Anda di halaman 1dari 16

PRAGMATIK

Selasa, 17 Maret 2015

ANALISIS PERCAKAPAN

Analisis Percakapan
Percakapan ini dianalisis berdasarkan makna ucapan, ekspresi yang tersirat, tuturan

berdasarkan hubungan penutur dan petutur, faktor penyebab kegagalan decoding serta

konteks yang melingkupi percakapan

1. Terjadi sebuah percakapan antara Andi dan Rahmat sepulang


dari menonton konser di kota.

Andi : “hmmmm..., kalau dipikir-pikir, kita sudah keterlaluan tadi.”

Rahmat : “ndak papa... kan ndak ada cctvnya.”

(mereka berpandangan dan tertawa lepas)

Andi : “tapi, lain kali gantian yang gendong.”

Rahmat : “ya, beres. Nunggu kamu kecil dulu.”

(melihat tubuh Andi dan tertawa)

a. Makna ucapan dan ekspresi yang tersirat

Andi : “hmmmm..., kalau dipikir-pikir, kita sudah keterlaluan tadi.”

Andi mengingat peristiwa yang tadi telah dilakukan bersama Rahmat.


Sepertinya mereka melakukan tindakan yang diluar “kewajaran”,
sehingga andi menganggap bahwa hal tersebut keterlaluan

Rahmat : “ndak papa... kan ndak ada cctvnya.”


(mereka berpandangan dan tertawa lepas)

apa yang mereka lakukan sepertinya hal yang tidak ingin diketahui
oleh orang lain, buktinya Rahmat meyakinkan hal tersebut tidak
masalah karena tidak ada cctv sehingga tidak ada orang lain yang
tahu. Tertawa yang mereka lakukan karena kejadian tadi lucu,
ditambah hanya mereka yang tahu, sehingga lebih lucu. Hal itu
ditegaskan setelah berpandangan mereka tertawa.

Andi : “tapi, lain kali gantian yang gendong.”

Kalimat tersebut lebih menegaskan bahwa kejadian tersebut menarik


dan lucu sehingga Andi ingin mengulangi lagi peristiwa tersebut

Rahmat : “ya, beres. Nunggu kamu kecil

dulu.” (melihat tubuh Andi dan

tertawa)

Rahmat meng”iya”kan keinginan Andi namun tidak serius (tidak akan


dilakukan lagi). Karena

· Kemungkinan Andi memiliki tubuh yang gemuk sehingga


rahmat tidak mungkin menggendongnya (Kemungkinan
Rahmat bertubuh kecil sedangkan Andi besar)

· Kecil (usia). Andi tidak mungkin kecil lagi

b. Tuturan berdasarkan jarak hubungan antar persona penutur


dan petutur

Dari percakapan Andi dan Rahmat terlihat hubungan yang akrab atau dekat.
Hal itu terlihat dari:

· Bahasa yang digunakan santai

· Penggunaan bahasa tubuh seperti berpandangan yang langsung bisa


dipahami tanpa harus berbicara panjang lebar

· Orang yang memiliki kedekatan lebih menggunakan bahasa yang


hanya di ketahui oleh mereka, misal “sepertinya tadi kita sudah
keterlaluan”, Rahmat langsung bisa memahami
c. Konteks apa saja yang melingkupi percakapan

1) Setting

Ø Waktu : kemungkinan malam hari, karena kebanyakan konser


itu diselenggarakan pada malam hari.

Ø Tempat : di jalan sepulang konser, karena kemungkinan seperti


yang kita ketahui setelah melakukan hal yang menyenangkan
yaitu “menonton konser” kita selalu membicarakan hal tersebut
ketika di perjalanan.

Ø Suasana : menyenangkan, karena setelah pulang dari konser


mereka tetap membicarakan hal tersebut sambil tertawa.

2) Participants

Ø Usia : remaja yang seumuran, karena dilihat dari pembicaraan


yang menggunakan bahasa remaja.

Ø Pekerjaan :kemungkinan masih sekolah atau sudah lulus tapi


belum bekerja, karena masih suka bersenang-senang

Ø Gender : laki-laki, dilihat dari namanya.

Ø Pendidikan : SMA atau lulus SMA

Ø Lingkungan : kemungkinan hidup di lingkungan yang sama


dengan karakter mereka “konser mania”.

3) Ends (tujuan) : mengungkapkan kesenangannya setelah


menonton konser

4) Actsequence (bentuk pesan) :-

5) Key (cara:menunjukkan gaya bahasa) : dari percakapan


tersebut terlihat menggunakan bahasa yang santai dan di tambah
dengan adanya bahasa tubuh

6) Instrumen :lisan

7) Norm (norma) :bahasa yang digunakan dipengaruhi oleh daerahnya,


terlihat dari kata “ndak papa”

8) Genre (ragam bahasa) : percakapan sehari-hari

2. Di sebuah warung kecil, di pagi hari, para petani sedang bersiap


untuk menyemai benih padi.

Petani A : “Rasanya kok beda hari ini. Tidak ada semangat.”

(sambil melihat orang berlalu-lalang di jalan)

Petani B : “Sudah. Dijalani saja. Sudah takdir kita.”

Petani C : “yang bangga pak. Kita ini kan orang paling yang berjasa untuk
semua manusia. Coba kalau kita tidak ada. Mau makan apa mereka?”

Petani B : “ya, setidaknya kita bisa ngopi dan makan gorengan dulu dengan
santai setiap hendak pergi bekerja.” (mereka tertawa sambil melihat
hiruk pikuk kendaraan berlalu-lalang di jalan)

a. Makna ucapan dan ekspresi yang tersirat

Petani A : “Rasanya kok beda hari ini. Tidak ada

semangat.” (sambil melihat orang berlalu-

lalang di jalan)

· Kemungkinan petani A merasa bosan dengan rutinitasnya


sebagai petani yang hanya melakukan hai itu-itu saja

· Kemungkinan petani A ingin memiliki profesi lain atau berganti


profesi

Petani B : “Sudah. Dijalani saja. Sudah takdir kita.”

· Kemungkinan petani B ingin menguatkan petani A.


Kemungkinan petani B mengajak untuk mensyukuri profesinya,
atau mungkin juga bisa petani B menyepelekan profesinya yang
sebagai petani

· Petani B meremehkan profesi petani. Terlihat dari kalimat


“sudah takdir kita” yang menunjukkan pemikirannya bahwa
bekerja sebagai petani bukan profesi yang
membanggakan/bukan pilihan/nasib/susah.

Petani C : “yang bangga pak. Kita ini kan orang paling berjasa
untuk semua manusia. Coba kalau kita tidak ada. Mau
makan apa mereka?”

· Lebih menguatkan petani A dengan memberitahukan jasa-jasa


petani yang mana tanpa jasa dari petani orang-orang yang
berlalu-lalang “sibuk” itu tidak bisa makan.

· Mereka meremehkan pekerjaan lain (orang yang berlalu lalang)


bahwa tanpa jasa petani mereka tidak bisa makan meskipun
pekerjaan mereka terkesan “mentereng”

Petani B : “ya, setidaknya kita bisa ngopi dan makan gorengan dulu
dengan santai setiap hendak pergi bekerja.” (mereka
tertawa sambil melihat hiruk pikuk kendaraan berlalu-
lalang di jalan)

· Petani B lebih mensyukuri nikmat yang sudah didapat. Dia lebih


memberi penegasan untungnya menjadi petani

· Mereka meremehkan pekerjaan “orang-orang yang berlalu


lalang” tersebut karena tidak bisa merasakan enaknya menjadi
petani

b. Tuturan berdasarkan jarak hubungan antar persona penutur dan


petutur

Dari percakapan antara petani A, petani B, dan petani C terlihat hubungan


seprofesi yang dekat. Itu semua dapat dilihat dari kata “kita” yang
menunjukkan senasib seperjuangan dan saling menguatkan.

c. Konteks apa saja yang melingkupi percakapan

1) Setting

Ø Waktu : pagi hari, terlihat dari narasi “Di sebuah warung kecil, di
pagi hari, para petani sedang bersiap untuk menyemai benih padi”

Ø Tempat : warung pinggir jalan, terlihat dari percakapan “ya,


setidaknya kita bisa ngopi dan makan gorengan dulu dengan santai
setiap hendak pergi bekerja.” (mereka tertawa sambil melihat hiruk
pikuk kendaraan berlalu-lalang di jalan)

Ø Suasana : ramai, terlihat dari kata “mereka tertawa sambil melihat


hiruk pikuk kendaraan berlalu-lalang di jalan”

2) Participants

Ø Usia : paruh baya, karena membicarakan profesi yang dia sudah


merasa lelah. Kata “lelah” disini menunjukkan sikap kebosanan
yang kemungkinan profesi ini sudah digelutinya lama.

Ø Pekerjaan : petani, terlihat dari narasi “Di sebuah warung kecil,


di pagi hari, para petani sedang bersiap untuk menyemai benih
padi”.

Ø Gender : laki-laki, terlihat dari gaya bicara yang tegas dan


topik pembicaraan (jika wanita settingnya bukan di warung)

Ø Pendidikan : SD-SMP, terlihat dari pola pikirnya. Karena orang


yang memiliki pendidikan tinggi kemungkinan tidak akan merasa
jenuh karena selalu memiliki inovasi-inovasi baru dalam
pekerjaannya.

Ø Lingkungan : kemungkinan hidup di lingkungan yang sebagian


besar penduduknya berprofesi sebagai petani.

3) Ends (tujuan) : tujuan percakapan ini yaitu ingin menyampaikan


keluh kesah seorang petani, namun akhirnya mendapatkan penguatan
atau motivasi dari teman seprofesi sehingga mensyukuri profesinya
sebagai petani.

4) Actsequence (arti pesan) :sindiran bagi “orang-orang yang


berlalu- lalang”

5) Key (cara: gaya bahasa) :menggunakan bahasa santai atau


bahasa sehari-hari

6) Instrument :Lisan

7) Norm (norma) :bahasa santai dan tidak menunjukkan logat dari


suatu daerah

8) Genre (ragam bahasa) :bahasa sehari-hari


3. Percakapan yang tidak disengaja antara mahasiswi dan penjual
sayur di sebuah metromini

Mahasiswi : “Aduh, masya Allah, kok tertinggal.”

(berbicara sendiri sambil menepuk jidat)

Penjual sayur : “Ada apa mbak?”

Mahasiswi : “RPP saya ketinggalan di angkot sebelumnya bu.”

Penjual sayur : “Sabar mbak. Nanti beli lagi yang baru. Dianggap belum
rejeki saja mbak.”

Mahasiswi : “Ya, bu.” (manggut-manggut sambil tersenyum geli)

a. Makna ucapan dan ekspresi yang tersirat

Mahasiswi : “Aduh, masya Allah, kok

tertinggal.”

(berbicara sendiri sambil menepuk


jidat)

· Mengingat ada sesuatu yang tertinggal (tindakan spontanitas)

· Mengungkapkan kekesalan atas kelalaiannya

Penjual sayur : “Ada apa mbak?”

· Basa-basi sebagai bentuk menjalin hubungan sosial karena


tanpa sengaja mendengar perkataan mahasiswi

· Sebagai bentuk kepedulian

Mahasiswi : “RPP saya ketinggalan di angkot sebelumnya bu.”

· Menjelaskan mengenai “sesuatu” yang tertinggal

· Sebenarnya dia tidak ingin memberi tahu tentang benda apa


yang tertinggal, namun ia harus menjawab sebagai bentuk
menghormati penjual sayur yang bertanya
Penjual sayur : “Sabar mbak. Nanti beli lagi yang baru. Dianggap
belum rejeki saja mbak.”

· Menganggap RPP adalah barang yang berharga dan bisa dibeli


yang apabila hilang dianggap belum rejeki

· Perhatian namun sok tahu, buktinya tanpa bertanya penjual


sayur langsung menasihati

Mahasiswi : “Ya, bu.” (manggut-manggut sambil tersenyum geli)

· mahasiswi itu menjawab “iya sambil manggut-manggut” untuk


menghormati sekaligus mengakhiri pembicaraan agar tukang
sayur tidak bertanya lagi, karena hati mahasiswi itu sedang
gelisah memikirkan RPPnya yang tertinggal di angkot

· Senyum mahasiswi tersebut karena geli melihat perkataan ibu


yang “sok tahu”

b. Tuturan berdasarkan jarak hubungan antar persona penutur dan


petutur

Terlihat dari percakapan tersebut disebutkan pertemuan mereka yang tidak


disengaja karena sama-sama penumpang metromini jadi hubungannya tidak
saling kenal, percakapan yang tejadi karena saling menghormati.

c. Faktor penyebab kegagalan dalam proses decoding si penutur


dalam dua percakapan, 3 dan 4

· Adanya perbedaan profesi dimana penutur sebagai mahasiswa


sedangkan petutur adalah penjual sayur

· Perbedaan pendidikan dimana penjual sayur tersebut kemungkinan


tidak tau karena tidak pernah mempelajari apa itu RPP

· Kemungkinan ketidaktahuan tukang sayur karena di lingkungannya


juga tidak ada orang yang “bergelut” dengan RPP, (tukang sayur tidak
pernah mendengar RPP sebelumnya)

d. Konteks apa saja yang melingkupi percakapan

1) Setting
Ø Waktu : pagi, karena kemungkinan situkang sayur berangkat ke
pasar dan mahasiswanya berangkat ke kampus

Ø Tempat : metromini, terlihat dari narasi “Percakapan yang tidak


disengaja antara mahasiswi dan penjual sayur di sebuah
metromini”

Ø Suasana : menegangkan karena RPP yang tertinggal dan lucu


karena si penjual sayur mengartikan RPP adalah sesuatu yang
bisa dibeli

2) Participants

Ø Usia : remaja untuk mahasiswi dan untuk penjual sayur


antara dewasa sampai paruh baya

Ø Pekerjaan : mahasiswi dan penjual sayur

Ø Gender : wanita, terlihat dari panggilan “bu” dan


penyebutan “mahasiswi”

Ø Pendidikan : penjual sayur pendidikannya antara SD-SMA,


karena tidak paham dengan RPP. Sedangkan penutur sedang
menempuh pendidikan tinggi

Ø Key (cara: gaya bicara) : penjual sayur : “asal dan terkesan banyak
bicara”, sedangkan mahasiswi sopan

Ø Genre (ragam bahasa) : bahasa sehari-hari

4. Di dalam perjalanan, Anton (orang kaya) berjumpa dengan Rudi,


teman sekolah sewaktu masih tinggal di desa.

Anton : “Rud, sibuk apa sekarang?”

Rudi : “lagi banyak konser di sawah”

(tersenyum),”kamu?” Anton : “lagi bisnis tablet aja.”

Rudi : “kamu dokter ya Ton?”


Anton : “bukan, bisnis hp maksudnya.” (tersenyum)
a. Makna ucapan dan ekspresi yang

tersirat Anton : “Rud, sibuk apa

sekarang?”

· Kemungkinan karena lama tidak bertemu jadi basa-basi untuk


mengawali pembicaraan

· Kemungkinan anton ingin “mengupdate” kesibukan rudi yang baru,


“siapa tahu Rudi punya kesibukan baru”

Rudi : “lagi banyak konser di sawah” (tersenyum),”kamu?”

· Rudi menjelaskan bahwa dia bekerja di sawah dengan bahasa yang


lebih “asyik”

· “sedikit malu tapi bukan malu gengsi”

Anton : “lagi bisnis tablet aja.”

· Menjelaskan bahwa anton sedang berbisnis tablet dengan nada


merendah dibuktikan dengan kata “aja”

· Bisnis itu merupakan hal yang biasa. Anton cenderung


merendahkan profesi Rudi

Rudi : “kamu dokter ya Ton?”

· Kemungkinan Rudi bertanya karena memang menganggap tablet


disini adalah obat

Anton : “bukan, bisnis hp maksudnya.” (tersenyum)

· Anton menjelaskan bahwa tablet yang dimaksud disini adalah


sejenis hp

· Anton menjelaskan sambil tersenyum, senyum disini memiliki


kemungkinan bahwa anton mengangggap pemikiran Rudi yang
kuno

b. Tuturan berdasarkan jarak hubungan antar persona penutur dan


petutur

Bahasa yang digunakan santai, karena mereka akrab namun masih canggung
karena baru bertemu

c. Faktor penyebab kegagalan dalam proses decoding si penutur


dalam dua percakapan, 3 dan 4

· Perbedaan lingkungan. Anton tinggal di kota sehingga pengetahuannya


tentang teknologi lebih maju, sedangkan Rudi tinggal di desa sehingga
pengetahuan tentang teknologi kurang.

d. Konteks apa saja yang melingkupi percakapan

1) Setting

Ø Waktu : Siang hari (“urusan feeling dan imajinasi”) :D

Ø Tempat : dijalan, terlihat dari narasi “Di dalam perjalanan, Anton


(orang kaya) berjumpa dengan Rudi, teman sekolah sewaktu
masih tinggal di desa."

Ø Suasana : tidak menyenangkan. Karena obrolan ini tidak


interaktif, hanya Rudi yang selalu bertanya. Sekali mendapat
jawaban Rudi mendapat senyum sindiran

2) Participants

Ø Usia : dewasa, karena sudah bekerja

Ø Pekerjaan : petani dan pebisnis

tablet Ø Gender : laki-laki

Ø Pendidikan : Rudi (SD-SMP), Anton (Pendidikan Tinggi)


Ø Lingkungan : Rudi (hidup diantara orang yang
pengetahuannya tentang IT kurang), Anton (hidup diantara
orang yang pengetahuannya tentang IT tinggi)

3) Ends (tujuan) : basa-basi, karena tidak sengaja bertemu di jalan

4) Actsequence (arti pesan) : sindiran untuk Rudi

5) Key (cara: gaya berbicara) : Rudi (sopan, lugu), Anton (Sombong)

6) Instrument : lisan

7) Norm (norma) :Rudi (bahasa Indonesia berlogat), Anton


(tidak berlogat, karena lama di kota)

8) Genre (ragam bahasa) : bahasa sehari-hari

aneh ya? iya, mungkin masih sangat banyak kesalahan, namanya juga
belajar. hehe #alibi
jadi tambahkan saja pendapat kalian, kita Sharing ya. semoga bermanfaat
:)

mahasiswanya pakaziz di 23.39

Berbagi

6 komentar:

PRAGMATIK 2A KELOMPOK 6 18 Maret 2015 21.15


Terima kasih untuk sharing nya :)
dari kelompok kami ingin komentar tentang nomer 1, yang konteks pendidikan itu.
Menurut kelompok anda darimana anda mengetahui konteks pendidikannya lulusan
SMA, coba dijelaskan :)
untuk nomer 2 konteks usia nya anda mengatakan bahwa usia paruh baya, apakah dari
percapan tersebut sudah ada penjelasan usianya. Apakah petani selalu paruh baya,?
untuk nomer 2 Pendidikan : SD-SMP, terlihat dari pola pikirnya. Karena orang yang
memiliki pendidikan tinggi kemungkinan tidak akan merasa jenuh karena selalu
memiliki inovasi-inovasi baru dalam pekerjaannya.
dari pernyataan anda diatas menyebutkan bahwa percakapan diatas ada yang
menunjukkan jika orang yang berpendidikan tidak selalu jenuh dan selalu memiliki

Anda mungkin juga menyukai