PENDAHULUAN
Pada dasarnya manusia adalah sebagai makhluk individu yang unik, berbeda antara
yang satu dengan lainnya. Secara individu juga, manusia ingin memenuhi kebutuhannya
masing-masing, ingin merealisasikan diri atau ingin dan mampu mengembangkan potensi-
potensinya masing-masing. Hal ini merupakan gambaran bahwa setiap individu akan
berusaha untuk menemukan jati dirinya masing-masing, tidak ada manusia yang ingin
menjadi orang lain sehingga dia akan selalu sadar akan keindividualitasannya.
Adapun hubungannya dengan manusia sebagai mahluk sosial adalah bahwa dalam
mengembangkan potensi-potesinya ini tidak akan terjadi secara alamiah dengan sendirinya,
tetapi membutuhkan bantuan dan bimbingan manusia lain. Selain itu, dalam kenyataannya,
tidak ada manusia yang mampu hidup tanpa adanya bantuan orang lain. Hal ini menunjukan
bahwa manusia hidup saling ketergantungan dan saling membutuhkan antara yang satu
dengan lainnya.
Dari kedua hal diatas, manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial
memiliki fungsi masing-masing dalam menjalankan peranannya dalam kehidupan. Sebagai
makhluk individu manusia merupakan bagian dan unit terkecil dari kehidupan sosial atau
masyarakat dan sebaliknya sebagai makhluk sosial yang membentuk suatu kehidupan
masyarakat, manusia merupakan kumpulan dari berbagai individu. Dalam menjalankan
peranannya masing-masing dari kedua hal tersebut secara seimbang, maka setiap individu
harus mengetahui dari peranannya masing-masing tersebut. Untuk itu, perlu kiranya penulis
menulis sebuah makalah yang mengemukakan manusia sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial. Semoga dengan adanya makalah ini dapat menginspirasi pembaca.
1
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan manusia sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial.
2. Mengetahui gambaran masyarakat di Indonesia.
3. Memahami perbedaan antara urbanisasi dengan urbanisme.
4. Mengetahui apa yang dimaksud dengan interaksi, proses, stratifikasi, dan mobilitas
sosial.
1.4 Manfaat
1. Untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
2. Bagi penulis diharapkan dapat mendatangkann manfaat didalam menambah wawasan
serta pengetahuan yang lebih luas.
3. Bagi Pembaca makalah ini diharapkan dapat mendatangkan manfaat sebagai
tambahan informasi serta referensi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik
dan psikis, unsur raga dan jiwa. Seseorang dikatakan sebagai manusia individu manakala
unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. Jika unsur tersebut sudah tidak menyatu lagi
maka seseorang tidak disebut sebagai individu. Dalam diri individi ada unsur jasmani dan
rohaninya, atau ada unsur fisik dan psikisnya, atau ada unsur raga dan jiwanya.
Setiap manusia memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri, tidak ada manusia yang
persis sama. Dari sekian banyak manusia, ternyata masing-masing memiliki keunikan
tersendiri. Seorang individu adalah perpaduan antara faktor fenotip dan genotip. Faktor
genotip adalah faktor yang dibawa individu sejak lahir, ia merupakan faktor keturunan,
dibawa individu sejak lahir. Kalau seseorang individu memiliki ciri fisik atau karakter sifat
yang dibawa sejak lahir, ia juga memiliki ciri fisik dan karakter atau sifat yang dipengaruhi
oleh faktor lingkungan (faktor fenotip). Faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam
pembentukan karakteristik yang khas dari seseorang. Istilah lingkungan merujuk pada
lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Ligkungan fisik seperti kondisi alam sekitarnya.
Lingkungan sosial, merujuk pada lingkungan di mana eorang individu melakukan interaksi
sosial. Kita melakukan interaksi sosial dengan anggota keluarga, dengan teman, dan
kelompok sosial yang lebih besar.
Karakteristik yang khas dari seeorang dapat kita sebut dengan kepribadian. Setiap
orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh faktor bawaan
genotip)dan faktor lingkungan (fenotip) yang saling berinteraksi terus-menerus.
3
psikis) yang terbawa sejak lahir dengan rangkaian situasi lingkungan, yang terungkap pada
tindakan dan perbuatan serta reaksi mental psikologisnya, jika mendapat rangsangan dari
lingkungan. Dia menyimpulkan bahwa faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam
pembentukan karakteristik yang khas dari seeorang.
Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak.
Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau
bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.
4
daerah perkotaan jauh berebda dengan struktur daerah pedesaan, terutama pada persoalan
pemusatan dengan pesebaran kegiatan social, polit dan ekonominya.
Hidup di lingkungan sosialnya, masyarakat perkotaan dan masyarakat pedesaan
menghadapi berbagai masalah social dan terujud sebagai hasil kebudayaan yang khas,
sebagai akibat dari saling berhubungan antara sesamanya dan hasil dari tingkah laku mereka
dengan struktur daerah yang berbeda, sifat-sifat serta ciri-ciri kehidupan masyarakat kota dan
desa menunjukkan banyak perbedaan, perbedaan-perbedaan tersebut jelas dapat dilihat dari
tingkat kompleksitas kebudayaan masing-masing, yang tercermin dalam berbagai system,
organisasi, struktur serta, tindakan-tindakan dan tingkah laku social para warganya
(Suparlan, 1981: 6)
5
mendapatkan pekerjaan juga lebih bervariasi, karna system pembagian kerja diantara warga
kota lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata. Keanekaragaman itu juga hampir
terlihat dalam hampir setiap lingkungan tempat tinggal. Keadaan menunjukkan ketidak
harusan seorang atausatu keluarga tinggal bersebelahan dengan kelompok tertentu melainkan
dengan warga lain kalangan kelompok.
Pada waktunya kota-kota akan menemukan kesulitan dalam menyediakan pekerjaan
dan memenuhi syarat-syarat kehidupan minimal yang pantas untuk sejumlah warga yang
terus menerus bertambah akibat urbanisasi dari berbagai desa di sekitarnya.
6
Saran komunikasi yang sedang berkembang telah menjangkau pedesaan. Mayarakat
desa dapat mengkap siaran-siaran pembritaan dari kota melalui berbagai media kominikasi
seperti surat kabar, radio, televise dll. Keadaan ini dapat mempercepat gerak pembe=aharuan
masyarakat di desa. Gerak pembaharuan membutuhkan teknologi yang sesuai dengan
kebutuhan nyata di kalangan masyarakat desa itu sendiri. Teknologi yang digunakan dapat
menunjang peningkatan produksi yang berimbas pada pengembangan perekonomian
dankesejahteraa masyarakat desan tersebut.
Warga masyarakat desa telah menerima teknologi maju untuk meperbaharui system
pertanian mereka dan berpengaruh pada perubahan system perekonomian mereka. Antara lain
adalah dengan terbentunya lembaga perekonomian baru dengan tolak ukur penilaiannya
adalah uang. Kepemilikan uang telah terjadi ukuran keberadaan seseorang atau telah menjadi
salah satu factor yang dapat menambah harga diri dalam pergaulan sessama warga mayarakat
desa. Pada sisilain, pemilikan uang memberi kesempatan kepada masyarakat desa menikmati
pendidikan yang menjanjikan hasil yang dapat merubah kehidupan sosialnya.
Dalam perkembnagan berikutnaya koperasi juga berkembang di desa. Tujuannya agar
masyarakat desa memperoleh kemudahan serta keringanan mendapatkan sebagai kebutuhan
yang diperlukan da sekaligus menjadi sarana untuk menyimpan hasil pendapatan. Dengan
adanya kecendrungan peningkatan hasil produksi kearah kebutuhan pasar, masyarakat desa
berusaaha menciptakan atau emndapatkan sarana pendukungan berikutnya seperti pendirian-
pendirian took atau warung-waung, pabrik gilingan padi serta traktor untuk megolah tanah.
Selanjutnya karena masyarakat desa berotientasi ke kota, gaya hidup kota pun telah
memasuki pedesaan yang antara lain dapat dilihat dari kecenderungan memiliki pakaian,
perabot rumah tangga dan lain-lainnya, serta munculnya kecenderungan menghormati orang-
orang tua yang mampu menyekolahkan anak-anaknya ke lemabaga-lembaga pendidika di
kota terutama pendidikan tinggi.walau demikian, pada sisi lain mulai terlihat adanya
pengangguran di pedesaan.
Dari uraian-uarian tersebut di atas nampak bahwa dewasa ini masyarakat desa telah
menerima adnya perubahan-perubahan social baik yang bersifat horizontal amupun yang
bersifat vertical asal untuk tujuan pembaharuan.
7
2.3 Urbanisasi dan Urbanisme
2.3.1 Urbanisasi
Untuk mendapatkan suatu niat untuk hijrah atau pergi ke kota dari desa, seseorang
biasanya harus mendapatkan pengaruh yang kuat dalam bentuk ajakan, informasi media
massa, impian pribadi, terdesak kebutuhan ekonomi, dan lain sebagainya.
8
Faktor pendorong dan desa yang menyebabkan terjadinya urbanisasi sebagai berikut.
Faktor penarik dan kota yang menyebabkan terjadinya urbanisasi sebagai berikut.
Terjadinya urbanisasi membawa dampak positil dan negatif, baik bagi desa yang
ditinggalkan, maupun bagi kota yang dihuni. Dampak positif urbanisasi bagi desa (daerah
asal) sebagai berikut.
9
Dampak Urbanisasi bagi Kota terdiri dari dampak positif dan dampak negatif. Dampak
positif urbanisasi bagi kota sebagai berikut.
Timbulnya pengangguran.
Munculnya tunawisma dan gubuk-gubuk liar di tengah-tengah kota.
Meningkatnya kemacetan lalu lintas.
Meningkatnya kejahatan, pelacuran, perjudian, dan bentuk masalah sosial lainnya.
Selain langkah-langkah tersebut di atas, juga dapat dilaksanakan berbagai upaya preventif
yang dapat mencegah terjadinya urbanisasi, antara lain:
10
3. Meningkatan fasilitas pendidikan, kesehatan dan rekreasi di daerah pedesaan,
sehingga membuat mereka kerasan betah tinggal di desa mereka masing-masing.
4. Dan langkah-langkah lain yang kiranya dapat mencegah mereka untuk tidak
berbondong-bondong berpindah ke kota.
Berbagai langkah tersebut di atas akan dapat dilaksanakan apabila ada jalinan kerja
sama yang baik antara masyarakat dan pihak pemerintah. Dalam hal ini partisipasi aktif
masyarakat sangat diperlukan, sehingga program-program pembangunan akan berjalan lebih
tertib dan lancar. Dan tujuan pembangunan nasional yaitu pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya sebagai suatu ethopia atau cita-cita belaka.
2.3.2 Urbanisme
Saat ini banyak arsitek, perencana, dan sosiolog (seperti Louis Wirth) menyelidiki
cara orang hidup di daerah perkotaan padat penduduk dari berbagai perspektif termasuk
perspektif sosiologis. Untuk sampai pada konsepsi yang memadai urbanisme sebagai cara
hidup Wirth mengatakan perlu untuk menghentikan mengidentifikasi urbanisme dengan
entitas fisik kota, pergi di luar garis batas yang sewenang-wenang dan mempertimbangkan
bagaimana teknologi perkembangan transportasi dan komunikasi telah sangat besar
diperpanjang modus perkotaan hidup di luar batas-batas kota itu sendiri.
11
Tanpa adanya interkasi sosial maka tidak akan mungkin ada kehidupan bersama. Proses
sosial adalah suatu interaksi atau hubungan timbal balik atau saling mempengaruhi antar
manusia yang berlangsung sepanjang hidupnya didalam amasyarakat.
Menurut Soerjono Soekanto, proses sosial diartikan sebagai cara-cara berhubungan yang
dapat dilihat jika individu dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu serta menentukan
sistem dan bentuk hubungan sosial.
12
lain. Komunikasi dapat diartikan jika seseorang dapat memberi arti pada perilaku orang lain
atau perasaan-perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut.
Proses interaksi sosial yang terjadi dalam masyarakat bersumber dari faktor imitasi,
sugesti, simpati, identifikasi dan empati.
1. Imitasi merupakan suatu tindakan sosial seseorang untuk meniru sikap, tindakan, atau
tingkah laku dan penampilan fisik seseorang.
2. Sugesti merupakan rangsangan, pengaruh, atau stimulus yang diberikan seseorang
kepada orang lain sehingga ia melaksanakan apa yang disugestikan tanpa berfikir
rasional.
3. Simpati merupakan suatu sikap seseorang yang merasa tertarik kepada orang lain
karena penampilan,kebijaksanaan atau pola pikirnya sesuai dengan nilai-nilai yang
dianut oleh orang yang menaruh simpati.
4. Identifikasi merupakan keinginan sama atau identik bahkan serupa dengan orang lain
yang ditiru (idolanya)
5. Empati merupakan proses ikut serta merasakan sesuatu yang dialami oleh orang lain.
Proses empati biasanya ikut serta merasakan penderitaan orang lain.
Jika proses interaksi sosial tidak terjadi secara maksimal akan menyebabkan terjadinya
kehidupan yang terasing. Faktor yang menyebabkan kehidupan terasing misalnya sengaja
dikucilkan dari lingkungannya, mengalami cacat, pengaruh perbedaan ras dan perbedaan
budaya.
Bentuk-bentuk interaksi sosial adalah Asosiatif dan Disasosiatif (Soerjono Soekanto, 2010:
64).
a. Asosiatif
Asosiatif terdiri dari kerjasama (cooperation), akomodasi (accomodation). Kerjasama
disini dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok
manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama. Akomodasi merupakan suatu
cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga lawan
tidak kehilangan kepribadiannya.
b. Disasosiatif
Disasosiatif terdiri dari persaingan (competition), dan kontravensi (contravention),
dan pertentangan (conflict). Persaingan diartikan sebagai suatu proses sosial di mana individu
atau kelompok kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang
bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum (baik
13
perseorangan maupun kelompok manusia) dengan cara menarik perhatian publik atau dengan
mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan.
2.5 Proses Sosial
Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial (yang juga dapat dinamakan
sebagai proses sosial) karena interasi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-
aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang
menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia,
maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Interaksi sosial antara
kelompok-kelompok manusia terjadi anatara kelompok tersebut sebagai suatu kesatuan dan
biasanya tidak menyangkut pribadi anggota-anggotanya.
14
Dalam teori-teori sosiologi dapat dijumpai beberapa bentuk kerjasama yang biasa
diberi nama kerja sama (cooperation). Kerjasama tersebut lebih lanjut dibedakan lagi dengan:
b. Akomodasi (Accomodation)
Akomodasi dipergunakan dalam dua arti yaitu menujuk pada suatu keadaan dan yntuk
menujuk pada suatu proses. Akomodasi menunjuk pada keadaan, adanya suatu keseimbangan
dalam interaksi antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dalam kaitannya
dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Sebagai
15
suatu proses akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu
pertentangan yaitu usaha-usaha manusia untuk mencapai kestabilan.
Menurut Gillin dan Gillin, akomodasi adalah suatu perngertian yang di-gunakan oleh
para sosiolog untuk menggambarkan suatu proses dalam hubungan-hubungan sosial yang
sama artinya dengan adaptasi dalam biologi. Maksudnya, sebagai suatu proses dimana orang
atau kelompok manusia yang mulanya saling bertentangan, mengadakan penyesuaian diri
untuk mengatasi ketegangan-ketegangan. Akomodasi merupakan suatu cara untuk
menyelesaikan pertentangan tanpa meng-hancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak
kehilangan kepribadiannya.
Tujuan Akomodasi dapat berbeda-beda sesuai dengan situasi yang dihadapinya,
yaitu :
Untuk mengurangi pertentangan antara orang atau kelompok manusia sebagai akibat
perbedaan paham
Mencegah meledaknya suatu pertentangan untuk sementara waktu atau secara
temporer
Memungkinkan terjadinya kerjasama antara kelompok sosial yang hidupnya terpisah
akibat faktor-faktor sosial psikologis dan kebudayaan, seperti yang dijumpai pada
masyarakat yang mengenal sistem berkasta.
Mengusahakan peleburan antara kelompok sosial yang terpisah.
Bentuk-bentuk Akomodasi:
c. Asimilasi (Assimilation)
Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf lanjut. Ia ditandai dengan adanya
usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang-perorangan atau
kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan
tindak, sikap, dan proses-proses mental dengan memerhatikan kepentingan dan tujuan
bersama.
Faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya suatu asimilasi adalah :
Toleransi
Kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi
Sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya
Sikap tebuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat
Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan
Perkawinan campuran (amaigamation)
Adanya musuh bersama dari luar
d. Amalgamasi
Merupakan peleburan dua kelompok budaya yang kemudian melahirkan budaya baru.
Biasanya dapat terjadi dengan sukarela maupun dengan pemaksaan.
17
2. Proses Disosiatif
Proses disosiatif sering disebut sebagai oppositional proccesses, yang persis halnya
dengan kerjasama, dapat ditemukan pada setiap masyarakat, walaupun bentuk dan arahnya
ditentukan oleh kebudayaan dan sistem sosial masyarakat bersangkutan.
a. Persaingan (Competition)
Persaingan atau competition dapat diartikan sebagai suatu proses sosial dimana
individu atau kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang
kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum (baik perseorangan
maupun kelompok manusia) dengan cara menarik perhatian publik atau dengan mempertajam
prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan.
Persaingan mempunya dua tipe umum :
Bentuk-bentuk persaingan :
b. Kontraversi (Contravetion)
Kontravensi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses sosial yang berada antara
persaingan dan pertentangan atau pertikaian. Bentuk kontraversi menurut Leo von Wiese dan
Howard Becker ada 5 :
18
1. yang umum meliputi perbuatan seperti penolakan, keenganan, perlawanan, perbuatan
menghalang-halangi, protes, gangguang-gangguan, kekerasan, pengacauan rencana
2. yang sederhana seperti menyangkal pernyataan orang lain di muka umum, memaki-
maki melalui surat selebaran, mencerca, memfitnah, melemparkan beban pembuktian
pada pihak lain, dst.
3. yang intensif, penghasutan, menyebarkan desas desus yang mengecewakan pihak lain
4. yang rahasia, mengumumkan rahasia orang, berkhianat.
5. yang taktis, mengejutkan lawan, mengganggu dan membingungkan pihak lain.
Contoh lain adalah memaksa pihak lain menyesuaikan diri dengan kekerasan, provokasi,
intimidasi, dst.
Menurut Leo von Wiese dan Howard Becker ada 3 tipe umum kontravensi :
Kontraversi generasi masyarakat : lazim terjadi terutama pada zaman yang sudah
mengalami perubahan yang sangat cepat
Kontraversi seks : menyangkut hubungan suami dengan istri dalam keluarga.
Kontraversi Parlementer : hubungan antara golongan mayoritas dengan golongan
minoritas dalam masyarakat.baik yang menyangkut hubungan mereka di dalam
lembaga legislatif, keagamaan, pendidikan, dst.
19
Pertentangan dapat pula menjadi sarana untuk mencapai keseimbangan antara kekuatan-
kekuatan dalam masyarakat. Timbulnya pertentangan merupakan pertanda bahwa akomodasi
yang sebelumnya telah tercapai.
Pertentangan mempunyai beberapa bentuk khusus:
Pertentangan pribadi
Pertentangan Rasial : dalam hal ini para pihak akan menyadari betapa adanya
perbedaan antara mereka yang menimbulkan pertentangan
Pertentangan antara kelas-kelas sosial : disebabkan karena adanya perbedaan
kepentingan
Pertentangan politik : menyangkut baik antara golongan-golongan dalam satu
masyarakat, maupun antara negara-negara yang berdaulat
Pertentangan yang bersifat internasional: disebabkan perbedaan-perbedaan
kepentingan yang kemudian merembes ke kedaulatan negara
Kata stratifikasi berasal dari bahasa latin yaitu stratum yang artinya tingkatan.
Secara harfiah stratifikasi sosial berarti tingkatan masyarakat dalam kehidupan sosial.
suatu kriteria atau sifat yang dibutuhkan. Stratifikasi sosial menempatkan suatu kelompok
atau individu memiliki tingkatan yang berbeda beda secara hierarki, artinya suatu kelompok
mempunyai kekuasan yang lebih tinggi atau dianggap lebih baik dari kelompok lainnya.
dalam masyarakat tersebut dianggap sama, tidak ada yang lebih baik atau memiliki
21
(stratifikasi tertutup), tetapi ketika ia pindah ke daerah lain kedudukannya bisa berubah sesuai
dengan usaha dan kemampuannya (stratifikasi terbuka).
2. Unsur Peran
Peran adalah perilaku sesungguhnya dari seseorang yang memiliki tanggung jawab.
Menurut Soerjono Soekanto, peran mengandung tiga hal :
22
merupakan aspek yang sangat terasa pada masyarakat tradisional, mereka menjunjung tinggi
rasa hormat terhadap seseorang yang telah berjasa dalam lingkungan masyarakat tersebut.
4. Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan merupakan salah satu dasar stratifikasi sosial dalam bidang
tertentu. Orang dengan ilmu pengetahuan yang lebih luas akan menduduki tingkatan
stratifikasi yang lebih tinggi dalam bidang yang berkaitan. Ilmu pengetahuan yang dikuasi
berbeda beda pada setiap bidang. Ilmu pengetahuan yang dimiliki seseorang cenderung
berkaitan dengan profesinya, contohnya seorang dokter akan lebih paham tentang kesehatan
dibandingkan seorang insinyur. Untuk menandakan tingkat keilmuan seseorang biasanya
diberikan gelar gelar tertentu, contohnya seorang dokter akan memiliki gelar dr. Setelah
menyelesaikan pendidikan kedokterannya.
23
Ada beberapa pendapat ahli tentang pembagian Masyarakat berdasarkan kriteria ekonominya
a. Menurut Aristoteles
Golongan Sangat Kaya, kelompok terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari
pengusaha besar dan bangsawan.
Golongan Kaya, merupakan golongan yang cukup banyak yang anggotanya adalah
pedagang, pengacara, dokter, dll.
Golongan Miskin, merupakan golongan yang jumlah paling banyak secara
internasional, hal ini cukup masuk akal karena kemiskinan masih merupakan masalah
utama di banyak negara.
Golongan Kapitalis atau borjuis, kelompok yang menguasai tanah dan alat produksi.
Golongan Menengah, kelompok yang biasanya dapat menggunakan suatu tanah atau
alat produksi tetapi bukan merupakan pemiliknya, contohya adalah pegawai
pemerintah. Pada dasarnya kelompok menengah ini merupakan pembela golongan
kapitalis sehingga mereka sering dimasukkan ke golongan tersebut.
Golongan Protelar, kelompok yang tidak memiliki tanah dan alat produksi.
24
b. Berdasarkan Keahlian atau Pekerjaannya
Elit, kelompok yang sangat berhasil dalam bidangnya, dikenal secara luas dan sangat
dihargai dalam suatu kelompok masyarakat.
Profesional, kelompok yang memiliki gelar di dunia pendidikan dan berhasil dalam
bidang yang digeluti.
Semi Profesional, Seperti pegawai kantor, teknisi berpendidikan menengah, dan
mereka yang memiliki kemampuan tetapi tidak berhasil mencapai gelar.
Tenaga Terampil, Orang orang yang memiliki kemampuan mekanik yang baik,
contohnya adalah penjahit, buruh pabrik dan tukang pangkas rambut.
Tenaga Semi Terampil, kelompok dengan pekerjaan pabrik atau perusahaan yang
tidak memerlukan keahlian khusus, contohnya pelayan restoran.
Tenaga Tidak Terlatih atau tidak terdidik, misalnya pekerja seperti pembantu rumah
tangga, penyapu jalan, tukang kebun.
Elit Desa, contohnya seperti lurah, pegawai, guru, tokoh politik, tokoh agama, dll.
Massa, contohnya seperti petani menengah, buruh tani, pedagang kecil, dll.
a. Menurut Mac Iver terdapat tiga pola umum sistem lapisan kekuasaan dalam bidang
politik
(1) Tipe Kasta
Tipe kasta adalah pemisahan lapisan masyarakat dengan garis pemisah yang tegas dan
kaku. Pada stratifikasi sosial tipe kasta biasanya mobilitas sosial yang berlangsung secara
vertikal (Naik/turun tingkat) sangat sulit terjadi, hal ini mungkin dikarenakan status seseorang
didapatkan sejak dia lahir sesuai dengan status orang tuanya.
25
(2) Tipe Oligarkis
Stratifikasi sosial tipe oligarkis memiliki garis pemisah yang tegas tetapi dasar kelas
sosial ditentukan oleh kebudayaan masyarakat sehingga mobilitas sosial tidak terlalu sulit
terjadi. Kesempatan seorang individu untuk naik atau turun tingkat lebih tinggi dibandingkan
dengan tipe kasta. Perbedaan suatu lapisan dengan lapisan lain di bawah atau di atasnya tidak
terlalu mencolok.
(3) Tipe Demokratis
Tipe demokratis memiliki garis pemisah yang sangat terbuka sehingga perpindahan
(mobilitas) sosial dalam bentuk kenaikan atau penurunan status sangat mudah terjadi.
Kelahiran tidak menentukan kedudukan seseorang. Sama dengan arti namanya, dalam tipe
demokratis, setiap orang memliki kesempatan yang sama untuk bisa naik/turun tingkat.
Faktor yang menjadi penentu adalah kemampuan dan kadang-kadang faktor keberuntungan.
26
2.7 Mobilitas Sosial
Berikut pengertian mobilitas sosial menurut para ahli :
1. Horton dan Hunt
Menurut Horton dan Hunt, mobilitas sosial adalah sebagai tindakan berpindah dari
satu kelas sosial ke kelas sosial lainnya. Mobilitas sosial bisa merupakan peningkatan atau
penurunan dalam segi status sosial dan biasanya termasuk dalam segi penghasilan yang dapat
dialami oleh beberapa individu atau keseluruhan anggota kelompok.
2. Robert M.Z. Lawang
Menurut Robet M.Z. Lawang, mobilitas sosial adalah perpindahan posisi dari lapisan
yang satu ke lapisan yang lain atau dari dimensi ke dimensi yang lainnya.
3. Ransford
Menurut Ransford, mobilitas sosial merupakan suatu gerak naik atau turun dari
individu atau kelompok dalam suatu heararki sosial (Jeffries dan Ransford, 1980:491).
27
lebih tinggi. 2). Pembentukan suatu kelompok baru yang kemudian ditempatkan pada derajat
yang lebih tinggi dari kedudukan individu-individu pembentuk kelompok tersebut.
Contohnya, seorang guru yang berprestasi diangkat menjadi kepala sekolah.
b. Social sinking
Social sinking atau disebut juga mobilitas vertikal turun adalah mobilitas sosial yang
di dalamnya terjadi penurunan derajat. Social sinking memiliki dua bentuk utama, yaitu: 1).
Turunnya kedudukan individu-individu ke kedudukan yang lebih rendah derajatnya. 2).
Turunnya derajat sekelompok individu yang dapat berupa disintegrasi kelompok sebagai
kesatuan. Contohnya, seorang ketua partai politik diturunkan atau dikeluarkan karena
terdakwa sebagai koruptor.
Pada prinsipnya mobilitas sosial vertikal memiliki beberapa prinsip anatar lain yaitu :
1. Hampir tidak ada masyarakat yangstratifikasinya secara mutlak tertutup, sekalipun pada
masyarakat sistem kasta.
2. Gerak sosial vertikal tidak mungkin dapat dilakukan sebebas-bebasnya meski
stratifikasinya terbuka karena ada hambatan-hambatan.
3. Gerak sosial vertikal memiliki cirri khas dalam setiap masyarakat tidak sama
4. Laju gerak sosial vertikal yang disebabkan oleh faktor ekonomi, politik, serta pekerjaan
berbeda-beda.
5. Tidak ada kecendrungan yang kntiniu mengenai bertambah atau berkuangnya laju gerak
sosial, dan ini berlaku bagi semua masyarakat.
3. Mobilitas intragenerasi
Dalam kehidupan sehari-hari seringlah kita melihat di satu keluarga memiliki anak
yang banyak. Si abang memiliki status lebih tinggi di bandingkan adiknya. Ada juga
kebalikannya. Dari contoh tersebutlah kita bisa ambil garis tengahnya bahwa mobilitas dalam
masayarakat yang tejadi pada keluarga mengalami perubahan. Perubahan pada status abang
dan adik inilah yang dinamakan sebagai mobilitas intragenerasi. Mobilitas intragenerasi
merupakan mobilitas sosial yang dialami seseorang selama masa hidupnya (dalam satu
generasi) atau berdasarkan riwayat hidupnya. Mobilitas ini hanya terjadi pada generasi yang
sama. Dengan pengertian lain, satu generasi yang sama yaitu adik, kakak, dan abang.
Mobilitas ini juga bisa naik dan turun. Contoh mobilitas intragenerasi naik: Wahyu dan
Andini adalah abang adik yang mendirikan sekolah bersama. Wahyu sebagai abang menjadi
guru sedangkan Andini sebagai adik menjabat kepala sekolah. Sedangkan contoh
intragenerasi turun sebaliknya.
28
4. Mobilitas antargenerasi
Kalau mobilitas intragenerasi hanya meliputi satu generasi yang sama, maka berbeda
halnya dengan mobilitas antargenerasi. Mobilitas antargenerasi diartikan sebagai mobilitas
sosial yang terjadi antara dua generasi atau lebih. Mobilitas seperti ini terjadi karena adanya
perubahan status sosial antara ayah dengan anak, anak dengan cucu, dan seterusnya.
Mobilitas antargenerasi mengacu kepada perbedaan status yang dicapai seseorang yang telah
memiliki keluarga sendiri dibandingkan dengan status sosial yang dimiliki orang tuanya.
Dalam mobilitas ini juga bisa terjadi gerak naik maupun turun. Contoh mobilitas sosial
antargenerasi naik, anak seorang pemulung yang rajin dan mampu menyekolahkan anakanya
hingga saraja dan menjadi dosen di sebuah perguruan tinggi negeri.
5. Mobilitas geografis
Bebeda pula halnya dengan mobilitas geografis yang menekankan pada perpindahan
individu atau kelompok dari satu daerah ke daerah yang lain seperti transmigrasi, urbanisasi
dan migrasi. Mobilitas ini lebih menekankan pada tempat yang membuat individu mengalami
perubahan status. Contohnya yaitu seseorang warga biasa berpindah tempat karena alasan
ekonomi, setelah di tempat tinggal yang baru ia sukses dan terpilih menjadi lurah.
29
orang tersebut tidak berusaha untuk mengubah nasibnya sendiri. Jelaslah sudah bahwa agama
juga mengajarkan untuk melakukan mobilitas sosial di masyarakat.
3) Lembaga-lembaga pendidikan
Lembaga pendidikanlah yang paling sering digunakan untuk melakukan mobilitas
vertikal naik. Di Indonesia khususnya selalu mempertanyakan ijazah untuk mendapatkan
suatu pekerjaan. Dengan ijazah dan kemampuan dalam ilmu pengetahuan juga biasanya
seseorang diangkat menjadi pejabat-pejabat penting dalam masyarakat. Hal ini karena
masyarakat sangat menghargai seseorang yang mempunyai pendidikan tinggi karena
dianggap memiliki kemampuan bekerja, contohnya pegawai negeri, dokter, guru dan profesi
lainnya.
4) Organisasi-organisasi politik, ekonomi, dan keahlian
Organisasi politik, ekonomi, atau organisasi dengan keahlian tertentu terkadang
menjadi jembatan seseorang untuk meraih prestise tertentu di masyarakat. Contohnya, Ketua
Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tentu memiliki prestise yang berbeda dibandingkan
dengan dokter biasa.
5) Perkawinan
Tidak bisa dipungkiri kata-kata matrek tidaklah asing ditelinga kita. Hal ini sangat
berkaitan dengan mobilitas sosial pada seseorang. Orang yang menikahi pria atau wanita
yang kaya dianggap akan mengubah statusnya mejadi lebih tinggi lagi. Sehingga melalaui
perkawinan, mobilitas sosial vertikal naik sering terjadi meski terkadang juga tejadi mobilitas
sosial turun karena sesorang yang menikah dengan orang yang berasal dari lapisan sosial di
bawahnya akan mengalami mobilitas vertikal turun. Contohnya seseorang yang memiliki
kasta brahmana menikah dengan kasta sudra maka ia akan kehilangan kasta asalanya.
30
2. Penyesuaian atau Proses akomodasi baru
Konflik di sisi dapat mengancam stabililitas sosial, akan tetapi di sisi lain konflik juga
dapat dapat mendorong para pihak yang bersiteru untuk menciptakan penyesuaian-
penyesuaian dalam upaya menyelesaikan konflik diantara mereka. Untuk itu, stabilitas sosial
baru lambat laun terbentuk di masyarakat. Penyesuaian terhadap perubahan yang diakibatkan
oleh mobilitas sosial, antara lain:
a. Berlakunya perlakuan atau aturan yang baru di masyarakat.
Perlakuan atau aturan brupa sistem politik yang baru, ideologi baru, tingkat toleransi yang
tinggi, tingkat kebebasan yang lebih tinggi, dsb
b. Masyarakat mulai mempunyai sikap baru terhadap suatu keadaan.
c. Terdapat pergantian dominasi dalam suatu masyarakat. Misalnya, setelah indonesia
merdeka, semua warga berhak memperoleh pendidikan yang sama.
E. Faktor-Faktor Pendorong Mobilitas Sosial
1. Status sosial
2. Keadaan ekonomi
3. Situasi politik/kondisi keamanan
4. Motif-motif keagamaan
5. Kondisi kependudukan (Demografi)
6. Keinginan melihat daerah lain
31
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Manusia sebagai mahluk individu artinya manusia merupakan satu kesatuan antara
jasmani dan rohani. Seseorang dikatakan sebagai individu apabila kedua unsur
tersebut menyatu dalam dirinya.
2. Selain sebagai makhluk individu juga, manusia adalah makhluk sosial. Salah satunya
dikarenakan pada diri manusia ada dorongan untuk berhubungan atau berinteraksi
dengan orang lain yang satu sama lain saling membutuhkan. Untuk menjadi pribadi
yang bermakhluk sosial setiap individu dihadapkan dengan sosialisasi, yaitu suatu
proses dimana seseorang belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam
masyarakat.
3. Manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial selalu dihadapkan oleh dua
kepentingan yaitu kepentingan individu dan sosial. Persoalan pengutamaan
kepentingan individu atau masyarakat ini memunculkan dua pandangan yang
berkembang yaitu pandangan individualisme dan pandangan sosialisme. Sebetulnya
kedua kepentingan tersebut tidak dapat dipisahkan dan bukanlah pilihan.
3.2 Saran
1. Setiap individu hendaknya sadar bahwa mereka adalah sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial, sehingga mereka mampu menghargai satu sama lain dalam arti tidak
mengambil hak orang lain ketika bertindak sebagai makhluk sosial dan sebaliknya.
2. Dalam upaya pendidikan hendaknya para pendidik harus menghormati
keindividualitasan, karakteristik, keunikan dan kepribadian anak. pendidikan tidak
boleh memaksa anak untuk mengikuti dan menuruti segala kehendaknya, karena
dalam diri anak ada suatu prinsip pembentukan dan pengembangan yang ditentukan
oleh dirinya sendiri.
3. Pembentukan proses sosialisasi pada anak dalam interaksi sosial hendaknya harus
didukung oleh semua pihak. Keluarga, lingkungan masyarakat juga tenaga pendidik
harus membantu menstimulasinya.
4. Kesempatan berinteraksi akan sangat dibutuhkan oleh anak dalam bersosialisasi
dengan orang lain. Hendaknya kita sebagai calon guru dan calon ibu harus sadar
bahwa pemberitahuan, pemberian contoh dan pembiasaan sangat penting dan
dibutuhkan dalam bersosialisasi dengan orang lain di masyarakat.
32
DAFTAR PUSTAKA
Sembiring, dkk. 2015. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Medan: Unimed Press.
Suparlan, Supardi. 1991. Pengembangan Kebudayaan Individu Dan Masyarakat. Makalah:
Diskusi Sehari Tentang Konsepsi Pengembangan SDM. Jakarta: LKPSDM.
33