Anda di halaman 1dari 9

jurnal kinerja guru

PENGEMBANGAN KINERJA GURU GUNA PENINGKATAN KUALITAS


PENDIDIKAN

Abstrak
Penilaian tentang kinerja guru semakin penting ketika lembaga akan melakukan
reposisi. Artinya bagaimana lembaga harus mengetahui factor-faktor apa saja yang
mempengaruhi kinerja guru. Hasil analisis akan bermanfaat untuk membuat program
pengembangan SDM guru secara optimal dan hal itu sangat diperlukan untuk
memajukan mutu pendidikan. Guru memerlukan perhatian khusus dari pemerintah dan
masyarakat oleh karena itu pemerintah mengatur peningkatan kualitas tenaga pendidik
atau guru secara nasional melalui Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang sistem
pendidikan Nasional. Dalam rangka melaksanakan Undang-undang tersebut
pemerintah megeluarkan peraturan PP No 19 Tahun 2004 tentang standart Nasional
Pendidikan.
Kata Kunci: Kinerja Guru, Kualitas Pendidikan, Kuallitas SDM, Kebijakan Pemerintah.
PENDAHULUAN
Berkembangnya suatu kualitas pendidikan tidak lepas dari peran kinerja para
guru. Tanpa kinerja guru yang baik maka pencapaian kualitas pendidikan akan sulit
untuk dicapai. Dalam hal ini peran pemerintah sangat diperlukan untuk peningkatan
kinerja guru tersebut. Selain itu potensi kualitas pendidikan juga tidak bisa
dikesampingkan, karena dua hal tersebut sangat penting untuk majunya pendidikan. Di
Indonesia sendiri peran pemerintah direalisasikan dengan terbitnya undang-undang No
20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional, yang mana untuk menata kembali
(meratifikasi) dunia pendidikan indonesia guna lebih mempertajam kualitas pendidikan
baik pada penataan kebijakan, penataan kelembagaan dan penataan tenaga
kependidikan. Dalam rangka melaksanakan Undang-undang tersebut pemerintah
megeluarkan peraturan PP No 19 Tahun 2004 tentang standart Nasional Pendidikan
yang mencakup standart: isi, proses, kompetensi lulusan, pendidik dan tenaga
pendidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan pembiayaan dan standar penilaian
pendidikan. Keberhasilan suatu pendidikan menurut penelitian dipengaruhi oleh faktor
tenaga pendidikan (50%), kurikulum (20%), sarana dan prasaran (20%), peserta didik
(10%).
PEMBAHASAN
Pendidikan Indonesia
Berdasarkan data dalam Education For All (EFA) (Global Monitoring Report
2011: The Hidden Crisis, Armed Conflict and Education) yang dikeluarkan Organisasi
Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa
(UNESCO) yang diluncurkan di New York, Senin (1/3/2011), indeks pembangunan
pendidikan atau education development index (EDI) berdasarkan data tahun 2008
adalah 0,934. Nilai itu menempatkan Indonesia di posisi ke-69 dari 127 negara di dunia.
EDI dikatakan tinggi jika mencapai 0,95-1. Kategori medium berada di atas 0,80,
sedangkan kategori rendah di bawah 0,80.
Sedangkan di tingkat Asia Saat ini Indonesia masih tertinggal dari Brunei
Darussalam yang berada di peringkat ke-34. Brunai Darussalam masuk kelompok
pencapaian tinggi bersama Jepang, yang mencapai posisi nomor satu Asia. Adapun
Malaysia berada di peringkat ke-65 atau masih dalam kategori kelompok pencapaian
medium seperti halnya Indonesia.Meskipun demikian posisi Indonesia saat ini masih
jauh lebih baik dari Filipina (85), Kamboja (102), India (107), dan Laos (109).
Memasuki abad ke- 21 dunia pendidikan di Indonesia menjadi heboh.
Kehebohan tersebut bukan disebabkan oleh kehebatan mutu pendidikan nasional tetapi
lebih banyak disebabkan karena kesadaran akan bahaya keterbelakangan pendidikan
di Indonesia. Perasan ini disebabkan karena beberapa hal yang mendasar.
Salah satunya adalah memasuki abad ke- 21 gelombang globalisasi dirasakan
kuat dan terbuka. Kemajaun teknologi dan perubahan yang terjadi memberikan
kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di tengah-
tengah dunia yang baru, dunia terbuka sehingga orang bebas membandingkan
kehidupan dengan negara lain.
Yang kita rasakan sekarang adalah adanya ketertinggalan didalam
mutu pendidikan. Baik pendidikan formal maupun informal. Dan hasil itu diperoleh
setelah kita membandingkannya dengan negara lain. Pendidikan memang telah
menjadi penopang dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia untuk
pembangunan bangsa. Oleh karena itu, kita seharusnya dapat meningkatkan sumber
daya manusia Indonesia yang tidak kalah bersaing dengan sumber daya manusia di
negara-negara lain.
Dari uraian diatas bisa dikatakan pembangunan pendidikan di Indonesia masih
sangat kurang hal ini dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya adalah faktor
tenaga pendidik yang masih memiliki kompetensi yang sangat kurang dalam
menjalankan tugasnya sehingga tujuan pendidikan yang diharapkan belum bisa
tercapai.
Peran Guru dalam pendidikan Indonesia
Menurut Undang-undang sistem pendidikan Nasional (UU No. 20 tahun 2003)
guru adalah tenaga pendidik yang khusus diangkat dengan tugas utama mengajar,
yang pada jenjang pendidikan dasar disebut “Guru,” dan pada jenjang pendidikan tinggi
disebut “Dosen.” Guru adalah seorang yang digugu dan ditiru, karena dipercaya dan
diyakini apa yang disampaikannya. Sebagai seorang yang digugu dan ditiru, maka guru
memiliki peran yang sangat dominan bagi seorang murid. Para ahli pendidikan di
seluruh dunia sepakat bahwa tugas guru ialah mendidik dan mengajar. Service-learning
projects do require community relationships and planning;however, the experience can
be as brief as a few days And still show significant changes in students (Reed,
Jernstedt, Hawley, Reber, and dubois, 2005). Dari pernyataan itu jelas guru haruslah
memberikan layanan pendidikan yang bisa mengubah pola pikir siswa dan bisa
membuatnya menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Guru merupakan tulang punggung dalam kegiatan pendidikan terutama yang
berkaitan dengan kegiatan proses belajar mengajar. Tanpa adanya peran guru maka
proses belajar mengajar akan terganggu bahkan gagal. Oleh karena itu dalam
manajemen pendididikan peranan guru dalam upaya keberhasilan pendidikan selalu
ditingkatkan, kinerja atau prestasi kerja guru harus selalu ditingkatkan mengingat
tantangan dunia pendidikan untuk menghasilkan kualitas sumber daya manusia yang
mampu bersaing di era global. Kinerja atau prestasi kerja (performance) dapat
diartikan sebagai pencapaian hasil kerja sesuai dengan aturan dan standar yang
berlaku pada masing-masing organisasi dalam hal ini sekolah.
Uraian tersebut di atas mencerminkan bahwa jabatan guru adalah “profesi” Profesi yang
dimaksud adalah keahliannya dalam bidang pendidikan. Ia bekerja atau melakukan pekerjaan mendidik
orang-orang yang menjadi peserta didiknya. Yang tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar
bidangnya pekerjaan ini cukup berat. Karena meliputi tiga komponen, yakni mendidik, mengajar dan
melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar dapat diartikan
sebagai upaya meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Sedangkan melatih adalah
mengembangkan keterampilan-keterampilan pada peserta didik. Service learning increases youth’s civic
knowledge and political engagement, strengthens openness to diversity and difference,and promotes
better and deeper understanding of course content (Astin & Sax, 1998; Bell et al., in press; Billig et al.,
2005; Chang, 2002). Guru harus bisa memberikan sebuah service yang bagus untuk meningkatkan
kemampuan dan pengetahuan peserta didiknya.
Guru merupakan salah satu unsur utama yang terpenting dalam suatu
pendidikan, selain sarana prasarana yang ada. Menurut (Daoed Yoesoef (1980))
menyatakan bahwa seorang guru mempunyai tiga tugas pokok yaitu tugas profesional,
tugas manusiawi, dan tugas kemasyarakatan (sivic mission). Jika dikaitkan
pembahasan tentang kebudayaan, maka tugas pertama berkaitan dengan logika dan
estetika, tugas kedua dan ketiga berkaitan dengan etika. Tugas-tugas profesional dari
seorang guru yaitu meneruskan atau transmisi ilmu pengetahuan, keterampilan dan
nilai-nilai lain yang sejenis yang belum diketahui anak dan seharusnya diketahui oleh
anak.Tugas manusiawi adalah tugas-tugas membantu anak didik agar dapat memenuhi
tugas-tugas utama dan manusia kelak dengan sebaik-baiknya. Tugas-tugas manusiawi
itu adalah transformasi diri, identifikasi diri sendiri dan pengertian tentang diri sendiri.
Usaha membantu kearah ini seharusnya diberikan dalam rangka pengertian
bahwa manusia hidup dalam satu unit organik dalam keseluruhan integralitasnya
seperti yang telah digambarkan di atas. Hal ini berarti bahwa tugas pertama dan kedua
harus dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu. Guru seharusnya dengan melalui
pendidikan mampu membantu anak didik untuk mengembangkan daya berpikir atau
penalaran sedemikian rupa sehingga mampu untuk turut serta secara kreatif dalam
proses transformasi kebudayaan ke arah keadaban demi perbaikan hidupnya sendiri
dan kehidupan seluruh masyarakat di mana dia hidup.Tugas kemasyarakatan
merupakan konsekuensi guru sebagai warga negara yang baik, turut mengemban dan
melaksanakan apa-apa yang telah digariskan oleh bangsa dan negara lewat UUD 1945
dan GBHN.
Disadari atau tidak, guru telah menyumbangkan peran yang begitu besar dalam membangun
bangsa ini. Melalui gurulah lahir para orang-orang besar di Negara ini yang bisa membuat perubahan
begitu besar pada bangsa Indonesia hingga saat ini. Mereka mendidik dengan cinta karena cinta adalah
energi terbesar yang bisa mengubah segalanya. Mereka mengajar dengan keikhlasan karena hanya
dengan keikhlasan lah pekerjaan yang berat sekalipun akan terasa ringan. Tokoh besar hanya lahir di
tangan guru yang besar. Sebaliknya, guru yang biasa-biasa saja juga akan melahirkan anak didik yang
biasa-biasa saja.
Peran guru dalam membangun bangsa sejatinya tak akan pernah tergantikan sampai kapanpun.
Sebab, ditangannyalah masa depan bumi pertiwi ini dipertaruhkan. Jika seorang guru sudah memainkan
perannya seperti yang diatas, maka suatu saat nanti bangsa kita akan bisa berdiri sejajar dengan negara-
negara maju lainnya. Tentu saja untuk mencapai cita-cita mulia ini tidak semudah membalikkan telapak
tangan kita. Semua pihak harus saling bekerjasama dan bahu membahu untuk mewujudkan pendidikan
yang berkualitas.
Kinerja Guru di Indonesia
Menurut Poerwadarminta dalam Kamus Bahasa Indonesia, “Kinerja adalah sesuatu yang ingin
dicapai, prestasi yang diperlihatkan dan kemampuan kerja seseorang.” Guru selain berperan sebagai
pengajar juga merupakan pendidik dan pengajar serta pelaksana sebagian tugas administrasi sekolah
karena itu sering juga dikatakan guru sebagai programmer, administrator, fasilitator, dan evaluator dalam
lingkungan sekolah. Dengan peran-peran seperti itu beban tugas guru sehari-hari disamping mengajar
lebih banyak tertumpuk pada hal-hal yang bersifat teknik administratif seperti memeriksa lembar kerja
siswa dengan memberi catatan dan penilaian, membuat soal ulangan ujian, mengelola nilai dan
mengelola absen.Service learning traditionally understood as the linkage of academic coursework with
community-based service—has been supported by two complementary waves: governments’ interest in
and sponsoring of civic engagement and the general public’s desire to see higher education provide more
meaningful and relevant experiences and outcomes for its students (Arenas et al., 2006; Harkavy, 2006;
Torney-Purta, 2002). Dalam hal tersebut guru harus bisa merubah suatu komunitas atau peserta
didiknya untuk bisa berubah menjadi lebih baik daripada sebelumnya.
Guru haruslah memiliki kepribadian sejati. Kepribadian sejati berhubungan
dengan kepribadian yang ditunjang oleh penemuan visi, kepemimpinan dan
pengelolaan diri yang baik.Keadaan guru di Indonesia juga amat memprihatinkan.
Kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan
tugasnya sebagaimana disebut dalam pasal 39 UU No 20/2003 yaitu merencanakan
pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan pengabdian
masyarakat. Sebagian guru di indonesia bahkan dinyatakan tidak layak mengajar.
Persentase guru menurut kelayakan mengajar dalam tahun 2002-2003 di berbagai
satuan pendidikan sbb: untuk sd yang layak mengajar hanya 21,07% (negeri) dan
28,94% (swasta), untuk smp 54,12% (negeri) dan 60,99% (swasta), untuk sma 65,29%
(negeri) dan 64,73% (swasta), serta untuk smk yang layak mengajar 55,49% (negeri)
dan 58,26% (swasta).
Guru menjadi penopang penuh bagi pendidikan di Indonesia, Namun realita yang
terjadi sekarang peran guru di Indonesia masih jauh dari sasaran yang telah ditetapkan,
banyak terjadi ketidaksesuai antara rencana yang telah direncanakan dengan
implementasinya dilapangan. peran guru saat ini dalam memajukan pendidikan di
Indonesia digadang-gadang telah luntur ,profesi guru saat ini bukan lagi sebagai
penggilan jiwa untuk mencerdaskan kehidupan anak bangsa, namun saat ini profesi
guru sudah menjadi tujuan ekonomi yang mana seseorang yang ingin berprofesi guru
sekarang lebih mengejar gaji yang tinggi apalagi saat ini di Indonesia telah ada program
sertifikasi guru yang menjadi tonggak peningkatan ekonomi bagi para guru yang telah
lulus mengikuti proses sertifikasi, namun kebijakan pemerintah tersebut tidak diimbangi
dengan peningkatan kualitas kinerja guru di Indonesia.
Berdasarkan data hasil uji kompetensi guru sebagai berikut. Guru SD menguasai
kompetensi rata-rata baru mencapai 38%, guru SMP 37,42%, guru SMA/SMK 37,18
%. Kompetensi kepribadian, guru SD rata-rata baru mencapai 48%, guru SMP 49,56%,
dan guru SMA/SMK 51,52%. Kompetensi profesional, guru SD 35,33%, guru SMP
36,94%, guru SMA/AMK 36,40%. Kompetensi sosial, guru SD 43,60, guru SMP 46,10,
guru SMA/SMK 44,70%. Dari data tersebut menunjukkan tingkat penguasaan
kompetensi para guru di Indonesia presentasenya masih sangat rendah,
peningkatan tunjangan sertifikasi yang diberikan pemerintah nyatanya masih belum
mampu meningkatkan kompetensi yang dimiliki guru sehingga kinerjanya pun belum
maksimal. Bila pendidikan di Indonesia ingin maju salah satunya diperlukan tenaga
pendidik atau guru yang profesional dan berdidikasi tinggi terhadap profesinya.
Walaupun guru dan pengajar bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan
pendidikan tetapi, pengajaran merupakan titik sentral pendidikan dan kualifikasi,
sebagai cermin kualitas, tenaga pengajar memberikan andil sangat besar pada kualitas
pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya.
Masalah yang terjadi pada guru di Indonesia tersebut dipengaruhi oleh beberapa
masalah antara lain adalah masalah kesejahteraan. Guru sekarang masih banyak yang
belum sejahtera. Hal ini bisa dilihat dari perbedaan antara guru yang sudah PNS dan
guru yang belum PNS. Banyak guru yang tak bertambah pengetahuannya karena tak
sanggup membeli buku. Mereka sibuk memikirkan bagaimana caranya untuk memenuhi
biaya hidup sehari-hari, sehingga tidak mungkin sanggup membeli buku. Hal ini karena
kecilnya penghasilan setiap bulannya. Masalah lain yang terjadi adalah guru kurang
kreatifnya dalam membuat alat peraga atau media pembelajaran. Selama ini masih
banyak guru yang hanya menggunakan metode ceramah dalam proses
pembelajarannya. Seandainya para guru kreatif, pasti akan banyak ditemukan alat
peraga dan media pada pembelajarannya. Kondisi minimnya dana justru membuat guru
itu bisa kreatif memanfaatkan sumber belajar lainnya yang tidak hanya berada di dalam
kelas,contohnya : pasar, museum,lapangan olahraga,sungai dan lain sebagainya.
Untuk mengatasi problem diatas diperlukan kerjasama dengan semua pihak. Apabila
kerjasama ini dapat terwujud, maka kualitas pendidikan akan meningkat.
Peran Pemerintah dalam memperbaiki kinerja guru
Saat ini pemerintah mulai menyadari bahwa betapa strategisnya peran guru
dalam mengantarkan generasi muda untuk menjadi sumber daya manusia yang
berkualitas dan kompetitif sehingga mampu mewujudkan suatu kesejahteraan bersama.
Kemajuan suatu bangsa bukan hanya dari sumber daya alam yang melimpah saja
namun keunggulan daya saing dan ilmu pengetahuan dan teknologi.Pemerintah
sebagai pemegang kekuasaan atas suatu Negara pastinya memiliki kewenangan penuh
terhadap berbagai macam kebijakan yang ada di Indonesia khususnya dalam bidang
pendidikan . pemerintah telah mengatur perundang-undangan yang mengatur sistem
pendidikan nasional dalam undang-undang No 20 tahun 2003 yang mengatur segala
aspek dalam pendidikan yang bertujuan untuk tercapainya tujuan pendidikan nasional.
Selain itu untuk memperjelas eksistensi guru pemerintah juga mengeluarkan undang-
undang no 14 tahun 2005 yang mengatur guru dan dosen, Pendidikan di Indonesia
bisa maju jika para tenaga pendidiknya mempunyai kinerja yang bagus dan bisa
bekerja secara profesional, oleh karena itulah pemerintah saat ini telah mengeluarkan
berbagai kebijakan untuk menunjang dan meningkatkan kinerja para guru, diantaranya
adalah dengan adanya sertifikasi guru yang mana dengan menaikkan tunjangan serta
gaji pokok para guru yang telah mengikuti proses seleksi sertifikasi, selain itu
pemerintah juga telah mengucurkan dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) yang
diperuntukkan bagi operasional sekolah sehingga para guru bisa konsentrasi untuk
mengajar siswa tanpa harus pusing ikut memikirkan biaya operasional sekolah,
pemerintah juga mengadakan beasiswa untuk kuliah kembali bagi guru-guru yang
belum mempunyai gelar sarjana namun sudah mengabdi sebagai guru honorer di
sekolah.
Selain itu dalam meningkatkan kompetensi guru pemerintah juga saat ini
banyak melakukan berbagai pelatihan atau diklat baik akademik maupun non akademik
yang dilakukan diluar ataupun didalam sekolah untuk meningkatkan kompetensi dan
kinerja guru , diharapkan dengan adanya pelatihan tersebut para guru memperoleh
pengetahuan baru dan pengalaman sehingga dapat diterapkan saat mengajar.
Pemerintah juga membentuk suatu tim yang bertugas mengawasi kinerja guru dengan
cara melakukan pengawasan dan supervisi di sekolah serta memberikan saran
perbaikan bagi para guru yang mempunyai kinerja kurang bagus.

Langkah untuk meningkatkan kinerja guru


Dengan masih kurangnya kualitas kinerja guru di Indonesia maka langkah
peningkatannya perlu dilakukan baik oleh pemerintah maupun dari guru itu sendiri.
Guru bisa mempunyai kinerja yang bagus jika guru tersebut bisa profesional dalam
menjalankan tugasnya maka Untuk mencapai guru yang profesional tersebut
maka Badan independen National Council for Accreditation of Teacher Education
(Tilaar, 2006). Menentukan 10 syarat dari program pendidikan professional guru
sebagai berikut :
1) Perkembangan dan desain kurikulum.
2) Perencanaan dan manajemen institusional
3) Evaluasi dan asessmen mengenai kemajuan belajar peserta didik.
4) Supervisi kelas dan manajemen tingkah laku peserta didik.
5) Penguasaan teknologi instruksionsl.
6) Perkembangan peserta didik dan cara belajarnya.
7) Kesulitan-kesulitan di dalam belajar (learner exceptionality)
8) Peraturan-peraturan pendidikan di sekolah.
9) Pendidikan multikultural dan globalisasi.
10) Dasar-dasar sosial, sejarah, dan filsafat pendidikan.
Kesepuluh syarat tersebut merupakan syarat utama seorang guru bisa menjadi
profesional . setelah memenuhi syarat tersebut langkah yang bisa dilakukan untuk
meningkatkan kinerja guru di Indonesia antara lain adalah :
1. Meningkatkan kesejahteraan guru , memang saat ini pemerintah telah melakukan
peningkatan kesejahteraan guru dengan adanya sertifikasi namun hal itu masih banyak
terjadi penyimpangan dari mulai banyak oknum guru yang melakukan berbagai cara
illegal untuk mendapatkan setifikasi tersebut sampai dengan tidak adanya peningkatan
kinerja guru setelah mendapatkan sertifikasi malah menurut penelitian guru yang
memperoleh sertifikasi cenderung menurun kinerjanya,
Kerja keras guru tersebut ternyata hanya berlaku saat akan mengikuti sertifikasi.
Tapi, pascasertifikasi, kemampuan dan kualitas guru sama saja. Dengan kata lain, ada
atau tanpa sertifikasi, kondisi dan kemampuan guru sami mawon atau sama saja. Tidak
ada perubahan dan peningkatan signifikan pada kualitas diri dan pembelajaran di
sekolah hal inilah yang perlu diperbaiki, survey yang dilaksanakan Persatuan Guru
Republik Indonesia (PGRI) mengenai dampak sertifikasi trehadap kinerja guru
menyatakan bahwa kinerja guru sudah lolos sertifikasi belum memuaskan. Motivasi
kerja yang tinggi justru di tunjukkan guru-guru di berbagai jenjang pendidikan yang
belum lolos sertifikasi. Harapan mereka adalah segera lolos sertifikasi berikut
memperoleh uang tunjangan profesi (Jawa Pos, 7/9/2009). Hasil survey tersebut
memperkuat dugaan sebagaian besar masyarakat yang menyebut “proyek” program
sertifikasi guru itu sekedar formalitas. Para guru yang belum tersertifikasi terlihat
bekerja keras dengan berbagai cara sampai pada cara-cara instan demi mendapatkan
sertfikasi guru. Lebih dari itu, tujuan lainnya adalah memperoleh tunjangan
profesi yang jumlahnya lumayan besar.
fungsi pengawasan dari pemerintah haruslah lebih ditingkatkan.selain hal
tersebut pemerintah juga harus memperhatikan tunjangan guru antara yang didesa dan
di kota seharusnya pemerataan harus dilakukan sebab Tunjangan guru yang berada di
kota adalah cenderung lebih besar, sehingga lebih dapat berkonsentrasi dalam
mengajar. Sebaliknya, tunjangan guru di desa adalah lebih kecil dan hal ini
menyebabkan konsentrasi mengajar kurang (Husin, Z. dan Sasongko R.N, 2003).
Dan juga pemerintah harus lebih memperhatikan nasib para guru honorer yang
memiliki gaji masih jauh taraf sejahtera, mereka juga perlu diperhatikan karena
bagaimanapun para guru honorer juga ikut menjadi penentu keberhasilan suatu
pendidikan. Jika kesejahteraan bisa dicapai maka kinerja guru yang diharapkan akan
bisa tercapai.
2. Memberikan diklat dan pelatihan yang up date tentang ilmu pengetahuan agar para
guru bisa berkembang kompetensinya dan bisa mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan yang saat ini sedang terjadi, sehingga dalam proses mengajar guru bisa
menerapkan ilmu pengetahuan yang sesuai dengan perkembangan zaman.
3. Melakukan pengawasan dan penilaian kinerja guru secara riil serta mensupervisi hasil
kinerja guru secara menyeluruh sehingga guru bisa mengetahui tingkat kemampuannya
dan senantiasa berusaha untuk melakukan peningkatan dalam kinerjanya disekolah.
4. Membentuk mental guru , dalam arti menanamkan kembali paradigma bahwa guru
adalah profesi mulia yang mempunyai tujuan utama untuk mencerdaskan para peserta
didiknya tanpa pandang bulu dan bisa mentransformasi ilmu pengetahuan kepada
siswa sehingga mampu menjadi manusia yang cerdas. Mental itu saat ini sudah mulai
luntur maka perlu ditanamkan kembali dalam setiap pribadi para guru sehingga dalam
menjalankan tugasnya guru tidak selalu berfikir tentang materi namun secara ikhlas
karena panggilan jiwa. Pendidikan di Indonesia memerlukan guru yang menghayati
tugasnya (Hansen,1995).
5. Lebih memperketat proses rekrutmen guru baru, proses ini harus dilaksanakan secara
jujur dan transparan dengan menggunakan standart kualifikasi yang telah ditetapkan.
Standart kualifikasi tersebut tidak dapat di tawar-tawar dn juga memberikan
kesempatan untuk guru yang sudah berpengalaman untuk ikut dalam penilaian proses
rekrutman tetrsebut.
6. Meningkatkan kinerja guru melalui peningkatan pemanfaatan teknologi informasi yang
sedang berkembang sekarang ini dan mendorong guru untuk menguasainya. The service-
learning literature, for example, has unabashedly appropriated the terminology of “border crossing”
(Giroux, 1992). However, as Himley (2004; Carrick et al., 2000) Melalui teknologi informasi yang
dimiliki baik oleh daerah maupun oleh individual sekolah, guru dapat melakukan
beberapa hal diantaranya : (a) melakukan penelusuran dan pencarian bahan pustaka,
Many people believe that online learning will be an important vehicle for teacher and
student learning in the future (Lock, 2006; Simpson, 2006; Davis & Roblyer, 2005). (b)
membangun Program Artificial Intelligence (kecerdasan buatan) untuk memodelkan
sebuah rencana pengajaran, (c) memberi kemudahan untuk mengakses apa yang
disebut dengan virtual clasroom ataupun virtual university,(d) pemasaran dan promosi
hasil karya penelitian. Dengan memanfaatkan teknologi informasi maka guru dapat
secara cepat mengakses materi pengetahuan yang dibutuhkan sehingga guru tidak
terbatas pada pengetahuan yang dimiliki dan hanya bidang studi tertentu yang dikuasai
tetapi seyogyanya guru harus mampu menguasai lebih dari bidang studi yang
ditekuninya sehingga bukan tidak mungkin suatu saat guru tersebut akan mendalami
hal lain yang masih memiliki hubungan erat dengan bidang tugasnya guna
meningkatkan kinerja ke arah yang lebih baik. Some of these questions are not easy to
address. They force us to look beyond technology as a savior to the woes of education
and, instead, to examine the potential and limitations of both technology and our own
understandings of learning. However, if online teacher professional development is truly
to have an impact on teaching and learning then we, as a field, must be willing to
wrestle with these questions. (Barnett, M. (2006).
Hal-hal tersebut jika diterapkan dengan baik maka peningkatan kinerja guru yang
diharapkan bisa tercapai dengan baik dan membawa keberhasilan dalam pendidikan.
Namun sebenarnya para guru untuk meningkatkan kinerjanya memerlukan hal-hal
sebagai berikut. Ada delapan hal yang diinginkan oleh guru agar kinerjanya bisa
meningkat secara alami yaitu adanya rasa aman dan hidup layak,kondisi kerja yang
diinginkan,rasa keikutsertaan,perlakuan yang wajar dan jujur,rasa mampu,pengakuan
dan penghargaan atas sumbangan, ikut bagian dalam pembuatan kebijakan sekolah,
kesempatan mengembangkan self respect (Bafadal I, 2003).

KESIMPULAN
Guru merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap terciptanya
proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu upaya perbaikan apapun
yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan memberikan
sumbangan yang signifikan tanpa di dukung oleh guru yang profesional dan berkualitas.
Guru benar-benar di tuntut untuk memiliki kinerja yang tinggi. Dengan kinerja tinggi
maka tingkat sumber daya manusia di Indonesia akan mulai sedikit demi sedikit
meningkatkan terutama para generasi muda Indonesia. Sehingga terciptalah bangsa
yang cerdas dan mampu menghadapi tantangan-tantangan masa depan. Guru memikul
tugas dan tanggung jawab yang tidak ringan.di samping itu dia harus membuat pinter
anak muridnya secara akal, (mengasah kecerdesan IQ).
Keberhasilan pendidikan sebagian besar di tentukan oleh kinerja guru. Baik
kinerja guru dalam perencanaan pembelajaran, kinerja guru dalam pelaksanaan
pembelajaran, kinerja guru dalam evaluasi pembelajaran, serta kinerja guru dalam di
siplin tugas.
Saat ini kinerja guru di Indonesia masih banyak mengalami kekurangan terutama
dalam kompetensi dan kemampuannya dalam mengajar ,hal inilah yang secara tidak
langsung sangat mempengaruhi kualitas pendidikan di Indonesia. Guru sebagai
penopang utama pendidikan seharusnya sudah harus bisa menjadi profesional dan
memiliki kompetensi yang bagus agar dapat menghasilkan peserta didik yang
berkualitas.
Pemerintah sebagai pemegang kekuasaan di negeri ini sudah sepantasnya
mengatur segala kebijakan yang bisa meningkatkan kinerja guru tersebut ,dengan
adanya peraturan dan perundang-undangan yang telah ditetapkan pemerintah sudah
memiliki senjata yang ampuh untuk menggerakkan para guru agar bisa lebih
profesional dan meningkatkan kinerjanya. Khususnya pemerintah daerah setempat
dengan menganggarkan sebagaian anggaran Daerah untuk menunjang
berkembangnya pendidikan.
Kinerja lebih berkonotasi pada sejauh mana seseorang melakukan aktifitas baik
yang berkenaan dengan tugas dan kewajiban yang sesuai dengan tingkat kompetensi
yang dikuasainya atau dengan kata lain kinerja sebagai perilaku lebih banyak dimotori
dan koordinasikan oleh sejumlah pengetahuan maupun informasi yang dikuasai
seseorang dalam melaksanakan kegiatan sesuai dengan tuntutan tugasnya.
Standar kompentensi yang harus dimiliki oleh seorang guru agar mendapat
sertifikasi untuk melaksanakan tugas dan wewenang sebagai tenaga kependidikan
yaitu meliputi: 1) kompetensi pedagogik, 2) kompetensi kepribadian, 3) kompetensi
sosial, dan (4) kompetensi profesional.
Oleh karena itu untuk meningkatkan Pendidikan di perlukan Kinerja guru yang
profesional dan berpotensi. Dalam upaya tersebut semua pihak harus ikut serta dalam
mendukung peningkatan kinerja guru. Mulai dari pribadi guru sendiri sampai kebijakan-
kebijakan pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai