Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ETIKA GURU TERHADAP SESAMA GURU


(TEMAN SEJAWAT)

Disusun Oleh :

Disusun Oleh :
KELOMPOK 6

1. Sri Wahyuni Ritonga


2. Ari Anjelina Siagian

DOSEN PEMBIMBING :
HENDRAWANSYAH HRP, M.Pd

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH


PADANG LAWAS ( STIT PL )
GUNUNGTUA
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana.Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam
profesi keguruan.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang.Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

2
i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ........................................................................... i
DAFTAR ISI .......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................... 2
1.3 Tujuan Masalah ......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Etika Profesi Keguruan .............................................................. 3
2.2 Etika Guru Terhadap Teman Sejawat ........................................ 6
2.3Peranan Guru dalam Hubungannya dengan Teman Sejawat .... 8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................ 11
3.2 Saran .......................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 12

ii3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Interaksi seorang guru dalam melaksanakan misi tugas kependidikannya
bukan hanya terjadi antara guru dengan peserta didik, akan tetapi interaksi guru
terserbut terjadi juga dengan rekan sejawat, orang tua peserta didik, masyarakat,
dan pelaksanaan misi tugasnya. Dalam interaksi seperti itu, perbedaan pendapat,
persepsi, harapan, dan perbedaan lainnya sulit dihindari , apalagi pemikiran
masyarakat diera demokratisasi ini semakin kritis.
Kalau demikian adanya, sekarang kita dihadapkan pada permasalahan
“Bagaimana sebaiknya interaksi antara guru dan peserta didik, rekan sejawat,
masyarakat, orang tua peserta didik dan dengan pelaksanaan misi tugas sendiri?.
Bagaiman pula seorang guru meyelaraskan antara kepentingan pribadi dengan
kepentingan profesionalnya kepada masyarakat dalam melaksanakan misi tugas
kependidikannya itu ?.
Disadari atau tidak jabatan guru adalah jabatan professional.Sebagai profesi,
jabatan ini memiliki kode etik keguruan, yang menjadi pedoman pelaksanaan misi
tugas seorang guru. Kode etik inilah yang menjawab bagaiman seharusnya
seorang guru berinteraksi dengan peserta didik, rekan sejawat orang tua peserta
didik, masyarakat dan dengan pelaksanaan misi tugasnya itu sendiri. Jika seorang
guru memedomani kode etik guru dalam pelaksanaan misi tugas kependidikannya,
maka bias praktik profesional sangat mungkin dapat dihindari dan keselarasan
antara kepentingan pribadi dengan kepntingan masrakat sangat mungkin dapat
diujudkan. Dipihak lain dalam melaksanakan misi tugasnya seorang guru
dihadapkan pada dua keprentingan. Sebagai seorang pribadi, ia harus
melaksanakan misi tugasnya itu demi kepentingan sendiri, dan sebagai
profesional ia melaksanakan misi tugas kependidikannya itu semata-mata demi
kepentinga peserta didik dan masyarakat pengguna jasa layanan profesi keguruan.
Dilema seperti ini terkadang menyebabkan biasnya pelaksanaan misi tugasnya
sebagai guru dan pendidik.

1
1.2 RumusanMasalah
Pembahasan materi ini meliputi :
1. Etika Profesi Keguruan
2. Etika Guru Terhadap Teman Sejawat
3. Peranan Guru dalam Hubungannya dengan Teman Sejawat
1.3 Tujuan Masalah
Untuk dapat mengetahui dan memahami tentang :
1. Etika Profesi Keguruan
2. Etika Guru Terhadap Teman Sejawat
3. Peranan Guru dalam Hubungannya dengan Teman Sejawat

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Etika Profesi Keguruan
Secara etimologis, kata etika berasal dari bahasa yunani, ethos, yang
artinya adat kebiasaan atau watak kesusilaan (costum). Etika berkaitan erat
dengan moral, istilah bahasa Latin yaitu mos, atau dalam bentuk jamaknya mores,
yang artinya adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan hal-hal yang baik
dan menghindari perbuatan yang buruk. 1
Dalam kamus besar bahasa Indonesia terbitan departemen pendidikan dan
kebudayaan (1988) merumuskan pengertian etika dalam tiga arti yaitu sebagai
berikut :
1. Ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk, tentang hak dan kewajiban
moral baik itu dalam kehidupan sehari-hari dalam keluarga maupun dalam
lingkup bermasyarakat bahkan dalam berprofesi sekalipun.
2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak atau pribadi
seseorang.
3. Nilai yang mengenal benar dan salah yang di anut masyarakat.
Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk
menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian atau jabatan
yang memiliki fungsi dan signifikan social, yang menentukan keterampilan
dengan keahlian tertentu, memerlukan pendidikan tingkat tinggi dengan waktu
yang lama.
Guru adalah orang yang mempunyai banyak ilmu, mau mengamalkan
dengan sungguh-sungguh, toleran dan menjadikan peserta didiknya lebih baik
dalam segala hal. Dalam islam makna guru atau pendidik pada prinsipnya tidak
hanya mereka yang mempunyai kualifikasi keguruan secara formal diperoleh dari
bangku sekolah perguruan tinggi, melainkan yang terpenting adalah mereka yang
mempunyai kompetensi keilmuan tertentu dan dapat menjadikan orang lain pandai
dalam segi kognitif, afektif, dan psikomotorik.2
Sementara itu, sistem nilai moral yang hidup di tengah-tengah masyarakat
disebut dengan moralitas.Moralitas merupakan sistem nilai yang terkandung
1
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta.2001.hlm.5
2
Ibid,.hlm.49

3
dalam ajaran dan diwariskan secara turun temurun.Ia menjadi petunjuk konkret
manusia dalam menjalankan hidupnya.Moral dan etika memiliki kesamaan, tetapi
dalam kehidupan sehari-hari memiliki perbedaan, yaitu moral untuk penilaian
suatu perbuatan (baik dan buruk) dan etika untuk pengkajian sistem-sistem nilai
yang berlaku.Moralitas merupakan suatu ajaran, sedangkan etika adalah suatu
ilmu (ilmu tentang moralitas).
sebagai ilmu, etika diartikan sebagai refleksi kritis, metodis, dan sistematis
tentang tingkah laku manusia. Etika memuat tentang apa yang harus dilakukan,
apa yang tidak boleh dilakukan, apa yang baik, dan apa yang baik, dan apa yang
buruk. Dengan adanya etika, perilaku-perilaku yang baik diatur berdasarkan nilai-
nilai moral yang berlaku dalam masyarakat.Nilai moral yang berlaku dalam
masyarakat dapat bersumber dari agama, budaya, filsafat hidup, dan disiplin
keilmuan.Dengan demikian, etika (ethic) dapat dikatakan sebagai sekumpulan
asas atau nilai-nilai moral yang dianut oleh golongan masyarakat tertentu setelah
melalui pengkajian secara kritis.
Adanya etika difungsikan untuk memberikan orientasi kritis dan rasional
dalam menghadapi pluralism moral yang ditimbulkan oleh aneka pandangan
moral dan datangnya gelombang modernisasi serta munculnya berbagai macam
ideology sehingga tugas pokoknya ialah mempelajari norma-norma yang
berlaku.Ia mengarahkan orang untuk berpikir kritis dan rasional, percaya pada diri
sendiri dan bertindak sesuai dengan apa yang dapat dipertanggungjawabkan
secara moral.3
Guru sebagai pendidik professional mempunyai citra yang baik di
masyarakat apabila dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia layak
menjadi panutan atau teladan masyarakat sekelilingnya. Masyarakat terutama
akan melihat bagaimana sikap dan perbuatan guru itu sehari-hari, apakah memang
ada yang patut diteladani atau tidak. Bagaimana guru meningkatkan
pelayanannya, meningkatkan pengetahuannya, member arahan dan dorongan
kepada anak didiknya, dan bagaimana cara guru berpakaian dan berbicara serta
cara bergaul baik dengan siswa, teman-temannya serta anggota masyarakat, sering
menjadi perhatian masyarakat luas.

3
Ibid,.hlm.50

4
Walaupun segala perilaku guru selalu diperhatikan masyarakat tetapi yang
akan dibicarakan dalam bagian ini adalah khusus perilaku guru yang berhubungan
dengan profesinya.4
Dengan demikian, etika guru dalam proses pembelajaran, guru yang baik
itu cara pandangnya tidak terfokus pada sesuatu yang menarik perhatiannya saja,
namun harus meliputi seluruh kelas, tidak parsial, bersikap tenang, tidak gugup,
tidak kaku, ambil posisi yang baik sehingga dapat dilihat dan didengar oleh
peserta didik, senyuman dapat mengusahakan dan menciptakan situasi belajar
yang sehat, suara yang terang dan adakan variasi sehingga suara yang simpatik
akan selalu menarik perhatian anak-anak. Bangkitkan kreatifitas peserta didik
selama kegiatan proses pembelajaran berlangsung.
Usahakan untuk menguasai bahasa pengantar yang baik dan betul, tulisan
yang jelas dan rapi. Tujuan pelajaran harus tercapai, namun tidak perlu semua
yang akan calon jelaskan dan perbuat dalam menyampaikan pelajaran ditulis
dalam buku persiapan, cukup yang pokok-pokok saja.
Jika mengalami kesulitan dalam latihan, maka sebaiknya para calon
meminta petunjuk-petunjuk, nasihat atau pertolongan kepada pembimbing yang
bersangkutan. Pergunakanlah kesempatan dalam latihan praktik mengajar sebaik-
baik, berlatih, belajar dengan tekun dan kesungguhan hati, tentulah para calon
akan sukses dan berhasil. Calon tidak dapat bersikap acuh tak acuh dalam
menunaikan semua latihan praktik mengajar.Dengan demikian, calon akan
menjadi seorang guru yang bermutu dan berwibawa dalam mengemban tugas
pembangunan bangsa dan negara.
Pada dasarnya perubahan perilaku yang dapat ditunjukkan peserta didik
harus dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan dan pengalaman yang dimiliki
oleh seorang guru atau dengan perkataan lain, guru mempunyai pengaruh terhadap
perubahan perilaku peserta didik.
Untuk itulah guru harus dapat menjadi contoh (suri teladan) bagi peserta
didik karena pada dasarnya guru adalah representasi dari sekelompok orang pada
suatu komunitas atau masyarakat yang diharapkan dapat menjadi teladan yang
dapat digugu dan ditiru.

4
Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Rineka Cipta, Jakarta.1998.hlm.42

5
2.2 Etika Guru Terhadap Teman Sejawat
Sikap terhadap teman sejawatDalam ayat 7 kode Etik Guru di sebutkan
bahwa “Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan
kesetiakawanan sosial”. Ini berarti bahwa :/
1) Guru hendaknya menciptakan dan memelihara hubungan sesama guru dal
am lingkungan kerjanya, dan
2) Guru hendaknya menciptakan dan memelihara smangat kekeluargaan dan
kesetiakawanan ssosial di dalam dan di luar lingkungan kerjanya.
Dalam hal ini Kode Etik Guru Indonesia menunjukkan kepada kita betapa
pentingnya hubungan ya ng harmonisperlu di ciptakan dengan mewujudkan
perasaan bersaudara yang mendalam antara sesama anggota profesi.
Hubungan sesama anggota profesi dapat di lihat dari 2 segi, yakni
hubungan formal dan hubungan kekeluargaan.Hubungan formal adalah hubungan
yang perlu di lakukan dalam rangka melakukan tugas kedinasan, sedangkan
hubungan kekeluargaan adalah hubungan persaudaraan yang perlu di lakukan,
baik dalam lingkungan kerja maupun dalam hubungan keseluruhan dalam rangka
menanjung tercapainya keberhasilan an ggota profesi dalam membawakan
misalnya sebagai pendidik bangsa.
a. Hubungan Guru Berdasarkan Lingkungan Kerja
Seperti yang kita ketahui, dalam setiap sekolah terdapat seorang kepala sekolah
dan beberapa guru di tambah beberapa orang personal sekolah lainnya sesuai
dengan kebutuhan sekolah tersebut. Berhasil tidaknya sekolah membawa misinya
akan banyakbergantung kepada semua manusia yang terlibat di dalamnya. Agar
setiap personel sekolah dapat berfungsi sebagaimana mestinya, Semua personel
sekolah ini harus dapat menciptakan hubungan baik dengan anak didik di sekolah
tersebut.
Sikap profesional lain yangperlu di tumbuhkan oleh guru adalah sikap
ingin bekerja sama, saling menghargai, saling pengertian, dan rasa tanggung
jawab. Jika ini sudah berkembang, akan tumbuh rasa senasib sepenanggungan
serta menyadari akan kepentingan bersama, tidak mementingkan kepentingan diri
sendiri dengan mengorbankan kepentingan orang lain ( Hermawan, 1979 ). Dalam
suatu pergaulan hidup, bagaimana pun kecilnya jumlah manusia akan t erdapat

6
perbedaan-perbedaan pikiran, perasaan, kemauan, sikap, watak dan lain
sebagainya. Sekalipun demikian hubungan tersebut dapat berjalan lancar, tentram,
dan harmonis.Jika di antara mereka tumbuh sikap saling pengertian dan tenggang
rasa antara satu dengan lainnya.Adalah kebiasaan kita pada umumnya, untuk
kadang-kadang bersikap kurang sungguh-sungguh da kurang bijaksana, sehingga
hal ini menimbulkan keretakan di antara sesama kita.
Hal ini tidak boleh terjadi karena kalau di ketahui oleh murid ataupu n
orang tua murid, apalagi masyarakat luas, mereka akan resah dan tidak percaya
kepada sekolah. Hal ini juga dapat mendatangkan pengaruh yang negatif kepada
anak didik.Oleh sebab itu, agar jangan terjadi keadaan yang berlarut-larut, kita
perlu saling memaaf-maafkan dan memupuk suasana kekeluargaan yang akrab
antara sesama guru dan aparatur di sekolah.
b. Hubungan Guru berdasarkan lingkungan keseluruhan
Kalau kita ambil sebagai contoh profesi kedokteran, maka dalam sumpah dokter
yang di ucapkan pada upacara pelantikkan dokter baru, antara lain terdapat
kalimat yang menyatakan bahwa setiap dokter akan memerlukan teman
sejawatnya sebagai saudara, yang mana wajib membantu dalam kesukaraan,
saling mendorong kemajuan dalam bidang profesinya, dan saling menghorma ti
hasil-hasil karyanya.
Meraka saling memberitahukan penemuan-penemuan baru untuk
meningkatkan profesinya.Sebagai saudara mereka berkewajiban saling
mengoreksi dan saling menegur, jika terdapat kesalahan-kesalahan atau
penyimpangan yang dapat merugikan pr ofesinya. Meskipun dalam praktiknya
besar keminkinan tidak semua anggota profesi dokter itu melaksanakan apa yang
di ucapkannya dalam sumpahnya, tetapi setidak-tidaknya sudah ada norma-norma
yang mengatur dan mengawasi penampilan profesi itu.
Sekarang apa yang terjadi pada profesi kita, profesi keguruan.!!!Dalam hal
ini kita harus mengakui dengan jujur bahwa sejauh ini profesi keguruan masih
memerlukan pembinaan yang sungguh-sungguh. Rasa persaudaraan seperti
tersebut, bagi kita masih perlu di tumbuhkan sehingga kelak akan dapat kita lihat
bahwa hubungan guru dengan teman sejawatnya berlangsung seperti halnya
dengan profesi kedokteran.Uraian ini di maksudkan sebagai perbandingan untuk

7
di jadikan bahan dalam meningkatkan hubungan guru dengan guru sebagai
anggota profesi keguruan dala hubungan keseluruhan.5
2.3Peranan Guru dalam Hubungannya dengan Teman Sejawat
Peranan guru di sekolahan ditentukan oleh kedudukan sebagai orang
dewasa, sebagai pengjar dan pendidik dan sebagai pegawai.Yang paling utama
ialah kedudukannya sebagai pengjar dan pendidik, yakni sebagai guru.
Berdasarkan kedudukannya sebagai guru ia harus menunjukan kelakuan yang
layak bagi guru menurut harapan masyarakat. Apa yang dituntut dari guru dalam
aspek etis, intelektual dan sosial lebih tinggi daripada yang dituntut dari oarang
dewasa lainnya. Guru sebagai pendidik dan pembina generasi muda harus menjadi
teladan, didalam maupun diluar sekolahan. Guru harus senantiasa sadar akan
kedudukannya selama 24 jam sehari. Dimana dan kapan saja ia selalu dipandang
sebagai guru yanng harus memperlihatkan kelakuan yang dapat ditiru oleh
masyarakat itu khususnya oleh anak dididk.
Penyimpangan dari kelakuan yang etis oleh guru mendapat sorotan dan
ancaman yang lebih tajam.masyarakat tidak dapat membenarkan pelanggaran-
pelanggaran seperti perjudiaan, mabuk, pelanggaran sek, korupsi atau ngebut,
namun kalau guru melakukannya maka dianggap sangatserius guru yang berbuat
demikian akan dapat merusak murit-muritnya yang di percayakan kepadannya.
Orang yang kurang bermoral dianggap tidak akan mungkin menghasilkan anak
didik yang mempunyai etika tinggi.
Sebaliknya harapan-harapan masyarkat tentang kelakuan guru menjadi
pedoman bagi guru. Guru-guru memperhatikan tuntunan masyarakat tentang
kelakuan yang layak bagi guru dan menjadikannyasebagai norma kelakuan dalam
segala situasi sosial di dalam dan diluar sekolah. Ini akan terjadi jika guru
menginternalisasi norma-norma itu sehingga sehingga menjadi bagiaan dari
pribadinya.
Kedudukan guru juga ditentukan oleh fakta bahwa ia orang dewasa. Oleh
sebab itu guru lebih tua daripada muridnya maka berdasarkan usianya ia
mempunyai kediudukan yang lebih dihormati, apalagi karna guru juga dipandang
sebagai pengganti orang tua.hormat anak terhadap orang tuanya sendiri harus pula

5
Hamzah B. Uno, Profesi Kepedidikan, Bumi Aksara, Jakarta.2008.hlm.17

8
di perlihatkannya terhadap gurunya dan sebaliknya guru juga harus memandang
murid sebagai anak.6
Sebagai Pegawai negeri Dan Anggota KOPRI Tiap Guru Harus Menaati
Segala Peraturan Kepegawaian Dalam Melakukan Tugasnya. Bagi Guru Ini
Berarti Bahwa Ia Harus Hadir Tiap Pelajaran Agar Jangan Merugikan Murid.
Seorang Pegawai Administrasi Masih Dapat Mengejar Ketinggalanya Dengan
Mengerjakannya Dirumah Luar Jam Kantor.
Selain Peraturanumum Bagi Pegawai Tiap-Tiap Sekolah Mempunyai
Peraturan –Peraturan Kusus Tentang Berbagai Tugas Lain Yang Harus Dilakukan
Oleh Guru Seperti Membantu Administrasi Sekolah, Tugas Piket, Membimbing
Kegiatan Ekstrakulikuler, Menjadi Anggota Panitia HUT Ulang Tahun Sekolah,
Menjadi Wali Kelas,Dan Sebagainya.
Sebagai Pengajar Ia Harus Membuat Persiapan, Memberi Dan Memeriksa
Ulangan, Mengapsensi Murid, Menghadiri Rapat Guru, Dan Sebagainya. Dalam
Segala Tugas Kewajipan Ia Senantiasa Dibawah Pengawasan Kepala Sekolah
Yang Harus Memberi Konduite Yanng Baik Agar Memperoleh Kenaikan Tingkat.
Dengan Sendirinya Guru Akan Mematuhi Tiap Peraturan Dan Instruksi Dari
Atasannya.
Berdasarkan Kekuasaan Yang Dipegang Oleh Kepala Sekolah
Terbukakemungkinan Baginya Untuk Bertindak Otoriter. Sikap Ini Dapat
Menjelma Dalam Sikap Otoritedrguru Terhadap Murid. Namun Pada Umumnya
Guru Menginginkan Kepala Sekolah Yang Demokratis Yang Mengambil
Keputusan Berdasarkan Musyawarah, Wa;Laupun Dalam Situasi Tertentu
Diinginkan Pemimpin Yang Berani Bertindak Tegas Dengan Penuh Otoritas.
Guru-Guru Cenderung Bergaul Dengan Sesama Guru. Guru Terikat Oleh
Norma-Norma Menurut Harapan Masyarakat Yang Dapat Menjadi Hambatan
Untuk Mencari Pergaulan Dengan Golongan Lain Yang Tidak Di Bebani Oleh
Tuntutan-Tuntutan Tentang Kelakuan Tertentu. Guru Dan Sesama Guru Mudah
Saling Memahami Dan Dalam Pergaulan Antara Sesama Rekan Dapat
Memelihara Kedudukan Dan Peranannya Sebagai Guru. Itu sebabnya Guru-Guru
Akan Membantu Kliknya Sendiri.

6
Nation, sosiologi pendidikan, (jakarta: bumi aksara,2011), hal.91-92

9
Perkumpulan Guru Juga Menggambarkan Peranan Guru. PGRI Misalnya
Bersifat Profesional Yang Bertujuan Untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan Dan
Sekalipun Juga Disebut Perbaikan Nasip Guru, Namun Guru-Guru Pada
Umumnya Kurang Dapat Menerima Perkumpulan Guru Sebagai Serikat Buruh.
Mengajar Dan Mendidik Sejak Dulu Di Pandang Sebagai Propesi Kehormatan
Yang Tidak Semata-Mata Ditujukan Kepada Keuntungan Material.
Memperjuangkan Nasip Melalui Perkumpulan Guru Dengan Meninjolkan Upah
Bertentangan Dengan Hati Sanobari Guru, Sekalipuan Ia Turut Merasa Kesulitan
Hidup Sehari-Hari.
Lagi Pula Usaha Menggunakan Perkumpulan Guru Sebagai Alat
Memperjuangkan Kebaikan Nasip Mungkin Akan Terbendung Bila Pengurus
Perkumpulan Itu Terpilih Dari Kalangan kepala Sekolah Atau Mereka Yang Telah
Mempunyai Kedudukan Yang Cukup Tinggi Karna Tidak Ingin Mendapat
Teguran Dari Atasan Bila Mengadakan Aksi Yang Tidak Berkenan Dihati Pihak
Atasan Itu. Adanya Perkumpulan Guru Memberi Kesempatan Bagi Guru Untuk
Lebih Mengidentifikasikan Dirinya Dengan Propesinya. 7

7
Nation, sosiologi pendidikan, (jakarta: bumi aksara,2011), hal. 98-100

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Guru itu harus mempunyai etika dalam pembelajarannya di sekolah
maupun dilingkungan masyarakat. Etika itu disasarkan kepada peraturan
perundang-undangan,organisasi profesi,teman sejawat,anak didik,tempat kerja,
serta terhadap pemimpin.
Sebagai profesional, guru harus selalu meningkatkan pengetahuan.
Sebagai jabatan yang harus dapat menjawab tantangan perkembangan masyarakat,
jabatan guru harus selalu dikembangkan.
/Hubungan sesama anggota profesi dapat di lihat dari 2 segi, yakni
hubungan formal dan hubungan kekeluargaan.Hubungan formal adalah hubungan
yang perlu di lakukan dalam rangka melakukan tugas kedinasan, sedangkan
hubungan kekeluargaan adalah hubungan persaudaraan yang perlu di lakukan,
baik dalam lingkungan kerja maupun dalam hubungan keseluruhan dalam rangka
menanjung tercapainya keberhasilan an ggota profesi dalam membawakan
misalnya sebagai pendidik bangsa.

3.2Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan
karena terbatasnya pengetahuan dan kekurangan rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah yang kami susun tersebut.
Kami selaku penulis banyak berharap para pembaca sudi memberikan
kritik dan saran yang tentunya membangun kepada kami, demi mencapainya
kesempurnaan dalam makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna bagi kami
dan pada khususnya seluruh pembaca makalah ini. semangat pada kami dalam
menyelesaikan makalah ini dan bermanfaat bagi kita semua. Aminnn..

11
DAFTAR PUSTAKA

Hamzah B. Uno, 2008.Profesi Kepedidikan, Bumi Aksara, Jakarta.


Nasution, 2011, sosiologi pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara
Uhbiyati,Nur. 2001.Ilmu Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta.
Soetjipto dan Raflis Kosasi, 1998.Profesi Keguruan, Rineka Cipta, Jakarta.

12

Anda mungkin juga menyukai