Anda di halaman 1dari 7

A.

Latar belakang
Manusia dan pendidikan bagaikan dua sisi mata uang yang tidak bisa
dipisahkan. Dimanapun manusia itu berada, dipastikan akan butuh dengan
pendidikan, hal ini disebabkan karena fungsi utama dari pendidikan adalah
mengembangkan seluruh potensi manusia yang ada kearah yang lebih baik atau
kearah yang menjadi cita-cita manusia. Karenanya dapat dipastikan pendidikan tidak
akan berjalan tanpa kehadiran manusia. Dalam pendidikan, manusia berpean sebagai
subjek sekaligus objek pendidikan.

Sementara itu dalam dunia pendidikan, pemanaham tentang manusia sangatlah


penting,As-Syaibani menyatakan bahwa penentuan sikap dan tanggapan tentang
manusia sangat penting dan vital tanpa sikap dan tanggapan yang jelas. Apabila
pemahaman tentang manusia tidak jelas, maka akan berakibat tidak baik pada proses
pendidikan itu sendiri.

Dasar yang melandasi pemikiran pendidikan islam adalah konsep filsafat


pendidikan yang menyatakan bahwa segala yang ada terwujud melalui proses
penciptaan bukan terwujud dengan sendirinya. Konsep yang bersifat
Antroporeligiocentris inilah yang mendasari konsep-konsep dasar pendidikan islam
lainnya, seperti tentang hakikat manusia, tujuan pendidikan yang kemudian akan
mengarahkan kepada pelaksanaan pendidikan islam. Memahami kondisi demikian,
maka diperlukan konsep baru tentang manusia yang mempumyai landasan kuat dan
jelas, sehingga manusia dipandang dan ditempatkan secara benar dalam arti
sesungguhnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu hakikat manusia?
2. Bagaimana prinsip antropologis keharusan dan kemungkinan pendidikan?
3. Apa yang dimaksud dengan pendidikan sebagai humanisasi?
C. Pembahasan
a. Hakikat Manusia

1. Manusia adalah Makhluk Tuhan Yang Maha Esa

Menurut Evolusionisme, manusia adalah hasil puncak dari mata rantai evolusi yang
terjadi di alam semesta. Manusia sebagaimana halnya alam semesta ada dengan sendirinya
berkembang dari alam itu sendiri, tanpa Pencipta. Sebaliknya, Kreasionisme menyatakan
bahwa asal usul manusia sebagaimana halnya alam semesta adalah ciptaan suatu Creative
Cause atau Personality, yaitu Tuhan YME.
Adapun secara filosofis penolakan terhadap teori Evolusionisme antara lain didasarkan
kepada empat argument berikut ini:
1. Argumen Ontologis: Semua manusia memiliki ide tentang Tuhan.
2. Argumen Kosmologis: Segala sesuatu yang ada mesti mempunyai suatu sebab.
3. Argumen Teleologis: Segala sesuatu memiliki tujuan.
4. Argumen Moral: Dasar, sumber dan tujuan moralitas itu adalah Tuhan.

2. Manusia Sebagai satuan Badani dan Rohani

Menurut E.F. Schumacher (1980), manusia adalah kesatuan dari yang bersifat badani
dan rohani yang secara principal berbeda daripada benda, tumbuhan, hewan, maupun Tuhan.
Sejalan dengan ini Abdurahman Sholih Abdullah (1991) menegaskan: meski manusia
merupakan paduan unsure yang berbeda, ruh dan badan, namun ia merupakan pribadi yang
integral.

3. Individualitas/Personalitas

Manusia adalah individu atau pribadi, artinya manusia satu kesatuan yang tidak dapat
dibagi, memiliki perbedaan dengan yang lainnya sehingga bersifat unik, dan merupakan
subjek yang otonom.

4. Sosialitas

Dalam hidup bersama dengan sesamanya (bermasyarakat), setiap individu menempati


kedudukan (status) tertentu, mempunyai dunia dan tujuan hidupnya masing-masing, namun
demikian sekaligus ia mempunyai dunia bersama dan tujuan hidup bersama dengan
sesamanya. Melalui hidup dengan sesamanyalah manusia dapat mengukuhkan eksistensinya.
Selain itu, hendaknya terdapat keseimbangan antara individualitas serta sosialitas pada setiap
manusia.
5. Keberbudayaan

Kebudayaan adalah keseluruhan system gagasan, tindakan dan hasil karya manusia
dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik manusia dengan belajar
(Koentjaraningrat, 1985). Terdapat 3 jenis wujud kebudayaan, yaitu
(1) sebagai kompleks dari ide-ide, ilmu pengetahuan, nilai-nilai, noma-norma, peraturan-
peraturan,dsb.
(2) sebagai kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam bermasyarakat, dan
(3) sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Kebudayaan memiliki nilai positif bagi kemungkinan eksistensi manusia, namun demikian
perlu dipahami pula bahwa apabila manusia kurang bijaksana dalam mengembangkan
dan/atau menggunakannya, maka kebudayaan pun dapat menimbulkan kekuatan-kekuatan
yang mengancam eksistensi manusia.

6. Moralitas

Manusia memiliki dimensi moralitas karena ia memiliki kata hati yang dapat
membedakan antara baik dan jahat. Adapun kebebasan untuk bertindak/berbuat itu selalu
berhubungan dengan norma-norma moral dan nilai-nilai moral yang juga harus dipilihnya.

7. Keberagaman

Keberagaman merupakan salah satu karakteristik esensial eksistensi manusia yang


terungkap dalam bentuk pengakuan atau keyakinan akan kebenaran suatu agama, yang
diwujudkan dalam sikap dan prilakuknya.

8. Historisitas

Eksistensi manusia memiliki dimensi historisitas, artinya bahwa keberadaan manusia


pada saat ini terpaut kepada masa lalunya, ia belum selesai mewujudkan dirinya sebagai
manusia, ia mengarah ke masa depan untuk mewujudkan tujuan hidupnya.
Tujuan hidup manusia mencakup tiga dimensi, yaitu dimensi ruang, dimensi waktu, dan
dimensi nilai sesuai dengan agama dan budaya yang diakuinya. Adapun esensi tujuan hidup
manusia adalah untuk mencapai keselamatan/kebahagiaan didunia dan diakhirat, atau untuk
mendapatkan ridho Tuhan Yang Maha Esa.

9. Komunikasi/Interaksi
Dalam rangka mencapai tujuan hidpunya, manusia berinteraksi atau berkomunikasi.
Komunikasi ini dilakukannya baik secara vertikal yaitu dengan Tuhannya maupun secara
horizontal yaitu dengan alam dan sesame manusia serta budayanya dan bahkan dengan
dirinya sendiri.
10. Dinamika
Dinamika mempunyai arah horizontal (ke arah sesama dan dunia) maupun arah
transedental (Kearah yang Mutlak). Adapun dinamika itu adalah untuk penyempurnaan diri
baik dalam hubungannya dengan sesame, dunia dan Tuhan.

11. Eksistensi Manusia adalah untuk Manjadi Manusia


Bagi manusia bereksistensi berarti mengadakan dirinya secara aktif. Bereksistensi berarti
merencanakan, berbuat, dan menjadi. Eksistensi manusia tiada lain adalah untuk menjadi
manusia, tegasnya ia harus menjadi manusia ideal (manusia yang diharapkan, dicita-citakan,
atau menjadi manusia yang seharusnya).

b. prinsip antropologis keharusan dan kemungkinan pendidikan

- Prinsip-Prinsip Antropologis Keharusan Pendidikan: Manusia sebagai Makhluk yang Perlu


Dididik dan Perlu Mendidik Diri.

1. Prinsip Historisitas
Manusia berada dalam perjalanan hidup dan dalam perkembangan dan pengembangan
diri.
2. Prinsip Idealitas
Manusia mengemban tugas untuk menjadi manusia ideal. Sosok ideal merupakan
gambaran manusia yang dicita-citakan atau yang seharusnya.
3. Prinsip Posibilitas/Aktualitas

Perkembangan manusia bersifat terbuka. Manusia telah dibekali berbagai potensi


untuk mampu menjadi manusia. Berbagai kemampuan yang seharusnya dilakukan manusia
tidak di bawa sejak kelahirannya melainkan harus di proleh setelah kelahirannya dalam
perkembangannya menuju kedewasaannya.

Sebaik dan sekuat apapun upaya yang di berikan pihak lain (pendidik) kepada seseorang
(peserta didik) untuk membatunya menjadi manusia, tetapi apabila seseorang tersebut tidak
mau mendidik diri, maka upaya bantuan tersebut tidak akan memberikan kontribusi bagi
kemungkinan seseorang tadi untuk menjadi manusia.

Menurut Immanuel Kant dalam teori pendidikannya, menyimpulkan manusia dapat menjadi
manusia hanya melalui pendidikan.

- Prinsip-Prinsip Antropologis Kemungkinan Pendidikan: Manusia sebagai Makhluk yang


Dapat Didik

1. Prinsip Potensialitas
Manusia akan dapat didik karena ia memiliki potensi untuk menjadi manusia ideal.
2. Prinsip Dinamika
Manusia (peserta didik) meniliki dinamika untuk menjadi manusia ideal. Manusia (peserta
didik) selalu aktif baik dalam aspek fisiologis maupun spiritualnya. Karena itu dinamika
manusia mengimplikasikan bahwa ia akan dapat dididik.
3. Prinsip Individualitas
Manusia (peserta didik) adalah individu yang emmiliki kesendirian (subjektivitas), bebas
dan aktif berupaya untuk menjadi dirinya sendiri.
4. Prinsip Sosialitas
Pendidikan hakikatnya berlangsung dalam pergaulan (interaksi/komunikasi) antar sesama
manusia (pendidik dan peserta didik)
5. Prinsip Moralitas
Pendidikan bersifat normatif artinya dilaksanakan berdasarkan system norma dan nilai
tertentu. Manusia berdimensi moralitas, karena manusia mampu membedakan yang baik dan
yang jahat.

c. Pendidikan sebagai Humanisasi


Manusia akan dapat menjadi manusia hanya melalui pendidikan, implikasinya maka
pendidikan tiada lain adalah humanisasi (upaya memanusiakan manusia). Sasaran pendidikan
hakikatnya adalah manusia sebagai kesatuan yang terintegrasi.
Sosok manusia yang menjadi tujuan pendidikan adalah manusia yang seharusnya atau
manusia yang dicita-citakan (idealitas). Implikasinya pendidikan harus berfungsi untuk
mewujudkan (mengembangkan) berbagai potensi yang ada pada manusia dalam konteks
dimensi keberagaman, moralitas, individualitas/personalitas, sosialitas dan keberbudayaan
secara menyeluruh dan terintegrasi. Dengan kata lain pendidikan berfungsi untuk
memanusiakan manusia.
Pendidikan diarahkan menuju terwujudnyamanusia ideal, sebab itu pendidikan bersifat
normatif. Sebagai humanisasi pendidikan mengandung pengertian yang sangat luas, maka
dari itu pendidikan jangan hanya direduksi sebatas pengajaran atau pelatihan saja. Pendidikan
adalah bagi siapapun, berlangsung dimanapun, melalui berbagai bentuk kegiatan (informal,
formal maupun nonformal), dan kapanpun (sepanjang hayat). Humanisasi bukanlah
pembentukan peserta didik atas dasar kehendak sepihak dari pendidik.Implikasinya peranan
pendidik bukanlah membentuk peserta didik, melainkan membantu atau memfasilitasi peserta
didik untuk mewujudkan dirinya dengan mengacu kepada semboyan ingerso sung teledo
(memberikan teladan), ing madya mangun karso (membangkitkan semangat, kemauan), dan
tut wuri handayani ( membingbing/memimpin). Sifat pendidikan yang normatif dan dimensi
moralitas mengimplikasikan bahwa pendidikan hanyalah bagi manusia, tidak ada pendidikan
bagi hewan.
D. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

https://ferdiansyahsaedik.wordpress.com/2012/07/19/manusia-dan-pendidikan/
http://dokumen.tips/documents/hakikat-manusia-dan-pendidikan-56206c024caf6.html
http://islamiyyah.mywibes.com/hakekat%20manusia%20menurut%20alquran

Anda mungkin juga menyukai