Anda di halaman 1dari 16

DASAR-DASAR PEMBENTUKAN

KELOMPOK SOSIAL
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :

NAMA : 1. ULIMA MANURUNG


2. SHINTA TAMBA
3. JOY PANJAITAN
4. JONI TARIGAN
5. ANNES TAMBUNAN
6. ARIS MANURUNG
7. ALEX LUBIS
8. SATRYA PURBA

YP BINAGUNA TANAH JAWA


T.P. 2021/2022
DASAR-DASAR PEMBENTUKAN
KELOMPOK SOSIAL
A.    DASAR-DASAR PEMBENTUKAN KELOMPOK SOSIAL
Dasar-dasar terbentuknya kelompok sosial adalah karena adanya naluri manusia yang
selalu ingin hidup bersama, namun dalam perkembangan selanjutnya manusia mempunyai
kehendak dan kepentingan yang tidak terbatas maka diperlukan kerja sama dan berfikir bersama-
sama untuk mencapai tujuan itu. Kelompok adalah kesatuan dua atau lebih individu yang
mengalami interaksi psikologik. Komunikasi adalah faktor pembentuk kelompok, sehingga
membentuk norma sosial dan gaya hidup kelompok, yaitu standar sikap dan tingkah laku yang
ditentukan oleh kelompok.
Manusia baru dapat dikatakan sebagai kelompok sosial apabila memenuhi persyaratan
persyaratan menurut Soerjono Soekamto, sebagai berikut:
1.  Setiap anggota tersebut harus sadar bahwa dia merupakan sebagian dari kelompok yang
bersangkutan.
2.      Adanya hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota yang lainya.
3.    Adanya kesamaan dalam beberapa hal seperti nasib, kepentingan, tujuan, ideologi politik dan
lain-lain
4.      Berstruktur, berkaidah dan mempunyai pola perilaku

Ciri-ciri kelompok sosial menurut Muzafer Sherif, adalah sebagai berikut:


1.      Adanya dorongan atau motif yang sama pada setiap individu sehingga terjadi interaksi sosial
sesamanya dan tertuju dalam tujuan bersama
2.      Adanya reaksi dan kecakapan yang berbeda di antara individu satu dengan yang lainya
terkait akibat terjadinya interaksi sosial
3.      Adanya pembentukan dan penegasan struktur kelompok yang jelas, terdiri dari peran dan
kedudukan yang berkembang dengan sendirinya dalam rangka mencapai tujuan bersama
4.      Adanya penegasan dan peneguhan norma-norma pedoman tingkah laku aggota kelompok
yang mengatur interaksi dan kegiatan aggota kelompok dalam merealisasi tujuan kelompok

Ada tiga pandangan tentang tipe-tipe kelompok


1.      Memandang kelompok sebagai orang-orang yang berkumpul secara fisik (penumpang
pesawat, penonton sepak bola, antri belanja di mall)
2.      Sejumlah orang yang mempunyai karakteristik tertentu (kelompok umum, latar belakang
suku, ras, pekerjaan, jenis kelamin dan lain-lain)
3.      Sejumlah orang yang mempunyai pola interaksi tertentu (kelompok pengajian, vokal grup
gereja, kelompok organisasi politik dan lain-lain)
Berdasarkan ukuranya, kelompok sosial dapat di bagi atas dua bentuk, diantaranya:
1.      Kelompok sosial kecil (face to face grouping), seperti keluarga, siswa saat sekolah, desa dan
sebagainya
2.      Kelompok sosial besar, seperti kota, bangsa,meskipun tidak saling kenal, namun sudah pada
kepentingan bersama.
Adapun kelompok sosial yang kompleks, dimana seseorang sekaligus menjadi anggota
kelompok sosial lain, seperti kelompok sosial atas dasar gabungan kekerabatan usia, sex, bidang
pekerjaan, kedudukan dan sebagainya. Secara umum kelompok sosial dapat diklasifikasikan
menjadi dua yakni kelompok sosial yang teratur dan tidak teratur. Kelompok sosial yang teratur
adalah sebagai berikut:
1.      In-group dan out group :  hal ini terdapat pada segala lapisan masyarakat, seperti  Rukun
warga (RT), Rukun Warga (RW),
2.      Primary group dan secondary group: kelompok itu menjadi primer kerena masih saling
kenal, pertalian darah dan persahabatan. Sekunder karena sifatnya yang didasari kerja sama
atas hitungan untung rugi
3.      Gemeinschaft dan gesellschaft: dikatakan Gemeinschaft karena didasarkan ikatan batin yang
bersifat alamiah, maka ada Gemein-schaft by blood, gemeinschaft of mind, gemeinschaft of
place, sedangkan  gesellschaft karena ikatan lahiriah yang mekanis, seperti perjanjian
dagang, anggota organisasi, karyawan dan sebagainya.
4.      Formal group dan informal group: kelompok sosial menjadi formal karena sistem hubungan
itu sengaja diciptakan, maka setiap orang dalam organisasi itu memiliki kedudukan. Jika
hubungan itu karena pertemuan berulang-ulang secara pribadi maka disebut informal atau
biasa disebut clique
5.      Membership dan reference group: kelompok sosial ini disebut reference group karena
berusaha mengidentifikasi dirinya pada kelompok dimana ia bukan anggota, misalnya orang
yang tidak berhasil mahasiswa mencoba berperilaku mirip mahasiswa (member X non-
Member.

Komunitas (community) dapat didefinisikan sebagai penduduk suatu wilayah yang dapat
menjadi tempat terlaksananya kegiatan kehidupan kelompok manusia. Orang desa berbeda
dengan orang kota karena berbeda kondisi fisiknya. Terisolasinya komunitas desa tradisional,
homogenitas, pekerjaan di bidang pertanian dan ekonomi subsistensi cenderung menciptakan
orang bersifat hemat, bekerja keras, konservatif, dan etnosentris. Perubahan teknologi cenderung
melahirkan revolusi desa yang sekaligus berkurangnya isolasi desa, muncul usaha pertanian
komersial dan cara hidup menyerupai kota. Keberadaan kota sebagai akibat surplus hasil
pertanian dan sarana transportasi. Perkembangan yang menonjol dalam struktur kota ialah
munculnya daerah metropolitan atau kota mandiri di wilayah pinggiran kota yang sangat
berkaitan dengan pertumbuhan jumlah penduduk. Kondisi ini membawa kecenderungan terjadi
ke daerah desa dan kota-kota kecil. Kampung kumuh merupakan akibat dari adanya penghuni
kampung yang berpenghasilan rendah. Keberadaan kampung seperti itu terjerat dalam lingkaran
sebab akibat dari ketidak pedulian dari pemilik rumah. Kadang-kadang kebijakan pengadaan
rumah rakyat untuk menanggulangi kerapuhan kota kurang banyak memberi hasil yang
menggembirakan, karena pengadaan rumah rakyat dapat juga mempertegas isolasi kaum miskin
dari kelompok masyarakat lainnya. Kota merupakan gabungan dari beberapa wilayah alamiah
(natural area) yang secara terus menerus berubah melalui proses ekologi. Kehidupan dan
kepribadian urban dipengaruhi oleh kondisi fisik dan sosial kota. Kondisi kepadatan penduduk,
jarak sosial dan keteraturan hidup menciptakan kepribadian urban yang berbeda, rasa sepi,
materialistis, rasa tidak aman dan berdikari, walaupun teori mendapat tantangan dari ahli
sosiologi yang lain. Suatu anggapan umum bahwa kehidupan desa dan orang desa lebih baik dari
pada kehidupan kota dan orang kota. Dewasa ini perbedaan antara desa sudah mulai terkikis
secara cepat. Perbedaan yang masih terlihat antara desa dengan kota adalah dalam klasifikasi
pekerjaan. Dalam segi kehidupan sosial terlihat para penduduk desa non petani jumlahnya
meningkat dalam lebih berperilaku urban daripada desa. Kelompok miskin kota yang berasal dari
kelompok minoritas merupakan kelas sosial terlantar, mereka tidak mempunyai pekerjaan dan
tidak mampu pindah ke kota atau daerah lain untuk memperoleh pekerjaan. Pembangunan kota
kecil terbatas dalam upaya menyalurkan penduduk dan usaha bidang industri ke komunitas baru
yang telah dirancang. Perencanaan kota merupakan suatu upaya untuk menanggulangi masalah-
masalah kota yang semakin kompleks.

TIPE-TIPE KELOMPOK SOSIAL


Kelompok sosial sangat penting karena sebagian besar kegiatan manusia berlangsung
didalamnya. Tanpa kita sadari sejak lahir hingga meninggal kita menjadi anggota berbagai jenis
kelompok. Berdasarkan atas kesadaran jenis, hubungan satu sama lain dan ikatan organisasi,
Bierstedt membedakan empat jenis kelompok sosial, yaitu :
1.      Kelompok asosiasi, para anggotanya mempunyai kesadaran jenis dan persamaan kepentingan
pribadi (like interest), adanya kontak dan komunikasi. Contohnya adalah fakultas, senat
mahasiswa dan lain-lain.
2.      Kelompok sosial, merupakan anggotanya mempunyai kesadaran jenis dan berhubungan satu
sama lain tetapi tidak terikat dalam kegiatan organisasi. Contoh : kelompok teman, kerabat,
dan lain-lain.
3.      Kelompok kemasyarakatan, merupakan kelompok yang hanya memenuhi satu persyaratan,
yaitu kesadaran akan persamaan di antara mereka, belum ada kontak komunikasi diantara
mereka.
4.      Kelompok statistik merupakan kelompok yang tidak merupakan organisasi dan memiliki
hubungan sosial dan kesadaran jenis. Contoh pengelompokan jumlah penduduk berdasarkan
usia. Disamping itu terdapat beberapa tipe kelompok sosial yaitu:
a.       Kolektifitas, yaitu jumlah orang yang mempunyai solidaritas atas dasar nilai bersama
yang dimiliki serta mempunyai rasa kewajiban moral untuk menjalankan peranan yang
diharapkan
b.      Kategori sosial, yaitu himpunan peranan yang mempunyai ciri sama seperti jenis kelamin
dan usia
c.       Solidaritas mekanis, yaitu bentuk solidaritas yang menandai masyarakat yang masih
sederhana, dalam mana kelompok – kelompok manusia tinggal secara tersebar dan hidup
terpisah satu dengan yang lainnya
d.      Solidaritas organis, yaitu bentuk solidaritas yang mengikat masyarakat kompleks yang
telah mengenal pembagian kerja yang rinci dan dipersatukan oleh
kesalingketergantungan antar bagian
e.       Gemeinschaft, yaitu kehidupan bersama yang intim, pribadi dan eksklusif dan suatu
keterikatan yang dibawa sejak lahir
f.       Gemeinshaft by blood, yaitu ikatan – ikatan kekerabatan
g.      Gemeinshaft by place, yaitu ikatan berlandaskan kedekatan letak tempat tinggal serta
tempat kerja yang mendorong orang untuk berhubungan secara intim satu sama lain dan
mengacu pada kehidupan bersama di daerah pedesaan.
h.      Gemeinschaft of mind, yaitu hubungan persahabatan yang disebabkan karena persamaan
keahlian atau pekerjaan serta pandangan yang mendorong untuk saling berhubungan
secara teratur
i.        Kelompok primer, yaitu kelompok formal, tidak pribadi dan bercirikan kelembagaan
j.        Kelompok dalam (summer), yaitu kelompok yang ditandai persahabatan, kerja sama,
keteraturan dan kedamaian diantara anggotanya
k.      Kelompok acuan, yaitu kelompok yang menjadi acuan seseorang untuk bersikap, menilai
maupun bertindak
l.        Aliran, yaitu pengelompokkan yang terdiri atas partai – partai politik yang masing –
masing mempunyai massa sendiri.
m.    Kelompok sosial yang diuraikan di atas merupakan bentuk kelompok sosial yang teratur,
disamping itu dalam kehidupan kemasyarakat kita menjumpai kelompok sosial yang
tidak teratur sebagaimana uraian berikut.

SITUASI KELOMPOK SOSIAL


Situasi kelompok sosial artinya, suatu situasi ketika terdapat dua individu atau lebih mengadakan
interaksi sosial yang mendalam satu sama lain.
Situasi kelompok sosial tersebut menyebabkan terbentuknya kelompk sosial, artinya suatu
kesatuan sosial yang terdiri atas dua atau lebih indvidu yang teah mengadakan interaksi sosial
yang cukup intensif dan teratur sehingga di antara individu itu sudah terdapat pembagian tugas,
struktur, dan norma-norma tertentu.
Secara umum, kelompok sosial tersebut diikat oleh beberapa faktor berikut.
a.       Bagi anggota kelompok, suatu tujuan yang realistis, sederhana, dan memiliki nilai
keuntungan bagi pribadi.
b.      Masalah kepemimpinan dalam kelompok cukup berperan dalam menentukan kekuatan ikatan
antaranggota.
c.       Interaksi dalam kelompok secara seimbang merupakan alat perekat yang baik dalam
membina kesatuan dan persatuan anggota.
Dari situasi kelompok sosial dapat menimbulkan bermacam-macam kelompok sosial.
1)      Charles H. Cooley membagi kelompok menjadi :
a)      Kelompok primer (primary group), artinya suatu kelompok yang anggota-anggotanya
mempunyai hubungan/interaksi yang lebih intensif dan lebih erat antaranggotanya.
b)      Kelompok skunder (secondary group), artinya suatu kelompok yang anggota-anggotanya
saling mengadakan hubungan yang tidak langsung, berjauhan dan formal, dan kurang
bersifat kekeluargaan.
2)      Crech dan curtchfield, membagi kelompok menjadi :
a)      Kelompok stabil adalah kelompok yang strukturnya terus tetap, tidak berubah dalam
jangka waktu yang cukup lama.
b)      Kelompok tidak stabil adalah kelompok yang mengalami perubahan progresif meskipun
tanpa terdapat variasi-variasi yang cukup penting dari siatuasi eksternal
3)      French membagi kelompok menjadi :
a)      Kelompok terorganisir adalah kelompok yang menunjukan secara tegas lebih memiliki
kebebasan sosial, perasaan kita, saling ketergantungan, kesamaan berpartisipasi dalam
kegiatan kelompok, motivasi, frustasi, dan agresi terhadap anggota kelompok lain.
b)      Kelompok tidak terorganisir adalah kelompok yang sedikit sekali kemungkinan bahwa
individu akan dipengaruhi oleh apa yang dikerjakan orang lain.

Kelompok Sosial Tidak Teratur


Ada juga kelompok sosial yang tidak teratur, yakni kerumunan (ukuran kecil) dan public (ukuran
besar). Kerumunan terjadi apabila sejumlah orang berada di satu tempat karena suatu perhatian
ataupun kepentingan tanpa ikatan hubungan, seperti di Bioskop, di Pasar, di Stasiun Kereta Api
dan sebagainya. Kerumunan sirna jika orangnya bubar. Kadang kala kerumunan berubah situasi
menjadi massa dan bahkan ada yang cenderung menyerang atau merusak.
Menurut  Mayor Polak, sebab – sebab timbulnya kerumunan adalah karena adanya minat, hasrat
atau kepentingan bersama, dan diantara anggotanya berkembang pengaruh dan timbal balik yang
kadang – kadang kuat tetapi tidak kekal serta tidak rasional.
Karakteristik kerumunan adalah sebagai berikut:
a.       adanya kehadiran individu – individu secara fisik dan ukurannya sejauh mata memandang
dan telinga mendengarkan.
b.      merupakan kelompok yang tidak terorganisir sehingga tidak ada pimpinan dan pembagian
kerja dan pelapisan sosial.

Brown membuat sebuah definisi untuk lebih mempertegas pencirian dan pembagian dari
massa kerumunan (crowd). Menurut brown, kerumunan masa dapat dibagi ke dalam dua
golongan besar, yaitu mobs dan Audience. Masing-masing golongan tersebut memiliki cirinya
sendiri.
            Untuk lebih memperjelas perincian pembagian dari kerumunan, Brown membuatnya
dalam sebuah bagan. Perhatikan bagan berikut ini:

1.      Crowd (kerumunan) adalah sekelompok individu yang untuk sementara menunjukkan
kesatuan perasaan dan aksi, disebabkan kenyataan bahwa perhatian mereka berpusat pada
objek, bahan, atau ideal yang sama.
2.      Mobs adalah suatu kerumunan aktif yang menyebabkan kerusakan – kerusakan.
3.      Aggressive adalah suatu bentuk kerumunan yang mengarah pada penghancuran dan
perusakan.
4.      Exope adalah suatu bentuk tingkah laku kolektif yang lahir dari kemudahan – kemudahan
menghadapi ancaman, sehingga lebih berbentuk suatu aktivitas/gerakan massal yang
berbondong – bondong melarikan diri dari sumber ancaman atau bahaya.
5.      Acquisitive adalah kualitas hasrat yang besar untuk memperoleh dan memilikinya.
6.      Expressive adalah suatu bentuk tingkah laku massa yang lebih berbentuk lontaran dan
cetusan perasaan sesaat saja.
7.      Audience atau secondary crowd adalah terbentuknya suatu kelompok karena adanya
penggerak yang sama.
8.      Casual adalah suatu kerumunan massa, yang terbentuknya tidak direncanakan lebih dulu.
9.      Intensional adalah suatu bentuk kerumunan massa yang terbentuknya direncanakan terlebih
dahulu.
10.  Recreational adalah suatu kerumunan yang terbentuk dalam kesempatan rekreasi dan
mencari kesenangan.
11.  Information seeking adalah suatu kerumunan yang berbentuk usaha dari individu – individu
di dalam kerumunan untuk mendapatkan kepastian suatu informasi yang masih belum jelas.
12.  Lynching adalah suatu bentuk kemarahan massa yang diarahkan pada individu sebagai objek,
biasanya berbentuk pengeroyokan sampai terjadi pembunuhan.
13.  Terrorization adalah suatu bentuk kriminalitas massal yang berbentuk terror.
14.  Riot adalah bentuk gerakan massa yang menghancurkan dan merusak lingkungan.
15.  Panic organization adalah perilaku yang berkembang manakala kerumunan pada suatu
kelompok menjadi histeris atau kacau.
16.  Panic in organization adalah perilaku yang berkembang manakala kerumunan pada suatu
kelompok tidak menjadi histeris atau kacau.

B.     BENTUK – BENTUK KELOMPOK SOSIAL MENURUT PARA AHLI


1.      IN GRROUP DAN OUT GROUP
            Kelompok sosial merupakan tempat dimana individu mengidentifikasikan dirinya sebagai
in groupnya. Suatu kelompok sosial merupakan in group atau tidak bersifat relatif dan tergantung
pada situasi-situasi kelompok sosial yang tertentu. Out group diartikan oleh individu sebagai
kelompok yang menjadi lawan in groupnya.
            Sikap in group biasanya didasarkan pada faktor simpati dan selalu mempunyai perasaan
dekat dengan anggota-anggota kelompok. Sedangkan sikap out group selalu ditandai dengan
suatu kelainan yang berwujud antagonisme atau antipati. Perasaan in group atau out group atau
perasaan dalam atau luar kelompok dapat merupakan dasar suatu sikap yang dinamakan
etnosentrisme. Anggota dalam suatu kelompok menganggap bahwa kebiasaan kelompoknya
adalah yang terbaik dibandingkan dengan kelompok lainnya. Atau kata lain etnosentrisme
merupakan suatru sikap untuk menilai unsur-unsur kebudayaan lain dengan mempergunakan
ukuran kebudayaan sendiri.
In group merupakan kelompok sosial dimana individu mengidentifikasikan dirinya
Out group adalah kelompok sosial yang oleh individu diartikan sebagai lawan in groupnya
Perasaan in group atau out group didasari dengan suatu sikap yang dinamakan etnosentris.

2.      KELOMPOK PRIMER (PRIMARY GROUP) DAN KELOMPOK SEKUNDER


(SECONDARY GROUP)
            Menurut  Cooley, kelompok primer merupakan kelompok sosial paling sederhana,
dimana anggotanya saling mengenal serta ada kerja sama yang erat. Contohnya keluarga,
kelompok bermain
            Kelompok sekunder merupakan kelompok yang terdiri dari banyak orang, yang sifat
hubungannya tidak berdasarkan pengenalan secara pribadi dan juga tidak langgeng. Contohnya
hubungan kontrak jual beli.

3.    PAGUYUBAN (GEMEINSCAFT) DAN PATEMBAYAN (GESELSCHAFT)


            Menurut Ferdinand Tonies hubungan-hubungan yang positife antara manusia selalu
bersifat geminschaft dan gessellschaft. Paguyuban merupakan bentuk hubungan kehidupan
bersama dimana angoota-anggotanya diikat oleh hubungan bathinyang murni dan bersifat
alamiah serta bersifat kekal. Dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta dan rasa kesatuan batin
yang memang telah dikodratkan. Bentuk paguyuban akan ditemui dalam kehidupan keluarga,
kelompok kekerabatan, rukun tetangga, dan lain sebagainya.
            Patembayan (gessellschaft) adalah ikatan batin yang bersifat pokok untuk jangka waktu
yang pendek, bersikap sebagai suatu bentuk dalam fikiran belaka.(imaginary) serta strukturnya
bersifat mekanis yang dapat diumpamakan seperti sebuah mesin.bentuk gesselschaft terutama
terdapat dalam hubungan perjanjian berdasarkan ikatan timbal balik, misalnya ikatan para
pedagang, organisasi dalam suatu pabrik, industri, dan lain sebagainya.
Menurut Tonnies paguyuban (gemeinschaft) mempunyai ciri sebagai berikut :
1)      Intimate
Yaitu hubungan yang menyeluruh dan mesra
2)      Private
Yaitu hubungan yang bersifat pribadi, khusus untuk beberapa orang saja
3)      Exclusive hubungan tersebut hanyalah untuk “kita” sajadan tidak untuk orang lain diluar
“kita”

Type-type Paguyuban
1)      Ikatan darah (gemeinschaft by blood)
Ikatan yang berdasarkan pada hubungan darah atau keturunan
Contoh : keluarga,  dan kelompok kekeluargaan
2)      Tempat
Yaitu paguyuban yang terdiri dari orang-orang yang berdekatan tempat tinggal sehingga
dapat saling tolong menolong.
Contoh : rukun tetangga, rukun warga, arisan
3)      Jiwa- fikiran
Yaitu terdiri dari orang-orang yang walaupun tak mempunyai hubungan darah, ataupun
tempat tinggalnya tidak berdekatan, tetapi mereka mempunyai jiwa dan fikiran yang sama,
ideologi yang sama. Paguyuban ini biasanya tidak sekuat paguyuban karena hubungan darah.

4.      MEMBERSHIP GRUP DAN REFERENCE GRUP


            Robert K. Merton merupakan salah seorang ahli sosiologi yang benyak menulis mengenai
konsep kelompok. Merton mendefinisikan konsep kelompok secara sosiologi sebagai “orang
yang saling berinteraksi sesuai dengan pola-pola yang telah mapan.
Merton menyebutkan 3 kriteria objektif dari suatu kelompok.
         Kelompok ditandai seringnya terjadi interaksi
         Pihak-pihak yang berinteraksi mendefinisikan diri mereka sebagai anggota
         Pihak-pihak yang berinteraksi didefinisikan oleh orang lain sebagai anggota kelompok

Pembedaan kelompok menurut Robert K. Merton dibagi menjadi 2 yaitu: Membership Group
dan Reference Group.
         Membership Group
     merupakan kelompok dimana setiap orang secara fisik menjadi anggota kelompok
tersebut. Batas-batas yang dipakai untuk menentukan keanggotaan seseorang pada suatu
kelompok secara fisik tidak dapat dilakukan secara mutlak. Hal ini disebabkan karena
perubahan-perubahan keadaan, situasi yang tidak tetap akan mempengaruhi derajat interaksi
di dalam kelompok tadi sehingga adakalanya seorang anggota tidak begitu sering berkumpul
dengan kelompok tersebut, walaupun secara resmi di belum keluar dari kelompok yang
bersangkutan. Selain itu membership group adalah tempat setiap orang secara fisik menjadi
anggota kelompok secara otomatis.
         Reference Group adalah kelompok sosial yang menjadi acuan bagi seseorang (bukan
anggota kelompok) untuk membentuk pribadi dan prilakunya. Dengan kata lain seorang yang
bukan anggota kelompok sosial bersangkutan mengidentifikasi dirinya dengan kelompok
tadi, misalnya seseorang yang ingin sekali menjadi mahasiswa tetapi gagal memenuhi
persyaratan untuk memasuki salah satu perguruan tinggi, bertingkah laku sebagai mahasiswa,
walaupun dia bukan mahasiswa.
     Reference group adalah suatu grup tempat seseorang mengidentifikasi diri atas dasar norma-
norma dan tujuan –tujuan grup yang disetujui orang itu karena nilai/norma grup yang diangga
cukup baik untuk dituruti. Reference grup mempengaruhi prilaku seseorang dapat berubah-ubah
sesuai dengan situasinya, pada masa remaja, seseorang menjadikan kelompok selebriti sebagai
grup referensinya sehingga mereka berupaya meniru pakaian atau potongan rambut artis itu.
     Robert K. Merton menyebut beberapa hasil karya Harrold H. Kelley, Shibutani dan Ralph H.
Tunner mengemukakan adanya dua tipe umum reference group yaitu:
1)      Tipe normatif (normative type) mengemukakan dasar – dasar bagi kepribadian seseorang.
Tipe ini mengemukakan sumber nilai bagi individu, baik yang menjadi anggota maupun yang
bukan anggota kelompok, contohnya adalah anggota angkatan bersenjata yang berpegang
teguh pada tradisi yang telah dipelihara oleh para veteran.
2)      Tipe perbandingan (comparison type) yang merupakan pegangan bagi individu di dalam
menilai kepribadiannya. Tipe ini lebih dipakai sebagai perbandingan untuk menentukan
kedudukan seseorang misalnya status ekonomi seseorang dibandingkan dengan status
ekonomi dari orang-orang semasyarakat.

5.      GRUP FORMAL DAN INFORMAL

            Grup formal adalah grup yang mempunyai peraturan-peraturan yang tegas dan dengan
khusus dirumuskan oleh anggota-anggotanya untuk mengatur antar mereka, misalnya peraturan-
peraturan untuk memilih seorang ketua, pemungutan uang iuran dan sebagainya, seringkali
peraturan-peraturan grup yang menjabarkan norma-norma grup dirumuskan secara tertulis. Ciri-
ciri formal lazimnya berukuran besar, misalnya ada pemangku tugas-tugas grup , ada sebuah
tempat pertemuan secara teratur dan keputusan-keputusan grup lebih menekankan pada efisiensi
kegiatan grup.
            Sedangkan grup informal peraturan – peraturan tertulis tidak terdapat, grup informal
biasanya berbentuk karena saling berhubungan yang berulang kali menghasilkan pertemuan
kepentingan bersama atas dasar pengalaman pengalaman yang sama. Ciri-ciri informal lazimnya
berukuran kecil, misalnya tidak ada seorang pemangku tugas secara khusus atau tempat
pertemuan secara teratur dan keputusan-keputusan

6.      SOLIDARITAS MEKANIS DAN SOLIDARITAS ORGANIS


1)      Solidaritas mekanis
          Solidaritas Mekanis merupakan ciri yang menandai masyarakat yang masih sederhana,
dalam masyarakat demkian kelompok-kelompok manusia tinggal secara tersebar dan hidup
terpisah satu dengan yang lain, masing-masing kelompok dapat memenuhi kebutuhan mereka
masing-masing tanpa memerlukan bantuan dan kerjasama dengan kelompok diluarnya.
Masing-masing anggota pada umumnya dapat menjalankan peranan yang diperankan oleh
anggota lain, pembagian kerja belum berkembang.
          Dalam masyarakat yang menganut solidaritas mekanis yang diutamakan adalah
persamaan prilaku dan sikap, perbedaan tidak dibenarkan. Menurut durkheim seluruh warga
masyarakat diikat oleh apa yang dinamakannya collective conscience yaitu suatu kesadaran
bersama yang mencakup keseluruhan kepercayaan dan perasaan kelompok dan bersifat
ekstern serta memaksa. Sanksi terhadap pelanggaran hukum disini bersifat represif, barang
siapa melanggar solidaritas sosial akan dikenai hukuman pidana. Kesadaran bersama tersebut
mempersatukan para warga masyarakat dan hukuman terhadap pelanggar aturan bertujuan
agar ketidakseimbangan yang diakibatkan oleh kejahatan tersebut dapat dipulihkan kembali.
2)      Solidaritas organis
          Merupakan bentuk solidaritas yang mengikat masyarakat kompleks masyarakat yang
telah mengenal pembagian kerja yang rinci dan dipersatukan oleh kesaling-tergantungan
antar  bagian. Tiap anggota menjalankan peranan yang berbeda dan diantara berbagai
peranan yang ada terdapat kesaling-tergantungan. Pada masyarakat dengan solidaritas
organis ini, ikatan utama yang mempersatukan masyarakat bukan lagi collective conscience
melainkan kesepakatan-kesepakatan yang terjalin diantara berbagai kelompok profesi, disini
hukum yang menonjol bukan lagi hukum pidana melainkan ikatan-ikatan hukum perdata.
Dalam hal terjadi pelanggaran terhadap kesepakatan bersama maka yang berlaku adalah
sanksi restitutif, sipelangar harus membayar ganti rugi pada pihak yang menderita kerugian
untuk mengembalikan keseimbangan yang telah dilanggarnya
C.    PARTIKULARISME DAN EKSKLUSIVISME
1.      Definisi Partikularisme dan Eksklusivisme
a)      Partikularisme
  In The Sage Dictionary of Sociology, particularistic is people act in very different ways
towards different sets of people. “In many traditional societies there is a very clear
difference between what you can do to your own people and what you can do to outsiders
(enslave them, for example).”
  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata partikularisme berarti sistem yang
mengutamakan kepentingan pribadi (diri-sendiri) di atas kepentingan umum; aliran
politik, ekonomi, atau kebudayaan yang mementingkan daerah atau kelompok khusus.
  Jurnal The Identity in Question oleh Ernesto Laclau memaparkan bahwa membahas
mengenai partikularisme berkaitan dengan universal, agama, dan konflik. Mengutip
pernyataannya yaitu “In that case there is no possible mediation between universality
and particularity”, artinya bahwa tidak ada mediasi antara univesal dan partikular. Jadi,
masyarakat yang kemudian dilihat dalam kelompok-kelompok sosial memiliki batasan
atas kelompok satu dengan lainnya yang terkadang batasan atara satu kelompok dengan
yang lainnya bisa nampak jelas atau tidak. Pada perspektif konflik, antara satu kelompok
dengan lainnya terkadang “tidak dimungkinkan adanya mediasi”.
b)      Eksklusivisme
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahwa kata eksklusivisme berarti paham yang
mempunyai kecenderungan untuk memisahkan diri dari masyarakat. Eksklusivisme ini
berkaitan erat dengan partikularisme, sebab mengutamakan kepentingan pribadi kemudian
membuat kelompok tersebut mempunyai kecenderungan memisahkan diri dengan sikap
khusus yang disepakati dalam kelompok.

2.      Implementasi konsep partikularisme dan eksklusivisme dalam kelompok sosial


Implementasi konsep partikularisme dan eksklusivisme dalam kelompok sosial dapat dilihat
dari bagaimana kelompok tersebut diidentifikasi menurut karakteristik kelompok, misalnya
penerapan nilai dan norma dalam kelompok tersebut. Partikular dan eksklusif dapat dilihat dari
cakupan yang lebih luas, artinya melihat kelompok sosial secara global. Konsep ini sering
dikaitkan dengan bahasan universalisme dan globalisasi. Melihat konsep globalisasi, sering
kelompok sosial dengan konsep partikular ini diidentikkan dengan masyarakat tradisional yang
masih kuat mempertahankan nilai dan norma yang dipercayai oleh kelompok tersebut. Di
Indonesia, ada banyak etnis yang ini sesuai dengan konsep partikular dan eksklusif ini. Beberapa
contohnya seperti masyarakat badui, masyarakat suku naga, masyarakat metawai, masyarakat
madura, dan masyarakat bugis.
Kelompok sosial bukan merupakan kelompok yang statis. Setiap kelompok sosial pasti
mengalami perkembangan serta perubahan. Akan tetapi, beberapa kelompok sosial sifatnya lebih
stabil daripada kelompok-kelompok sosial lainya, atau dengan kata lain, strukturnya tidak
mengalami perubahan-perubahan yang tidak mencolok. Ada pula kelompok-kelompok sosial
yang mengalami perubahan-perubahan cepat, walaupun tidak ada pengaruh-pengaruh dari luar.
Ada kelompok yang bersifat lebih permanen atau mantap dan ada pula yang hanya berlangsung
dalam waktu yang singkat.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi integrasi dalam kelompok, yaitu besar-kecilnya
kelompok, mobilitas fisik dan efektivitas komunikasi dalam kelompok. Kelompok yang lebih
kecil biasanya menunjukan hubungan-hubungan antar anggota yang lebih informal dan bersifat
pribadi, dilain pihak jika ada norma-norma yang dihayati bersama oleh semua anggota
kelompok, integrasi kelompok akan lebih kuat dan kecenderungan memperlihatkan partikurisme
sebagai bentuk sikap yang menunjukan hubungan-hubungan yang lebih intim dan tak jarang juga
menunjukan sikap bersaing dengan kelompok lain yang dapat menimbulkan streotip ataupun
ekslusivisme. Implementasi situasi kelompok inilah yang dapat dikategorikan kelompok yang
bersifat tertutup. Dalam hal kelompok yang bersifat tertutup, seseorang yang diterima menjadi
anggotanya akan mengalami saringan yang ketat, dan bahkan kecil sekali kemungkinan bagi
orang luar untuk menjadi anggota kelompok itu. Namun, lebih mudah bagi seseorang memasuki
atau keluar atau meninggalkan keanggotaan dari kelompok yang lebih terbuka. Berdasarkan
sifatnya ini dapat dilihat, kriterianya sebagai berikut:
a)        Kelompok sosial terbuka (open group), yaitu sistem dari suatu kelompok sosial yang
memungkinkan seseorang memasuki atau keluar atau meninggalkan keanggotaan dari
kelompok yang lebih terbuka.
b)        Kelompok sosial tertutup (closed group), yaitu kelompok yang lebih kecil biasanya
menunjukan hubungan-hubungan antar anggota yang lebih informal dan bersifat pribadi,
dilain pihak jika ada norma-norma yang dihayati bersama oleh semua anggota kelompok,
integrasi kelompok akan lebih kuat. Seseorang yang diterima menjadi anggotanya akan
mengalami saringan yang ketat, dan bahkan kecil sekali kemungkinan bagi orang luar untuk
menjadi anggota kelompok itu
Sifat-sifat yang terlihat dalam suatu kelompok sosial juga tidak terlepas dari dasar-dasar
yang melandasi pembentukan kelompok tersebut sekaligus menjadi prinsip-prinsip hubungan
yang mengikat anggota kelompok sosial tersebut, namun terbentuknya suatu kelompok sosial
tidak mutlak hanya atas dasar salah satu faktor melainkan juga atas dasar lebih dari satu faktor
sekaligus. Berikut contoh kasus mengenai hubungan dari dua kelompok yang menunjukan sifat
suatu kelompok, yaitu:

Kasus 1.1
“Hubungan Migran Madura dan Kelompok Etnis Bugis di Kalimantan Barat”
Migran swakarsa orang Madura di Kalimantan Barat berasal dari status sosial ekonomi bawah,
baik ditinjau dari sudut pandang pendidikan maupun sosial ekonominya. Di Kalimantan Barat
umumnya mereka masih tetap berstatus ekonomi sosial di lapisan bawah, walaupun terdapat
kemajuan berarti dalam penghasilan perkapita pertahun, yaitu dari Rp 17.973, 78 di Madura
menjadi Rp 87.500,- di Kalimantan Barat
Latar belakang  pekerjaan mereka di madura adalah tidak bekerja 12%, tani 67%, buruh tani
9,5%, tidak tetap 8,5%, guru agama 0,25%, berdagang 0,75%, nelayan 1,25% dan pandai besi
0,75%. Di kalimantan barat 59,75% dari mereka, kembali bekerja sebagai petani, 40,25%
memasuki sektor informal di perkotaan sebagai tukang becak, penambang sampan, sopir oplet,
pemecah batu, penjual daging sapi, dan buruh harian.
Pola pemukiman mereka di kalimantan barta terbagi dua: pemukiman mengelompok dan
pemukiman sisipan. Pemukiman mengelompok dijumpai di daerah pedesaan, dan pemukiman
sisipan dijumpai di kota-kota. Walaupun mereka bertempat tinggal menyisip di tengah kelompok
etnik lain, namun mereka umumnya tetap berkelompok, artinya tinggal diantara mereka sendiri
secara berdekatan,misalnya satu rumah ditempati dua atau tiga keluarga. Dimadura pola
pemukiman seperti itu disebut sistem tanean lanjang. Tanean lanjang yang terpencar dengan
jarak cukup jauh semakin menimbulkan ikatan kekeluargaan yang erat. Soalnya, untuk
menghadapi kesulitan hidup dan gangguan dari luar, keluarga di dalam tanean lanjang lah yang
pertama tama akan membantu. Dalam sistem tanean lanjang tersebut terdapat solidaritas, yang
diwujudkan dalam bentuk tolong-menolong dan saling membantu ketika menghadapi kesulitan,
baik dengan uang maupun dengan tenaga.
Para migran baru yakin bahwa keluarga atau teman-temannya yang telah menetap di
kalimantan barat akan membantu. Bantuan dapat berupa tempat tinggal sementara, menjamin
kehidupan sehari-hari, seraya mencari pekerjaan hingga suatu saat mereka memiliki tempat
tinggal sendiri dan pekerjaan. Salah satu usaha bersama yang menunjukkan kerukunan dan
solidaritas adalah penerapan sistem arisan. Di kecamatan sungai Ambawang dikenal arisan
tanah, artinya uang yang terkumpul dengan cara arisan ini digunakan untuk membeli tanah
secara bergilir.
Menyimak sejarah kedatangan migran madura di kalimantan barat, orang bugis dipandang
mempunyai peranan penting. Soalnya, mereka adalah salah satu kelompok etnis pertama yang
menampung kedatangan orang Madura dan memberi pekerjaan sebagai penebang hutan dan
pembantu dikebun, serta memberikan tempat tinggal sementara. Jadi pada saat-saat pertama
kedataan orang madura di kalimantan barat., hubungan orang madura dengan orang bugis antra 
pekerja kontrak dengan majikan. Pandangan migran madura terhadap orang bugis, terutama yang
tua-tua, adalah orang bugis yang baik dan dapat diajak bekerja sama. Hubungan baik di bidang
sosial ekonomi ini diperkuat oleh adanya persamaan agama, yaitu sama-sama memeluk agama
islam secara fanatik dalam arti positif.
Selama ini ada prasangka rasial bahwa orang bugis dan orang madura tidak dapat terjalin
dengan aik. Kenyataannya di kalimantan barat tidak demikian. Dikota pontianak misalnya,
penduduk madura diperkirakan 13,09%, sedangkan orang bugis 20,39%. Faktor yang
menyebabkan dua suku bangsa yang sama-sama migran tersebut dapat hidup damai adalah
mereka mempunyai bidang usaha yang berbeda. Tidak ada orang bugis yang menjadi penambang
sampan, penarik becak, penjaja sayuran dan buah-buahan. Jadi jika ada persaingan di bidang
ekonomi atau pencarian nafkah. Bahkan di bidang perkebunan, orang bugis mendapat
kesempatan menggunakan tenaga orang madura yang tekun dan ulet sebagai pembantu.end.
Dari kasus 5.1 dapat diketahui bahwa pola pemukiman migran madura di kalimantan barat
terbagi dua: pemukiman mengelompok dan pemukiman sisipan. Pemukiman mengelompok
dijumpai di daerah pedesaan, dan pemukiman sisipan dijumpaidi kota-kota, berdasarkan
penjelasan tersebut secara sosiologis yang dinyatakan bahwa migran madura tersebut
berkelompok. Apabila merujuk kepada empat dasar yang melandasi pembentukan grup menurut
Koentjaraningrat (1979), maka dasar pembentukan kelompok migran madura yang tinggal di
kalimatan barat adalah territorial (tinggal dekat). Oleh karena, seperti telah dijelaskan dalam
kasus tersebut bahwa pola pemukiman migram madura di kalimantan barat terbagi dua:
mengelompok dan sisipan. Pemukiman mengelompok di daerah pedesaan dan sisipan di
perkotaan. Tinggal mengelompok diantara mereka sendiri secara berdekatan, misalnya satu
rumah ditempati dua atau tiga keluarga.
Sumber:
Syarbaini, syahrial; Rusdianta. 2013. Dasar-dasar Sosiologi. Yogyakarta. Graha Ilmu. Hlm 40-
45
Santoso, slamet. 2004. Dinamika Kelompok Ed. Rev. Cet. 2. Jakarta: Bumi Aksara. Hlm 30-69
Soekanto, soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hlm
99-125
Sunarto, kamanto. 1993. Pengantar Sosiologi. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia. Hlm 90-98
Anwar, yesmil, dan Adang. 2013. Sosiologi untuk Universitas. Bandung: PT Refika Aditama.
Hlm 219
Fredian Tonny Nasdian. 2015. Sosiologi Umum. Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Universalism, Particularism, and the Question of Identity; Author(s): Ernesto Laclau; Source:
October, Vol. 61, The Identity in Question (Summer, 1992), pp. 83-90; Published by: The
MIT Press Stable URL: http://www.jstor.org/stable/778788 Accessed: 25-04-2016 04:42
UTC

https://julitaseptanius.wordpress.com/eksklusivisme-dan-partikularisme-bangsa-israel/ 26 April
2016, pukul : 11.41 WIB.

Anda mungkin juga menyukai