Anda di halaman 1dari 13

Kritik Cerpen

“Ba’da Ashar Kami Melingkar”


Kelompok 4 :
 Anisa Hidayati
 Karlinda
 Diki Julianto
 Moh. Ibnu Azhar
 Gede Agung
Sinopsis Cerpen “Ba’da Ashar Kami Melingkar”
 Kami diinstruksikan untuk mengedarkan secarik kertas dan diperintahkan
untuk menulis nama dan pertanyaan di kertas tersebut. “Maksudnya apa ini?”
reaksi spontan kami setelah instruksi yang cukup aneh itu. Setelah kami
menuliskan nama dan pertanyaan di kertas tersebut, kertas dikumpulkan
kepada Mas Pembina. Setelah itu Mas Pembina mengedarkan kertas itu
kembali. Mas Pembina meminta kami untuk membaca pertanyaan dan
menyakan jawabannya kepada si penulis pertanyaan. “Apa yang mesti kita
lakukan untuk menumbuhkan rasa kekeluargaan di dalam kelompok ini?” Si
penulis begitu ditanya jawabannya dahinya mengkerut karena tidak tau
jawabannya. Beberapa saat setelah Mas Pembina membiarkan si penulis
berpikir, Mas pembina bangkit dari duduknya. “Kalian tau apa maksud dari
semua ini?” Seketika suasana hening. “Apa yang ditanyakan sebelumnya, kini
kembali kepada kalian, untuk ditanyakan jawabannya. Apa yang kalian berikan,
semua akan kembali kepada kalian begitu juga dengan niat kalian.”
 Masyaa Allah, apa niat kita dalam hidup ini? Padahal setiap lima kali dalam
sehari, kita ikrarkan dalam sembahyang. “Shalatku, ibadahku, hidupku, dan
matiku, hanya untuk Allah Tuhan Semesta Alam. Tiada sekutu bagi-Nya dan
demikianlah yang diperintahkan untukku dan akulah orang pertama-tama
berserah diri.”
Pendekatan Objektif
O Pendekatan objektif adalah pendekatan yang
memfokuskan perhatian kepada karya sastra
itu sendiri. Pendekatan ini memandang karya
sastra sebagai struktur yang otonom dan
bebas dari hubungan dengan realitas
pengarang maupun pembaca.
Unsur Intrinsik Cerpen
O Tema :
 Cerpen ini mengangkat tema yang menarik yaitu
tentang Kehidupan Islami (religi). Hal ini terlihat
dari kutipan cerpen berikut.
Kutipan Cerpen : “Shalatku, ibadahku, hidupku, dan
matiku, hanya untuk Allah Tuhan Semesta Alam. Tiada
sekutu bagi-Nya dan demikianlah yang diperintahkan
untukku dan akulah orang pertama-tama berserah diri.”
O Alur :
 Cerpen ini menggunakan alur maju
dimana setiap kejadian yang
terdapat pada cerpen urutannya
sesuai dengan urutan waktu yang
dialami tokoh atau ceritanya
bergerak maju.
O Latar :
 Latar tempat : Latar tempat dalam cerpen ini adalah di
universitas atau tempat kuliah.
Kutipan Cerpen : “Jadi apa niat kalian kuliah? Apa niat kalian
pergi ke tempat ini? Luruskan niatmu dalam kuliah ini, sebab ia
akan berbalas kembali untuk kalian”
 Latar Sosial : latar sosial dalam cerpen ini tidak
dijelaskan secara rinci. Dari awal cerpen hanya
diceritakan tokoh berada di tengah kelompok dimana
kelompok tersebut merasa kebingungan akibat instruksi
yang diberikan oleh Mas Pembina. Mereka tidak bisa
menjawab pertanyaan yang mereka buat sendiri. Mas
pembina mengajari mereka tentang pentingnya niat
dalam hidup.
Kutipan cerpen : “Dibacalah pertanyaan pertama, seperti inilah
bunyinya, “Apa yang mesti kita lakukan untuk menumbuhkan
rasa kekeluargaan di dalam kelompok ini?” Si penulis begitu
ditanya jawabannya dahinya mengkerut karena tidak tau
jawabannya.”
O Penokohan :
 Dalam cerpen ini, tokoh utama tidak dijelaskan
secara mendetail. Seharusnya, tokoh utama dalam
cerpen mempunyai karakteristik atau penokohan
tersendiri. Tokoh utama dalam cerpen ini
diceritakan dalam jumlah banyak (Kami). Adapun
penokohan “kami” adalah penasaran dan dapat
menerima nasihat. Rasa penasaran dari tokoh
“Kami” bisa dilihat dari pertanyaan yang mereka
ajukan setelah mendengar instruksi yang aneh.
Kutipan cerpen : “Maksudnya apa ini?” reaksi spontan
kami setelah instruksi yang cukup aneh itu.”
“Masyaa Allah, apa niat kita dalam hidup ini? Padahal
setiap lima kali dalam sehari, kita ikrarkan dalam
sembahyang.
“Shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku, hanya untuk
Allah Tuhan Semesta Alam. Tiada sekutu bagi-Nya dan
demikianlah yang diperintahkan untukku dan akulah orang
pertama-tama berserah diri.”
 “Si Penulis”, tokoh yang merupakan bagian dari tokoh
“kami” dalam cerpen ini. Tokoh ini digambarkan
kebingungan karena pertanyaannya sendiri.
Kutipan cerpen : “Lalu Mas Pembina memberikan
perintah yang cukup aneh kembali. Mas Pembina
menyuruh untuk membaca pertanyaan yang kami dapati
dan menanyakan jawabannya kepada penulis pertanyaan
itu. Dibacalah pertanyaan pertama, seperti inilah
bunyinya, “Apa yang mesti kita lakukan untuk
menumbuhkan rasa kekeluargaan di dalam kelompok
ini?” Si penulis begitu ditanya jawabannya dahinya
mengkerut karena tidak tau jawabannya.”
 “Mas Pembina” digambarkan sebagai seorang tokoh
pengajar yang memimpin dan menasehati para tokoh
lainnya dalam cerpen ini. Tokoh ini juga menjadi
teladan bagi tokoh lainnya.
Kutipan cerpen : “Mas Pembina itu memberikan
perintah untuk menulis nama dan satu kalimat
pertanyaan bebas dan acak dalam waktu dua menit di
kertas tersebut.”
“Beberapa saat setelah Mas Pembina membiarkan si
penulis berpikir, Mas pembina bangkit dari duduknya.
“Kalian tau apa maksud dari semua ini?” Seketika
suasana hening. “Apa yang ditanyakan sebelumnya, kini
kembali kepada kalian, untuk ditanyakan jawabannya.
Apa yang kalian berikan, semua akan kembali kepada
kalian begitu juga dengan niat kalian.”
O Sudut Pandang :
 Cerpen ini menggunakan sudut
pandang orang pertama karena
tokoh utama dalam cerpen ini
adalah tokoh “Kami”. Tokoh “Kami”
yang mengisahkan jalan cerita.
Gaya Bahasa

O Repetisi : Mengulang
kata yang bermakan
sama dalam sebuah
kalimat
Kutipan cerpen :
“Shalatku, ibadahku,
hidupku, dan matiku,
hanya untuk Allah Tuhan
Semesta Alam. Tiada
sekutu bagi-Nya dan
demikianlah yang
diperintahkan untukku
dan akulah orang
pertama-tama berserah
diri.”
O Amanat
 Cerpen ini mempunyai amanat yang
sangat mendalam mengenai kehidupan
yang harus disertai niat dalam
melaksanakan sesuatu. Setiap hal baik
yang akan kita lakukan harus disertai
niat terlebih dahulu bahkan dalam
menjalani kehidupan pun harus disertai
dengan niat. Namun, kehidupan bukan
hanya sekedar dengan niat saja. Dalam
menjalani kehidupan pula harus
disertai kerja keras dan do’a.

Anda mungkin juga menyukai