Pembentukan Kebudayaan Nasional. Semoga dapat mengambil manfaat yang
ada dalam makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Aamiin...

Purworejo, 23 Februari 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I ............................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
A. LATAR BELAKANG ....................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ....................................................................................... 2
C. TUJUAN MAKALAH .......................................................................................... 2
D. MANFAAT MAKALAH ...................................................................................... 3
BAB II ........................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ........................................................................................................... 4
A. PENGERTIAN KEBUDAYAAN NASIONAL ................................................ 4
B. ASAS PEMAJUAN KEBUDAYAAN................................................................. 6
C. TUJUAN PEMAJUAN KEBUDAYAAN ......................................................... 7
D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUDAYAAN .............................. 10
E. PROSES AWAL PEMBENTUKAN KEBUDAYAAN NASIONAL ............ 11
F. IDENTITAS NASIONAL ............................................................................... 15
BAB III ....................................................................................................................... 17
PENUTUP ................................................................................................................... 17
A. KESIMPULAN ................................................................................................ 17
B. SARAN ............................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Di masa lalu, kebudayaan nasional digambarkan sebagai “puncak-puncak
kebudayaan di daerah-daerah di seluruh Indonesia”. Namun selanjutnya, kebudayaan
nasional Indonesia perlu diisi oleh nilai-nilai dan norma-norma nasional
sebagai pedoman bagi kehidupan berbangsa dan bernegara di antara seluruh rakyat
Indonesia. Termasuk di dalamnya adalah nilai-nilai yang menjaga kedaulatan negara
dan integritas teritorial yang menyiratkan kecintaan dan kebanggaan terhadap tanah air,
serta kelestariannya, nilai-nilai tentang kebersamaan, saling menghormati, saling
mencintai dan saling menolong antar sesama warganegara, untuk bersama-sama
menjaga kedaulatan dan martabat bangsa.
Pembentukan identitas dan karakter bangsa sebagai sarana bagi pembentukan
pola pikir (mindset) dan sikap mental, memajukan adab dan kemampuan bangsa,
merupakan tugas utama dari pembangunan kebudayaan nasional. Singkatnya,
kebudayaan nasional adalah sarana bagi kita untuk memberikan jawaban atas
pertanyaan: “Siapa kita (apa identitas kita)? Akan kita jadikan seperti apa bangsa kita?
Watak bangsa semacam apa yang kita inginkan? Bagaimana kita harus mengukir wujud
masa depan bangsa dan tanah air kita?”
Jawaban terhadap sederet pertanyaan di atas telah dilakukan dalam berbagai
wacana mengenai pembangunan kebudayaan nasional dan pengembangan kebudayaan
nasional. Namun strategi kebudayaan nasional untuk menjawab wacana tersebut di atas
belum banyak dikemukakan dan dirancang selama lebih dari setengah abad usia negara
ini, termasuk dalam kongres-kongres kebudayaan yang lalu.
Gagasan tentang kebudayaan nasional Indonesia yang menyangkut kesadaran
dan identitas sebagai satu bangsa sudah dirancang saat bangsa kita belum merdeka.
Hampir dua dekade sesudah Boedi Oetomo, Perhimpunan Indonesia telah
menanamkan kesadaran tentang identitas Indonesia dalam Manifesto Politiknya
(1925), yang dikemukakan dalam tiga hakekat, yaitu: (1) kedaulatan rakyat, (2)
kemandirian dan (3) persatuan Indonesia. Gagasan ini kemudian segera direspons
dengan semangat tinggi oleh Sumpah Pemuda pada tahun 1928.
Di masa awal Indonesia merdeka, identitas nasional ditandai oleh bentuk fisik
dan kebijakan umum bagi seluruh rakyat Indonesia (di antaranya adalah penghormatan
terhadap Sang Saka Merah-Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, Bahasa Nasional,
pembentukan TKR yang kemudian menjadi TNI, PNS, sistem pendidikan nasional,

1
sistem hukum nasional, sistem perekonomian nasional, sistem pemerintahan dan sistem
birokrasi nasional). Di pihak lain, kesadaran nasional dipupuk dengan menanamkan
gagasan nasionalisme dan patriotisme. Kesadaran nasional selanjutnya menjadi dasar
dari keyakinan akan perlunya memelihara dan mengembangkan harga diri bangsa,
harkat dan martabat bangsa sebagai perjuangan mencapai peradaban, sebagai upaya
melepaskan bangsa dari subordinasi (ketergantungan, ketertundukan, keterhinaan)
terhadap bangsa asing atau kekuatan asing.
Secara internal manusia dan masyarakat memiliki intuisi dan aspirasi untuk
mencapai kemajuan. Secara internal, pengaruh dari luar selalu mendorong masyarakat,
yang dinilai statis sekali pun, untuk bereaksi terhadap rangsangan-rangsangan dari
lingkungannya. Rangsangan besar dari lingkungan pada saat ini datang dari media
masa, melalui pemberitaan maupun pembentukan opini. Pengaruh internal dan
khususnya eksternal ini merupakan faktor strategis bagi terbentuknya suatu
kebudayaan nasional. Sistem dan media komunikasi menjadi sarana strategis yang
dapat diberi peran strategis pula untuk memupuk identitas nasional dan kesadaran
nasional.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari kebudayaan nasional?
2. Apa asas-asas pemajuan kebudayaan nasional?
3. Apa tujuan pemajuan kebudayaan nasional?
4. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi kebudayaan nasional?
5. Bagaimana proses pembentukan kebudayaan nasional?
6. Apakah yang dimaksud identitas nasional?

C. TUJUAN MAKALAH
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana
perkembangan budaya bangsa Indonesia dan eksistensinya dalam kehidupan bangsa
yang pluralistik. Serta mendorong kita untuk melakukan segala tindakan yang
berhubungan dengan peraturan perundnag – undangan, serta mendorong kita untuk
tidak menghilangkan aturan perundang-undangan tersebut. Selain itu juga terdapat
beberapa tujuan seperti :
1. Untuk mengetahui pengertian kebudayaan nasional.
2. Untuk mengetahui asas-asas pemajuan kebudayaan nasional.
3. Untuk mengetahui tujuan pemajuan kebudayaan nasional.

2
4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kebudayaan nasional.
5. Untuk mengetahui proses pembentukan kebudayaan nasional.
6. Untuk mengetahui identitas nasional.

D. MANFAAT MAKALAH
Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah sebagai patokan bagi
masyarakat untuk tetap mengembangkan dan mempertahankan budaya bangsa dalam
proses globalisasi budaya, serta mendorong setiap masyarakat supaya berhati-hati
dalam mengambil suatu tindakan.
Manfaat lain juga sebagai perantara dalam kehidupan kita untuk menciptakan
hal-hal yang lebih baik ke kehidupan masa depan yang jauh lebih baik lagi. Budaya
juga memiliki tujuan untuk mengubah sikap dan juga perilaku SDM yang ada agar
dapat meningkatkan produktivitas kerja untuk menghadapi berbagai tantangan di masa
yang akan datang. Selain itu juga terdapat beberapa manfaat seperti :
1. Sebagai syarat mata pelajaran GEOGRAFI.
2. Mengetahui dan memahami Bonus Demografi.
3. Sebagai pembanding makalah lain yang mengangkat materi yang sama.
4. Sebagai referensi dan sumber bacaan dalam pembuatan makalah mengenai
Bonus Demografi.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KEBUDAYAAN NASIONAL


Kebudayaan atau culture adalah keseluruhan pemikiran dan benda yang dibuat
atau diciptakan oleh manusia dalam perkembangan sejarahnya. Ruth Benedict (1934)
melihat kebudayaan sebagai
pola pikir dan berbuat yang
terlihat dalam kehidupan
sekelompok manusia dan
yang membedakannya
dengan kelompok lain. Para
ahli umumnya sepakat
bahwa kebudayaan adalah
perilaku dan penyesuaian
diri manusia berdasarkan
hal-hal yang dipelajari/learning behavior. Kebudayaan juga dapat dipahami sebagai
suatu sistem ide/gagasan yang dimiliki suatu masyarakat lewat proses belajar dan
dijadikan acuan tingkah laku dalam kehidupan sosial bagi masyarakat tersebut
(Koentjaraningrat, 1996). Sedangkan sistem budaya sendiri dapat dikatakan sebagai
seperangkat pengetahuan yang meliputi pandangan hidup, keyakinan, nilai, norma,
aturan, hukum yang diacu untuk menata, menilai, dan menginterpretasikan benda dan
peristiwa dalam berbagai aspek kehidupannya. Nilai-nilai yang menjadi salah satu
unsur sistem budaya, merupakan konsepsi abstrak yang dianggap baik dan amat
bernilai dalam hidup, yang kemudian menjadi pedoman tertinggi bagi kelakuan dalam
suatu masyarakat.
Bertitik tolak dari pemahaman tersebut, konsep kebudayaan Indonesia dibangun
oleh para pendahulu kita. Konsep kebudayaan Indonesia disini mengacu kepada nilai-
nilai yang dipahami, dianut, dan dipedomani bersama oleh bangsa Indonesia. Nilai-
nilai inilah yang kemudian dianggap sebagai nilai luhur, sebagai acuan pembangunan
Indonesia. Nilai-nilai itu antara lain adalah taqwa, iman, kebenaran, tertib, setia kawan,
harmoni, rukun, disiplin, harga diri, tenggang rasa, ramah tamah, ikhtiar, kompetitif,
kebersamaan, dan kreatif. Nilai-nilai itu ada dalam sistem budaya etnik yang ada di
Indonesia. Nilai-nilai tersebut dianggap sebagai puncak-puncak kebudayaan daerah,
sebagaimana sifat/ciri khas kebudayaan suatu bangsa Indonesia (Melalatoa, 1997:

4
102). Konsep kebudayaan Indonesia ini kemudian diikat dalam satu konsep persatuan
dan kesatuan bangsa yaitu konsep Bhineka Tunggal Ika.
Kebudayaan tidak bisa hanya dilihat dari sisi isi kebudayaan itu sendiri karena
keberadaannya tidak terlepas dari banyak faktor lain sehingga kebudayaan itu ada,
berlangsung, dan berkembang. Satu faktor penting yang berkaitan dengan kebudayaan
adalah masyarakat, tidak akan ada satu kebudayaan tanpa masyarakat, demikian
sebaliknya. Sebagai satu bentuk persekutuan hidup, masyarakat itu sendiri adalah
konsep dengan dimensi yang luas meski kita sering menggunakan konsep masyarakat
Indonesia, namun dalam kenyataannya kita tidak bisa membayangkan semua orang
Indonesia yang berjumlah ratusan juta orang, biasanya yang terbayang hanyalah
sekelompok orang-orang Indonesia di sekitar kita saja, di suatu lokasi tertentu. Seorang
ahli sosiologi Indonesia, M. M. Djojodigoeno (1965), membedakan antara konsep
“masyarakat dalam arti luas‟ dan “masyarakat dalam arti sempit”. Dalam konsep itu,
masyarakat Indonesia adalah masyarakat dalam arti luas, dan masyarakat disekeliling
kita apakah itu desa atau kota tertentu, maupun masyarakat warga kelompok
kekerabatan seperti marga, dadia, atau suku bangsa adalah masyarakat dalam arti
sempit.
Pasal 32 Ayat 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
menyatakan negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban
dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan
mengembangkan nilai-nilai budayanya.
Ada banyak definisi kebudayaan nasional yang disampaikan oleh para tokoh
kebudayaan.
 Menurut Sutan Takdir Alisyahbana, kebudayaan nasional Indonesia merupakan
suatu kebudayaan yang universal. Unsur-unsur dikreasikan terutama yang masih
langka dan dimiliki masyarakat Indonesia masa itu, yakni teknologi, ekonomi,
keterampilan berorganisasi,dan ilmu pengetahuan. Upaya itu dapat dicapai melalui
usaha mempertajam rasio (akal) masyarakat Indonesia dengan mengambil alih
dinamisme Barat.
 Dalam pandangan Sanusi Pane, kebudayaan nasional Indonesia sebagai
kebudayaan Timur harus mengutamakan unsur-unsur kerohanian, perasaan, dan
gotong royong.
 Menurut Poerbatjaraka, kebudayaan nasional Indonesia harus berakar pada
kebudayaan Indonesia sendiri. Artinya, kebudayaan nasional harus berakar pada
kebudayaan suku-suku bangsa yang ada di Nusantara. Poerbatjaraka juga
menganjurkan agar manusia Indonesia banyak mempelajari sejarah kebudayaan
sendiri.

5
 Menurut Hajar Dewantara, kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak
kebudyaan daerah.
Menurut Koentjaraningrat, ada beberapa konsep kebudayaan nasional. Pertama,
kebudayaan nasional adalah karya warga Negara Indonesia, termaauk juga karya-karya
zaman dahulu di berbagai wilayah tanah air. Kedua, kebudayaan nasional merupakan
hasil karya waga Negara Indonesia yang tema pikiran dan wujudnya mengandung ciri-
ciri khas Indonesia. Ketiga, kebudayaan nasional merupakan hasil karya warga Negara
Indonesia dan umumnya dirasakan memiliki nilai yang tinggi sehingga menjadi
kebanggaan orang Indonesia.
Koentjaraningrat menyampaikan persyaratan yang harus dimiliki kebudayaan
daerah untuk menjadi kebudayaan nasional. Persyaratan adalah sebagai berikut.
1. Kebudayaan daerah yang menjadi kebudayaan nasional harus memberikan
identitas kepada warga negara pendukung kebudayaan itu. Maksudnya, unsur
kebudayaan daerah yang mempunyai dan memberikan identitas dan ciri khas
itulah yang dapat diangkat menjadi unsur kebudayaan nasional.
2. Kebudayaan daerah yang menjadi kebudayaan nasional harus menimbulkan
perasaan bangga kepada para pendukungnya, baik suku bangsa asal kebudayaan
itu, maupun rakyat Indonesia.
3. Kebudayaan daerah yang menjadi kebudayaan nasional harus bermutu tinggi agar
dapat memperkaya khazanah, derajat, dan nilai kemanusiaan bangsa Indonesia.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2017 tentang
Pemajuan Kebudayaan, kebudayaan nasional Indonesia adalah keseluruhan proses dan
hasil interaksi antarkebudayaan yang hidup dan berkembang di Indonesia. Untuk
memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah dinamika perkembangan dunia,
keberagaman kebudayaan daerah merupakan kekayaan dan identitas bangsa yang
sangat diperlukan.

B. ASAS PEMAJUAN KEBUDAYAAN

Untuk memajukan kebudayaan nasional Indoensia, diperlukan langkah strategis


berupa upaya pemajuan kebudayaan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia
berkepribadian dalam kebudayaan. Pemajuan kebudayaan dilaksanakan berlandaskan
Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara
Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika. Berikut asas-asas pemajuan
kebudayaan :
1. Toleransi. Artinya pemajuan kebudayaan dilandasi sikap saling menghargai dan
menghormati.

6
2. Keragaman. Artinya pemajuan kebudayaan mengakui dan memelihara perbedaan
suku bangsa, ras, agama, dan kepercayaan.
3. Kelokalan. Artinya pemajuan kebudayaan memperhatikan karakteristik sumber
daya alam, ekosistem, kondisi geografis, budaya masyarakat setempat, dan
kearifan lokal.
4. Lintas wilayah. Artinya pemajuan kebudayaan memperhatikan dinamika budaya
lokal tanpa dibatasi oleh batas administratif.
5. Partisipatif. Artinya pemajuan kebudayaan dilakukan dengna melibatkan peran
aktif setiap orang baik secara
langsung maupun tidak langsung.
6. Manfaat. Artinya pemajuan
kebudayaan berorientasi pada
investasi masa depan sehingga
dapat memberikan manfaat yang
optimal bagi kesejahteraan rakyat.
7. Keberlanjutan. Artinya pemajuan kebudayaan dilaksanakan secara sistematis,
terencana, berkesinambungan, dan berlangsung terus menerus dengan memastikan
terjadi regenerasi sumber daya manusia kebudayaan dan memperhatikan
kepentingan generasi yang akan datang.
8. Kebebasan berekspresi. Artinya upaya pemajuan kebudayaan menjamin
kebebasan individu atau kelompok dalam menyampaikan ekspresi kebudayaannya
sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
9. Keterpaduan. Artinya pemajuan kebudayaan dilaksanakan secara terhubung dan
terkoordinasi lintas sektor, lintas wilayah, dan lintas pemangku kepentingan.
10. Kesederajatan. Artinya pemajuan kebudayaan menjamin kedudukan yang sama
dalam masyarakat yang memiliki kebudayaan yang beragam.
11. Gotong royong. Artinya pemajuan kebudayaan dilaksanakan dengan semangat
kerja bersama yang tulus.

C. TUJUAN PEMAJUAN KEBUDAYAAN


Pemajuan Kebudayaan bertujuan
untuk:

1. Mengembangkan nilai-nilai luhur


budaya bangsa

7
2. Memperkaya keberagaman budaya
3. Memperteguh jati diri bangsa
4. Memperteguh persatuan dan kesatuan bangsa
5. Mencerdaskan kehidupan bangsa
6. Meningkatkan citra bangsa
7. Mewujudkan masyarakat madani
8. Meningkatkan kesejahteraan rakyat
9. Melestarikan warisan budaya bangsa
10. Memengaruhi arahan perkembangan peradaban dunia sehingga kebudayaan
menjadi haluan pembangunan nasional.

Pemajuan kebudayaan adalah upaya meningkatkan ketahanan budaya dan


kontribusi budaya Indonesia di tengah peradaban dunia melalui hal-hal berikut:
1. Perlindungan kebudayaan. Perlidungan kebudayaan adalah upaya menjaga
keberlanjutan kebudayaaan yang dilakukan dengan cara inventarisasi, pengamanan,
pemeliharaan, penyelamatan, dan publikasi.
2. Pengembangan kebudayaan.
Pengembangan kebudayaan adalah
upaya menghidupkan ekosistem
kebudayaan serta meningkatkan,
memperkaya, dan menyebarluaskan
kebudayaan.
3. Pemanfaatan kebudayaan.
Pemanfaatan kebudayaan adalah
upaya pendayagunaan objek
pemajuan kebudayaan untuk menguatkan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya,
pertahanan, dan keamanan dalam mewujudkan tujuan nasional. Objek pemajuan
kebudayaan adalah unsur kebudayaan yang menjadi sasaran utama pemajuan
kebudayaan. Objek pemajuan kebudayaan meliputi hal-hal berikut.
a. Tradisi lisan. Tradisi lisan adalah tuturan yang diwariskan secara turun-temurun
oleh masyarakat. Contohnya, sejarah lisan, dongeng, rapalan, pantun, dan cerita rakyat.
b. Manuskrip. Manuskrip adalah naskah beserta segala informasi yang terkandung
di dalamnya, yang memiliki nilai budaya dan sejarah, antara lain serat, babad, hikayat,
dan kitab.
c. Adat istiadat. Adat istiadat adalah kebiasaan yang didasarkan pada nilai tertentu
dan dilakukan oleh kelompok masyarakat secara terus-menerus dan diwariskan pada

8
generasi berikutnya antara lain tata kelola lingkungan dan tata cara penyelesaian
sengketa.
d. Ritus. Ritus adalah tata cara pelaksanaan upacara atau kegiatan yang didasarkan
pada nilai tertentu dan dilakukan oleh kelompok masyarakat secara terus-menerus dan
diwariskan pada generasi berikutnya antara lain berbagai perayaan, peringatan
kelahiran, upacara perkawinan, upacara kematian, dan ritual kepercayaan berserta
perlengkapannya.
e. Pengetahuan tradisional. Pengetahuan tradisional adalah seluruh ide dan
gagasan dalam masyarakat, yang mengandung nilai-nilai setempat sebagai hasil
pengalaman nyata dalam
berinteraksi dengan lingkungan,
dikembangkan secara terus-
menerus, dan diwariskan kepada
generasi berikutnya.
Pengetahuan tradisional antara
lain kerajinan, busana, metode
penyehatan, jamu, makanan dan
minuman tradisional, serta pengetahuan dan kebiasaan perilaku mengenai alam dan
semesta.
f. Teknologi tradisional. Teknologi tradisional adalah keseluruhan sarana untuk
menyediakan barang-barang atau cara yang diperlukan bagi kelangsungan atau
kenyamanan hidup manusia dalam bentuk produk, kemahiran, dan keterampilan
masyarakat sebagai hasil pengalaman nyata dalam berinteraksi dengan lingkungan,
dikembangkan secara terus-menerus dan diwariskan pada generasi berikutnya.
Teknologi tradisional antara lain arsitektur, perkakas pengolahan sawah, alat
transportasi, dan sistem irigasi.
g. Seni. Seni adalah ekspresi artistik individu, kolektif, atau komunal, yang
berbasis wawasan budaya maupun berbasis kreativitas penciptaan baru yang terwujud
dalam berbagai bentuk kegiatan dan / atau medium. Seni antara lain seni pertunjukan,
seni rupa, seni sastra, film, seni musik, dan seni media.
h. Bahasa. Bahasa adalah sarana komunikasi antarmanusia, baik berbentuk lisan,
tulisan, maupun isyarat. Contohnya bahasa Indonesia dan bahasa daerah.
i. Permainan rakyat. Permainan rakyat adalah berbagai permainan yang
didasarkan pada nilai tertentu dan dilakukan oleh kelompok masyarakat secara terus-
menerus dan diwariskan kepada generasi berikutnya yang bertujuan menghibur diri.
Contohnya permainan kelereng, congkak, gasing, dan gerobak sodor.

9
j. Olahraga tradisional. Olahraga tradisional adalah berbagai aktivitas fisik dan /
atau mental yang bertujuan menyehatkan diri, peningkatan daya tahan tubuh,
didasarkan pada nilai tertentu, dilakukan oleh kelompok masyarakat secara terus-
menerus, dan diwariskan pada generasi berikutnya. Contohnya bela diri, pasola, lompat
batu, dan debus.

Pemanfaatan objek pemajuan kebudayaan dilakukan untuk hal-hal berikut:

a. Membangun karakter bangsa.


b. Meningkatkan ketahanan budaya.
c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
d. Meningkatkan peran aktif dan pengaruh Indonesia dalam hubungan
internasional.

4. Pembinaan kebudayaan. Pembinaan kebudayaan adalah upaya pemberdayaan


sumber daya manusia kebudayaan, lembaga kebudayaan, dan pranata kebudayaan
dalam meningkatkan dan memperluas peran aktif dan inisiatif masyarakat.

D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUDAYAAN


Beberapa faktor yang
mempengaruhi kebudayaan
secara garis besar yaitu sebagai
berikut.
1. Faktor kitararan
(lingkungan hidup).
Faktor lingkungan fisik
lokasi geografis
merupakan suatu corak
budaya sekelompok
masyarakat.
2. Faktor induk bangsa. Ada dua pandangan berbeda mengenai faktor induk bangsa
ini, yaitu pandangan barat dan pandangan timur. Pandangan barat berpendapat
bahwa perbedaan induk bangsa dari beberapa kelompok masyarakat mempunyai
pengaruh terhadap suatu corak kebudayaan. Sedangkan pandangan timur
berpendapat bahwa peran induk bukan sebagai faktor yang lebih dulu lahir dan
cukup tinggi pada saat barat masih “tidur dalam kegelapan”.

10
3. Faktor saling kontak antar bangsa. Hubungan antarbangsa yang makin mudah
akibat sarana perhubungan yang semakin sempurna menyebabkan suatu bangsa
mudah berhubungan dengan bangsa lain.

E. PROSES AWAL PEMBENTUKAN KEBUDAYAAN NASIONAL

1. Timbulnya rasa persatuan


Indonesia mempunyai
sejarah tertulis yang dimulai
sejak abad ke-4 M. Pada
dasarnya, penduduk Indonesia
dianggap terdiri dari masyarakat
dengan kebudayaan –
kebudayaan sukubangsa lokal
yang hanya sedikit berhubungan satu dengan yang lain. Ketika kepulauan nusantara
menjadi satu bagian yang integral dalam perdagangan Asia, dengan rute perdagangan
yang merentang dari Asia Barat Daya dan Asia Selatan ke Tiongkok, dan ketika pada
abad ke-4 dan ke-5 rempah-rempah dari kepulauan Indonesia, seperti merica, cengkeh
dan pala, menjadi komoditi penting dalam ekonomi dunia kuno, keterlibatan dalam
perdagangan rempa-rempah meningkatkan mobilitas antarpulau di kalangan penduduk
nusantara. Mereka yang tinggal di daerah-daerah strategis dalam jaringan perdagangan
antarapulau, seperti Sulawesi Selatan, pantai timur dan barat Pulau Jawa, Sumatra
Selatan, Malaka dan Aceh, kemudian tampaknya menjadi negara-negara atau kerajaan-
kerajaan dagang kecil. Tergantung keadaan, mereka mungkin telah mengalami
persaingan keras namun merupakan negara-negara tetangga yang bekerja sama pula.
Negara-negara ini terpusat pada kota-kota pelabuhan, dan pada umumnya tidak
memiliki daerah pedalaman yang luas maupun penduduk yang padat. Namun negara-
negara tersebut mempunyai armada dagang yang besar, yang terdiri dari perahu-perahu
bercadik dan dilengkapi dengan layar lebar.
Koentjaraningrat (1993) mengemukakan sekurangnya ada tiga keadaan dalam
sejarah nasional di atas yang menggambarkan kesatuan antara negara-negara kecil
tersebut yang di masa lalu tidak terlibat konflik antar sukubangsa, dan menyebabkan
bangsa Indonesia dan para pemimpin mereka selalu mengacunya dengan tujuan untuk
meningkatkan integrasi sukubangsa dan kesatuan nasional masa kini.
a. Dua buah kerajaan Indonesia telah mempersatuan secara sosial ekonomi
(mungkin juga politik) negara-negara kecil yang sebelumnya saling bersaing, ialah

11
kerajaan Sriwijaya pad abad ke-7 m dan 8 M, yang pusatnya di Sumatra Selatan, dan
kerajaan Majapahit pada abad ke-14 M yang berpusat di Jawa Timur.
b. Seluruh rakyat Indonesia telah mengalami dominasi kolonial kerajaan
Belanda dari negara Eropa selama tiga setengah abad, suatu kenyataan yang
memberikan mereka rasa penderitaan yang sama.
c. Selama pergerakan nasional untuk kemerdekaan antara tahun 1920-an sampai
dengan 1930-an, pemuda Indonesia telah menolak menonjolkan isu kesukubangsaan;
dan pada tahun 1928 memilih bahasa dari satu sukubangsa kecil, yaitu bahasa Melayu,
dan bukan bahasa-bahasa dari sukubangsa Jawa yang penduduknya paling besar. Pada
tanggal 28 Oktober 1928 para perwakilan segenap masyarakat Indonesia yang
menyatakan diri sebagai pemuda indoensia yang berikrar sebagai satu bangsa: bangsa
Indonesia; satu tanah air : tanah air Indonesia; satu bahasa : bahasa Indonesia.

2. Pengaruh budaya asing


Akulturasi adalah perubahan besar yang terjadi dalam kebudayaan sebagai akibat
adanya kontak antar kebudayaan yangberlangsung lama. Hal itu terjadi apabila ada
kelompok-kelompok yang memiliki kebudayaan berbeda saling berhubungan secara
langsung dan intensif. Hal tersebut mengakibatkan timbulnya perubahan-perubahan
besar pada pola kebudayaan pada salah satu kelompok atau keduanya. Perubahan
kebudayaan akibat adanya proses akulturasi tidak mengakibatkan perubahan total pada
kebudayaan yang bersangkutan, hal ini disebabkan karena ada unsur-unsur kebudayaan
yang masih bertahan, masyarakatpun ada yang menerima sebagian atau mengadakan
penyesuaian dengan unsur-unsur kebudayaan yang baru. Sejarah panjang perjalanan
hidup masyarakat Indonesia ditandakan dengan banyaknya berhubungan dengan
masyarakat asing seperti Cina, India, Persia, Portugis, Inggris, Belanda, dan Jepang;
keberadaanmereka ternyata banyak meninggalkan unsur-unsur kebudayaan yang
kemudian beberapa darinya diadopsikan dalam budaya lokal.
a. Pengaruh India (Hindu – Budha).
Pengaruh yang pertama kali menyentuh masyarakat Indonesia berupa pengaruh
kebudayaan Hindu dan Budha dari India sejak 400 tahun sebelum masehi. Hinduisme
dan Budhaisme, pada waktu itu tersebar meliputi daerah yang cukup luas di Indonesia,
serta lebur bersama-sama dengan kebudayaan asli yang telah lama hidup. Namun
demikian terutama di pulau Jawa dan pulau Bali pengaruh agama Hindu dan Budha itu
tertanam dengan kuatnya sampai saat ini. Cerita seperti Mahabharata atau Ramayana
sangat populer sampai sekarang, bahkan pada beberapa sukubangsa seperti Sunda,
Jawa, atau Bali, pengaruh cerita-cerita itu sudah dianggap sebagai bagian atau ciri dari
kebudayaannya; beberapa film Indonesia ternyata banyak yang berorientasi pada sifat-

12
sifat film India, yaitu antara bernyanyi dan menari; musik dangdut yang demikian
populer untuk lapisan masyarakat tertentu, bisa dikatakan berakar dari kebudayaan
India. Pengaruh yang paling menonjol dari agama Hindu bisa ditemukan pada
masyarakat Bali, walaupun ada sedikit-sedikit perbedaan karena tentunya unsur budaya
asli masih dipertahankan, namun pengaruh agama Hindu tertanam kuat pada
kepercayaan masyarakat Bali.
b. Pengaruh Kebudayaan Islam
Pengaruh kebudayaan Islam mulai memasuki masyatrakat Indonesia sejak abad
ke 13, akan tetapi baru benar-benar mengalami proses penyebaran yang meluas
sepanjang abad ke 15. Pengaruh agama Islam terutama memperoleh tanah tempat
berpijak yang kokoh di daerah-daerah di mana pengaruh agama Hindu dan Budha tidak
cukup kuat. Di daerah Jawa tengah dan Jawa Timur, dimana pengaruh agama Hindu
dan Budha telah tertanam dengan cukup kuat, suatu kepercayaan keagamaan yang
bersifat sincretic dianut oleh sejumlah besar penduduk di kedua daerah tersebut,
dimana kepercayaan animisme-dinamisme bercampur dengan kepercayaan agama
Hindu, Budha dan Islam. Pengaruh reformasi agama Islam yang memasuki Indonesia
pada permulaan abad ke 17 dan terutama pada akhir abad ke 19 itupun tidak berhasil
mengubah keadaaan tersebut, kecuali memperkuat pengaruh agama Islam di daerah-
daerah yang sebelumnya memang telah merupakan daerah pengaruh agama Islam.
Sementara itu Bali masih tetap merupakan daerah pengaruh agama Hindu.
Harsoyo (1999) menyebutkan bahwa praktik penyebaran agama Islam itu melalui
dua proses, yaitu melalui mekanisme perniagaan yang dilakukan oleh orang-orang
India dari Gujarat dan orang-orang Persia, dan yang kedua melalui penguasaan sentra-
sentra kekuasaan di pulau Jawa oleh orang-orang Pribumi yang telah memeluk agama
Islam; dengan proses yang cukup rumit ini tidak mengherankan kalau kemudian
terdapat beberapa perbedaan proses penyerapan agama Islam ini di Indonesia. Untuk
orang-orang yang tinggal di daerah pesisir agak berbeda dengan orang-orang yang
tinggal di pedalaman; untuk orang-orang yang telah kuat memeluk agama Hindu dan
Budha agak berbeda dengan orang-orang yang lebih longgar darinya; untuk yang
menerimanya dari orang-orang Gujarat agak berbeda dengan pengaruh Persia; bahkan
menurut seorang peneliti Amerika tentang kebudayaan-kebudayaan di Indonesia,
Clifford Geertz (1982), keberadaan agama Islam pada suatu masyarakat Jawa Tengah
itu dilaksanakan menurut tiga lapisan masyarakat, yaitu agama Islam yang hidup pada
kelompok bangsawan yang disebutnya sebagai Priyayi, Islam yang hidup pada
kelompok rakyat kebanyakan yang disebutnya sebagai Abangan, dan Islam yang hidup
pada anggota-anggota kelompok pesantren sebagai pusat pengkajian agama Islam yang
disebut Santri.

13
c. Pengaruh Kebudayaan Barat
Pengaruh kebudayaan Barat mulai memasuki masyarakat Indonesia melalui
kedatangan bangsa Portugis pada permulaan abad ke 16, kedatangan mereka ke tanah
Indonesia ini karena tertarik dengan kekayaan alam berupa rempah-rempah di daerah
kepulauan Maluku, rempah-rempah ini adalah sebagai barang dagangan yang sedang
laku keras di Eropa pada saat itu. Kegiatan misionaris yang menyertai kegiatan
perdagangan mereka, dengan segera berhasil menanamkan pengaruh agama Katolik di
daerah tersebut. Ketika bangsa Belanda berhasil mendesak bangsa Portugis untuk
meninggalkan Indonesia pada sekitar tahun 1600 M, maka pengaruh agama Katolik
pun segera digantikan oleh pengaruh agama Protestan. Namun demikian, sikap bangsa
Belanda yang lebih lunak di dalam soal agama jika dibandingkan dengan bangsa
Portugis, telah mengakibatkan pengaruh agama Proterstan hanya mampu memasuki
daerah-daerah yang sebelumnya tidak cukup kuat dipengaruhi oleh agama Islam dan
agama Hindu, sekalipun bangsa Belanda berhasil menanamkam kekuasaan politiknya
tidak kurang selama 350 tahun lamanya di Indonesia.
Dalam proses kontak antara unsur-unsur budaya yang satu dan budaya yang lain,
terjadilah saling mempengaruhi (interaksi) antara kebudayaan itu, dalam proses
interaksi itulah akan timbul permasalahan tentang perubahan kebudayaan, yaitu makin
melemahnya nilai-nilai budaya sendiri. Begitu juga apabila interaksi dengan budaya
asing sangat kuat padahal sebenarnya tidak sesuai dengan kepribadian budaya bangsa
kita. Dalam konteks modernisasi, suatu keadaan yang sarat dengan peniruan gaya hidup
asing, karena orang ingin disebut modern maka mereka tidak segan-segan untuk meniru
gaya hidup masyarakat Barat, walau mungkin untuk sebagian besar masyarakat nilai-
nilainya dianggap bertentangan.
d. Kondisi Budaya Indonesia Pada Era Globalisasi
Indonesia merupakan negara yang dapat dikatakan sebagai negara yang kaya
akan budayanya, dengan memeiliki keragaman yang cukup bervariasi, dapat digunakan
sebagai penambah indahnya khasanah sebuah negara. Akan tetapi, mampukah
Indonesia bada zaman sekarang tetap mempertahankan integritas kebudayaannya.
Apabila diulang kembali berbagai peristiwa yang terjadi, banyak kebudayaan
Indonesia yang telah dicaplok oleh negara-negara lain. Hal ini dapat membuktikan
dengan jelas bahwa belum adanya kekuatan hukum yang kuat yang dimilik oleh bangsa
Indonesia tentang kebudayaan. Sehingga akan menyebabkan kemudahan bagi bangsa
lain untuk mengambil dan mengakuinya.
Bukan hanya itu saja, kemajuan teknologi informasi pada masa sekarang ini telah
cepat merubah kebudayaan Indonesia menjadi kian merosot. Sehingga menimbulkan
berbagai opini yang tidak jelas, yang nantinya akan melahirkan sebuah kebingungan di

14
tengah-tengah berbagai perubahan yang berlangsung begitu rumitnya dan membuat
pusing bagi masyarakatnya sendiri.
Serta yang lebih memprihatinkan lagi, banyak kesenian dan bahasa Nusantara
yang dianggap sebagai ekspresi dari bangsa Indonesia terancam mati. Sejumlah
warisan budaya yang ditinggalkan oleh nenek moyang sendiri telah hilang entah
kemana. Padahal warisan budaya tersebut memiliki nilai tinggi dalam membantu
keterpurukan bangsa Indonesia pada zaman sekarang.

F. IDENTITAS NASIONAL
Indonesia sebagai bangsa dan negara tetap tidak meninggalkan budaya-budaya
daerahnya. Bangsa Indonesia merupakan perwujudan dari suku-suku bangsa yang ada
di Indonesia. Semboyan bangsa Indonesia yaitu Bhinneka Tunggal Ika yang artinya
berbeda-beda tetapi tetap
satu Indonesia. Semboyan
ini mengikatkan emosional
suku bangsa yang ada di
Indonesia sehingga
menumbuhkan rasa
persaudaraan dan toleransi
antarsuku bangsa sebagai
sesama bangsa Indonesia.
Oleh karena itu bangsa
Indonesia disebut multicultural.

Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan yang digunakan di Indonesia.


Bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa pengantar dalam interaksi antar suku
bangsa di Indonesia. Bahasa Indonesia harus dijaga dan dipergunakan secara baik dan
benar sebagai identitas kebanggaan pergaulan internasional. Akan tetapi dengan
menjaga bahasa Indonesia, bukan berarti melupakan bahasa daerah.

Dengan adanya identitas nasional berupa wilayah, bangsa dan bahasa yang sama
yaitu Indonesia berarti menghilangkan identitas daerah, berupa suku bangsa dan bahasa
daerah. Identitas nasional juga berupa nilai-nilai yang mengatur tingkah laku seorang
sebagai warga negara Indonesia. Nilai-nilai berasal dari kearifan budaya yang ada si
seluruh wilayah Indonesia. Nilai nilai tersebuat antara lain ketaqwaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa ,rukun, toleransi, gotong royong musyawarah, ramah tamah , sopan
santun, persaudaraan, harga diri, tenggang rasa, dan kreatif. Nilai tersebut dianggap
leluhur sehingga dipahami, dianut, dan dijadikan edoman oleh Bangsa Indonesia yang

15
terangkum dalam dasar negara yaitu Pancasila. Pancasila merupakan ideologi yang
cocok bagi masyarakat yang multikultural seperti Indonesia.

Identitas nasional sebagai jati


diri bangsa harus dibina. Upaya
untuk menjaga identitas nasional,
antara lain sebagai berikut.

1. Melalui jalur pendidikan


formal, yaitu melalui jenjang
persekolahan dari mulai tingkat
dasar sampai perguruan tinggi.
Pendidikan formal memiliki
dampak yang besar terhadap pembentukan jati diri bangsa.
2. Melalui jalur informal, yaitu dalam lingkungan keluarga dan masyarakat.
Pergaulan dalam lingkungan keluarga sangat menentukan dalam timbulnya rasa
menghargai terhadap budaya sendiri sekaligus membina identitas nasional.
3. Melalui media informasi, baik televisi, internet, koran maupun media sosial.
Penanaman jati diri bangsa sangat efektif melalui jalur media karena sangat mudah
diakses oleh seuruh warga Indonesia setiap saat.

Menurut Dwi Winarno menyatakan bangsa Indonesia relatif berhasil membentuk


identitas nasional. Beberapa bentuk identitas nasional Indonesia:
1. Bahasa nasional atau persatuan yaitu bahasa Indonesia
2. Dasar filsafat negara yaitu Pancasila
3. Lagu kebangsaan yaitu Indonesia Raya
4. Lambang negara adalah garuda Pancasila
5. Semboyan negara adalah Bhinneka unggal Ika
6. Bendera negara adalah Sang Merah Putih
7. Konstitusi negara yaitu UUD 1945 yang telah amandemen
8. Bentuk negara yaitu negara kesatuan republik Indonesia
9. Konsep wawasan nusantara
10. Kebudayaan daerah yang diterima sebagai kebudayaan nasional.

16
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kebudayaan atau culture adalah keseluruhan pemikiran dan benda yang dibuat
atau diciptakan oleh manusia dalam perkembangan sejarahnya. Kebudayaan juga dapat
dipahami sebagai suatu sistem ide/gagasan yang dimiliki suatu masyarakat lewat
proses belajar dan dijadikan acuan tingkah laku dalam kehidupan sosial bagi
masyarakat tersebut. Kebudayaan tidak bisa hanya dilihat dari sisi isi kebudayaan itu
sendiri karena keberadaannya tidak terlepas dari banyak faktor lain sehingga
kebudayaan itu ada, berlangsung, dan berkembang. Satu faktor penting yang berkaitan
dengan kebudayaan adalah masyarakat, tidak akan ada satu kebudayaan tanpa
masyarakat, demikian sebaliknya. Kebudayaan nasional hendaknya dilestarikan dan
dijaga sehingga dapat menjadi aset bagi negara Indonesia. Melalui keberagaman inilah
Indonesia dapat memanfaatkannya sebagai kekayaan sekaligus penghasil pendapatan
negara karena dapat menarik minat wisatawan asing. Wisatawan asing yang
berkunjung dan mengetahui keberagaman kebudayaan nasional akan merasa tertarik
sehingga ketika pulang ke negara asalnya, mereka akan bercerita dan membagikan
pengalamannya. Melalui itulah wisatawan asing lainnya juga akan berkunjung ke
Indoneisa. Faktor yang mempengaruhi kebudayaan nasional ada faktor dari dalam dan
dari luar. Dari dalam, timbul karena adanya rasa persatuan dan kesatuan di antara warga
negara Indonesia. Sedangkan faktor dari luar, timbul karena adanya pengaruh dari
negara lain misalnya negara barat dan negara timur. Melalui inilah, peran masyarakat
sangat penting dalam melestarikan kebudayaan sehingga tidak akan punah dan tidak
akan terpengaruh budaya luar yang akan menggantikan kebudayaan nasional yang
sudah melekat pada jiwa dan raga kita.

B. SARAN
Saran dari kami mengenai topik yang kami bahas kali ini yaitu untuk lebih peduli
dan memperhatikan kebudayaan nasional yang ada di Indonesia. Rawatlah,
lestarikanlah, dan jagalah jangan sampai punah, hilang, dan terganti akan adanya
budaya barat yang tidak sesuai dengan nilai-nilai dan ideologi Pancasila.
Makalah Geografi mengenai Pembentukan Kebudayaan Naional ini masih belum
sempurna. Kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
sekalian agar kedepannya kami dapat membuat makalah dengan lebih baik lagi. Serta

17
akan menambah sumber-sumber referensi dalam pembuatan makalah sehingga
menjadi karya tulis yang lebih baik. Semoga makalah ini bisa menambah wawasan
pembaca sekalian mengenai pembentukan kebudayaan nasional.

18
DAFTAR PUSTAKA

Yasinto Shindu P. 2016. Geografi Jilid 2 untuk SMA/MA Kelas XI Kelompok


Peminatan. Jakarta. Erlangga
Lili Somantri, Nurul Huda. 2016. Buku Siswa Aktif dan Kreatif Belajar Geografi 2
untuk SMA/MA Kelas XI Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial. Bandung. Grafindo Media
Pratama
https://fikmakalah.blogspot.com/2018/02/makalah-geografi-tentang-
pembentukan.html
https://dokumen.tips/documents/makalah-pembentukan-kebudayaan-nasional-
indonesia.html
https://alvinadityalaksono.wordpress.com/2012/03/03/proses-pembentukan-
kebudayaan/

19

Anda mungkin juga menyukai