Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

TEORI ILMU JIWA DAYA, TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK, TEORI


BELAJAR KONGNITIF

OLEH:

NYOMAN WEDA SAPITRI 1713011086

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat karunianyalah makalah ini dapat terselesaikan. Dalam penulisan makalah
ini penulis pun mendapat banyak ilmu yang berguna. Makalah ini disusun agar
pembaca dapat memperluas ilmu pengetahuan tentang TEORI ILMU JIWA
DAYA, TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK, TEORI BELAJAR KONGNITIF
selain itu juga dengan adanya makalah ini diharapkan bagi pembaca agar dapat
mengembangkannya lagi.

Semoga makalah yang penulis buat ini dapat bermanfaat bagi pembaca,
dan khususnya pada diri penulis sendiri serta dapat memberikan wawasan yang
lebih luas bagi kita semua.

Singaraja, 21 Februari 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI (blm)

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ............................................................................................... 1


1.2. Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
1.3. Tujuan Penulisan ............................................................................................ 2
1.4. Manfaat Penulisan .......................................................................................... 2

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Teori Ilmu Jiwa Daya ..................................................................................... 3


2.2 Teori Belajar Behavioristik.............................................................................4
2.3 Teori Belajar Konnitif.....................................................................................5

BAB 3 PENUTUP

3.1. Kesimpulan .................................................................................................... 11


3.2. Saran .............................................................................................................. 12

DAFTAR RUJUKAN

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Belajar merupakan aktivitas individu yang melakukan belajar, yaitu proses
kerja faktor internal. Pengertian teori belajar merupakan suatu kegiatan
seseorang untuk mengubah perilaku mereka. Seluruh kegiatan belajar selalu
diikuti oleh perubahan yang meliputi kecakapan, keterampilan dan sikap,
pengertian dan harga diri, watak, minat, penyesuaian diri dan lain sebagainya.
Perubahan tersebut meliputi perubahan kognitif, perubahan psikomotor, dan
perubahan afektif
Prinsip-prinsip belajar pada hakekatnya berkaitan dengan potensi yang
bersifat manusiawi dan kelakuan. Belajar membutuhkan proses dan tahapan
serta kematangan mereka yang belajar. Belajar lebih baik dan efektif jika
didorong oleh motivasi, khususnya motivasi dari dalam diri karena akan
berbeda dengan belajar karena terpaksa atau memiliki rasa takut.
Jika ditinjau dari konsep atau teori, teori behavioristik ini tentu berbeda
dengan teori yang lain. Hal ini dapat kita lihat dalam pembelajaran sehari-
hari dikelas. Ada berbagai asumsi atau pandangan yang muncul tentang teori
behavioristik. Teori behavioristik memandang bahwa belajar adalah
mengubah tingkah laku siswa dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak
mengerti menjadi mengerti, dan tugas guru adalah mengontrol stimulus dan
lingkungan belajar agar perubahan mendekati tujuan yang diinginkan.
Teori Kognitif lebih menekankan bahwa belajar lebih banyak ditentukan
karena adanya usaha dari setiap individu dalam upaya menggali ilmu
pengetahuan melalui dunia pendidikan. Penataan kondisi tersebut bukan
sebagai penyebab terjadinnya proses belajar bagi anak didik, tetapi melalui
penggalian ilmu pengetahuan secara pribadi ini diarahkan untuk
memudahkan anak didik dalam proses belajar. Keaktifan siswa menjadi unsur
yang amat penting dalam menentukan kesuksesan belajar. Aktivitas mandiri
merupakan salah satu faktor untuk mencapai hasil yang maksimal dalam
proses belajar dan pembelajaran. Para pendidik (Guru) dan para perancang
pendidikan serta pengembang program-program pembelajaran perlu
menyadari akan pentingnya pemahaman terhadap hakikat belajar dan
pembelajaran. Teori belajar dan pembelajaran seperti teori kognitif penting
untuk dimengerti dan diterapkan sesuai dengan kondisi dan konteks
pembelajaran yang dihadapi.

1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana teori ilmu daya itu?
1.2.2 Bagaimana teori belajar behavioristik itu?
1.2.3 Bagaimana teori belajar kongnitif itu?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Mengetahui teori ilmu jiwa daya
1.3.2 Mengetahui teori belajar behavioristik
1.3.3 Mengetahui teori belajar kongnitif

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Bagi Penulis
Dapat menjadi wawasan baru mengenai teori ilmu jiwa daya, teori
belajar behavioristik selain itu juga mejadi wawasan baru mengenai
teori belajar kongnitif
1.4.2 Bagi Pembaca
Pembaca dapat mengetahui mengenai teori ilmu jiwa daya, teori belajar
behavioristik selain itu juga mejadi wawasan baru mengenai teori
belajar kongnitif

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Teori Ilmu Jiwa Daya


Ahli-ahli jiwa daya mengemukakan suatu teori bahwa jiwa manusia
mempunyai daya-daya dan pemikiran yang sangat kuat. Daya-daya ini adalah
kekuatan yang tersedia di dalam otak setiap manusia. Manusia hanya
memanfaatkan semua daya itu dengan cara melatihnya dan mengasahnya
sehingga ketajamannya dirasakan ketika dipergunakan untuk sesuatu hal
yang akan diperlukan. Daya-daya itu misalnya daya mengenal, daya
mengingat, daya berpikir, daya fantasi. Setiap daya memiliki fungsinya
sendiri-sendiri. Tiap orang memiliki atau mempunyai semua daya-daya itu
hanya berbeda kekuatannya saja. Teori ini bersifat formal karena
mengutamakan pembentukan daya-daya
Akibat dari teori ini, maka belajar hanyalah melatih daya ingat dan
berfikir. Seseorang harus melakukan dengan cara menghafal kata-kata atau
angka serta menghafal tulisan baik itu bacaan atau sejenisnya, istilah-istilah
asing dan sebagainya. Untuk mempertajam daya berpikir seseorang harus
melatihnya dengan memecahkan permasalahan dari yang sederhana sampai
yang kompleks. Untuk meningkatkan daya fantasi seseorang harus
membiasakan diri merenungkan sesuatu, dengan usaha tersebut maka daya-
daya itu dapat tumbuh dan berimbang dan tidak lagi bersifat laten
(tersembunyi) di dalam diri. Di jaman sekarang ini banyak kelas-kelas atau
bimbingan yang melatih daya yang ada di dalam diri manusia, dengan itu
sangat gampang untuk memperoses daya yang kita miliki.
Pengaruh teori ini dalam belajar ilmu pengetahuan yang didapat
hanyalah bersifat hafalan-hafalan belaka. Penguasaan bahan yang bersifat
hafalan biasanya jauh dari pengertian. Walaupun begitu, teori ini dapat
digunakan untuk menghafal rumus, dalil, tahun, kata-kata asing dan
sebagainya.
Oleh karena itu, menurut para ahli ilmu jiwa daya, bila ingin berhasil
dalam belajar, latihlah semua daya yang ada dalam diri jangan sampai tidak
tumbuh pikiran di dalam diri manusia.

2.2 Teori Belajar Behavioristik

Teori belajar behavoristik adalah teori pembelajaran yang mengamati


dan mempelajari perubahan tingkah laku seseorang sebagai hasil dari
pengalaman di masa lalu. Teori ini menekankan bahwa tingkah laku yang
ditunjukkan seseorang merupakan akibat dari interaksi antara stimulus
dengan respon. Teori ini berkembang dan cenderung mengikuti aliran

3
psikologi belajar lantas menjadi dasar pengembangan teori pendidikan dan
pembelajaraan saat ini.

Ciri dari implementasi sukses teori belajar behavioristik ini adalah


adanya perubahan perilaku yang ditunjukkan seseorang setelah mengalami
kejadian di masa lampau. Perubahan adalah tanda bahwa seseorang telah
merespon suatu kejadian dan menjadikannya pembelajaran untuk tidak
menggunakan respon yang sama di masa depan, guna menghindari akibat
yang pernah dialaminya.

Pengertian teori behavioristik menurut para ahli:

1. Edward Lee Thorndike

Edward Thorndike (31 Agustus 1874 sampai 9 Agustus 1949) merupakan


seorang psikolog berkebangsaan Amerika yang dikenal menghabiskan
hampir seluruh karirnya di Columbia University. Karya yang diciptakannya
dalam bidang Psikologi Perbandingan dan proses pembelajaran akhirnya
berhasil membuahkan dasar ilmiah dalam psikologi pendidikan modern

Thorndike memiliki pengertian dari teori belajar behavioristik yang


dipahaminya sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus
adalah rangsangan, contohnya seperti pikiran dan perasaan. Sedangkan
respon adalah reaksi yang ditunjukkan akibat stimulus. Perubahan tingkah
laku akibat pembelajaran bagi Thorndike bisa berupa hal konkrit (bisa
diamati dengan kasat mata) maupun tak konkrit.

Thorndike dikenal akan percobaannya yang paling fenomenal yaitu


meneliti perilaku pembelajaran oleh kucing. Ia meletakkan kucing yang lapar
pada sebuah tempat transparan yang mengurung kucing tersebut dan
makanan di luar tempat pengurungan itu. Kucing tersebut diamati melakukan
beberapa gerakan untuk mencapai makanan yang dilihatnya dan inilah yang
diamati Thorndike.

Pada awalnya, kucing berusaha untuk meloncat ke sana ke mari guna


meraih makanan yang dilihatnya. Sampai akhirnya kucing tersebut tidak
sengaja menyetuh kenop yang membukakan jalan dari tempat transparan
tersebut dan memperbolehkan kucing meraih makanan yang dilihatnya.
Percobaan ini dilakukan beberapa kali hingga kucing, secara otomatis,
melakukan gerakan menyentuh kenop untuk membuka jalan agar ia bisa
mendapatkan makanan.

4
Pemahaman dari tokoh Thorndike akhirnya melahirkan beberapa dalil
belajar, antara lain:

 Hukum Sebab Akibat, yang menunjukkan kuat lemahnya hubungan antara


stimulus dengan respon tergantung pada akibat yang ditimbulkan.
 Hukum Pembiasaan, yang menunjukkan bahwa hubungan stimulus dengan
respon bisa menjadi kuat ketika dilatih atau diulang.
 Hukum Kesiapan, yang menyatakan bahwa hubungan antara stimulus
dengan respon akan mudah terbentuk jika ada kesiapan dari individu itu.
 Hukum Reaksi Bervariasi, yaitu hukum yang menyatakan bahwa individu
melakukan trial and error lebih dulu untuk menunjukkan macam-macam
respon sebelum mendapat respon paling tepat.
 Hukum Sikap, yaitu hukum yang menyatakan bahwa perilaku seseorang
juga ditentukan oleh keadaan yang ada dalam diri individu seperti emosi
dan psikomotor.
 Hukum Aktivitas Berat Sebelah, yaitu individu memberikan respon pada
stimulus tertentu sesuai dengan persepsi terhadap keseluruhan situasi.
 Hukum Respon, yang merupakan pemahaman bahwa individu bisa
menyatakan respon tindakan bahkan pada situasi yang belum pernah
dialaminya.
 Hukum Perpindahan Asosiasi, yaitu proses peralihan situasi lama ke
situasi baru dengan cara bertahap, mengurangi unsur situasi lama dan
mengenalkan unsur situasi baru.

2. Ivan Petrovich Pavlov

Tokoh selanjutnya adalah Ivan Pavlov (lebih dikenal dengan julukan


Pavlov saja, 14 September 1849 sampai 27 Februari 1936), merupakan
fisiolog sekaligus dokter asal Rusia. Pavlov terkenal dalam pembahasan teori
behavioristik karena percobaannya terhadap anjing.

Percobaan ini dilakukan dengan memperlihatkan makanan pada anjing.


Anjing tersebut kemudian mengeluarkan air liur yang merupakan stimulus
alami dan diasosiasikan dengan keinginan akan makanan tersebut. Percobaan
ini dilanjutkan dengan membunyikan lonceng untuk memanggil anjing yang
kemudian akan diperlihatkan makanan.

Pada akhirnya, anjing akan menangkap pembelajaran bahwa lonceng


memiliki keterkaitan dengan makanan, sehingga ketika Pavlov mencoba
membunyikan lonceng yang awalnya digunakan untuk memanggil anjing
tersebut, secara otomatis anjing tersebut sudah menanggapi dengan
mengeluarkan air liur.

5
Hasil eksperimen Pavlov ini akhirnya melahirkan beberapa hukum
pembelajaran, yaitu:

1. Hukum Pembiasaan yang Dituntut. Hukum ini menjelaskan bahwa jika


ada dua macam stimulus yang diberikan secara bersama-sama (dan salah
satunya merupakan reinforcer), maka gerakan reflek pada stimulus
lainnya juga meningkat.
2. Hukum Pemusnahan yang Dituntut. Hukum ini memaparkan jika reflek
yang diperkuat melalui respondent conditioning diberikan kembali tanpa
adanya reinforcer, maka kekuatannya akan melemah.

3. Burrhus Frederic Skinner

Burrhus Skinner (20 Maret 1904 sampai 18 Agustus 1990) adalah seorang
psikolog dari Amerika yang terkenal akan aliran behaviorismenya. Skinner
memiliki pendapat bahwa hubungan antara stimulus dengan respon yang
ditunjukkan individu atau subyek terjadi melalui interaksi dengan
lingkungan. Respon yang ditunjukkan pun tak seluruhnya merupakan hasil
dari rangsangan yang ada, tetapi karena interaksi antara stimulus yang
menghasilkan respon. Respon menghasilkan konsekuensi. Pada akhirnya
konsekuensi akan menghasilkan atau memunculkan perilaku.

Skinner dalam teori behaviorisitk melahirkan buah pemikirannya yang


dikenal dengan istilah Teori Operant Condiitioning. Teori ini
mengungkapakan bahwa tingkah laku yang dilihatkan subyek tak semata-
mata merupakan respon terhadap stimulus tetapi juga tindakan yang
disengaja. Skinner menyatakan pendapatnya bahwa pribadi seseorang
merupakan hasil dari respon terhadap lingkungannya. Dua macam respon
tersebut adalah:

1. Respondent Response yaitu respon akibat rangsangan tertentu. Contoh:


anjing yang mengeluarkan air liurnya ketika majikannya membawakan
makanan untuknya.
2. Operant Response yaitu respon yang muncul dan semakin berkembang
oleh rangsangan tertentu. Contoh: seorang anak yang mendapatkan
reward ketika ia menjadi juara kelas, maka ia akan semakin giat belajar
untuk mempertahankan bahkan menaikkan prestasinya dengan harapan
diberikan reward kembali (dengan nilai yang sama atau lebih tinggi).

6
2.3 Teori Beljar Konitif

Berbeda dengan teori behavioristik, ciri khas dari teori kognitif


adalah lebih menekankan kepada proses belajar daripada hasil belajarnya.
Teori belajar kognitivisme mengacu pada situasi psikologi kognitif, yang
didasarkan pada kegiatan kognitif dalam belajar. Teori ini mengatakan
bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan
respon, melainkan tingkah laku seseorang ditentukan oleh pandangan serta
pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan
belajarnya. Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses
internal yang mencakup :

 ingatan jangka panjang (long-term memory),


 keaktifan dalam menyeleksi, mengorganisasikan dan menyimpan
informasi,
 mengontrol emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya.

Beberapa pandangan tentang teori kognitif, diantaranya:

1. Teori Belajar Piaget

Piaget merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai


pelopor aliran konstruktivisme. Salah satu sumbangan pemikirannya yang
banyak digunakan sebagai rujukan untuk memahami perkembangan
kognitif individu yaitu teori tentang tahapan perkembangan individu.
Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik,
yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan
sistem syaraf. Dengan makin bertambahnya umur seseorang, maka makin
komplekslah susunan sel syarafnya dan makin meningkat pula
kemampuannya. Piaget tidak melihat perkembangan kognitif sebagai
sesuatu yang dapat didefinisikan secara kuantitatif. Ia menyimpulkan
bahwa daya pikir atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan
berbeda pula secara kualitatif. Menurut Piaget, proses belajar akan terjadi
jika mengikuti tahap-tahap asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi
(penyeimbangan antara asimilasi dan akomodasi).

Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognitif menjadi empat, yaitu:

a. Tahap sensorimotorik(Sensorimotor inteligence),umur 0-2 tahun :

Perilaku terikat pada panca indera dangerak motorik. Anak dapat


sedikit memahami lingkungannya dengan cara melihat, meraba atau
memegang, mengecap, mencium dan menggerakkannya.

7
b. Tahap preoperasional (Preoperation thought ),umur 2 - 7 tahun :

Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah penggunanaan


symbol atau tanda bahasa, dan mulai berkembangnya konsep-konsep
intuitif.Dimana anak mulai menggunakan kata-kata yang tepat dan mampu
mengekspresikan kalimat-kalimat pendek yang logis.

c. Tahap operasional konkret (Concrete Operation), umur 7 - 11 tahun :

Pada tahap ini anak mulai berpikir logis untuk memecahkan


masalah konkrit. Seperti konsep dasar benda, jumlah waktu, ruang, dan
kausalitas. Maksudnya adalah ciri yang ditangkap oleh panca indra tidak
mesti harus selalu sama, dapat saja berbeda tanpa harus mempengaruhi,
misalnya kuantitas dari benda tersebut.

d. Tahap operasional formal (Formal Operations), umur 11 -15 tahun :

Pada tahap ini, anak sudah mampu berpikir abstrak, yaitu berpikir
mengenai gagasan. Anak dengan operasi formal ini sudah dapat
memikirkan beberapa alternatif pemecahan masalah.

Konsep-konsep Dasar Teori Belajar Piaget

Ada beberapa konsep yang perlu dimengerti agar lebih mudah


memahami teori perkembangan kognitif atau teori perkembangan Piaget,
yaitu;

1. Inteligensi

Piaget mengartikan inteligensi secara lebih luas dan tidak


mendefinisikan secara lebih ketat. Menurutnya, inteligensi adalah suatu
bentuk keseimbangan ke arah mana semua struktur yang menghasilkan
persepsi, kebiasaan, dan mekanisme sensiomotor diarahkan.

2. Organisasi

Organisasi adalah suatu kecenderungan kepada suatu hal yang


umum untuk semua bentuk kehidupan guna mengintegrasikan struktur,
baik yang psikis ataupun fisiologis dalam suatu sistem yang lebih
tinggi.

8
3. Skema

Skema adalah suatu struktur mental seseorang yang secara


intelektual beradapsi dengan lingkungan sekitarnya. Skema akan
beradaptasi dan berubah selama perkembangan kognitif seseorang

4. Asimilasi

Asimilasi adalah proses kognitif tempat seseorang


mengintegrasikan persepsi, konsep atau pengalaman baru ke dalam
skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya. Atau dapat juga
dikatakan bahwa asimilasi adalah proses perpaduan antara informasi
baru dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki.

5. Akomodasi

Akomodasi adalah penyesuaian struktur internal pada ciri-ciri


tertentu dari situasi khusus yang berupa objek atau kejadian yang baru.
Akomodasi dapat juga dikatakan bahwa akomodasi adalah
pembentukan skema baru atau mengubah skema lama sehingga cocok
dengan rangsangan yang baru, atau memodifikasi skema yang sudah
ada sehingga cocok dengan rangsangan yang ada.

6. Ekuilibrasi

Ekuilibrasi adalah pengaturan diri yang berkelanjutansehingga


memungkinkan seseorang untuk tumbuh, berkembang, dan berubah
untuk menjadi lebih mantap/seimbang. Atau dengan kata lain,
ekuilibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi,
sedangkan disekuilibrium adalah keadaan yang tidak seimbang antara
proses asimilasi dan akomodasi. Ekuilibrium dapat membuat seseorang
menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamnya

2. Teori belajar menurut Bruner

Dasar pemikiran teori Bruner memandang bahwa manusia sebagai


pemroses, pemikir dan pencipta informasi. Bruner menyatakan belajar
merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk
menemukan hal-hal baru di luar informasi yang diberikan kepada dirinya.

9
A. Tahap Belajar Bruner

Agar pembelajaran dapat mengembangkan keterampilan intelektual


anak dalam mempelajari sesuatu pengetahuan (misalnya suatu konsep
matematika), maka materi pelajaran perlu disajikan dengan memperhatikan
tahap perkembangan kognitif/pengetahuan anak agar pengetahuan itu dapat
disimpan dalam pikiran (struktur kognitif) orang tersebut. Proses
internalisasi akan terjadi secara sungguh-sungguh (yang berarti proses
belajar terjadi secara optimal). Jika pengetahuan yang dipelajari itu
dipelajari dalam tiga model tahapan yaitu model tahap enaktif, model
ikonik dan model tahap simbolik.

1. Model Tahap Enaktif

Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan


anak secara langsung terlibat dalam memanipulasi (mengatur) objek.
Pada tahap ini anak belajar sesuatu pengetahuan dimana pengetahuan
itu dipelajari secara aktif, dengan menggunakan benda-benda konkret
atau menggunakan situasi yang nyata, pada penyajian ini anak tanpa
menggunakan imajinasinya atau kata-kata.

2. Model Tahap Ikonik

Tahap ikonik, yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu


pengetahuan dimana pengetahuan itu direpresentasikan (diwujudkan)
dalam bentuk bayangan visual (visual imaginery), gambar, atau
diagram, yang menggambarkan kegiatan kongkret yang terdapat pada
tahap enaktif. Dalam tahap ini kegiatan penyajian dilakukan
berdasarkan pada pikiran internal dimana pengetahuan disajikan
melalui serangkaian gambar-gambar atau grafik yang dilakukan anak,
berhubungan dengan mental yang merupakan gambaran dari objek-
objek yang dimanipulasinya.

3. Model Tahap Simbolis

Dalam tahap ini bahasa adalah pola dasar simbolik, anak


memanipulasi simbol-simbol atau lambang-lambang objek tertentu.
Pada tahap simbolik ini, pembelajaran direpresentasikan dalam
bentuk simbol-simbol abstrak (abstract symbols), yaitu simbol-simbol
arbiter yang dipakai berdasarkan kesepakatan orang-orang dalam
bidang yang bersangkutan, baik simbol-simbol verbal (misalnya
huruf-huruf, kata-kata, kalimat-kalimat), lambang-lambang
matematika, maupun lambang-lambang abstrak yang lain.

10
B. Proses Belajar Bruner

Menurut Bruner pembentukan konsep dan pemahaman konsep


merupakan dua kegiatan mengkategori yang berbeda yang menuntut proses
berpikir yang berbeda pula. Jadi, pembelajaran yang selama ini diberikan di
sekolah banyak menekankan pada perkembangan kemampuan analisis,
kurang mengembangkan kemampuan berpikir intuitif. Padahal berpikir
intuitif sangat penting untuk mempelajari bidang sains, sebab setiap disiplin
mempunyai konsep-konsep, prinsip, dan prosedur yang harus dipahami
sebelum seseorang dapat belajar. Cara yang baik untuk belajar adalah
memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif dan akhirnya
sampai pada suatu kesimpulan (discovery learning).

Menurut Bruner dalam proses belajar ada tiga tahap, yaitu:

1. Tahap informasi : yaitu tahap awal untuk memperoleh pengetahuan atau


pengalaman baru dimana dalam setiap pelajaran diperoleh sejumlah
informasi yang berfungsi sebagai penambahan pengetahuan yang lama,
memperluas dan memperdalam dan kemungkinan informasi yang baru
bertentangan dengan informasi yang lama.

2. Tahap tansformasi : yaitu tahap memahami, mencerna dan menganalisis


pengetahuan baru serta ditransformasikan dalam bentuk yang baru yang
mungkin bermanfaat untuk hal-hal yang lain, yaitu informasi harus
dianalisis dan ditransformasikan ke dalam bentuk yang lebih abstrak
atau konsetual agar dapat digunakan dalam hal lebih luas.

3. Tahap evaluasi : yaitu untuk mengetahui apakah hasil transformasi pada


tahap ke dua benar atau tidak. Evaluasi kemudian dinilai sehingga
diketahui mana-mana pengetahuan yang diperoleh dan transformasi
dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain.

11
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.1.1 Teori ini dalam belajar ilmu pengetahuan yang didapat hanyalah
bersifat hafalan-hafalan belaka. Penguasaan bahan yang bersifat
hafalan biasanya jauh dari pengertian. Walaupun begitu, teori ini
dapat digunakan untuk menghafal rumus, dalil, tahun, kata-kata asing
dan sebagainya
3.1.2 Teori belajar behavoristik adalah teori pembelajaran yang mengamati
dan mempelajari perubahan tingkah laku seseorang sebagai hasil dari
pengalaman di masa lalu. Teori ini menekankan bahwa tingkah laku
yang ditunjukkan seseorang merupakan akibat dari interaksi antara
stimulus dengan respon.
3.1.3 Teori belajar kognitivisme mengacu pada situasi psikologi kognitif,
yang didasarkan pada kegiatan kognitif dalam belajar. Teori ini
mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara
stimulus dan respon, melainkan tingkah laku seseorang ditentukan
oleh pandangan serta pemahamannya tentang situasi yang
berhubungan dengan tujuan
3.2 Saran

Kepada seluruh pendidik agar selalu mengikuti teori-teori pembelajaran


yang sudah ada dan sesuai dengan jaman ini dengan baik dalam
melaksanakan pembelajaran diluar maupun didalam kelas agar terciptanya
suatu pembelajaran yang baik di lingkungan sekolah.

12
DAFTAR RUJUKAN

Salim, Rhey .2016. Teori Ilmu Jiwa Daya . Tersedia pada :


http://nydrakuly.co.id/2016/07/ilmu-jiwa-daya.html . Diakses pada : 5
Oktober 2017

Johhan, Muhhamad . 2016. Teori Ilmu Menurut jiwa Daya .Tersedia pada:
http://m765432fgvtdcvi.blogspot.co.id/2013/04/teoribelajarilmujiwadaya .
Diakses pada : 25 Agustus 2016

Rieman, Rasma, 2015. Teori Behavioristik. Tersedia pada:

https://dosenpsikologi.com/teori-belajar-behavioristik. Tersedia pada: 15


November 2016

Anda mungkin juga menyukai