Anda di halaman 1dari 5

Nama : Oktavia Anggrainy

NPM : 1943057005

Tugas : Pertemuan ke- 4 MK : Pancasila

Untuk memahami Pancasila secara utuh dan mengetahui landasan-landasan dalam pendidikan
Pancasila, Anda diharapkan dapat mencari informasi dari berbagai sumber tentang:

1. Ketentuan undang-undang yang mengatur tentang pendidikan Pancasila lengkap dengan


bunyinya,

A. SURAT EDARAN MENRISTEKDIKTI: PENGUATAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN MKWU PADA


PENDIDIKAN TINGGI
Posted by Fitri | Aug 30, 2017 | Belmawa (Dit.Akademik) | 0 |

Surat Edaran Menristekdikti: Penguatan Pendidikan Pancasila dan MKWU Pada Pendidikan Tinggi

SURAT EDARAN MENRISTEKDIKTI: PENGUATAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN MATA KULIAH WAJIB
UMUM PADA PENDIDIKAN TINGGI 30 Agustus 2017
Nomor : 03/M/SE/VIII/2017
PENGUATAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN MATA KULIAH WAJIB UMUM
PADA PENDIDIKAN TINGGI
Yth:
1. Pimpinan Perguruan Tinggi Negeri;
2. Koordinator Kopertis I s.d XIV; dan
3. Pimpinan Perguruan Tinggi di Kementerian dan Lembaga Lain;
Landasan Hukum:
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara;
3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi;.
4. Instruksi Presiden Nomor 12 Tahun 2016 tentang Gerakan Nasional Revolusi Mental;
5. Peraturan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Nomor 44 Tahun 2015 tentang Standar
Nasional Pendidikan Tinggi;
Dengan hormat kami sampaikan hal-hal, sebagai berikut:
1. Amanah dalam UUD 1945 pada Pasal 27 ayat (3), “Setiap warga negara berhak dan wajib turut
serta dalam upaya pembelaan negara” dan Pasal 30 ayat (1), “Tiap-tiap warga berhak dan wajib
ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara”. Sebagai warga negara harus selalu
siaga dalam usaha membela bangsa dan negara, menjaga pertahanan dan keamanan sehingga
selalu terwujud kedamaian dan kenyamanan di masyarakat.
2. Amanah Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi diperlukan
pendidikan yang mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta menghasilkan
intelektual, ilmuwan, dan/atau profesional yang berbudaya dan kreatif, toleran, demokratis,
berkarakter tangguh, serta berani membela kebenaran untuk kepentingan bangsa. Dalam pasal
35 ayat 2, kurikulum pendidikan tinggi merupakan pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tinggi wajib memuat mata kuliah : a. Agama;
b. Pancasila; c. Kewarganegaraan; dan d. Bahasa Indonesia yang dilaksanakan melalui kegiatan
kurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler.
3. Undang – Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, menimbang bahwa
pertahanan negara bertitik tolak pada falsafah dan pandangan hidup bangsa Indonesia untuk
menjamin keutuhan dan tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Dalam pasal 9, bela negara merupakan upaya setiap
warga negara untuk mempertahankan Republik Indonesia terhadap ancaman baik dari luar
maupun dalam negeri, dan bentuk pengabdian sesuai dengan profesinya. Dalam mensukseskan
pertahanan negara melalui bela negara, dukungan dosen dan mahasiswa baik secara fisik
maupun non fisik diarahkan untuk menghasilkan lulusan berkualitas yang siap menghadapi
tantangan globalisasi memiliki sikap toleran, tanggap terhadap lingkungan, memahami wawasan
kebangsaan dan bertanggungjawab dalam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI).
4. Memperhatikan Instruksi Presiden Nomor 12 Tahun 2016 tentang Gerakan Nasional Revolusi
Mental, dalam melaksanakan butir kelima, bahwa untuk mewujudkan generasi bangsa Indonesia
yang berkarakter tangguh, cinta tanah air, bela negara serta mampu meningkatkan jati diri
bangsa, maka pendidikan Mata Kuliah Wajib Umum (MKWU) diperkuat sebagai salah satu
komponen pembentuk budaya bangsa.
Sehubungan hal-hal tersebut di atas, dengan ini kami menginstruksikan kepada perguruan tinggi
untuk mengintegrasikan dan menginternalisasikan muatan nilai Pancasila, moral kebangsaan serta
budaya nasional dalam proses pembelajaran setiap mata kuliah dan kegiatan kemahasiswaan sebagai
bagian dari bela Negara.
Atas perhatian dan kerjasama yang baik, kami ucapkan terimakasih.

Jakarta, 24 Agustus 2017


Menteri Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi,
TTD
Mohamad Nasir
B. UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menetapkan kurikulum pendidikan
tinggi wajib memuat Pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan dan bahasa.
C. Keputusan Menteri PendidikandanKebudayaan no. 30 tahun 1990, menetapkan status pendidikan
Pancasila dalam kurikulum pendidikan tinggi sebagai mata kuliah wajib untuk setiap program studi
dan bersifat nasional.
D. PP no. 60 tahun 1999 tentang pendidikan tinggi menyatakan bahwa Pancasila wajib diajarkan di
perguruan tinggi.
E. Keputusan Dirjen Dikti No. 265/Dikti/Kep/2000 tentang penyempurnaan Kurikukum Inti Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian Pendidikan Pancasila pada Perguruan Tingggi di Indonesia.
F. Kep Mendiknas no. 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi,
G. Kep Mendiknas Nomor 45/U2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi telah menetapkan
Pendidikan Agama, Pendidikan Pancasila, dan Pendidikan Kewarganegaraan menjadi kelompok mata
kuliah pengembangan kepribadian yang wajib diberikan dalam kurikulum setiap program studi.
Pelaksanaannya sesuai dengan SK Dirjen Dikti no. 38/Dikti/Kep/2002 tentang Rambu-rambu
Pelaksanaan Kelompok Matakuliah Pengembangan Kepribadian (MPK) di Perguruan Tinggi.

2. Fenomena sosial yang menunjukkan urgensi penyelenggaraan mata kuliah pendidikan Pancasila di
perguruan tinggi

Dalam rangka menumbuhkan kesadaran dalam mempertahankan keutuhan bangsa dan tanah
air Indonesia, maka pendidikan pancasila dibutuhkan di perguruan tinggi dengan landasan yuridis
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 yang isinya bahwa setiap warga negara berhak
mendapatkan pendidikan. Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Tinggi nomor 38/Dikti/Kep/2002
tanggal 18 juli 2002 tentang pelaksanaan mata kuliah pengembangan kepribadian di perguruan
tinggi dan sesuai dalam penjelasan UU No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa
pendidikan Pancasila mengarahkan perhatian pada moral yang diwujudkan dalam kehidupan sehari-
hari, yaitu pertama, prilaku yang memancarkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam
masyarakat yang terdiri dari berbagai golongan agama, kedua, prilaku yang bersifat kemanusiaan
yang adil dan beradap, ketiga, prilaku yang mendukung persatuan bangsa dalam masyarakat yang
beragam, kebudayaan dan kepentingan, keempat, prilaku yang mendukung kerakyatan yang
mengutamakan kepentingan bersama diatas kepentingan perorangan dan golongan, sehingga
perbedaan pemikiran, pendapat maupun kepentingan dapat diatasi melalui musyawarah serta
kelima, prilaku yang mendukung upaya untuk mewujudkan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Melalui pendidikan pancasila, diharapkan juga para mahasiswa memahami, menganalisis dan
menjawab masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat, bangsa secara berkesinambungan dan
konsisten, dengan cita-cita dan tujuan nasional. Disamping itu mahasiswa memiliki kemampuan
untuk mengambil sikap bertanggungjawab sesuai hati nurani serta mampu memaknai peristiwa
sejarah dan nilai-nilai budaya bangsa untuk menggalang persatuan Indonesia. Untuk kelancaran
pengajaran pendidikan pancasila diperguruan tinggi ini maka materi-materi yang diajaran
dituangkan dalam suatu garis besar proses pembelajaran GBPP dan pemberian silabus pada
mahasiswa.

urgensi penyelenggaraan mata kuliah pendidikan Pancasila di perguruan tinggi dapat diperkuat memalui
bukti-bukti permasalahan yang terjadi atas pelanggaran Pancasila

1. Bukti pelanggaran dari sila pertama Pancasila


Konflik Poso
Serangkaian kerusuhan yang terjadi di Poso, Sulawesi Tengah yang melibatkan kelompok
Muslim dan Kristen. Kerusuhan ini dibagi menjadi tiga bagian . Kerusuhan Poso I (25 - 29
Desember 1998), Poso II ( 17-21 April 2000), dan Poso III (16 Mei - 15 Juni 2000). Pada 20
Desember 2001 Keputusan Malino ditandatangani antara kedua belah pihak yang bertikai dan
diinisiasi oleh Jusuf Kalla dan Susilo Bambang Yudhoyono.

2. Pelanggaran terhadap sila kedua Pancasila yaitu Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung arti kesadaran sikap dan perilaku sesuai
dengan nilai-nilai moral dalam hidup bersama atas dasar tuntutan hati nurani dengan
memperlakukan sesuatu hal sebagaimana mestinya.
Bukti dari pelanggaran sila kedua Pancasila
1. Tragedi kemanusiaan Trisakti
Mari kita kembali saja reformasi. Dua belas tahun lalu atau 12 Mei 1998, situasi Indonesia
khususnya Ibu Kota Jakarta sedang genting. Demonstrasi mahasiswa untuk menuntut reformasi
dan pengunduran diri Presiden Soeharto kian membesar tiap hari. Dan kita tahu, aksi itu
akhirnya melibatkan rakyat dari berbagai lapisan.
Salah satu momentum penting yang menjadi titik balik perjuangan mahasiswa adalah peristiwa
yang menewaskan empat mahasiswa Universitas Trisakti, Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto,
Hafidin Royan, dan Hendrawan Sie
Mereka ditembak aparat keamanan saat melakukan aksi damai dan mimbar bebas di kampus A
Universitas Trisakti, Jalan Kyai Tapa Grogol, Jakarta Barat. Aksi yang diikuti sekira 6.000
mahasiswa, dosen, dan civitas akademika lainnya itu berlangsung sejak pukul 10.30 WIB.
Tewasnya keempat mahasiwa tersebut tidak mematikan semangat rekan-rekan mereka. Justru
sebaliknya, kejadian itu menimbulkan aksi solidaritas di seluruh kampus di Indonesia. Apalagi,
pemakaman mereka disiarkan secara dramatis oleh televisi. Keempat mahasiswa itu menjadi
martir dan diberi gelar pahlawan reformasi.
Puncak dari perjuangan itu adalah ketika Soeharto mengundurkan diri sebagai presiden pada
Kamis, 21 Mei 2008.

3. Pelanggaran terhadap sila ketiga Pancasila yaitu Persatuan Indonesia


Nilai persatuan indonesia mengandung makna usaha ke arah bersatu dalam kebulatan rakyat
untuk membina rasa nasionalisme dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Persatuan
Indonesia sekaligus mengakui dan menghargai sepenuhnya terhadap keanekaragaman yang
dimiliki bangsa indonesia..
Bukti pelanggaran sila ketiga Pancasila
1. Gerakan Aceh Merdeka
GAM pertama kali di deklarasi pada 4 Desember 1976. Gerakan ini mengusung nasionalisme
Aceh secara jelas. Nasionalisme yang dibangun sebagai pembeda dengan nasionalisme
Indonesia yang sebelumnya telah ada

4. Pelanggaran terhadap sila keempat Pancasila yaitu Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat
Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan / Perwakilan.
Nilai kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
mengandung makna suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat dengan cara
musyawarah mufakat melalui lembaga-lembaga perwakilan.
5. Pelanggaran terhadap sila kelima Pancasila yaitu Keadilan Sosial Bagi Seluruh rakyat Indonesia
Nilai Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia mengandung makna sebagai dasar sekaligus
tujuan, yaitu tercapainya masyarakat Indonesia Yang Adil dan Makmur secara lahiriah atapun
batiniah.
Bukti pelanggaran terhadap sila kelima Pancasila
1. Kemiskinan
Indonesia adalah sebuah negara yang penuh paradoks. Negara ini subur dan kekayaan alamnya
melimpah, namun sebagian cukup besar rakyat tergolong miskin.
2. Ketimpangan dalam pendidikan
Banyak anak usia sekolah harus putus sekolah karena biaya, mereka harus bekerja dan banyak
yang menjadi anak jalanan.

Daftar Pustaka

1. https://lldikti12.ristekdikti.go.id/2017/08/30/surat-edaran-menristekdikti-penguatan-
pendidikan-pancasila-dan-mkwu-pada-pendidikan-tinggi.html

2. https://www.journal.unrika.ac.id/index.php/jurnaldms/article/download/129/125

3. https://brainly.co.id/tugas/33500135

4. https://malvaspalette.wordpress.com/2017/09/24/permasalahan-di-indonesia-yang-
menunjukan-pentingnya-mata-kuliah-pendidikan-pancasila/

5. http://hamiddarmadi.blogspot.com/2013/07/urgensi-pendidikan-pancasila-dan.html

Anda mungkin juga menyukai