Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PENGEMBANGAN MUATAN LOKAL

“ UPACARA TURUN MANDI DI PASAMAN TIMUR “

OLEH:
KELOMPOK 4

1. SISKA MARDALENI 19129063


2. ZAHARA PUTRI 19129183
3. ANISA HERISKIA 19129193
4. FITRIYANI 19129225
5. ILMA RAHIM 19129233

19 BKT 10

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul “Upacara Turun Mandi di Pasaman
Timur “. Makalah ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan tugas mata kuliah Pengembangan
Muatan Lokal.
Penulis berharap makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca serta dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
pembaca.
Penulis menyadari makalah ini masih banyak kekurangan karena pengalaman penulis
yang masih kurang. Oleh kerena itu penulis mengharapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah
ini.sehingga penulis dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini lebih baik lagi.

Bukittinggi, Mei 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. i


DAFTAR ISI .......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ......................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................ 2


A. Pengertian Turun Mandi ................................................................................................ 2
B. Syarat Upacara Turun Mandi ........................................................................................ 2
C. Upacara Turun Mandi di Pasaman Timur ...................................................................... 5
D. Pelaksanaan Kegiatan Inti Tradisi Turun Mandi di Pasaman Timur ............................ 5
E. Makna Tradisi Turun Mandi ......................................................................................... 6

BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 7


A. Kesimpulan ................................................................................................................... 7
B. Saran .............................................................................................................................. 7

DAFTAR RUJUKAN

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap suku bangsa atau satu kelompok masyarakat akan mempunyai berbagai
macam corak khas ritual upacara adat yang berbeda dengan masyarakat lainnya yang
tata cara pelaksanaannya berdasarkan kepada nilai-nilai dan aturan-aturan yang ada
dalam masyarakat dimana kebudayaan itu berada. Diantara suku bangsa yang
mendiami Indonesia adalah sala satunya etnis Minangkabau. Masyarakat
Minangkabau merupakan salah satu suku terbesar di Pulau Sumatera yang
penduduknya sebagian besar bertempat tinggal diwilayah propinsi Sumatera Barat.
Masyarakat Minangkabau seperti suku lainnya memiliki tradisi daerah, adat
istiadat dan corak kebudayaan yang berbeda dengan suku bangsa daerah lainnya.
Tradisi merupakan kebiasaan yang turun temurun dalam suatu masyarakat. Tradisi
adalah mekanisme yang dapat membantu untuk memperlancar perkembangan pribadi
anggota masyarakat, misalnya dalam membimbing anak menuju kedewasaan. Salah
satu upacara adat yang ada di Pasaman Timur adalah turun mandi. Dalam maklah ini
akan dibahas mengenai tradisi turun mandi di Pasaman Timur

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian turun mandi?
2. Bagaimanakah syarat upacara turun mandi ?
3. Bagaimanakah upacara turun mandi di Pasaman Timur ?
4. Bagaimanakah pelaksanaan kegiatan inti tradisi turun mandi di Pasaman Timur ?
5. Bagaimanakah makna tradisi turun mandi?

C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian turun mandi
2. Untuk mengetahui makna adat syarat upacara turun mandi
3. Untuk mengetahui nilai budaya upacara turun mandi di Pasaman Timur
4. Untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan inti tradisi turun mandi di Pasaman
Timur
5. Untuk mengetahui makna tradisi turun mandi

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Turun Mandi


Mandi secara bahasa berasal dara kata Al-Ghasl yang atrinya mengalirnya alir
pada tubuh seseorang. Sedangkan dalam pengertian istilah mandi adalah menyiramkan air
ke seluruh badan mulai dari ujung rambut sampai kepada ujung kaki yang disertai dengan
bacaan niat sesuai dengan jenis mandi yang dilakukan untuk mengilangkan hadas besar
maupun kecil. Mandi jika dilihat dari garis besar secara umumnya adalah meruppakan
suatu bentuk tindakan membersihkan diri dari segala jenis kotoran baik itu berupa
najis maupun kotoran lainnya yang bisa membuat tubuh menjadi tidak nyaman
yang dilakukan setiap hari bahkan lebih dari satu kali dalam sehari.
Upacara turun mandi merupakan upacara mengucapkan rasa syukur kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan mengenalkan anak yang baru lahir kepada masayarakat dan
karib kerabat lainya. Upacara turun mandi adalah semacam kenduri ungkapan rasa syukur
kepada Allah atas karunia seorang bayi dan untuk memberitahukan kepada keluarga
terdekat dan anggota masyarakat bahwa telah lahir seorang anggota baru.
Adat turun mandi bayi ini bertujuan untuk mengucap rasa syukur oleh rahmat
Allah SWT yang berbuah kelahiran seorang bayi, dan bertambahnya anggota keluarga
mereka. Memberitahukan kepada warga sekitar bahwa telah lahir keturunan baru dari
sebuah suku atau keluarga tertentu di Minangkabau. Selain itu turun mandi ini juga
merupakan sebuah momen pertamakali sang ibu dan sang bayi untuk keluar rumah pasca
pemulihan setelah melahirkan .
Adat turun mandi ini juga Suatu adat yang dilaksanakan untuk membawa
seorang bayi baru lahir atau anak kecil pertama kali mandi di sungai ( batang aia ) dengan
cara diarak kesungai secara bersama sama.

B. Syarat Upacara Turun Mandi


1. Upacara turun mandi harus di laksanakan di sungai atau masyarakat Minang
menyebutnya batang aie dan yang membawa anak ini dari rumah ke sungai adalah
orang yang berjasa membantu proses persalinan.
2. Harus ada batiah bareh badulang yaitu beras yang digoreng. Batiah ini kemudian
dibagikan kepada anak-anak kecil yang pergi mengikuti upacara turun mandi ini.

2
Tujuannya, sebagai ucapan terima kasih dan memperkenalkan diri sebagai bagian dari
teman- teman itu kelak.
3. Terdapat sigi kain buruak (obor yang terbuat dari kain-kain yang telah robek). Sigi ini
dibakar dari rumah dan kemudian dibawa ke tempat upacara atau ke sungai tempat si
bayi akan dimandikan. Sigi kain buruak ini memiliki makna mengajarkan kepada si
bayi bahwa jika kelak telah besar nanti tidak ada satu hambatanpun dalam menuntut
ilmu.
4. Harus ada Tampang karambia tumbua (bibit kelapa yang siap tanam). Gunanya, pada
saat telah sampai di tempat upacara anak ini dimandikan, bibit kelapa tadi dihanyutkan
dari atas lalu ditangkap oleh ibunya setelah kelapa tersebut mendekati anak. Setelah
pulang kelapa ini ditanam dan inilah nanti menjadi bekal hidup si anak kelak.
5. Harus ada Tangguak. Merupakan alat yang digunakan untuk menangkap ikan.
Melambangkanm juga untuk bekal ekonomi si bayi kelak. Kegunaan Tangguak untuk
meletakkan batu yang diambil dari sungai sebanyak tujuh buah, kemudian batu ini
bersama tampang karambia dibawa pulang. Batu inilah yang dimasukkan ke dalam
lubang tempat karambia ditanam.
6. Harus ada palo nasi (nasi yang terletak paling atas) yang telah dilumuri dengan arang
serta daran ayam. Tujuan tradisi ini untuk mengusir setan, makluk halus yang ingin
ikut meramaikan upacara tersebut. Syarat ini di siapkan sebanyak tiga cawan atau
bejana. Dua untuk diletakkan di jalan menuju sungai yang jaraknya sudah diatur dan
disesuaikan, satu dibawa ke sungai tempat upacara berlangsung.

C. Upacara Turun Mandi di Pasaman Timur


Kegiatan upacara turun mandi di Pasaman Timur dilaksanakan sebagai berikut :
1. Niniak Mamak Duduak Mananti
Dalam kegiatan ini para niniak mamak duduk untuk menunggu kedatangan imam
katik yang akan mengisi acara yang dinamakan dengan basanji (marhaban).
2. Balimau (si anak dimandikan)
Pada kegiatan ini si anak diarak-arak ke untuk dilimaukan atau dimandikan
sebelum sang anak dimandikan, dan pada saat ara-arakan yang mengiringinya adalah
para rombongan sanak saudara seperti sang ibu, nenek sang anak, dan juga saudara-
saudara dari sang ibu, dan alat musik yang mengiringi arak-arakan ini. Didalam
kegiatan ini juga ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu jeruk purut (limau

3
puruik), bedak, dan minyak yang di susun di dalam sebuah tempat yang sering disebut
suntiang.
3. Basanji dan peralatan yang digunakan
Basanji (marhaban) adalah sebuah kegiatan dimana para imam katik dan niniak
mamak berdzikir dan mendoakan sang anak untuk kebahagiaan dan keselamatan pada
kehidupannya kelak, dan peralatan yang digunakan yaitu gunting untuk memotong
rambut sang anak.
4. Babangkah
Babangkah adalah sebuah kegiatan dimana seorang imam katik membacakan
do’a dan membacakan salawat nabi untuk perlindungan dan kebaikan yang ditujukan
untuk sang ibu dan anak. Dalam kegiatan ini juga menggunakan singgang ayam (ayam
yang dipanggang) sebagai sesajiannya.
5. Sang anak didindongkan
Dalam kegiatan inisang anak didindongkan (didendangkan) oleh seorang nenek.
Dalam dindongan ini menceritakan tentang dari awal sang anak didalam kendungan
yaitu berumur tiga bulan hingga sang anak dilahirkan, kemudian dilanjutkan dengan
dindongan yang berisikan tentang pesanpesan kepada sang anak untuk kedepannya
agar menjadi anak yang solehah, baik, dan bisa membanggakan orang tuanya.
6. Kegiatan pemotongan rambut dan mengAl-Fatihah kan nama
Karena nama sang anak sudah terlebih dahulu diberikan oleh kedua orang
tuanya, maka nama sang anak hanya akan di Al-Fatihahkan oleh para imam katik, agar
nama sang anak diberkahi kebaikannya oleh Allah SWT, dan nama sang anak adalah
Nabila Az-Zahra bin Safwan. Setelah nama sang anak di Al-Fatihahkan maka
dilanjutkan dengan kegiatan pemotongan rambut sang anak.
7. Maantaan kambiang
Maantaan kambiang adalah sebuah kegiatan mengantar buah tangan atau sering
desebut oleh masyarakat setempat dengan sebutan malati anak (menjenguk anak).
Kegiatan ini dilakukan oleh pihak laki-laki (ayah sang anak) yang ditujukan kepada
keluarga pihak perempuan (ibu sang anak). Arak-arakan maantaan kambiang tidak
selalu kambing ynag menjadi buah tangannya, tetapi juga bisa berupa emas atau uang,
dan bila uang yang disediakan oleh keluarga pihak laki-laki melebihi sepuluh juta,
maka kambing, emas, dan uang tersebut bisa digantikan dengan sapi, namun walaupun
demikian nama kegiatannya tetap dengan sebutan maantaan kambiang.
8. Prosesi arak-arakan Maantaan Kambiang

4
Sebelum para rombongan berjalan menuju rumah keluarga pihak perempuan,
terlebih dahulu mereka berkumpul untuk menanti rombongan yang belum datang
untuk mengikuti arak-arakan, dan selama menunggu para rombongan semuanya siap
untuk berangkat. Setelah semuanya berkumpul, maka dimulailah arak-arakan. Jika
jarak rumah keluarga laki-laki menuju rumah keluarga pihak perempuan lumayan jauh,
maka para rombongan pertama kali menaiki dum truk sebagai alat transportasi.
Setelah para rombongan arak-arakan tiba di depan rumah keluarga pihak perempuan,
maka rombongan arak-rakan dari keluarga pihak laki-laki disambut oleh keluarga
pihak perempuan yang mana dari masing-masing pihak keluarga diwakili oleh para
niniak mamak.

D. Pelaksanaan Kegiatan Inti Tradisi Turun Mandi di Pasaman Timur


Rombongan turun dari rumah dan menyalakan suluah yang sudah dipersiapkan
sebelumnya menuju tepian tempat mandi. Anak yang akan diturunmandikan itu digendong
dengan kain panjang oleh bakonya, diiringgi anggota rombongan yang membawa kelapa,
bareh randang, bareh babiak dan tangguak yang dibawa oleh pihak
bakonya. Sesampai di tapian mandi peralatan yang dibawa diletakan di pinggir tapian
mandi tersebut, termasuk sirih dan pinang digantung di tapian yang bertujuan untuk
dimakan bagi rombongan atau masyarakat yang datang. Kemudian pakaian
bayi dibuka satu-persatu oleh bako bayi. Selajutnya dibasuh muka bayi dan disirami
seluruh tubuh dengan air, setelah itu disabuni serta disirami lagi dengan air bersih. Setelah
selesai memandi bayi tersebut, kemudian dikeringkan badanya pakai handuk serta
dipasangkan bajunya. Sementara kelapa yang sudah bertunas dan tangguak yang dibawa
sebelumnya diletakan di- aliran air bekas mandi bayi.
Tangguak dan kelapa yang sudah bertunas diangkat dan dibawa pulang setelah
selesai proses turun mandi. Kemudian kelapa yang sudah bertunas tadi ditanam
dipekarangan keluarga bayi. Setelah selesai mandi bareh randang dan bareh babiyak
dibagikan kepada anak-anak termasuk kepada rombongan yang ikut ketapian tempat
mandi, untuk dicicipi. Selesai dimandikan, maka rombongan tadi membawa bayi pulang
kerumah ibunya, sesampai ditangga rumah disambut oleh nenek dan
keluarga ibu bayi dengan ditaburi dengan bunga- bungaan, kemudian nenek bayi
mengungkapkan kata-kata yang indah dan cukup puitis “puti datang rajo mananti” dan
setelah itu barulah naik keatas rumah.

5
Sampai di rumah, bayi lalu sedikit diasok (diasapi), asapnya berasal dari
pembakaran ramuan daun-daunan yaitu daun galundi, daun sicerek dan daun kunyit
dengan maksud agar sibayi tidak cepat kedingan kalau suhu berubah. Setelah itu bayi
diberi wangi-wangian.
Setelah proses turun mandi dilakukan, diadakan acara doa yang dipimpin oleh
alim ulama. Selajutnya setelah selesai berdoa, pihak tuan rumah menghidangkan makanan.
Setelah itu baru dilanjutkan dengan makan bersama

E. Makna Tradisi Turun Mandi


a. Bersyukur
Sebagai manusia, kita diharuskan untuk senantiasa bersyukur atas segala
nikmat dan karunia yang diberikan oleh Allah SWT, termasuk ketika dikaruniai
seorang anak. Nah, tradisi ini menjadi kegiatan yang pas ajang dalam mengekspresikan
rasa syukur.
b. Menjaga Kekayaan Budaya
Makna atau fungsi turun mandi yang kedua adalah sebagai upaya dalam
merawat dan melestarikan kebudayaan yang ada, ditengah hiruk-pikuk modernisasi.
Bahkan, syarat wajib upacara memandikan bayi di sungai bisa diganti di rumah,
asalkan tradisi tidak terhenti tetap berjalan.
c. Silaturahmi
Salah satu tujuan pokok dari tradisi ini adalah untuk memperkenalkan kepada
masyarakat bahwa salah satu bayi telah lahir ditengah-tengah mereka. Selain itu, juga
mempererat tali silaturahmi sesama anggota masyarakat karena juga diadakan makan
dan bercengkrama bersama.

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tradisi turun mandi dalam masyarakat Minangkabau di Kabupaten Pasaman
Timur merupakan tradisi yang turun temurun, dan merupakan tradisi untuk
mengucapkan syukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah SWT berupa bayi yang
baru lahir. Nilai-nilai yang terdapat dalam tradisi turun mandi adalah memperkenalkan
anak dengan lingkungan alam sekitarnya, supaya setelah bayi besar nanti dapat menjadi
penerang bagi masyarakat, agama, dan bangsanya, serta pemberani dalam menegakan
kebenaran, agar dapat menjadi orang yang sukses, sukses dari segi ekonomi, pen-
didikan dan kemapanan dari segala bidang, agar setelah dewasa nanti dapat menjadi
orang yang mandiri, tidak menggantungkan hidupnya dengan orang lain, menjadi orang
yang suka memberi dan dermawan.

B. Saran
Demikianlah makalah ini dibuat agar bermanfaat untuk semua. Di harapkan
setelah membaca makalah ini pembaca dapat memahami seperti apa upacara turun
mandi di Pasaman Timur. Namun dalam penulisan makalah ini tentunya banyak
terdapat kekurangan dikarenakan penulis masih dalam tahap belajar. Untuk itu penulis
mengharapkan saran dari pembaca agar dalam penulisan makalah selanjutnya dapat
lebih baik lagi.

7
DAFTAR RUJUKAN

Idrus, Hakimy Dt Rajo Penghulu. 1978. Pokok-Pokok Pengetahuan Adat Alam Minangkaba.
Bandung: CV Rosda Karya.
Latief dkk. 2002. Etnis dan Minangkabau. Bandung: Angkasa Bandung
Mustika, N., Toruan, J. L., & Syeilendra, S. 2014. Bentuk Penyajian Ronggeng Dalam
Upacara Adat Turun Mandi Anak Di Muaro Kiawai Kecamatan Gunuang Tuleh
Kabupaten Pasaman Barat. Jurnal Sendratasik, 3(2), 10-16.
Riza, Mutia. 2003. Tradisi Turun Mandi pada Suku Minagkabau. Padang: Badan
Perpustakaan dan Kearsipan Sumatera Barat.

Anda mungkin juga menyukai