Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

MANAGER PERIKANAN

DOSEN PEMBIMBING
Ir Maryanto Masarrang.ST.,MT

DISUSUN OLEH
Cristy Imanuel pidun_F44120071

UNIVERSITAS TADULAKO

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO

2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Pencipta danPemelihara
alam semesta ini, atas karunianya kami dapat menyelesaikan MakalahAgama yang
berjudul Syariah, Ibadah mahdhah dan Muamalah. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan bagi nabi Muhammad SAW, keluarga dan para pengikutnya yang
setia hingga akhir zaman termasuk kita semua.
Makalah ini kami susun sebagai bahan diskusi bagi mahasiswa dan diharapkan dengan
disusunnya makalah ini akan menjadi acuan untuk mendukung proses pembelajaran
Agama Islam secara sederhana dan mengena padapermasalahan yang ada di
masyarakat.
Disadari sepenuhnya masih banyak kekurangan dalam pembahasan makalah ini dari
teknis penulisan sampai dengan pembahasan materi untuk itu besar harapan kami
akan saran dan masukan yang sifatnya mendukung untuk perbaikan ke depannya.
Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada Dosen pembimbing pada mata
kuliah pendidikan Agama Islam yang telah memberi arahan untuk membuat Makalah
ini dan tidak lupa untuk rekan rekan mahasiswa Ekonomi pembangunan kami ucapkan
terima kasih semoga apa yang susun bermanfaat.

Palu,8 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar..................................................................................................i

Daftar isi............................................................................................................ii

Bab I:pendahuluan

1.1 latar belakang..............................................................................................1

1.2 rumusan masalah.........................................................................................2

1.3 tujuan..........................................................................................................2

Bab II:pembahsan

A.  Lingkungan Perairan...................................................................................3

B. Prospek Usaha Pembenihan Ikan Laut.......................................................3

C.Pengembangan Kelembagaan Wilayah Pesisir ............................................7

D.PROSPEK PERIKANAN INDONESIA..................................................9

E.SUMBERDAYA IKAN SEBAGAI SUMBERDAYA ALAM..............10

Bab III:Kesimpulan........................................................................................31

Daftar pustaka...............................................................................................32

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi yang terjadi dibeberapa Negara,


telah mendorong meningkatnya permintaan komoditas perikanan dari waktu ke waktu.
Meningkatnya permintaan ikan ini mengarah pada jumlah yang tidak terbatas,
mengingat kegiatan pembangunan yang merupakan faktor pendorong dari permintaan
ikan berlangsung secara terus menerus. Sementara disisi lain, permintaan ikan tersebut
dipenuhi dari sumberdaya ikan yang jumlahnya di alam memang
terbatas. kecendrungan meningkatnya permintaan ikan telah membuka peluang
berkembang pesatnya industri perikanan, baik perikanan tangkap maupun perikanan
budidaya.  Bagi Indonesia, perikanan mempunyai peranan yang cukup penting dalam
pembangunan nasional. Hal ini disebabkan karena adanya beberapa factor,
diantaranya adalah :Sekitar 2.274.629 orang nelayan dan 1.063.140 rumah tangga
budidaya, menggantungkan hidupnya dari kegiatan usaha perikanan.Adanya
sumbangan devisa yang jumlahnya cukup signifikan dan cendrung meningkat dari
tahun ketahun.Mulai terpenuhinya kebutuhan sumber protein hewani bagi sebagian
masyarakat.Terbukanya lapangan kerja bagi angkatan kerja baru, sehingga diharapkan
mampu mengurangi angka pengangguran dan adanya potensi perikanan yang dimiliki
Indonesia
Dalam kerangka pembangunan nasional, maka peningkatan kontribusi perikanan
harus diupayakan secara berhati-hati, agar tidak menimbulkan dampak negative
dimasa yang akan datang. Disinilah peranan pengelolaan potensi perikanan menjadi
sangat strategis. Disisi lain, disadari juga bahwa pertumbuhan penduduk dunia dan
pertumbuhan ekonomi beberapa negara di dunia, telah mendorong meningkatnya
permintaan bahan makanan termasuk didalamnya ikan.Disamping itu, timbulnya
kesadaran masyarakat akan kesehatan telah menggeser pola makan masyarakat,

1
khususnya sumber protein hewani dari yang bersifat “red meal” (sapi, babi dan
sebagainya) ke “white meal” (ikan).Kondisi tersebut diatas telah berimplikasi pada
meningkatnya permintaan ikan dunia

1.2 Rumusan Masalah


1.  Bagaimana lingkungan perairan indonedia?
2.  Prospek Usaha Pembenihan Ikan Laut?
3.   Usaha pengembangan dan pengelolaaan?
4.   Prospek perikanan?
5.   Perikanan sebagai sumber daya alam?
6.   Prospek Industri Perikanan 5 Tahun yang Akan Datang

1.3 Tujuan
 Tujuan penulisan makalah ini yaitu, untuk mengetahui pola perkembangan Perikanan
Budidaya Ikan Konsumsi di Indonesia.

2
BAB II
Pembahasan

A.  Lingkungan Perairan
Lingkungan air meliputi kisaran yang luas, mulai mata air di pegunungan hingga
perairan laut dalam, dengan ukuran luasan volume yang beragam. Lingkungan air
terdiri atas lingkungan air asin serta air tawar. Perairan tawar meliputi mata air,
sungai, waduk, danau, perairan payau dan air tanah (sub-teranean). Sebagian dari
lingkungan air tersebut berpotensi untuk usaha akuakultur.
Beragam biota hidup di badan air da
pat berupa hewan, tumbuhan, dan mikroba. Mikroba di lingkungan air meliputi
bakteri, fungi, algae, protozoa dan virus. Mikroba tersebut dapat bersifat ototrofik atau
heterotrofik, sebagian bakteri dan fungi hidup secara saprofitik atau dapat pula bersifat
parasit terhadap hewan air. Diantara protozoa perairan ada yang hidup bebas,
bersimbiosa dengan hewan air atau dapat pula bersifat parasit, adapun virus
keseluruhannya bersifat obligat parasit intraselular baik pada tumbuhan, hewan
maupun mikroba perairan.

B.  Prospek Usaha Pembenihan Ikan Laut


Menurut data Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), tahun 2007 produksi
perikanan dunia mencapai 143 juta ton, terdiri dari 91 juta ton dari hasil tangkapan
(capture) dan sebesar 51 juta ton dari hasil budi daya. Pasokan produk perikanan harus
bertambah dari tahun ke tahun, dan sekitar dua-per-tiganya masih berasal dari
penangkaan. Namun demikian, dalam beberapa tahun terakhir ini produksi perikanan
tangkap dunia telah menjadi sangat menjadi stagnan dan cenderung terus menerus
sehingga pasokan lebih banyak tergantung pada hasil budi daya.

3
Produksi perikanan dunia (dalam juta ton)
Produksi 2004 2005 2006 2007
Perikanan tangkap 94 93 91 91
Perikanan budi daya 46 48 50 52
Total 140 141 141 143
Sumber: Warta Pasar Ikan, Januari 2008.

Produksi perikanan budi daya (akuakultur) tumbuh peast dalam 2-3 dekade terakhir.
Budi daya perikanan menyumbang sepertiga pasokan ikan di dunia, produksi
perikanan budi daya (di luar rumput laut) pada tahun 2005 sebesar 48,1 juta ton
dengan urutan sebagai berikut: China 32,4 juta ton (67%), India 2,8 juta ton (6%),
Vietnam 1,4 juta ton (3%), Indonesia 1,2 juta ton (2%). Thailand 1,1 juta ton (2%),
Bangladesh 0,9 juta ton, Jepang 0,7 juta ton, Norwegia 0,7 juta ton dan Philipina 0,6
juta ton.
Indonesia berada di urutan keempat setelah Vietnam sebagai produsen perikanan budi
daya perairan. Padahal potensi perikanan budi daya Indonesia sangat besar. Wilayah
yang dapat dimanfaatkan untuk budi daya perairan sangat luas, terdiri dari laut ,
perairan tawar, dan tambak/air payau. Potensi produksi budi daya perairan Indonesia
mencapai 57,7 juta ton, terdiri dari 47 juta ton budi daya laut, 5 juta ton budi daya
tambak, dan 5,7 juta ton budi daya air tawar.
Luas perairan dan potensi produksi perikanan budi daya di Indonesia
Perikanan budi Luas perairan Potensi produksi
daya
laut 24 47
Tambak (payau) 1 5
Perairan 13,7 5,7
umum/tawar
Total 38,7 57,7
Sumber: Dahuri, 2004

4
Potensi produksi perikanan budi daya terbesar adalah budi daya laut aau marikultur
(47 juta ton). Selain luas perairan untuk usaha marikultur sangat besar, jenis
komoditas yang dapat dikembangkan pun beranekaragam, terdiri dari ikan, krustase,
moluska, reptil, alga, mamalia, ekonodermata, dan karang.
Dengan menggalakkan secara besar-besaran budi daya laut maka produk budi daya
Indonesia akan dapat mengalahkan produksi China. Salah satu komoditas perikanan
menjadi andalan daalm budi daya laut adalah ikan karang, baik ikan konsumsi
maupun ikan hias mengingat Indonesia adalah negara produsen utama ikan karang.
Selain untuk konsumsi nasional, ikan karang juga di ekspor ke Hongkong, Taiwan,
Cina Daratan, Singapura, Jepang, Amerika Serikat, dan negara-negara Eropa. Ikan
karang yang diproduksi antara lain kerapu (Ephinepelus, Cromiletes, Plectropomus,
Aetaloperca, Anyperodon, Centrogenys, Cephalopholis, Variola), kakap (Lates,
Lutjanus, Psammoperca, Pristipomoides, Pinjolo, Etelis, Aphaerus, Aprion,
Symphorichthys), kakatua (Scarus, Chlorurus), napoleon (Cheilinus), kuwe (Caranx),
ekor kuning (Caesio, Paracaesio, Pterocaesio), beronang (siganus), bawal (Stromateus,
Pampus, Trachinotus), dan berbagai spesies ikan hias.
Produksi ikan karang di Indonesia masih bergantung pada penangkapan dari alam.
Penangkapan yang intensif dan penggunaan bahan serta alat tangkap yang destruktif
telah mengarah pada padat tangkap (full fishing) dan  tangkap lebih (over fishing),
serta rusaknya habitat (tempat hidup) ikan-ikan karang.
Sebagai gambaran, sebuah informassi menyebutkan bahwa hampir 85% terumbu
karang Indonesia terancam rusak, sekitar 50%-nya mendapat ancaman kerusakan yang
tinggi. Dari pengamatan di 686 lokasi Indonesia, yang dilakukan oleh Suharsono,
Peneliti P2O LIPI, pada tahun 2005 ditemukan kondisi tutupan terumbu karang
umumnya cukup dan kurang pada 68,51% lokasi. Kondisi ini menggambarkan tutupan
karang hidupnya dibawah 50%. Salah satu penyebab kerusakan terumbu karang
adalah penangkapan ikan-ikan karang dengan bahan dan alat tangkap yang merusak
taerumbu karang.
Untuk menekan kerusakan terumbu karang maka budi daya ikan karang adalah salah
satu alternative yang paling bijak. Budi daya ikan karang dan ikan laut lainnya
diharapkan dapat meningkatkan produksi perikanan budi daya, meningkatkan

5
pendapatan nelayan/petani ikan dan meningkatkan devisa negara, meningkatkan
konsumsi ikan, mengimbangi penangkapan , serta mencegah kerusakan ekosistem
terumbu karang. Untuk jangka panjang, budi daya ikan karang dan ikan laut pada
umumnya dapat menjadi usaha yang komplementer dengan penangkapan melalui
kegiatan peternakan laut (sea ranching/marine ranching).
Peternakan laut atau sea ranching/marine ranching adalah penebaran benih ikan ke
dalam perairan  laut dengan prinsip memenfaatkan semua faktor lingkungan secara
optimal melalui penerapan teknologi sehingga ekosistem terbuka dapat dijadikan
sebagai tempat pemeliharaan ikan yang bernilai ekonomi tinggi. Kegiatan budi daya
dimulai dari persiapan benih sampai layak tebar,  dan kegiatan penangkapan, yaitu
pengaturan waktu, jumlah dan ukuran yang ditangkap.
Jepang adalah contoh negara yang berhasil dalam kegiatan marine ranching.
Pemerintah Jepang telah membangun lebih dari 100 hatchri yang hasilnya sebagian
besar ditebar ke laut dan sekitar 21 jenis ikan yang telah berhasil dibibitkan ditujukan
untuk kegiatan marine ranching dan budi daya laut. Kegiatan marine ranching tidak
hanya ditentukan oleh hasil pengkajian dan pengembangan tetapi juga partisipasi
masyarakat nelayan serta adanya pembinaan dari unsur pemerintah. Pada tahun 1948,
di Jepang, panen kerangPatinopectes yessocius hanya 15.000 ton dan
kemudian  meningkat menjadi 120.000 ton pada tahun 1984 setelah melakukan
restoking. Hasil analisa proyekmarine ranching di Teluk Ishihari menunjukkan hasil
pendapatan bersih lebih dari US$ 2 juta dengan B-C ratio 3,15 dalam tempo 20 tahun .
Di Indonesia, biota laut yang direstoking masih terbatas pada penyu, terutama penyu
hijau (Chelonia mydas) dan kima (Tridacna spp.). Restoking kedua jenis biota itupun
masih terbatas untuk usaha konservasi. Ke depan restoking dikelola untuk menjadi
kegiatan komersial. Benih biota air ekonomis, ikan dan non-ikan, direstoking dan
nelayan penangkap dikenai biaya pembelian benih oleh lembaga atau asosiasi yang
melakukan restoking.
Saat ini indonesia adalah salah satu produsen benih ikan laut yang penting, terutama
ikan bandeng (Chanos chanos), kerapu bebek (Cromileptes altivelis), dan kerapu
macan (epinephelus fuscoguttatus). Bali yang sentra produksi benih ketiga jenis
tersebut telah mengekspor ke malaysia dan vietnam melalui bandara ngurahrai. Dalam

6
sebulan benih ikan kerapu dan ikan bandeng yang dikirim melalui bandara ngurah Rai
sebanya 650.000 ekor, dan 17 juta ekor, sekitar 80%, dikirim ke Malaysia dan
Vietnam.
Jumlah benih tersebut masih sangat kurang sehingga sebagian besar pembudi daya
kerapu masih mengandalkan benih dari hasil tangkpan alam. Karena itu upaya
mendorong pengembangan usaha pembenihan harus dilakukan.
Pembenihan ikan laut secara buatan biasa dilakukan dengan rangsangan hormonal dan
pemijatan (stripping). Teknik ini diterapkan untuk memaksa pemijatan pada ikan-ikan
yang tidak dapat memijah secara alami di bak-bak terkontrol dan tidak dapat memijah
di luar musim pemijahan, atau ikan dapat memijah sendiri tetapi jumlah telur yang
dihasilkan sangat sedikit. Dengan pemijahan buatan, ikan dipaksa memijah san
menghasilkan telur dalam jumlah banyak.
Pemijahan buatan juga sangat membantu dalam manajemen produksi benih. Dengan
penerapan teknik ini, jumlah benih yang diproduksi, waktu, dan kontinuitas dapat
terjaga, karena ikan dapat dipaksa memijah di luar musim pemijahan dan di luar
habitat aslinya.

C.Pengembangan Kelembagaan dalam Perencanaan dan Pengelolaan Wilayah Pesisir


dan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu
Salah satu arah dan kebijakan sektor kelautan dalam GHBN 1993, adalah
pendayagunaan sumber daya laut dan pemanfaatn fungsi wilayah laut nasional,
termasuk Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia  (ZEEI). Pengelolaan potensi kelautan
untuk berbagai kegiatan ekonomi dipacu melalui peningkatan investasi, dengan
menyiapkan perencanaan makro dan mikro dalam bentuk tata ruang, memanfaatkan
ilmu pengetahuan dan teknologi, penataan kelembagaan serta memperhatikan
kelestarian lingkungan.
Pengelolaan sumber daya air laut dilakukan sejak dahulu kala, dan dalam dekade ini
telah meningkat secara pesat. Diperkirakan, seluruh keluaran (output) kegiatan
ekonomi pemanfaatan sumber daya laut, pertambangan, perikanan, pariwisata, dan
transpotasi, memberikan kontribusi terhadap produk nasional bruto (PNB) sebesar
24% pada tahun 1990, dan 22% penduduk indonesia bergantung pada  perairan

7
laut.sektor penting dalam pengelolaan sumber daya laut di daerah adalah salah
satnya Sektor perikanan, dengan semakin bertambah luas pengusahaan perikanan ke
perairan ZEEI, maka bertambah besar pula potensi sektor perikanan palagis dalam
menyumbang devisa. Selain penangkapan ikan, sektor ini juga mengembangkan budi
daya rumput laut, mutiara, dan ekspor hasil kerajinan industri rumah tangga
masyarakat pesisir.
Sementara di 7 (tujuh) zone penangkapan lainnya, sekalipun tingkat pemanfaatan
sumberdaya ikannya secara keseluruhan masih berada dibawah potensi lestari, akan
tetapi untuk beberapa kelompok ikan sudah berada pada posisi “over fishing”. Sebagai
contoh, udang dan lobster di perairan Laut Cina Selatan, ikan demersal; udang dan
cumi-cumi di perairan Selat Makasar dan Laut Flores. Oleh karena itu, pada beberapa
perairan yang kondisi pemanfaatan sumberdaya ikannya telah mendekati dan atau
melampaui potensi lestarinya, maka perlu kiranya mendapatkan perlakuan khusus agar
sumberdaya ikan yang ada tidak “collapse”. Informasi yang berkaitan dengan potensi
dan penyebaran sumberdaya ikan laut di perairan Indonesia, telah dipublikasikan oleh
“Komisi Nasional Pengkajian Stok Sumberdaya Ikan Laut” pada tahun 1998. Dalam
publikasi tersebut, wilayah perairan Indonesia dibagi menjadi 9 (sembilan) zone, yaitu
:
1) Selat Malaka
2) Laut Cina Selatan
3) Laut Jawa
4) Selatan Makasar dan Laut Flores
5) Laut Banda
6) Laut Seram dan Teluk Tomini
7) Laut Sulawesi dan Samudra Pasifik
8) Laut Arafura
9) Samudra Hindia
Sementara dalam menentukan stok sumberdaya ikan di perairan Indonesia,
dipergunakan beberapa metoda sesuai dengan jenis dan sifat sumberdaya ikan Dalam
kaitan ini terdapat beberapa pendekatan yang dapat dilakukan didalam mengelola
sumberdaya perikanan, agar tujuan pengelolaan dapat tercapai.Pendekatan dimaksud

8
sebagaimana dikemukakan oleh Gulland dalam Widodo dan Nurhudah (1985) adalah
sebagai berikut :
1). Pembatasan alat tangkap
2). Penutupan daerah penangkapan ikan
3). Penutupan musim penangkapan ikan
4). Pemberlakuan kuota penangkapan ikan
5). Pembatasan ukuran ikan yang menjadi sasaran
6). Penetapan jumlah hasil tangkapan setiap kapal

D.PROSPEK PERIKANAN INDONESIA

 Untuk mewujudkan perikanan tangkap nasional berkelanjutan, hams dipastikan


bahwa laju penangkapan sumber daya (stok) ikan tidak melebihi potensi produksi
lestari (maximum sustainable yield/MSY). Total MSY sumber daya ikan laut
Indonesia 6,5 juta ton per tahun. Tahun 2010 total produksi ikan laut 5,1 juta ton.
Total MSY ikan perairan tawar 0,9 juta ton per tahun dan barn dimanfaatkan 0,5 juta
ton.

Persoalannya distribusi nelayan dan kapal ikan tidak merata.. Lebih dari 90 persep
armada kapal ikan Indonesia terkonsentrasi di perairan pesisir dan laut dangkal seperti
Selat Malaka, pantura, Selat Bali, dan pesisir selatan Sulawesi. Di situ pula sebagian
besar telah mengalami kelebihan tangkap. Jika laju penangkapan ikan seperti sekarang
berlanjut, tangkapan per kapal akan menurun, nelayan semakin miskin, dan sumber
daya ikan pun punah seperti ikan terubuk di Selat Malaka dan ikan terbang di pesisir
selatan Sulawesi.

Sebaliknya jumlah kapal ikan Indonesia yang beroperasi di laut lepas, laut dalam, dan
wilayah perbatasan seperti Laut Natuna, Laut China Selatan, Laut Sulawesi, Laut
Seram, Laut Banda, Samudra Pasifik, Laut Arafura, dan Samudra Hindia bisa dihitung
dengan jari. Di sinilah kapal-kapal ikan asing merajalela dan merugikan negara
minimal Rp 30 triliun per tahun. Maka laju penangkapan ikan di perairan yang telah

9
kelebihan tangkap hams dikurangi dan secara bersamaan memperbanyak armada
kapal ikan modern untuk beroperasi di wilayah perairan yang masih underfishing atau
yang selama ini dijarah nelayan asing. Semua ini akan membantu pengembangan
ekonomi daerah berbasis perikanan tangkap.

Kedua, setiap kapal ikan hams dilengkapi dengan sarana penyimpanan ikan yang
berpendingin untuk mempertahankan kualitas ikan sampai di tempat pendaratan ikan.
Nelayan hams dilatih dan diberi penyuluhan untuk mempraktikkan cara-cara
penanganan ikan yang baik selama di kapal. Nelayan di seluruh Nusantara hams
dijamin dapat mendaratkan ikan tangkapannya di tempat pendaratan ikan atau
pelabuhan perikanan. Selain memenuhi standar sanitasi dan higienis, pelabuhan
perikanan juga hams dilengkapi dengan pabrik es, gudang pendingin, pabrik
pengolahan ikan, mobil pengangkut ikan berpendingin, koperasi penjual alat tangkap,
BBM, beras, dan perbekalan melaut, serta pembeli ikan bonafide. Ketiga, rehabilitasi
ekosistem-ekosistem pesisir yang telah rusak serta mengendalikan pencemaran dan
mengembahgkan kawasan konservasi laut. Selain itu, pengayaan stok (stock
enhancement) dan restocking dengan spesies-spesies yang cocok dapat dilakukan di
wilayah perairan yang kelebihan tangkap.

E.SUMBERDAYA IKAN SEBAGAI SUMBERDAYA ALAM


Sumberdaya alam (natural resources) pada dasarnya mempunyai pengertian segala
sesuatu yang berada dibawah atau diatas bumi, termasuk tanah itu sendiri
(Suparmoko, 1997). Dengan kata lain, sumberdaya alam adalah sesuatu yang masih
terdapat didalam maupun diluar bumi yang sifatnya masih potensial dan belum
dilibatkan dalam proses produksi. Pengertian ini berbeda dengan barang sumberdaya
(resources commodity), karena merupakan sumberdaya alam yang sudah diambil dari
dalam atau atas bumi dan siap dipergunakan atau dikombinasikan dengan factor
produksi lainnya untuk menghasilkan produk baru yang dapat dimanfaatkan baik oleh
konsumen maupun produsen.
Sumberdaya alam mempunyai hubungan yang sangat erat dengan pertumbuhan
ekonomi yang terjadi di suatu Negara (khususnya Negara sedang berkembang),

10
dimana semakin tinggi pertumbuhan ekonominya, akan mengakibatkan persediaan
sumberdaya alam yang tersedia akan semakin berkurang. Hal ini karena pertumbuhan
ekonomi yang tinggi akan selalu menuntut adanya barang sumberdaya dalam jumlah
yang tinggi pula, dan barang sumberdaya ini diambil dari persediaan sumberdaya alam
yang ada. Dengan demikian, terdapat hubungan yang “positif” antara jumlah barang
sumberdaya dengan pertumbuhan ekonomi, disamping juga hubungan yang
“negative” antara persediaan sumberdaya alam dengan pertumbuhan ekonomi.
Uraian diatas memberikan peringatan kepada kita bahwa pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi, apabila dilakukan tidak secara berhati-hati akan dapat
mengguras persediaan sumberdaya alam yang ada. Kondisi ini pada gilirannya nanti
akan dapat menghambat pertumbuhan ekonomi lebih lanjut. Oleh karena itu,
pemanfaatan sumberdaya alam dalam rangka pembangunan harus dilakukan secara
bijaksana, dengan selalu mempertimbangkan sisi positif dan negatifnya.
Ikan adalah salah satu bentuk sumberdaya alam yang bersifat renewable atau
mempunyai sifat dapat pulih/dapat memperbaharui diri. Disamping
sifatrenewable, menurut Widodo dan Nurhakim (2002), sumberdaya ikan pada
umumnya mempunyai sifat“open access” dan “common property” yang artinya
pemanfaatan bersifat terbuka oleh siapa saja dan kepemilikannya bersifat umum. Sifat
sumberdaya seperti ini menimbulkan beberapa konsekuensi, antara lain :
1) Tanpa adanya pengelolaan akan menimbulkan gejala eksploitasi berlebihan (over
exploitation), investasi berlebihan (over investment) dan tenaga kerja berlebihan (over
employment).
2) Perlu adanya hak kepemilikan (property rights), misalnya oleh Negara (state
property rights), oleh masyarakat (community property rights) atau oleh
swasta/perorangan (private property rights).
Dengan sifat-sifat sumberdaya seperti diatas, menjadikan sumberdaya ikan bersifat
unik, dan setiap orang mempunyai hak untuk memanfaatkan sumberdaya tersebut
dalam batas-batas kewenangan hukum suatu Negara. Pada hakekatnya masalah
sumberdaya milik bersama, berkaitan erat dengan persoalan-persoalan eksploitasi atau
pemanfaatan yang berlebihan. Hal ini disebabkan oleh karena adanya pendapat
masyarakat yang mengatakan bahwa sumberdaya milik bersama adalah sumberdaya

11
milik setiap orang. Oleh karena itu, dapatkan sumberdaya tersebut selagi masih baik
dan mengapa kita harus menghematnya, sementara orang lain menghabiskannya.
Kondisi diatas mengakibatkan sumberdaya milik bersama seperti halnya sumberdaya
ikan adalah memungkinkan bagi setiap orang atau perusahaan dapat dengan bebas
masuk untuk mengambil manfaat. Selanjutnya, dengan adanya orang atau perusahaan
yang berdesakan karena mereka bebas masuk, maka akan terjadi interaksi yang tidak
menguntungkan dan secara kuantitatif berupa biaya tambahan yang harus diderita oleh
masing-masing orang atau perusahaan, sebagai akibat keadaan yang berdesakan
tersebut. Dengan demikian, secara prinsip sumberdaya milik bersama yang dicirikan
dengan pengambilan secara bebas maupun akibat-akibat lain yang ditimbulkan seperti
biaya eksternalitas (disekonomis) dan lain sebagainya, akan menimbulkan
kecendrungan pengelolaan secara deplesi.

E.Prospek Industri Perikanan 5 Tahun yang Akan Datang


Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia memiliki laut yang luasnya
sekitar 5,8 juta km² dan menurut World Resources Institute tahun 1998 memilki garis
pantai sepanjang 91.181 km yang di dalamnya terkandung sumber daya perikanan dan
kelautan yang mempunyai potensi besar untuk dijadikan tumpuan pembangunan
ekonomi berbasis sumber daya alam. Sedangkan pada kenyataannya saat ini Indonesia
masih belum mengoptimalkan pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alamnya.
Berdasarkan laporan FAO Year Book 2009, saat ini Indonesia telah menjadi negara
produsen perikanan dunia, di samping China, Peru, USA dan beberapa negara
kelautan lainnya. Produksi perikanan tangkap Indonesia sampai pada tahun 2007
berada pada peringkat ke-3 dunia, dengan tingkat produksi perikanan tangkap pada
periode 2003-2007 mengalami kenaikan rata-rata produksi sebesar 1,54%. Secara
umum, tren perikanan tangkap dunia mulai menurun seiring dengan peningkatan
kegiatan perikanan tangkap dan terbatasnya daya dukung sumber daya perikanan
dunia.
Disamping itu, Indonesia juga merupakan produsen perikanan budidaya dunia.
Sampai dengan tahun 2007 posisi produksi perikanan budidaya Indonesia di dunia

12
berada pada urutan ke-4 dengan kenaikan rata-rata produksi pertahun sejak 2003
mencapai 8,79%. Secara umum, tren perikanan budidaya dunia terus mengalami
kenaikan, sehingga masa depan perikanan dunia akan terfokus pada pengembangan
budidaya perikanan.
Potensi lestari sumberdaya ikan laut Indonesia diperkirakan sebesar 6,4 juta ton per
tahun yang tersebar di perairan wilayah Indonesia dan perairan ZEEI (Zona Ekonomi
Eksklusif Indonesia), yang terbagi dalam sembilan wilayah perairan utama Indonesia.
Dari seluruh potensi sumberdaya ikan tersebut, jumlah tangkapan yang diperbolehkan
(JTB) sebesar 5,12 juta ton per tahun atau sekitar 80 persen dari potensi lestari, dan
sudah dimanfaatkan sebesar 4,7 juta ton pada tahun 2004 atau 91.8% dari JTB.
Sedangkan dari sisi diversivitas, dari sekitar 28.400 jenis ikan yang ada di dunia, yang
ditemukan di perairan Indonesia lebih dari 25.000 jenis.
Di samping itu terdapat potensi pengembangan untuk perikanan tangkap di perairan
umum seluas 54 juta ha dengan potensi produksi 0,9 juta ton/tahun, budidaya laut
terdiri dari budidaya ikan (antara lain kakap, kerapu, dan gobia), budidaya moluska
(kerang‐kerangan, mutiara, dan teripang), dan budidaya rumput laut,budidaya air
payau (tambak) yang potensi lahan pengembangannya mencapai sekitar 913.000 ha,
budidaya air tawar terdiri dari perairan umum (danau, waduk, sungai, dan rawa),
kolam air tawar, dan mina padi di sawah, serta bioteknologi kelautan untuk
pengembangan industri bioteknologi kelautan seperti industri bahan baku untuk
makanan, industri bahan pakan alami, benih ikan dan udang, industri bahan pangan.
Peluang pengembangan usaha kelautan dan perikanan Indonesia masih memiliki
prospek yang baik. Potensi ekonomi sumber daya kelautan dan perikanan yang berada
di bawah lingkup tugas DKP dan dapat dimanfaatkan untuk mendorong pemulihan
ekonomi diperkirakan sebesar US$ 82 miliar per tahun. Potensi tersebut meliputi :
potensi perikanan
tangkap sebesar US$ 15,1 miliar per tahun, potensi budidaya laut sebesar US$ 46,7
miliar per tahun, potensi perairan umum sebesar US$ 1,1 miliar per tahun, potensi
budidaya tambak sebesar US$ 10 miliar per tahun, potensi budidaya air tawar sebesar
US$ 5,2 miliar per tahun, dan potensi bioteknologi kelautan sebesar US$ 4 miliar per
tahun.

13
Pemerintah Indonesia sendiri menargetkan sektor perikanan melalui Renstra (Rencana
Strategis) Pembangunan Kelautan dan Perikanan untuk tahun 2010 – 2014. Kontribusi
sektor perikanan terhadap produk domestik bruto (PDB) pada tahun 2010 diharapkan
mencapai 3,0%. Sasaran lain yang ingin dicapai adalah total produksi perikanan
sebanyak 10,76 juta ton, nilai ekspor perikanan US$5 miliar, konsumsi ikan penduduk
30,47 kg/kapita/tahun, dan penyediaan kesempatan kerja kumulatif sebanyak 10,24
juta orang.
Produksi perikanan tahun 2008 yang berasal dari kegiatan penangkapan dan budidaya
mencapai 9,05 juta ton. Dari total produksi tersebut perikanan budidaya menyumbang
47,49%. Laju pertumbuhan produksi perikanan nasional sejak tahun 2005-2009
mencapai 10,02% per tahun, dimana pertumbuhan budidaya sebesar 21,93%, lebih
tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan perikanan tangkap yang hanya sebesar
2,95%. Sedangkan nilai produksi perikanan meningkat 15,61% dari Rp57,62 triliun
pada tahun 2005 menjadi Rp102,78 triliun pada tahun 2009. Jika dibandingkan
pertumbuhan volume produksi terhadap nilai, maka pertumbuhan nilai lebih tinggi
dari pada pertumbuhan volume. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa secara umum
komoditas perikanan mengalami peningkatan kualitas dan kenaikan harga.
Peningkatan produksi perikanan selama tahun 2005-2009. Tabel-tabel dibawah ini
merupakan gambaran bahwa dari tahun ke tahun, produksi perikanan Indonesia
mengalami peningkatan.
Sektor perikanan dan kelautan akan dapat menjadi salat satu sumber utama
pertumbuhan ekonomi karena beberapa alasan, yakni :
Kapasitas suplai sangat besar, sementara permintaan terus meningkat
Pada umumnya output dapat diekspor, sedangkan input berasal dari sumber daya lokal
Dapat membangkitkan industri hulu dan hilir yang besar sehingga dapat menyerap
tenaga kerja yang cukup banyak
Umumnya berlangsung di daerah-daerah
Industri perikanan, bioteknologi dan pariwisata bahari memiliki sifat dapat
diperbaharui, sehingga mendukung adanya pembangunan yang berkelanjutan
Analisis variable catch per unit effort (CPUE) pada perikanan tangkap dapat
menunjukan kinerja pemanfaatan sumber daya perikanan sesuai daya dukung. Secara

14
nasional CPUE menunjukan angka positif yang berarti penangkapan ikan masih dapat
dilaksanakan, namun untuk beberapa wilayah pengelolaan perikanan (WPP) seperti di
laut Jawa dan selat Malaka telah terjadi penangkapan berlebih (over fishing). Dari
hasil simulasi untuk 10 tahun mendatang, produksi perikanan tangkap secara
keseluruhan akan menurun, sehingga perlu upaya optimalisasi penangkapan, dan
perlunya dilakukan pengurangan serta rasionalisasi jumlah armada tangkap.
Sementara itu, perikanan budidaya untuk 5 tahun mendatang akan mengalami
kenaikan rata-rata sebesar 4 % per-tahun dari total produksi. Pada tahun 2009
diperkirakan total produksi perikanan budidaya sebesar 1,5 juta ton. Selain itu, pada
perikanan budidaya setiap tahun menunjukan trend peningkatan dalam volume ekspor,
luas lahan, dan konsumsi masyarakat. Dalam hal pengembangan perikanan budidaya
perlu diperhatikan pentingnya daya dukung lingkungan dan ketersediaan pakan yang
berasal dari ikan.
Dunia industri sendiri keberadaanya selalu mengalami pasang dan surut. Begitu juga
dengan agroindustri dan agrobisnis, khususnya industri perikanan yang merupakan
penyumbang devisa bagi negara dari sektor nonmigas yang cukup besar. Melihat
berbagai bukti peningkatan produksi perikanan dari tahun ke tahun, maka untuk tahun
ke depannya Indonesia berpotensi mengalami peningkatan lagi atau memiliki prospek
yang cerah.
Memperhitungkan bagaimana prospek industri perikanan pada masa 5 tahun yang
akan datang setidaknya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yakni seperti
ketersediaan modal, persaingan dengan negara lain dan  kondisi perekonomian global
yang akan mempengaruhi peluang pasar. Terkait dengan kebijakan sendiri, kondisi
politik negara ini yang sangat dinamis dan juga kemungkinan benturan kepentingan
antara pihak terkait (baik antara kementrian, lembaga, dan individu) perlu
diperhitungkan. Adanya fenomena global warming atau peningkatan suhu bumi juga
perlu diperhatikan dalam memperkirakan prospek usaha perikanan yang akan datang.
1. Ketersediaan modal
Modal yang akan dibicarakan di sini adalah terkait dengan masalah pendanaan. Modal
dapat diperoleh dari mana saja, misalnya dari tabungan (individu), pemerintah,
investor (lokal maupun asing), dan pinjaman (bank, koperasi maupun pihak lain).

15
Bank sendiri yang merupakan pihak pemegang modal yang cukup besar dan
berpotensi menyediakan kredit bagi pelaku usaha perikanan perlu meningkatkan
jumlah dana yang dialokasikan untuk sektor perikanan dan kelautan. Selain itu konsep
pengembangan perikanan “Minapolitan” yang dicanangkan oleh Menteri Perikanan
dan Kelautan, Fadel Muhammad dapat menyediakan modal yang cukup untuk
mendukung perkembangan industri perikanan 5 tahun mendatang yang lebih cerah.
2. Kondisi perekonomian global
Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dunia, permintaan terhadap produk‐
produk kelautan dan perikanan di pasar dunia diperkirakan akan terus mengalami
peningkatan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yakni :
Meningkatnya kesadaran manusia terhadap produk perikanan sebagai makanan yang
sehat untuk dikonsumsi karena mengandung nilai gizi yang tinggi, rendah kolesterol
dan mengandung asam lemak tak jenuh omega 3 yang dapat meningkatkan
kecerdasan.
Dampak consumption mass dari globalisasi yang menuntut produk pangan yang dapat
diterima secara internasional (food become more international), tanpa memperhatikan
umur, kewarganegaraan dan agama. Komoditas ikan merupakan jenis produk pangan
yang memenuhi syarat tersebut.
Semakin berkembangnya industri farmasi, kosmetika dan makanan serta minuman
yang sebagian besar bahan produksinya berasal dari biota perairan.
Secara umum perdagangan hasil perikanan dunia terus mengalami peningkatan rata‐
rata sebesar 8,50% per tahun sepanjang tahun 1990‐an dengan nilai sekitar US$ 10,37
miliar. Laju pertumbuhan produksi dunia masih didominasi oleh perikanan tangkap,
sekitar 80%, namun menunjukan pertumbuhan yang mendatar, yakni 1,7% per tahun.
Hal ini membuka peluang bagi peningkatan produksi perikanan budidaya, khususnya
budidaya laut. Negara‐negara tujuan ekspor dunia, khususnya untuk Indonesia, masih
didominasi oleh Jepang (25%), Singapura (13%), USA (11%), Hongkong (7%), RRC
(4%), dan Thailand (4%).
Sedangkan Presiden RI, Susilo Bambang Yodhoyono (SBY) didukung oleh para
pengamat internasional pada pidato sambutan Pembukaan Rakrenas ke-14 HIPMI,

16
pada 2 Maret 2010 yang lalu mengatakan bahwa masa 5 tahun mendatang merupakan
masa keemasan bagi dunia usaha Indonesia, salah satunya bidang ketahanaan pangan.
3. Persaingan dengan negara lain
Persaingan yang dimaksud adalah secara sehat dan tidak sehat. Persaingan sehat
misalya persaingan harga dan kualitas sedangkan persaingan tidak sehat dapat berupa
tindakan curang oknum dari negara lain misalnya dengan pencurian ikan dan
pembajakan nelayan Indonesia. Pelaku tindak pidana pencurian ikan harus benar-
benar ditegakkan, tidak saja hanya operator yang bekerja di lapangan, namun juga
pemilik perusahaan.
4. Kondisi politik negara
Dalam pengelolaan sumber daya perikanan Indonesia menurut UU No. 32 tahun 2004
tentang Pemerintah Daerah dan PP No.25 tahun 2000 masih diartikan bahwa
kewenangan hanya berada di tangan pemerintah daerah. Padahal otonomi pengelolaan
sumberdaya kelautan dan perikanan harus dilihat sebagai bentuk pengelolaan bersama
secara global dan memperhatikan kesetaraan, demokratisasi, dan partisipasi semua
pihak.
Di sisi lain, pada kenyataannya pada masa 5 tahun mendatang akan terjadi pergantian
kepemerintahan (Masa Pemerintahan SBY hanya sampai tahun 2014). Seiring
bergantinya presiden kemungkinan besar akan membuat susunan kepemerintahan di
bawahnya dalam hal ini bergantinya menteri perikanan dan kelautan (meski tidak
menutup kemungkinan bahwa menteri yang sekarang akan menjabat lagi).
Bergantinya para penentu kebijakan ini sedikit banyak akan berimbas pada
berubahnya kebijakan-kebijakan sehubungan dengan sektor perikanan yang sudah ada
karena kondisi politik Indonesia memang labil.
5. Kebijakan pemerintah
Dengan adanya peraturan pemerintah yakni pelarangan ekspor bahan baku produk
perikanan segar yang belum diolah sama sekali. Maka industri perikanan khususnya
bidang penanganan dan pengolahan akan semakin berkembang. Namun hal ini
terkendala bahan bakunya semakin terbatas disebabkan oleh beberapa hal seperti
perubahan iklim dan lingkungan untuk perikanan tangkap sedangkan untuk perikanan
budidaya terdapat kendala masalah lahan dan penyakit pada ikan.

17
6. Benturan kepentingan
Disamping adanya potensi sumberdaya kelautan dan perikanan yang besar, terdapat
pula potensi kelembagaan, seperti peranan Komisi Tuna, Komisi Udang, Masyarakat
Perikanan Nusantara (MPN), Gabungan Pengusaha Perikanan Indonesia (Gappindo),
Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI), Asosiasi Tuna Indonesia (Astuin),
LSM Bidang Kelautan dan Perikanan, dll., di masa datang perlu terus disinergikan.
Potensi lain adalah potensi sarana prasarana yang telah dimiliki, seperti layanan unit
karantina ikan, balai pengembangan, balai riset, balai/loka budidaya, sekolah
perikanan, dll. Disamping itu, ada pula potensi daerah yang telah menyusun Renstrada
(Rencana Strategis Daerah) dibidang kelautan dan perikanan.
Pemerintah dan DPR bersama-sama perlu menghentikan upaya komersialisasi
perairan pesisir, seraya menyegerakan lahirnya UU yang memberikan perlindungan
terhadap hak-hak nelayan dan kesehatan perairan tradisional di Indonesia. Belakangan
keputusan Mahkamah Konstitusi, memenuhi gugatan organisasi masyarakat sipil dan
nelayan untuk membatalkan pasal-pasal terkait Hak Pengusahaan Perairan Pesisir
(HP3).
7. Pangsa pasar
Pada pasar Amerika Serikat sendiri, setelah Indonesia mengadakan pameran produk
perikanan ternyata mereka menyukai produk perikanaan yang berupa olahan atau yang
sudah digoreng (dried shirmp dan dried fish). Ini merupakan pangsa pasar yang sangat
luas untuk produk-produk perikanan Indonesia, mengingat Amerika memiliki
penduduk yang jumlahnya lumayan tinggi dan semakin meningkatnya kesadaran
tentang makanan sehat salah satunya adalahseafood, daripada daging ternak lainnya
(sapi, ayam dll). Beragamnya sumber daya perikanan Indonesia dibandingkan negara
eksportir lainnya menjadikan keunggulan kompetitif tersendiri. Selain itu peraturan
dan kebijakan yang terkait dengan eksport produk perikanan Indonesia ke salah satu
negara maju ini tidak seketat dibandingkan dengan negara tujuan ekport lainnya
seperti Uni Eropa yang memiliki Rapid Alert for Food and Feed (RASFF) dan
EU Food Legislation.

18
Budidaya Perikanan Indonesia

Budidaya perikanan adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan dan direncanakan oleh
manusia yang meliputi seluruh sistem yang tergolong sistem produksi atau hasil
produk berupa produk perikanan.

Dalam budidaya perikanan terdapat sitem yang tidak dapat dipisahkan yaitu berupa
proses yaitu :

1. Input

1) Benih

Benih merupakan salah satu bagian atau bahan yang harus dipersiapkan dalam proses
budidaya perikanan, karena hal terpenting yang akan menjadi produk itu sendiri yaitu
dari benih itu sendiri. Benih juga merupakan modal utama ketika akan mempersiapkan
alat dan bahan yang akan digunakan dalam budidaya.

2) Pakan

Pakan juga salahsatu hal yang penting demi memenuhi kebutuhan hidup benih yang
tadi telah disiapkan, ketika berbicara pakan maka tidak ada gunanya jika kita hanya
mempunyai benihnya saja, otomatis ini akan berkaitan erat antara keduanya.

3) Pestisida

Pestisida disini untuk mencegah hama yang akan merusak pada hasil produksi kelak,
jadi antisipasi sebelum itu terjadi memang sangat penting. Karena memang banyak
sekali parasit yang akan merusak pada benih selain itu akibat dari bakteri dan virus
juga menyebabkan ikan – ikan menjadi terserang penyakit.

4) Teknologi

19
Teknologi disini tujuannya untuk mempermudah pekerja dalam mengerjakan setiap
proses dalam budidaya tersebut. Contohnya peralatan modern akan sangat
mempermudah pekerjaan dibandingkan secara manual. Oleh karena itu teknologi juga
sebagai input yang sangat menguntungkan demi mencapai produk hasil yang sangat
menguntungkan.

5) Tenaga kerja

Seperti halnya teknologi, tenaga kerja juga sangat penting dalam membantu pekerjaan
tersebut. Jumlah pekerja dapat disesuaikan dengan kebutuhan pada usaha budidaya
kita seberapa banyak membutuhkan pekerja. Diusahakan untuk pemula tidak terlalu
banyak atau bisa meningkat jika usaha itu pun meningkat. Dan juga yang terpenting
kita hitung pendapatan bulanan agar kita tahu seberapa banyak pekerja yang kita
butuhkan.

2. Proses

1) Pembenihan

Pembenihan adalah proses dari penyiapan benih. Pembenihan merupakan proses


persiapan dari benih yang akan di budidayakan. Pembenihan tidak boleh asal pilih,
karena kualitas pada benih akan disaring pada proses ini, dalam artian pembenihan
disini akan memisahkan antara benih yang siap dikembangkan dan mana yang tidak.
Karena jika benih tersebut jelek maka akan terganggu dalam proses pembesaran.
Dampaknya adalah banyak ikan yang terhambat (kerdil), mudah terserang penyakit,
dan akan terjadi pembibitan dengan kualitas anakan yang jelek. Maka dari itu,
pembenihan merupakan faktor penting dalam proses budidaya.

2) Pembibitan

Pembibitan merupakan proses lanjutan dari pembenihan. Jika pembenihan berhasil


makan selanjtnya pun juga harus diperhatikan masalah pembibitan, karena ini pun
mempengaruhi pada hasil produk nantinya.

3) Pembesaran

20
Proses ini adalah proses yang mendekati tingkat akhir sebelum hasil. Tetapi proses
pembesaran ini bisa juga tidak dilakukan karena terkadang ada konsumen yang
memesan ikan atau hasil produk dengan ukuran yang maih kecil atau tidak terlalu
besar. Hal itulah yang menyebabkan proses ini bisa iya atau tidak. Proses ini dibantu
dengan kualitas air yang baik, nutrisi pakan yang baik, pencegahan terhadap hama
dsb.

3. Output

1) Produk untuk konsumsi

Ini adalah bagian terakhir setelah kita bekerja dari mulai menyiapkan segala suatu hal
demi hasil produk yang baik yang kita inginkan. Produk konsumsi biasanya tidak
terlepas juga dari bantuan pemasaran tetapi, ketika usaha kita telah maju biasanya
konsumen sendiri yang datang bukan kita yang repot memasarkan. Produk hasil
konsumsi pun kita harus sortir kembali karena terkadang ada produk yang tidak terlalu
bagus atau (BS). Hal ini disebabkan tadi akibat kurangnya perhatian atau penanganan
budidaya dari pekerja.

Permasalahan Budidaya Perikanan Indonesia

Ketika berbicara suatu hal, pasti hal tersebut akan mempunyai sebuah masalah bahkan
beberapa masalah. Di dunia umum perikanan banyak masalah yang timbul dari sektor
Pemerintah atau pun sektor masyarakat Indonesia. Seperti dari sektor Pemerintah
sendiri sebetulnya terkadang Pemerintah kita kurang mengelola sumber daya alam di
perikanan atau kelautan. Bahkan cenderung dibiarkan begitu saja. Tapi ketika perairan
kita sumber dayanya di ambil baru Pemerintah kita menggembor – gemborkannya
seperti pertanda perang. Padahal saya sendiri yakin jika Peerintah itu sendiri kuat
dalam mempertahankannya dan dalam pengawasannya saya yakin tidak akan ada hal
seperti itu. Kita terlalu terlena dengan keadaan alam yang sudah enak sehingga
kebanyakan kita menunggu untuk mengimport dan itu hal yang sangat aneh menurut
saya.

21
Tak terlepas di dunia perikanan khususnya budidaya perikanan yang akan dibahas kali
ini, itupun terdapat masalah masalah di dalamnya. Masalah ini pun tidak terlepas dari
kondisi perikanan di Indonesia saat ini yang belum maju. Kondisi inilah yang menjadi
faktor munculnya masalah masalah yang begitu banyak yang belum maksimal diatasi
sampai saat ini. Berikut adalah masalah perikanan budidaya di Indonesia :

1) Permasalahan pertama adalah permasalahan yang umum bagi masyarakat Indonesia


yaitu modal yang lumayan atau cukup besar dalam mempersiapkan semua hal yang
menyangkut budidaya seperti benih, pakan, pestisida dll. Hal ini kendala yang harus
dipikirkan bagaimana supaya modal kecil tapi untung bisa sangat banyak. Ini bukan
sekedar PR Pemerintah tapi juga masyarakat Indonesia. Modal memang bisa terlebih
dahulu meminjam tetapi yang jadi resiko mungkin ketika usaha pertama gagal karena
budidaya dalam makalah ini dimaksudkan untuk pemula. Sebaiknya pikirkan kembali
cara penanaman modal ini, mungkin saja bisa dengan berbagai investasi dari rekan –
rekan yang nantinya untung bisa dibagi dua atau tiga atau juga lebih.

2) Permasalahan umum selanjutnya adalah ketersediaan lahan. Mengapa ini menjadi


salahsatu masalah? Coba kita lihat sekarang di perkotaan, lahan sudah hampir habis
dipakai oleh pembangunan – pembangunan gedung bertingkat, hotel, jalan – jalan.
Inilah yang merupakan kendala berikutnya khusus untuk daerah perkotaan. Beda
halnya dengan masyarakat desa, mungkin saat ini masih banyak tanah yang masih bisa
digunakan dengan catatan dekat dengan sumber air supaya tidak susah dalam mencari
air ketika terjadi kekeringan. Apakah masyarakat kota pasrah saja demikian? Tidak
bisa, karena sebetulnya itu bisa di antisipasi dengan misalkan kita melakukan
budidaya dengan ikan – ikan hias yang kecil supaya tidak memakan tempat yang
begitu luas. Bisa di aquarium atau pun kolam kolam kecil di depan rumah kita.
Sekarang pun ada salah satu cara yaitu dengan menggunakan plastik yang kita tidak
perlu menggali terlebih dahulu tanah lahan kita. Bisa dibentuk sedemikian rupa agar
menyerupai kolam. Oleh karena itu, selama bisa diantisipasi mengapa tidak.

3) Permasalahan selanjutnya ini sangat klasik sebetulnya, yaitu pakan yang masih
menjadi kendala besar dalam budidaya perikanan. Padahal Indonesia sedang berupaya
meningkatkan produksi perikanan sektor itu. Pakan merupakan komponen biaya
22
terbesar dalam usaha budidaya ikan sehingga mencapai 70 persen hingga 80 persen.
Untuk itu, ketersediaan pakan yang berkualitas, terutama dengan pendirian pabrik
pakan ikan di dekat lokasi budidaya menjadi sangat penting.

4) Permasalahan selanjutnya yaitu kurangnya kesadaran masyarakat dalam hal


budidaya. Kebanyakan orang tidak mau menginvestasikan untuk modal, tapi mereka
lebih memlilih menjadi nelayan tangkap daripada menjadi seorang pengusaha.
Padahal jelas Pemerintah sendiri sangat mendukung ketika warganya ingin menjadi
seorang wirausahawan. Bahkan banyak program Pemerintah yang berani
meminjamkan modal demi warganya yang mau berusaha. Selain itu, manfaat lainnya
yaitu membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Inilah salahsatu poin
tambah dari budidaya perikanan yaitu bisa juga untuk menanggulangi pengangguran
bahkan kemiskinan. Perlu kita ketahui, bahwa ikan yang ada dilautan sebetulnya
sudah sangat kurang akibat dari over fishing atau penangkapan secara berlebih. Ini
akan mengakibatkan ikan akan menjadi sedikit tahun demi tahun. Bahkan tidak
mustahil jika suatu saat ikan yang ada dilaut akan tersisa sedikit pasokan atau “habis”.
Menurut penelitian pun tahun 2025 yang akan meningkat jumlah pesanan adalah ikan
– ikan air tawar atau payau. Mengapa demikian? Karena ketika itu, yang akan melesat
adalah perikanan budidaya yang jelas daur hidupnya terus berputar dalam artian terus
menerus bergulir. Sedangkan perikanan tangkap akan tergerus karena pasokan yang
sudah habis. Inilah alasan mengapa kita harus memilih perikanan budidaya.

5) Kendala selanjutnya dalam perikanan budidaya adalah kurangnya pendidikan atau


pengetahuan tentang maslah budidaya perikanan. Seperti yang telah disebutkan riset
dan pendidikan pun adalah salah satu faktor penunjang dalam keberhasilan budidaya
perikanan ini. Pendidikan berfungsi untuk mendidik memberikan kita pengetahuan
baik secara akademis ataupun hal yang lain. Jiaka kita berbicara secara akademis
pendidikan ini dimaksudkan untuk kita supaya kita tahu seluk beluk tentang budidaya
secara detail. Perkuliahan jurusan dibidang ini sangat berguna kelak. Di perkuliahan
kita dikenalkan dengan masalah – masalahnya apa, cara mengatasinya bagaimana,
bahakan hal sekecil apapun itu sangat diperhitungan dan kita pelajari. Selain
pendidikan, pengalaman pun sangat penting. Sebetulnya pengalaman pun merupakan

23
pendidikan. Mengapa demikian? Pengalaman membantu kita dalam melangkah
selanjutnya, kegagalan sebelumnya harus menjadi cambuk agar tidak terjadi lagi
selanjutnya. Belajarlah dari orang – orang yang telah sukses atau berpengalaman di
bidang ini. Karena itu akan sangat membantu kita untuk melakukan suatu hal atau
ketika kita melangkah. Apalagi orang – orang yang sebelumnya tidak belajar dibidang
ini. Menurut saya itu wajib dilakukan. Tidak usah malu dalam bertanya apapun karena
demi mencegah terjadi suatu hal yang tidak diinginkan lebih baik bertanya
sebelumnya.

Budidaya Ikan Guppy

1. Klasifikasi ikan guppy

Kingdom : Animalia

Fillum : Chordata

Kelas : Actinopterygii

Ordo : Cyprinodontiformes

Sub ordo : Poecilioidei

Famili : Poeciliidae

Genus : Poecilia

Spesies : Poecilia reticula

2. Deskripsi Ikan Guppy

Ikan gapi memiliki nilai ekonomis tinggi karena variasi warna yang dimilikinya
menarik dan bentuk sirip yang beragam, pemeliharaan dan pemijahan mudah, serta

24
tidak terlalu berpengaruh pada perubahan temperatur dan kualitar air lainnya. Saat ini
terdapat sekitar 30 jenis ikan gapi berdasarkan pola warna dan bentuk siripnya, yang
sebagian besar merupakan komoditi ekspor.

Dari penampakan morfologis, ikan gapi jantan memiliki bentuk dan corak warna
tubuh lebih menarik dan cemerlang daripada ikan betinanya. Ikan gapi memiliki
kemampuan berkembang biak yang cepat sehingga harus segera dipisahkan agar tidak
terjadi perkawinan pada usia muda yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas
anak yang dihasilkan.

Ikan gapi bersifat ovovivipar, yaitu pembuahan terjadi di dalam tubuh, embrio
disimpan dan terus berkembang dalam tubuh induk, akan dilahirkan sebagai anak
setelah kurang lebih 20 hari masa kehamilan. Ikan betina mampu menyimpan sperma
dalam tubuhnya sehingga dari satu kali perkawinan dapat melahirkan sampai tiga kali
dengan jarak waktu antar kehamilan 7-43 hari, dengan selang waktu antara melahirkan
anak dengan pemisahan induk betina dari jantannya berkisar 16-35 hari.

3. Ciri – Ciri Tubuh

Ikan guppy tergolong bertubuh kecil, panjang tubuh hanya bisa mencapai 7 cm untuk
betina, dan jantan panjang tubuh bisa mencapai 3,75 cm. Warna dasar tubuh guppy
yang asli berwarna kecoklatan,dengan variasi warna sisik seperti pelangi.Keindahan
guppy yang menarik terdapat pada ekornya, sirip ekor lebar dengan ciri warna yang
bervariasiyang menyolok dengan bentangan mirip ekor burung merak, goyangan
ekornya memang sangat mempesona.

Ikan jantan warna tubuhnya lebih menarik dibandingkan betinanya, sehingga guppy
jantan di pasaran banyak dicaripenggemar ikan hias dengan warna terjangkau.

4. Sifat Hidup

25
Ikan guppy termasuk ikan hias jenis pedamai dan jinak yang bisa ditempatkan dengan
jenis – jenis ikan lain yang sama – sama jinak (jangan dicampur dengan ikan buas). Di
alam aslinya, ikan ini dapat hidup di dua jenis perairan yang berbeda,yakni air tawar
dan payau. Menyukai perairan yang tenang tetapi sangat sensitifdan mudah stres
terhadap perubahan kualitas air yang mendadak, terutama fluktuasi suhu tinggi, jika
terpaksa ingin mengubah suhu pada media air perlu diubah secara bertahap dan pelan
– pelan (adaptasi). Makanan yang diperlukan menerima segala jenis makanan, baik
makanan alami atau pun buatan (pellet), menyukai sayuran segar, jentik – jentik
nyamuk, kutu air, cacing rambut.

5. Persiapan Pemijahan

a. Tempat Pemijahan

Tempat pemijahan yang dipai bisa berupa akuarium dengan ukuran panjang 80 cm,
lebar 45 dan tinggi 40 cm. Bisa menggunakan bak semen ukuran 2×12 x 40 cm.
Kualitas air dengan parameter suhu 23 – 26 oC, pH 7 – 8, DO > 4 ppm. Sumber air
yang digunakan bisa berasal dari sungai , air sumur yang telah diendapkan sehari
semalam. Sebagai perangsang pemijahan dan sekaligus sebagai tempat persembunyian
anak – anaknya dapat dilengkapi tanaman air : Hydrilla atau eceng gondok.

b.Pemilihan Induk

Pemilihan induk jantan dan betina dapat dibedakan dengan jalan membedakan bentuk
dan warna sirip ekor. Induk jantan memiliki warna yang kontras menyolok dengan
warna dan bentuk sirip ekor yang indah. Selain itu induk jantan memiliki gonopodium
yang berbentuk menonjol di belakang sirip perut. Sedangkan induk betina memilik
warna badan dan warna ekor yang biasa – biasa saja. Tubuh induk betina lebih besar
dibandingkan induk jantan.

Induk jantan dan betina sudah bisa dipijahkan jika sudah matang gonad (kelamin),
biasanya pada umur 3 bulan, dan panjang ikan guppy betina umumnya telah
berukuran antara 4 – 5 cm, sedangkan ikan guppy jantan umumnya telah berukuran
3,5 – 4 cm.

26
6. Pemijahan

Tempat akuarium (akuarium atau bak beton) diisi air setinggi 30 – 35 cm. Induk yang
telah diseleksi dimasukan ke dalam tempat pemijahan sekitar 30 – 40 ekor induk
betina, dan jantan cukup 5 ekor, (ukuran bak 80 x 45 x 40 cm).

Jika pemijahan dilakuakan di tempat berupa bak beton dengan ukuran 2 x 12 x 0,40
m, induk betina sebanyak 100 – 150 ekor dan jantan cukup 10 – 15 ekor. Pemasukan
induk sebaiknya dilakukan paada saat suhu sedang rendah yakni pada saat pagi hari.

Seminggu setelah induk dipijahkan, biasanya anak – anak guppy telah mulai nampak
di sela – sela akar atau tanaman air. Anak – anak guppy bisa mulai diserok dengan
menggunakan seser halus, kemudian dicuduk dengan menggunakan piring disertakan
sebagian air dipindahkan ke dalam wadah kemudian dipindahkan ke dalam tempat
pembesaran. Induk guppy telah dibiarkan di dalam tempat pemijahan dan diberikan
pakan berupa cacing rambut, kutu air atau jentik – jentik nyamuk selanjutnya (dosis 3
– 5 %)/bobot biomas/hari. Seekor indukan guppy betina dapat menghasilkan
keturunan dengan jumlah rlatif sedikit, berkisar anatara 30 – 60 ekor. Ikan guppy
dapat dipijahkan sepanjang tahun dengan interval 4 minggu.

7. Pembesaran

Siapkan bak pembesaran dengan ukuran 2 x 2 m, ketinggian bak 0,4 m. Bak diisi air
bersih yang telah diendapkan sehari semalam, setinggi 30 – 35 cm. Di dalam bak
diberi tanaman air yang telah dibersihkan. Benih dimasukan ke dalam bak dengan
menggunakn ember, biarkan benih keluar dengan pelan – pelan dengan cara
menyondongkan ember. Penebaran benih dilakuakan pada pagi hari, kepadatan benih
sebanyak 2.000 ekor.

Benih mulai diberi makan hari pertama, jenis pakannya bisa diberikan jenis infusuria,
rotifera, atau kutu air. Beberapa hari selanjutnya bisa diberi makan cacing rambut 3 –
5 %/bobot biomas/hari, frekuensi pemberian 3 kali, pagi, siang dan sore hari.

Untuk menjaga agar kualitas air baik seminggu sekali dilakukan pergantian air,
dengan cara membuang 2/3 bagian volume air, kemudian ditambahkan air bersih baru

27
2/3 bagian. Untuk pembesaran di kolam tanah supaya tanah dasar dipupuk dengan
pupuk kandang atau pupuk kompos sebanyak 1 – 2 ton/hektar atau 100 -200 gram/m2,
agar tumbuh makanan alami terutama zooplankton, jentik – jentik nyamuk, lutu air
dan cacing sebagai makanan utama.

8. Cara Mengatasi Penyakit

Penyakit yang umumnya menimpa guppy adalah jamur. Perlu dipahami jamur tumbuh
dengan cara yang berbeda dari bakteri. Jamur tumbuh dengan spora dan selalu tumbuh
dengan kondisi tertentu. Mereka berkembang mempunyai siklus tertentu berupa spora,
kemudian berubah menjadi organisme yang disebut miselium.

Jamur ini dapat berkembang biak sangat cepat, berbentuk seperti benang/ulir dan
membentuk jaringan-jaringan seperti lapisan yang tipis. Sedangkan bakteri yang biasa
menyerang guppy adalah mycobacterium piscium, juga beberapa penyebab lainnya.

Perlu diperhatikan untuk melakukan pengobatan secara efektif harus melakukan


diagnosa yang akurat, sehingga dapat mengatasi penyakit yang timbul. Penyakit yang
umum menyerang ikan guppy adalah :

a. Saprolegnia

Ciri-ciri ikan yang terserang adalah bercak-bercak putih pada kulit ikan. Perawatannya
teteskan alkohol metapen dalam tempat sebanyak 2 tetes dalam satu galon air/4 1,12)
liter air. Langkah selanjutnya berikan garam dan biarkan beberapa saat.

Berikan hydrogen peroksida untuk membunuh bakteri yang melekat pada jaring ikan
selama 15 sampai 30 detik. Atau bisa juga digunakan malachite green atau methyline
blue atau acriflavin sebagai disinfektan. Cara perawatan ikan yang terkena infeksi
bakteri sebaiknya diberi tambahan ruang sebelum mengobati.

b. Penyakit Bengkak atau Bloat

Ikan tampak gelisah, badan tampak lebih besar karena kembung. Ini disebabkan
karena peradangan usus ikan. Isolasi ikan yang terkena, lalu masukkan ke dalam satu
galon air yang telah dibubuhi 2 sendok penuh garam Inggris. Biarkan selama 4 atau 6

28
jam, kemudian tambahkan air selama 12 jam. Setelah sembuh dapat dikembalikan ke
tempat asal.

c. Jamur Mulut

Ciri ikan yang terkena jamur mulut mudah dilihat dari warna putih yang terletak di
depan mulutnya. Jamur putih tersebut merupakan koloni sangat besar yang menempel
pada mulut ikan, sehingga menutup mulut ikan sampai tidak bisa bernapas dan makan
dapat menyebabkan ikan mati. Pengobatan menggunakan aureomycin 25 mg untuk 1
galon air tambahkan 1 tetes obat merah dan metopen 2 tetes.

d. Penyakit Insang

Ciri ikan yang terkena peradangan insang biasanya disebabkan oleh organisme virus.
Ciri pada penyakit ini insang membuka, malas makan dan selalu di atas permukaan
air. Penyakit ini disebabkan oleh beberapa bakteri dan jamur dan paling sulit untuk
diatasi.

Ciri ikan ini jika mati insangnya tampak memerah dan membusuk lebih cepat dari
badannya. Beberapa cara yang sudah berhasil dilakukan adalah dengan memberikan
metapen mercurochrome direndam beberapa saat secara bersamaan kemudian lakukan
perawatan dengan menggunakan air garam dan memberikan tempat yang lebih besar
dan luas.

e. Penyakit Kembung

Ciri-ciri ikan yang terkena peradangan perut antara lain ikan tampak sulit berenang ke
dasar. Cara mengatasinya berikan 1 sendok teh garam Inggris tiap 1/2 liter air, dan
rendam ikan selama 3 sampai 4 jam, kemudian pindahkan ikan ke dalam tempat yang
ketinggian airnya 3 kali tinggi badan ikan. Masih ada beberapa penyakit yang sudah
umum diketahui, misalnya kutu atau jarum.

29
BAB III
KESIMPULAN

Indonesia akan memiliki prospek bisnis perikanan yang cerah 5 tahun mendatang jika
pelaku usaha, pemerintah dan para stakeholder yang terkait jika faktor-faktor seperti
ketersediaan modal, perekonomian global, kebijakan pemerintah, persaingan dengan
negara lain, kondisi politik negara, dan pangsa pasar dapat diperhatikan dan terpenuhi

30
dengan baik. Setelah memperhatikan kondisi dan permasalahan yang telah dihadapai,
maka diperlukan inovasi dan strategi kebijakan dalam pengelolaan dan pemanfaatan
sumber daya kelautan dan perikanan, mengingat Indonesia sebagai negara kepulauan
yang seharusnya memiliki wawasan kelautan dalam pembangunan nasional.
Berbagai jenis ikan laut, ikan palagis dan demersal di perairan Indonesia merupakan
ikan-ikan yang bernilai jual tinggi, baik di pasar domestic maupun ekspor. Khusus
untuk ikan karang, Indonesia bahkan menjadi produsen terbesar di dunia, baik ikan
konsumsi, maupun ikan hias. Ikan-ikan karang banyak diproduksi antara lain kerapu,
kakap, napoleon, kakatua, ekor kuning, beronang, kurisi, dan kue.
Berangkat dari pengetahuan bahwa Indonesia merupakan produsen terbesar di dunia
maka sudah seharusnya, sektor perikanan tidak lagi dijadikan sektor ke sekian dari
semua sektor yang menunjang perekonomian Indonesia. Sektor perikanan harus
didukung perkembanganya, sehingga Indonesia benar-benar bisa menjadi sentra ikan
di dunia.

DAFTAR PUSTAKA

https://mysarjanamudatkn.blogspot.com/2016/09/makalah-perikanan.html

http://fadhillah-xnd.blogspot.com/2016/10/contoh-makalah-perikanan-tangkap.html

https://rakkagilangandhika.wordpress.com/2013/11/14/makalah-perikanan-dan-
kelautan/

31
http://www.academia.edu/32012709/Makalah_Perkembangan_Industri_Perikanan_Ind
onesia

32

Anda mungkin juga menyukai