Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH SOSIOLOGI

HUBUNGAN STRUKTUR SOSIAL DAN MOBILITAS SOSIAL

DISUSUN OLEH :

- ROKI
- SAMSUL HADI
- NURUL HIDAYAH
- SITI ELIZA ELSASMI

SMA NEGERI 1 BATUKLIANG


TAHUN PELAJARAN 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa karena atas pimpinan-Nya lah
kita masih diberikan izin untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab kita bersama. Dan
kami dapat menyelesaikan makalah kami sebagai referensi pembelajaran. Makalah kami ini
yang berjudul Struktur Sosial bertujuan untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
baik yang ada di lingkungan sosial maupun dalam kehidupan bermasyarakat.
Sebagai penulis, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar pembuatan
makalah kami yang kedepannya dapat lebih baik.

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. i


DAFTAR ISI........................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 1
A.Latar Belakang ................................................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 2
A. Definisi Struktur Sosial .................................................................................................................. 2
B. Ciri-ciri Struktur Sosial .................................................................................................................. 2
C. Fungsi Struktur Sosial .................................................................................................................... 3
D. Bentuk Struktur Sosial ................................................................................................................... 4
BAB III PENUTUP .............................................................................................................................. 11
A. Simpulan ................................................................................................................................... 11
B. Saran ......................................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Menurut August Comte sosiologi mengkaji mengkaji masyarakat dari sisi social statics
(statika social atau struktur social) dan social dynamics (dinamika social atau perubahan
social). Comte berpendapat bahwa setiap masyarakat memiliki dua system kehidupan yang
berbeda sebagaimana yang dipelajari oleh sosiologi itu. Walaupun memiliki sisi yang berbeda,
keduanya menjadi system yang tak terpisahkan dari sebuah masyarakat secara umum.
Social statics meliputi struktur social masyarakat berupa kelompok dan lembaga-lembaga
sosial, lapisan serta kekuasaan, sedangkan sosial dinamics adalah fungsi-fungsi masyarakat
yang terlibat dalam proses social, perubahan social, atau bentuk abstrak interaksi social.
Suatu sistem sosial tidak hanya berupa kumpulan individu tetapi juga berupa hubungan-
hubungan sosial dan sosialisasi yang membentuk nilai-nilai dan adat istiadat sehingga terjalin
kesatuan hidup bersama yang teratur dan berkesinambungan.
Struktur sosial adalah cara bagaimana suatu masyarakat terorganisasi dalam hubungan-
hubungan yang dapat diprediksikan melalui pola perilaku berulang antar individu dan antar
kelompok dalam masyarakat tersebut. Struktur sosial dapat diartikan sebagai jalinan antara
struktur-struktur sosial yang pokok yaitu kaidah-kaidah / norma-norma sosial, lembaga-
lembaga sosial dan lapisan-lapisan sosial.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Struktur Sosial


Secara harfiah, struktur bisa diartikan sebagai susunan atau bentuk. Struktur tidak harus
dalam bentuk fisik, ada pula struktur yang berkaitan dengan sosial. Menurut ilmu sosiologi,
struktur sosial adalah tatanan atau susunan sosial yang membentuk kelompok-kelompok sosial
dalam masyarakat. Susunannya bisa vertikal atau horizontal.
Para ahli sosiologi merumuskan definisi struktur sosial sebagai berikut:
George Simmel: struktur sosial adalah kumpulan individu serta pola perilakunya.
George C. Homans: struktur sosial merupakan hal yang memiliki hubungan erat dengan
perilaku sosial dasar dalam kehidupan sehari-hari.
William Kornblum: struktur sosial adalah susunan yang dapat terjadi karena adanya
pengulangan pola perilaku undividu.
Soerjono Soekanto: struktur sosial adalah hubungan timbal balik antara posisi-posisi dan
peranan-peranan sosial.

B. Ciri-ciri Struktur Sosial


1. Muncul pada kelompok masyarakat
Struktur sosial hanya bisa muncul pada individu-individu yang memiliki status dan
peran. Status dan peranan masing-masing individu hanya bisa terbaca ketika mereka berada
dalam suatu sebuah kelompok atau masyarakat.
Pada setiap sistem sosial terdapat macam-macam status dan peran indvidu. Status yang
berbeda-beda itu merupakan pencerminan hak dan kewajiban yang berbeda pula.

2. Berkaitan erat dengan kebudayaan


Kelompok masyarakat lama kelamaan akan membentuk suatu kebudayaan. Setiap
kebudayaan memiliki struktur sosialnya sendiri. Indonesia mempunyai banyak daerah dengan
kebudayaan yang beraneka ragam. Hal ini menyebabkan beraneka ragam struktur sosial yang
tumbuh dan berkembang di Indonesia.

2
Hal-hal yang memengaruhi struktur sosial masyarakat Indonesia adalah sbb:
a. Keadaan geografis

Kondisi geografis terdiri dari pulau-pulau yang terpisah. Masyarakatnya


kemudian mengembangkan bahasa, perilaku, dan ikatan-ikatan kebudayaan yang
berbeda satu sama lain.

b. Mata pencaharian

Masyarakat Indonesia memiliki mata pencaharian yang beragam, antara lain


sebagai petani, nelayan, ataupun sektor industri.

c. Pembangunan

Pembangunan dapat memengaruhi struktur sosial masyarakat Indonesia.


Misalnya pembangunan yang tidak merata antra daerah dapat menciptakan kelompok
masyarakat kaya dan miskin.

3. Dapat berubah dan berkembang


Masyarakat tidak statis karena terdiri dari kumpulan individu. Mereka bisa berubah dan
berkembang sesuai dengan tuntutan zaman. Karenanya, struktur yang dibentuk oleh mereka
pun bisa berubah sesuai dengan perkembangan zaman.

C. Fungsi Struktur Sosial

1. Fungsi Identitas
Struktur sosial berfungsi sebagai penegas identitas yang dimiliki oleh sebuah
kelompok. Kelompok yang anggotanya memiliki kesamaan dalam latar belakang ras, sosial,
dan budaya akan mengembangkan struktur sosialnya sendiri sebagai pembeda dari kelompok
lainnya.

2. Fungsi Kontrol
Dalam kehidupan bermasyarakat, selalu muncul kecenderungan dalam diri individu
untuk melanggar norma, nilai, atau peraturan lain yang berlaku dalam masyarakat. Bila
individu tadi mengingat peranan dan status yang dimilikinya dalam struktur sosial,

3
kemungkinan individu tersebut akan mengurungkan niatnya melanggar aturan. Pelanggaran
aturan akan berpotensi menibulkan konsekuensi yang pahit.

3. Fungsi Pembelajaran
Individu belajar dari struktur sosial yang ada dalam masyarakatnya. Hal ini
dimungkinkan mengingat masyarakat merupakan salah satu tempat berinteraksi. Banyak hal
yang bisa dipelajari dari sebuah struktur sosial masyarakat, mulai dari sikap, kebiasaan,
kepercayaan dan kedisplinan.

D. Bentuk Struktur Sosial


Bentuk struktur sosial terdiri dari stratifikasi sosial dan diferensiasi sosial. Masing-
masing punya ciri tersendiri.

1.kelompok Sosial
kehidupan kelompok adalah sebuah naluri manusia sejak ia dilahirkan. Naluri ini yang
mendorongnya untuk selalu menyatukan hidupnya dengan orang lain dalam kelompok. Naluri
itu juga yang mendorong manusia untuk menyatukan dirinya dengan dalam kelompok yang
lebih besar dalam kehidupan manusia lain di sekelilingnya bahkan mendorong manusia
menyatu dengan alam fisiknya. Untuk memenuhi naluri ini, maka setiap manusia saat
melakukan proses keterlibatannya engan orang dan lingkungannya, proses ini dinamakan
adaptasi. Adaptasi dengan kedua lingkungan tadi; manusia lain dan alam sekitarnya itu,
melahirkan struktur sosial baru yang disebut dengan kelompok social.
Kelompok social adalah kehdupan bersama manusia dalam himpunan atau kesatuan-
kesatuan manusia yang umumnya secara fisik relative kecil yang hidup secara guyub. Ada
juga beberapa kelompok social yang dibentuk secara formal dan memiliki aturan-aturan yang
jelas. Berdasarkan struktur kelompok dan proses sosialnya, maka kelompok social dapat
dibagi menjadi beberapa karakter yang penting. Ada empat kelompok social yang dapat dibagi
berdasarkan struktur masing-masing kelompok.
1. Kelompok Formal-sekunder. Adalah kelompok sosial yang umumnya bersifat sekunder,
formal, memiliki aturan dan struktur yang tegas, serta dibentuk berdasarkan tujuan-tujuan
yang jelas pula. Kelompok ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a) Adanya kesadaran anggota bahwa ia adalah bagian dari kelompok yang
bersangkutan.

4
b) Setiap anggota memiliki hubungan timbal balik dengan anggota lainnya dan bersedia
melakukan hubungan-hubungan fungsional diantara mereka.
c) Setiap anggota kelompok menyadari memiliki faktor-faktor kebersamaan diantara
mereka, di mana kebersamaan ini mendorong kohesifitas kelompok itu
sendiri. Faktor-faktor itu umpamanya kepentingan bersama, nasib yang sama,
tujuan yang sama, ideologi yang sama, primordialisme, memiliki ancaman yang
sama, termasuk uga memiliki harapan-harapan yang sama.
d) Kelompok sosial ini memiliki struktur yang jelas dan tegas, termasuk juga prosedur
suksesi dan kaderisasi.
e) Memiliki aturan formal yang mengikat setiap anggota kelompok dalam struktur yang
ada termasuk juga mengatur mekanisme struktur dan sebagainya.
f) Anggota dalam kelompok formal-sekunder memiliki pola dan pedoman perilaku
sebagaimana diatur oleh kelompok secara umum.
g) Kelompok sosial ini memiliki sistem kerja yang berpola, berstruktur, dan berproses
dalam mencapai tujuan-tujuan kelompok.
h) Kelompok sosial formal-sekunder memiliki kekuatan mempertahankan diri,
mengubah diri (adaptasi), rehabilitasi diri, serta kemampuan menyerang kelompok
lain.
i) Kelompok sosial formal-sekunder memiliki masa (umur) hidup yang dikendalikan
oleh faktor-faktor internal dan eksternal.
2. Kelompok Formal-Primer. Adalah kelompok sosial yang umumnya bersifat formal namun
keberadaannya bersifat primer. Kelompok ini tidak memiliki aturan yang jelas, walaupun
tidak dijalankan secara tegas. Begitu juga kelompok sosial ini memiliki struktur yang
tegas walaupun fungsi-fungsi struktur ini diimplementasikan secara guyub. Terbentuknya
kelompok ini didasarkan oleh tujuan-tujuan yang jelas ataupun tujuan yang
abstrak. Contoh dari kelompok formal primer adalah keluarga inti, kelompok kekerabatan
dan kelompok-kelompok primordial.

3. Kelompok Informal-Sekunder. Adalah kelompok sosial yang umumnya informal namun


keberadaannya bersifat sekunder. Kelompok ini bersifat tidak mengikat, tidak memiliki
aturan dan struktur yang tegas serta dibentuk berdasarkan sesaat dan tidak mengikat
bahkan bisa terbentuk walaupun memiliki tujuan-tujuan yang kurang jelas. Contoh

5
kelompok ini adalah klik, kelompok persahabatan, kelompok anak muda (geng),
kelompok percintaan (pacaran), dan semacamnya.
4. Kelompok Informal-Primer. Adalah kelompok sosial yang terjadi akibat meleburnya
sifat-sifat kelompok sosial formal-primer atau disebabkan karena pembentukan sifat-sifat
di luar kelompok formal-primer yang tidak dapat ditampung oleh kelompok formal-
primer. Kelompok ini juga merupakan bentuk lain dari kelompok informal-sekunder
terutama menonjol di hubungan-hubungan mereka yang sangat pribadi dan mendalam.

Ilustrasi dari kelompok ini adalah sebagi berikut, suatu saat seorang polisi dari Surabaya
yang baru lulus sekolah polisi di Sukabumi dikirim bertugas di suatu daerah transmigran di
Lampung. Di sana ia bertugas bersama polisi lainnya yang juga baru lulus sekolah polisi di
Porong, Jawa Timur. Bersama polisi-polisi lainnya mereka bertugas di tempat tugas yang baru
itu. Hubungan-hubungan sosial yang mereka bangun begitu mendasar, penuh dengan
persaudaraaan, dan bahkan dalam pernyataan-pernyataan mereka saling katakan bahwa mereka
adalah saudara, bahkan melebihi saudara. Dalam kenyataannnya juga demikian hubungan
sosial di antara anggota keluarga (istri dan anak-anak) meraka sangat akrab dan intensif
berhubungan satu dengan lainnya. Bahkan mereka saling bergantian menjadi wali dari anak-
anak mereka yang menikah dan sebagainya. Hubungan-hubungan sosial macam ini terus
berjalan sehingga anak-anak mereka menjadi saudara sesusuan keluarga lainnya. Mereka telah
menjadi keluarga informal dan menjalani kehidupan kelompok macam itu sebagaimana
kehidupan sosial keluarga lainnya.
Selain empat tipe kelompok sosial di atas, tipe lain dari kelompok sosial dapat pula
didasarkan atas jumlah (besar kecilnya jumlah anggota), wilayah (desa, kota, negara),
kepentingan (tetap atau permanen atau sementara), derajat interaksi (erat atau kurang eratnya
hubungan) atau kombinasi dari ukuran yang ada. Pada umumnya kelompok sosial di atas
adalah kelompok sosial yang teratur, artinya mudah diamati dan memiliki struktur yang relatif
jelas. Ada pula kelompok sosial yang tidak teratur, artinya sulit diamati strukturnya dan
sifatnya sementara seperti kerumunan dan publik. Kerumunan (crowd) merupakan kelompok
manusia yang terbentuk secara kebetulan, tiba-tiba (suddenly) dalam suatu tempat dan waktu
yang sama karena kebetulan memiliki pusat perhatian yang sama. Pada kerumunan, umumnya
tidak ada interaksi sosial di antara orang-orang, begitu juga di antara mereka tidak ada ikatan
sosial yang mendalam walaupun mungkin memiliki perasaan yang sama dengan orang lain
yang berada di tempat yang sama itu.

6
Sebagaimana kenyataannya, bahwa manusia pada awalnya lahir dalam kelompok
formal-primer yaitu keluarga, di mana kelompok ini disebut sebagai salah satu dari jenis
kelompok-kelompok kecil yang paling berkesan bagi setiap individu. Isolasi kehidupan
individu dalam keluarga tak bertahan lama, karena seirama dengan perkembangan fisik,
intelektual, pengalaman dan kesempatan, individu mulai melepa hubungan-hubungan keluarga
dan memasuki dan menyebar untuk menjalankan berbagai kegiatannya dan bertemu dengan
manusia lain yang memiliki kesamaan tujuan, kepentingan, dan berbagi aspirasi
lainnya. Dalam proses pelepasan tersebut sehingga membentuk kelompok lainnya individu
terus beradaptasi. Di dalam kelompok, masing-masing anggota berkomunikasi, saling
berinteraksi, saling pengaruh memengaruhi satu dengan lainnya.
Pergaulan dalam kelompok tersebut memengaruhi dan menghasilkan kebiasaan-
kebiasaan yang melembaga agi setiap anggota kelompok, kebiasaan itu menciptakan pola
perilaku yang dilakukan terus-menerus. Perilaku yang sudah berpola-pola itu akan membentuk
sikap setiap anggota kelompok. Kebiasaan yang melembaga, perilaku, dan sikap tersebut
berjalan secara simultan di antara individu dan kelompok.
Lebih jauh lagi proses sosial semacam ini oleh Berger dan Lukcmann katakan sebagai
proses konstruksi sosial yang terjadi secara simultan dalam tiga proses, yaitu eksternalisasi,
objektivasi, dan internalisasi. Sehingga pada tahap berikutnya individu akan
menginternalisasikan semua sikap dan perilaku yang diperoleh dari kelompoknya dalam
kehidupan pribadinya.

2. Lembaga (Pranata) Sosial


Lembaga (pranata) sosial adalah sekumpulan tata aturan yang mengatur interaksi dan
proses-proses sosial di dalam masyarakat. Lembaga sosial memungkinkan setiap struktur dan
fungsi serta harapan-harapan setiap anggota dalam masyarakat dapat berjalan, dan memenuhi
harapan sebagaimana yang disepakati bersama. Dengan kata lain lembaga sosial digunakan
untuk menciptakan ketertiban (order).
Wujud konkret dari pranata sosial adalah aturan, norma, adat istiadat dn semacamnya
yang mengatur kebutuhan masyarakat dan telah terinternalisasi dalam kehidupan manusia,
dengan kata lain pranata sosial adalah sistem norma yang telah melembaga atau menjadi
kelembagaan di suatu masyarakat. Misalnya, kebutuhan orang terhadap penyembuhan
penyakit, menghasilkan kedokteran, perdukunan, penyembuhan alternatif. Kebutuhan
manusia terhadap pendidikan bagi anggota keluarganya, melahirkan pesanren, taman
pendidikan bagi anggota keluarganya, melahirkan pesantren, taman kanak-kanak, sekolah
7
menengah, perguruan tinggi, dan lainnya. Kebutuhan akan mata pencaharian, menimbulkan
sistem mata pencaharian pertanian, peternakan, koperasi, industri. Kebutuhan manusia
terhadap perkawinan, melahirkan sistem perkawinan dan keluarga. Kebutuhan akan
keindahan, menimbulkan kesusastraan, kesenian. Kebutuhan kesehatan jasmani,
menimbulkan lembaga pemeliharaan kesehatan, kedokteran kecantikan, dan lainnya.
3.Stratifikasi Sosial (Social Stratification)
Stratifikasi atau strata sosial adalah struktur sosial yang berlapis-lapis di dalam
masyarakat. Lapisan sosial menunjukkan bahwa masyarakat memiliki strata, mulai dari yang
terendah sampai yang paling tinggi. Secara fungional, lahirnya strata sosial ini karena
kebutuhan masyarakat terhadap sistem produksi yang dihasilkan oleh masyarakat di setiap
strata, di mana sistem produksi itu mendukung secara fungsional masing-masing strata.
Menurut Pitirim Sorokim yang dikutip dari Soekanto, Social Stratification adalah
pembedaan penduduk dan masyarakat ke dalam kelas-kelas sosial secara bertingkat
(Soekanto,2002:228), yaitu kelas-kelas tinggi dan kelas-kelas rendah. Setiap masyarakat
selalu mempunyai lapisan, mulai yang sederhana sampai yang rumit, tergantung dari teknoogi
yang dikuasai masyarakat tersebut. Dalam masyarakat yang kompleks, maka perbedaan
kedudukan dan peranan juga bersifat kompleks.
Secara umum, strata sosial di masyarakat melahirkan kelas-kelas sosial yang terdiri dari
tiga tingkatan, yaitu atas (upper class), menengah (middle class), dan bawah (lower
class). Kelas atas mewakili kelompok elite di masyarakat yang jumlahnya sangat
terbatas. Kelas menengah mewakili kelompok profesional, kelompok pekerja, wiraswastawan,
pedagang, dan kelompok fungsional lainnya. Sedangkan kelas bawah mewakili kelompok
pekerja kasar, buruh harian, buruh lepas, dan semacamnya. Secara khusus, kelas sosial ini
terjadi pada lingkungan-lingkungan khusus pada bidang tertentu sehingga content varian strata
sosial sangat spesifik berlaku pada lingkungan itu. Content varian lebih banyak menyangkut
varian strata dalam satu lingkungan yang membedakannya dengan strata pada lingkungan
lainnya. Jadi, apabila kelas sosial di suatu lingkungan sosial menempati struktur strata yang
paling tinggi belum tentu kelas yang sama terjadi pada strata sosial lainnya di tempat lain pula.
Kelas sosial dengan strata sosial tertentu adakalanya terbentuk dengan sendirinya, ada
pula yang dibentuk berdasarkan hukumnya. Strata kelas sosial yang terbentuk dengan
sendirinya adalah berdasarkan pada kepandaian, tingkat umur, sifat keaslian keanggotaan
kerabat, harta dalam batas-batas tertentu. Sedangkan strata kelas sosial yang dibentuk
berasarkan tujuan tertentu adalah seperti pemimpin dan yang dipimpin, yang memiliki
kekayaan dan yang tidak, dan yang memiliki kekuasaan atau yang rakyat biasa.
8
Dasar pembentukan kelas sosial adalah (a) ukuran kekayaan; (b) ukuran kepercayaan;
(c) besaran kekuasaan; (d) ukuran keselamatan; (e) ukuran ilmu pengetahuan dan pendidikan.

4.Mobilitas Sosial (Social Mobility)


Menurut Horton dan Hunt (Narwoko dan uyanto, 2004:188) mobiitas sosial dapat
diartikan sebagai suatu gerak perpindahan dari suatu kelas ke kelas sosial lainnya. Mobilitas
bisa berupa peningkatan atau penurunan dalam segi status sosial dan (biasanya) termasuk pula
segi penghailan yang dapat dialami oleh beberapa individu atau oleh keseluruhan anggota
kelompok.
Pak Hartono adalah seorang direktur pemasaran di sebuag perusahaan televisi swasta
di Jakarta. Setip harinya ia mengepalai departemennya yang terdiri dari 3 orang wakil direktur
dan 150 orang bawahan yang bekerja di lapangan. Selain diberikan fasilitas mobil dinas dan
asuransi kesehatan, pendapatn Hartono setiap bulannya mencapai angka 15 juta
rupiah. Sebuah angka yang cukup besar bagi seorang pegawai seperti Pak Hartono yang belum
nenamatkan pendidikan S1. pada bulan Juni tahun 2005, dengan terpaksa pak hartono
kehilangan pekerjaannya, perusahaannya tak mampu lagi membayarnya karena Hartono
dianggap tidak produktif oleh pemilik perusahaan bahkan ia dpindahkan ke unit usaha lain di
Yogyakarta.
Pada mulanya Hartono menolaj, namun tidak ada pilihan lain selain PHK apabila ia
tidak pindah ke Yogyakarta. Satu bulan kemudian Pak Hartono memutuskan menerima tugas
barunya di Yogyakarta. Di Yogyakarta ia ditempatkan sebagai staf di sebuah unit Asuransi
yang ada hubunganya dengan perusahaannya dulu di Jakarta. Sebagai anak muda, Hartono
tetap berharap kalau suatu hari ia akan bekerja lebih baik lagi untuk membesarkan
perusahaannya.
Pada cerita lainnya, Pak Umar adalah seorang kapten kapal yang ertugas menahkodai
kapl dagang antarpulau dari Surabaya ke Ambon. Pak Umar sudah bekerja di perusahaan
pelayaran yang memiliki kapal tersebut selama 5 tahun. Pada suatu hari karena perusahaan
membeli kapal baru, dengan tipe kapal yang sama dengan kapal yang sekarang dinahkodai oleh
Pak Umar, kapal yang baru ini diserahkan ke Pak Umar untuk dinahkodai, karena perusahaan
belum percaya kepada kapten kapal lainnya untuk urusan-urusan yang masih baru seperti yang
sekarang ini.
Kisah Hartono ini adalah sebuah serita seseorang yang mengalami turun kelas sosial,
dari seorang direktur menjadi seorang staf di sebuah kantor atau perusahaan. Sedangkan cerita
Pak Umar, yang terjadi adalah sebuah proses mobilitas horizontal. Bahkan kisah yang dapat
9
kita saksikan di masyarakat bagaimana seseorang naik dan turun kelas dari strata sosial,
termasuk pula yang mengalami mobilitasi horizontal.
Dengan demikian, secara umum ada tiga jenis mobilitas sosial, yaitu gerak sosial yang
meningkat (socal climbing), gerak sosial menurun (social sinking), dan gerak sosial
horizontal. Ketiga jenis mobilitas sosial ini dapat dialami oleh siapa saja dan kapan saja sesuai
dengan bagimana seseorang mengekpresikan lingkungan sosial dan bagaimana lingkungan
sosial mengekspresikan seseorang secara timbal balik.

5.Kebudayaan
Kebudayaan (culture) adalah produk dari seluruh rangkaian proses sosial yang
dijalankan oleh manusia dalam masyarakat dengan segala aktivitasnya. Dengan demikian,
maka kebudayaan adalah hasil nyata dari sebuah proses sosial yang dijalankan oleh manusia
bersama masyarakatnya.
Pernyataan di atas sejalan dengan selo Sumarjan dan Soelaiman Sumardi, bahwa
kebudayaan sebagai hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. (a) karya, masyarakat
menghasilkan material culture seperti teknologi dan karya-karya kebendaan atau budaya materi
(fisik) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai dan menundukan alam sekitarnya,
sehingga budaya yang besifat fisik ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. (b) rasa, adalah
spiriual culture (nonfisik) meliputi unsur mental dan kejiwaan manusia. Rasa menghasilkan
kaidah-kaidah, nilai-nilai sosial, hukum, dan norma sosial atau yang dsebut dengan pranata
sosial. Apa yang dihasilkan rasa digunakan untuk mengatur masalah-masalah
kemasyarakatan. Misalnya agama, kesenian, ideologi, kebatinan dsb. (c) cipta merupakan
immaterial culture yanng menghasilkan pranata sosial, namun caipta yang menghasilkan
gagasan, berbagai teori, wawasan dan semacamnya yang bermanfaat bagi manusia. (d) karsa
adalah kemampuan untuk menempatkan karya, rasa, dan cipta, pada tempatnya agar sesuai
dengan kegunaan dan kepentingan bagi seluruh masyarakat. Dengan demikian karsa adalah
kecerdasan dalam menggunakan karya, rasa dan cipta secara fungsional sehingga
menghasilkan sesuatu yang bermanfaat lebih bagi manusia dan masyarakat secara luas.

10
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Menurut ilmu sosiologi, struktur sosial adalah tatanan atau susunan sosial yang membentuk
kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat. Susunannya bisa vertikal atau horizontal
Bentuk struktur sosial terdiri dari stratifikasi sosial dan diferensiasi sosial. Masing-masing
punya ciri tersendiri

B. Saran
Dari pembahasan makalah yang kami sajikan di atas, saran kami sebagai penyusun ialah
bharus bisa lebih baik dalam menjalani kehidupan masyarakat agar bisa menjadi suatu
perkumpulan masyarakat yang baik, dan harus memahami arti dari konflik.

11
DAFTAR PUSTAKA

http://kmplnmklh.blogspot.co.id/2016/12/makalah-struktur-sosial.html

12

Anda mungkin juga menyukai