Disusun Oleh :
Devintya Dita Sawitri (190151602748)
Putri Rohadatul Aisy (190151602493)
Reza Bernando Sinaga (190151602523)
Rumondang Mei Sandora S (190151602455)
Yasmin Mu’taz (190151602439)
Yohana (190151602413)
Zhafyra Firdausa Athallah H (190151602427)
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya dengan limpahan
rahmat dan hidayah-Nya maka penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Judul
yang kami ambil dari makalah ini adalah “Kedudukan dan Peran Individu sebagai Pribadi dan
Anggota Masyarakat”.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kajian Ilmu-
Ilmu Sosial dan untuk menambah ilmu pengetahuan bagi para pembaca dan tim penyusun
sendiri. Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca untuk makalah ini. Kemudian apabila terdapat kesalahan pada
makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya dan kami juga mengucapkan terima
kasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ............................................................................................................................. 1
BAB II ....................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 2
2.1 Kedudukan dan Peran Individu ................................................................................... 2
2.2 Pranata Sosial dan Hubungannya dengan Nilai dan Norma Sosial .......................... 8
BAB III.................................................................................................................................... 11
PENUTUP............................................................................................................................... 11
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Manusia Sebagai Individu dan Sebagai Anggota Masyarakat
2. Untuk mengetahui status, peran, dan fungsi individu dalam masyarakat
3. Untuk mengetahui Pranata Sosial dan Hubungannya dengan Nilai dan Norma Sosial
yang ada di masyarakat
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
arti tersendiri terhadap suatu objek. Jadi Individu itu adalah kondisi internal dari seorang
manusia yang berfungsi sebagai subjek. Manusia selaku individu mempunyai 3 naluri
yaitu :
Individu dalam bahasa Perancis berarti orang seorang. Kata ini mengacu pada
manusia atau satu orang manusia. "In-dividere" berarti makhluk individual yang tidak
dapat dibagi-bagi lagi. Kata sifatnya "individual", menunjuk pada satu orang dengan
ciri-ciri khas yang melekat pada dirinya dan sekaligus untuk membedakan dengan
masyarakat. Ciri-ciri watak seorang individu yang konsisten, yang memberikan
kepadanya identitas khusus, disebut sebagai "kepribadian".
3
Banyak pakar yang memberikan pengertian tentang kepribadian. Dari beberapa
konsep atau pengertian tentang kepribadian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
kepribadian adalah ciri-ciri / karakteristik watak individu yang konsisten yang
berkenaan dengan sikap, keinginan, pola pikiran dan tingkah laku untuk berbuat,
berpikir, dan merasakan khususnya apabila individu itu berhubungan dengan orang lain
atau menanggapi suatu keadaan di lingkungannya. Kepribadian mempunyai
karakteristik yang konsisten dan mencirikan kepribadian secara normal. Karakteristik
kepribadian tersebut merupakan perpaduan antara bawaan atau warisan yang dibawa
sejak lahir dengan faktor lingkungan.
Faktor bawaan atau warisan yang dimiliki oleh individu maupun kondisi
lingkungannya tidaklah sama, sehingga tidak akan terjadi dua individu memiliki
kepribadian yang sama. Jadi setiap individu mempunyai kepribadian sendiri-sendiri
yang berbeda dengan kepribadian individu lain. Menurut Koentjaraningrat, unsur-unsur
kepribadian meliputi: (a) Pengetahuan, (b) Perasaan, (c) Dorongan Naluri. Uraian
secara panjang lebar ada dalam unit 8, oleh karena itu Anda dipersilahkan membaca
dan mempelajarinya dengan baik.
5. Perubahan Sosial
Perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi dalam masyarakat dan telah
didukung oleh sebagian besar anggota masyarakat. Perubahan yang terjadi tidak selalu
sama, ada yang lambat (evolusi) dan ada yang cepat (revolusi).
Pada evolusi, perubahan terjadi dengan sendirinya tanpa rencana atau kehendak
tertentu. Perubahan tersebut terjadi karena usaha-usaha masyarakat untuk
menyesuaikan diri dengan keperluan-keperluan, kondisi baru yang timbul sejalan
dengan pertumbuhan masyarakat. Sebaliknya revolusi, perubahan yang terjadi dapat
direncanakan atau tanpa rencana.
Faktor-faktor yang mendasari terjadinya perubahan sosial bisa bersumber dari
dalam masyarakat (intern) dan bisa juga dari luar masyarakat (ekstern). Faktor-faktor
intern, antara lain:
• Perubahan jumlah penduduk;
• Penemuan baru;
• Pertentangan (konflik) social;
• Pembrontakan atau revolusi.
5
Adapun faktor-faktor ekstern dapat disebabkan oleh lingkungan fisik yang ada
di sekitar manusia, misalnya: bencana alam, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, perkembangan komunikasi, dan sebagainya.
Faktor-faktor yang mendorong proses perubahan antara lain:
6
• Mengadakan ikatan /berdasarkan unsur-unsur sebelumnya
• Berdasarkan pengalaman ini, akhirnya mereka mempunyai solidaritas dan
perasaan berbagi rasa
• Sadar akan saling ketergantungan satu sama lain
• Berdasarkan sistem yang terbentuk, dengan sendirinya membentuk norma-
norma.
• Berdasarkan unsur-unsur diatas akhirnya membentuk kebudayaan bersama
melalui hubungan antar manusia.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat merupakan
kumpulan individu-individu yang telah cukup lama bergaul mengikuti tata cara yang
sama sehingga merupakan satu kesatuan. Yang dapat disebut masyarakat yaitu jumlah
minimal anggota suatu masyrakat itu dua orang, sedangkan jumlah maksimal tidak
terbatas. Oleh karena itu dalam pengertian sosiologi, naik keluarga maupun keluarga
besar dapt juga disebut masyarakat. Orang-orang dalam satu kampung atau satu desa
yang khas dapat disebut sebagai masyarakat kampung atau masyarakat desa. Istilah
masyarakat dapat juga digunakan untuk menyebut masyarakat yang berdasarkan suku,
misalnya masyarakat Jawa, masyarakat Sunda, masyarakt Bali, masyarakat Batak, dan
sebagainya; atau juga untuk menyebut masyarakat dari suatu negara, misalnya
masyarakat Indonesia, masyarakat Malaysia, dan sebagainya.
Status adalah jenjang atau posisi seseorang dalam suatu kelompok, atau dari satu
kelompok dalam hubungannya dengan kelompok lain. Adapun peran diartikan sebagai
suatu konsep fungsional yang menjelaskan fungsi atau tugas seseorang. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa status dan peran merupakan dua hal yang saling
berkaitan. Status menunjuk pada siapa orangnya, sedangkan peran menunjukkan apa
yang dilakukan oleh orang itu.
Menurut S. Bellen, ada beberapa jenis status dan peran sosial dalam masyarakat, yaitu:
1. Peran yang diharapkan (expected roles) dan peran yang terlaksana dalam
kenyataan (actual roles)
2. Peran yang terberi (ascribed roles) dan peran yang diperjuangkan (achieved roles)
3. Peran kunci (key roles) dan peran tambahan (supplementary roles)
4. Peran tinggi, peran menengah, dan peran rendah
Dalam hubungan antara individu dengan masyarakat sangat erat dan saling
mempengaruhi serta saling tergantung. Masyarakat ada karena ada individu-individu yang
membentuknya. Sebaliknya, individu tidak mungkin bisa hidup tanpa ada masyarkat yang
mendukungnya. Individu berkembang pribadinya karena dipengaruhi oleh lingkungan
sosial, yakni lingkungan masyarakatnya sebaliknya, ada individu-individu tertentu yang
juga bisa mempengaruhi terhadap kehidupan masyarakat. Sebagai contoh, BJ. Habibie
(Presiden RI). Adalah seorang individu yang mempunyai pengaruh sangat besar bagi
masyarakat lingkungannya, termasuk pada seluruh masyarakat indonesia.
7
Dalam hubungan antara individu dan masyarakat siapakah yang harus diutamakan
atau dipentingkan. Dalam kaitan ini ada beberapa faham yang berbeda yang membahasnya.
Faham liberalitas yang banyak dianut oleh negara-negara barat, memandang bahwa
kepentingan individulah yang harus didahulukan atau diutamakan, karena setiap individu
memiliki hak-hak asas yang perlu dijunjung tinggi. Kepentingan bersama masyarakat tidak
boleh mengganggu atau mengesampingkan hak-hak individu. Setiap individu diberikan
kesempatan untuk melaksanakan hak-haknya seluas-luasnya. Persaingan antara individu
dilakukkan secara bebas tanpa batas. Oleh karena itu ada kecenderungan bahwa pihak yang
kuat yang akan selalu menang dan pihak yang kuat bisa menindas terhadap pihak yang
lemah.
Bertentangan dengan faham di atas ialah faham komunisme dan sosialisme yang
menyatakan bahwa kepentingan masyarakat yang harus diutamkan. Sedangkan
kepentingan atau hak-hak individu bisa diabaikan. Dlam pandangan ini, masyarakatlah
yang dianggap segala-galanya, sehingga individu-individu tidak begitu dianggap berarti,
hanya sebagai alat saja dari mesin raksasa masyarakat.
Dalam kaitannya dengan hubungan antara individu dan masyarakat, faham
manakah yang dianut oleh bangsa Indonesia, apakah menganut komunisme/sosiallisme
ataukah mengikuti liberalisme. Bangsa Indonesia tidak menganut kedua faham tersebut,
melainkan memiliki pandangan sendiri, yakni pandangan pancasila. Falsafah Pancasila
tidak mengambil salah satunya dan tidak pula memadukannya. Pancasila memandang
bahwa perlu ada keseimbangan, keserasian, dan keselarasan dalam hubungan antara
individu dijamin dan dihargai, tetapi tidak boleh sampai mengesampingkan kepentingan
masyarakat. Dalam pandangan Pancasila, hubungan yang selaras, serasi dan seimbang
antara individu dan masyarakat itu harus dijiwai oleh nilai-nilai pancasila.
2.2 Pranata Sosial dan Hubungannya dengan Nilai dan Norma Sosial
Pranata sosial berasal dari istilah inggris social institution. Istilah sosial
institution ini diterjemahkan secara berbeda-beda oleh para ahli ilmu sosial di
indonesia, ada yang mengartikannya sebagai lembaga kemasyarakatan (selo soemarjan
dan soemardi, 1964; soerjono soekanto, 1982), lembaga sosial (abdul Syani, 1994),
pranata sosial (Koentjaraningrat, 1985), dan bangunan sosial. Istilah yang akan
digunakan disini adalah pranata sosial, karena social institution menunjuk pada adanya
unsur-unsur yang mengatur perilaku para anggota masyarakat.
Pranata sosial dalam pengertian sosial ilmu sosial tidaklah sama persis dengan
istilah lembaga dalam arti wadah atau badan. Pranata sosial pada dasar bermula dari
adanya kebutuhan-kebutuhan manusia yang perlu dipenuhi. Pemenuhan-pemenuhan
kebutuhan tersebut perlu dalam keteraturan sehingga akhirnya diperlukan adanya
norma-norma yang menjamin keteraturan tersebut. Norma-norma tersebut akhirnya
berkembang menjadi pranata sosial, yang ada dasarnya diciptakan untuk memeuhi
kebutuhan-kebutuhan manusia itu.
8
Manusia juga memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan tuhannya, maka
lahirlah pranata agama. Pranata-pranata yang ada di bidang agama ini misalnya mesjid,
jagad, wakaf, gereja dan sebagainnya kebutuhan manusia lainnya, misalnya di bidang
pendididkan, maka melahirkan pranata pendidikan yang dapat berwujud dalam bentuk
sekolah dasar, sekolah lanjutan, sekolah menengah unuversitas, pondok pesantren.
Madrasah dan sebagainya. Kebutuhan untuk mendapatkan dan mendistribusikan
barang (sandang, pangan, jasa, dll) merupakan dasar bagi lahirnya pranata ekonomi.
Kebutuhan di bidang politik akan melahirkan pranata politik yang berkaitan dengan
pengaturn penggunaan kekuasaan. Pranata politik ini akan berkaitan dengan pranata
negara, pemerintah, parlemen, desa dan sebagainya. Dari urutan diatas, anda dapat
menemukan beberapa contoh pranata sosial, misalnya : pranata keluarga, pranata
agama, pranata ekonomi, pranta pendidikn, pranata politik, dan sebagainya. Banyaknya
pranata sosial dalam masyarakat tergantung dari kompleksitas masyarakat itu. Semakin
kompleks suatu masyarakat, maka semakin banyak kebutuhannya. Dan berarti semakin
banyak pula pranata sosialnya.
Pranata-pranata sosial yang dibentuk oleh masyarakat dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok manusia, mempunyai fungsi-fungsi sebagai
berikut:
1. Memberikaan pedomaan pada anggota-anggota masyarakat bagaimana mereka
harus bertingkah laku atau bersikap di dalam menghadap masalah-masalah dalam
masyarakat yang bersangkutan.
2. Menjaga keutuhan dari masyarakat yang bersangkutan.
3. Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem
pengendalian sosial (social control) yaitu sistem pengawasan masyarakat
terhadap tingkah laku anggota-anggotanya.
Menurut Hendropuspito, nilai sosial adalah segala sesuatu yang dihargai masyarakat
karena mempunyai daya guna fungsional bagi perkembangan hidup bersama. Hal-hal yang
dihargai masyarakat dapat berupa orang, benda, hewan, sikap, perbuatan, perilaku, cara
berfikir, dan pandangan. Nilai-nilai tersebut sifatnya masih abstrak, oleh karena itu harus
dijabarkan ke dalam hal-hal yang sifatnya lebih kongkrit, yang disebut dengan norma.
Menurut Th. L. Vanhoeven, dalam bahasa Latin, norma berasal dari kata "normalis" yang
berarti: menurut petunjuk, kaidah, kebiasaan, kelaziman. Dengan demikian norma juga
berarti kaidah (patokan, standar, ukuran). Norma-norma yang ada dalam masyarakat
mempunyai kekuatan mengikat yang berbeda-beda.
Himpunan norma atau kaidah itu disebut pranata sosial. Jadi yang dimaksud dengan
pranata sosial adalah himpunan kaidah atau norma yang bertujuan untuk menata atau
mengatur pola kelakuan warga masyarakat tertentu yang lahir dari hubungan-hubungan
sosial yang menyangkut kedudukan dan peran sosialnya dalam masyarakat.
9
D. Hendropuspito membagi pranata sosial berdasar fungsinya, yaitu:
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masyarakat adalah, kelompok besar manusia yang relatif permanen, berinteraksi
secara permanen, menganut dan menjunjung suatu sistem nilai dan kebudayaan, dan self
supporting (memenuhi kebutuhan sendiri). Setiap individu memiliki kedudukan (status) dan
peran yang berbedabeda, setiap individu harus berperilaku dan berperan sesuai dengan
kedudukannya agar diterima dan diakui keberadaannya di dalam masyarakat. Di dalam
masyarakat berlaku sanksi, tujuannya adalah untuk menjaga keutuhan, keseimbangan, dan
kestabilan kelompoknya sehingga tujuan kelompoknya dapat tercapai. Ada beberapa jenis
peran di dalam masyarakat, antara lain:
• peran yang diharapkan (expected roles) dan peran yang terlaksana dalam kenyataan
(actual roles),
• peran yang terberi (ascribed roles) dan peran yang diperjuangkan (achieved roles),
• peran kunci (key roles) dan peran tambahan (supplementary roles)
• peran tinggi, peran menengah, dan peran rendah.
Norma yang berlaku di dalam masyarakat mempunyai kekuatan mengikat yang berbeda-
beda dari yang lemah sampai yang terkuat. Agar norma dipatuhi oleh anggota masyarakat,
maka bagi yag melanggar norma dikenai sanksi. Berat ringannya sanksi disesuaikan dengan
jenis pelanggarannya. Pranata sosial adalah, himpunan kaidah atau sistem norma yang
bertujuan menata atau mengatur pola kelakuan warga masyarakat tertentu yang lahir dari
interaksi sosial yang menyangkut kedudukan dan peran sosial yang berkaitan dengan
aktivitas masyarakat, khususnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang mendasar.
11
DAFTAR PUSTAKA
Sumaatmadja, Nursid, dkk. 1997. Konsep Dasar IPS. Jakarta. Universitas Terbuka (diakses
pada, 15 Maret 2021)
Samlawi, Fakih dan Bunyamin Maftuh. Konsep Dasar IPS. Bandung (diakses pada, 15 Maret
2021)
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://repository.uksw.edu/bitstr
eam/123456789/17162/2/T2_752015016_BAB%2520II.pdf&ved=2ahUKEwiPqYzIxrLvAh
V_7XMBHTP1AUYQFjAHegQIGRAC&usg=AOvVaw0Vbjrj6TNckQf-FCGZBddm
(diakses pada, 15 Maret 2021)
file:///C:/Users/WINDOWS%2010/Downloads/Documents/kajian_ips_8.pdf (diakses pada,
15 Maret 2021)
12