Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR


“STRATIFIKASI SOSIAL”

DI BUAT OLEH KELOMPOK I :

1. Sarianti Wance 2018-41-003


2. Villia R Tomahua 2018-41-008
3. Ariyani Rumihin 2018-41-022
4. Michelle de Fretes 2018-41-036
5. Roodmansye.E.I.Salenussa 2015-41-027
6. Feby Rumailay 2015-41-090
7. Marthine Ritawaemahu 2015-41-103
8. Adiyanti Ode 2015-41-122

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2019

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
karunia-Nya sehingga Kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Stratifikasi
Sosial”.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen Mata Kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar yang
telah memberikan Tugas ini sehingga kami dapat Belajar tentang Stratifikasi Sosial dan berbagai Pihak yang
telah membantu Kami dalam Penyelesaian makalah ini.
kami menyadari bahwa dalam makalah ini terdapat berbagai kekurangan, sehingga saran yang bersifat
membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan ini ke depan. Semoga makalah ini bermanfaat.
sekian dan Terima Kasih.

Ambon, 03 Maret 2019

KELOMPOK I

DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
2. RUMUSAN MASALAH
3. TUJUAN
BAB II PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN STRATIFIKASI SOSIAL
2. DASAR-DASAR PEMBENTUKAN STRATIFIKASI SOSIAL
3. UNSUR-UNSUR PENTING DALAM SISTEM PELAPISAN SOSIAL
4. SEBAB-SEBAB TERJADINYA STRATIFIKASI SOSIAL
5. DAMPAK STRATIFIKASI SOSIAL
6. SOLUSI UNTUK MASALAH STRATIFIKASI SOSIAL
BAB III PENUTUP
1. KESIMPULAN
2. SARAN
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sistem lapisan sosial dikenal dengan istilah Social Stratification yang merupakan
pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (secara
hirarkis). Sistem lapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya (dalam proses
pertumbuhan masyarakat tersebut) tetapi ada pula yang dengan sengaja disusun untuk
mengejar suatu tujuan bersama. Selama dalam satu masyarakat ada sesuatu yang dihargai, dan
setiap masyarakat pasti mempunyai sesuatu yang dihargainya, maka barang sesuatu itu akan
menjadi bibit yang dapat menumbuhkan adanya sistem lapisan dalam masyarakat itu. Barang
sesuatu yang dihargai di dalam masyarakat mungkin berupa uang atau benda-benda yang
bernilai ekonomis, mungkin juga berupa tanah, kekuasaan, ilmu pengetahuan, kesalehan
dalam agama atau mungkin juga keturunan yang terhormat.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Itu Stratifikasi Sosial ?
2. Bagaimana Dasar-Dasar Pembentukan Sosial ?
3. Bagaimana Unsur-Unsur Penting Dalam Sistem Pelapisan Sosial ?
4. Bagaimana Sebab-Sebab Terjadinya Stratifikasi Sosial ?
5. Bagaimana Dampak Stratifikasi Sosial ?
6. Bagaimana Solusi Untuk Masalah Stratifikasi Sosial ?

C. TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Pengertian Stratifikasi Sosial
2. Untuk Mengetahui Dasar-Dasar Pembentukan Stratifikasi Sosial
3. Untuk Mengetahui Unsur-Unsur Penting Dalam Sistem Pelapisan Sosial
4. Untuk mengetahui Sebab-Sebab Terjadinya Stratifikasi Sosial
5. Untuk Mengetahui Dampak Stratifikasi Sosial
6. Untuk Mengetahui Solusi Untuk Masalah Stratifikasi Sosial

BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Stratifikasi Sosial


Stratifikasi sosial merupakan suatu konsep dalam sosiologi yang melihat bagaimana
anggota masyarakat dibedakan berdasarkan status yang dimilikinya. Stratifikasi berasal dari
kata stratum yang berarti strata atau lapisan dalam bentuk jamak. Sebagaimana Pitirin A.
Sorokin mendefinisikan stratifikasi sebagai pembedaan penduduk atau anggota masyarakat
ke dalam kelas-kelas secara hierarkis. Sedangkan menurut Bruce J. Cohen sistem stratifikasi
akan menempatkan setiap individu pada kelas sosial yang sesuai berdasarkan kualitas yang
dimiliki. Sementara Max Weber mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai penggolongan
orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan
hierarki menurut dimensi kekuasaan, previllege dan prestise.
Ukuran atau kriteria yang menonjol atau dominan sebagai dasar pembentukan
pelapisan sosial adalah kekayaan (materi atau kebendaan), ukuran kekuasaan dan wewenang,
ukuran kehormatan, dan ukuran ilmu pengetahuan.
Hal yang mewujudkan unsur dalam teori sosiologi tentang sistem lapisan sosial
masyarakat adalah kedudukan (status) dan peranan (role). Kedudukan dan peranan
merupakan dua unsur baku dalam lapisan sosial dan mempunyai arti penting dalam bagi
sistem sosial. Yang diartikan sebagai sistem sosial adalah pola-pola yang mengatur hubungan
timbal-balik antara individu dalam masyarakat dan tingkah laku individu-individu tersebut.

2. Dasar-Dasar Pembentukan Pelapisan Sosial


Ukuran atau kriteria yang menonjol atau dominan sebagai dasar pembentukan
pelapisan sosial adalah sebagai berikut.
a. Ukuran kekayaan
Kekayaan (materi atau kebendaan) dapat dijadikan ukuran penempatan anggota
masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial yang ada, barang siapa memiliki kekayaan
paling banyak mana ia akan termasuk lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial,
demikian pula sebaliknya, barang siapa tidak mempunyai kekayaan akan digolongkan
ke dalam lapisan yang rendah. Kekayaan tersebut dapat dilihat antara lain pada bentuk
tempat tinggal, kepemilikan hewan ternak seperti kambing, sapi, kerbau, lahan
persawahan dan sebagainya. Orang-orang yang mempunyai hewan ternak seperti
kambing, sapi, kerbau mempunyai pandangan bahwa siapa yang bisa untuk membeli
hewan ternak itu adalah hanya orang-orang yang kaya atau mampu saja, bahkan
dengan adanya hewan ternak tersebut si pemilik atau peternak bisa membiayai untuk
kebutuhan hidupnya.

b. Ukuran kekuasaan dan wewenang


Seseorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang paling besar akan menempati
lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial dalam masyarakat yang bersangkutan.
Ukuran kekuasaan sering tidak lepas dari ukuran kekayaan, sebab orang yang kaya
dalam masyarakat biasanya dapat menguasai orang-orang lain yang tidak kaya, atau
sebaliknya, kekuasaan dan wewenang dapat mendatangkan kekayaan.

c. Ukuran kehormatan
Ukuran kehormatan dapat terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan.
Orang-orang yang disegani atau dihormati akan menempati lapisan atas dari sistem
pelapisan sosial masyarakatnya. Ukuran kehormatan ini sangat terasa pada masyarakat
tradisional, biasanya mereka sangat menghormati orang-orang yang banyak jasanya
kepada masyarakat, para orang tua ataupun orang-orang yang berperilaku dan berbudi
luhur.

d. Ukuran ilmu pengetahuan


Ukuran ilmu pengetahuan sering dipakai oleh anggota-anggota masyarakat yang
menghargai ilmu pengetahuan. Seseorang yang paling menguasai ilmu pengetahuan
akan menempati lapisan tinggi dalam sistem pelapisan sosial masyarakat yang
bersangkutan. Penguasaan ilmu pengetahuan ini biasanya terdapat dalam gelar-gelar
akademik (kesarjanaan), atau profesi yang disandang oleh seseorang, misalnya dokter,
insinyur, doktor ataupun gelar profesional seperti profesor. Namun sering timbul
akibat-akibat negatif dari kondisi ini jika gelar-gelar yang disandang tersebut lebih
dinilai tinggi daripada ilmu yang dikuasainya, sehingga banyak orang yang berusaha
dengan cara-cara yang tidak benar untuk memperoleh gelar kesarjanaan, misalnya
dengan membeli skripsi, membuat ijazah palsu dan seterusnya.

3. Unsur-Unsur Penting Dalam Sistem Pelapisan Sosial


Menurut Selo Soemardjan seorang tokoh sosiologi Indonesia, menyatakan bahwa hal
yang mewujudkan unsur-unsur dalam teorisosiologi tentang sistem berlapis lapis dalam
masyarakat, adalah kedudukan (status) dan peranan (role) ; kedudukan dan peranan ini
merupakan unsur-unsur baku dalam sistem berlapis-lapis, juga mempunyai arti yang penting
bagi sistem sosial masyarakat; Ralph Linton (1967) mengartikan sistem sosial itu sebagai
pola-pola yang mengatur hubungan timbal balik antar individu dalam masyarakat dan antar
individu dengan masyarakatnya, dan tingkah laku individu-individu tersebut. Dalam
hubungan-hubungan timbal balik tersebut, kedudukan dan peranan individu mempunyai
artiyang penting, karena keberlangsungan hidup masyarakat tergantung daripada
keseimbangan kepentingan kepentingan individu –individu termaksud.

A. Kedudukan (status)
kedudukan diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok
sosial, sehubungan dengan orang-orang lainnya dalam kelompok tersebut atau tempat
suatu kelompok sehubungan dengan kelompok-kelompok lainnya di dalam kelompok
yang lebih besar lagi.
Kedudukan sosial artinya adalah tempat seseorang secara umum dalam
masyarakatnya sehubungan dengan orang-orang lain, dalam arti lingkungan
pergaulannya, prestisenya, dan hak-hak serta kewajiban-kewajibannya. Kedudukan
sosial tidaklah semata-mata berarti kumpulan kedudukan-kedudukan seseorang dalam
kelompok-kelompok yang berbeda, akan tetapi kedudukan-kedudukan sosial tersebut
mempengaruhi kedudukan orang tadi dalam kelompok-kelompok sosial yang berbeda.
Kedudukan, sebagaimana lazim dipergunakan, mempunyai dua arti :
 Secara abstrak, kedudukan berarti tempat seseorang dalam suatu pola tertentu;
dengan demikian seseorang dikatakan memiliki beberapa kedudukan, oleh karena
seseorang biasanya ikut serta dalam berbagai pola-pola kehidupan. Pengertian
tersebut menunjukkan tempatnya sehubungan dengan kerangka masyarakat secara
menyeluruh.
 Apabila dipisahkan dari individu yang memilikinya, kedudukan hanya merupakan
kumpulan hak-hak dan kewajiban-kewajiban termaksud hanya dapat terlaksana
melalui perantaraan individu-individu, maka agak sukar untuk memisahkannya
secara tegas dan kaku. Hubungan antara individu dengan kedudukan, dapat
diibaratkan sebagai hubungan pengemudi mobil dengan tempat atau kedudukan si
pengemudi dengan mesin mobil tersebut; tempat mengemudi dengan mesin mobil
tersebut; tempat mengemudi dengan segala alat untuk menjalankan mobil adalah
alat-alat tetap yang penting untuk menjalankan serta mengendalikan mobil
tersebut, pengemudi dapat berganti-ganti, yang mungkin akan dapat
menjalankannya dengan lebih baik, atau bahkan lebih buruk.

Dalam masyarakat, sekurangnya ada tiga macam kedudukan, yaitu :


a. Ascribe status,
Yaitu kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan perbedaan-
perbedaan rohaniah dan kemampuan; kedudukan tersebut diperoleh karena
kelahiran. Pada umumnya ascribe status dijumpai pada masyarakat-masyarakat
dengan sistem pelapisan yang tertutup, atau masyarakat dimana sistem
pelapisannya tergantung pada perbedaan rasil. Namun demikian, ascribe status
juga ditemukan pada bentuk-bentuk masyarakat dengan sistem pelapisan yang
terbuka; misalnya kedudukan laki-laki dalam satu keluarga, kedudukannya
berbeda dengan kedudukan istri atau anak-anaknya; ascribe status disini walaupun
tidak diperoleh atasdasar kelahiran, akan tetapi pada umumnya sang ayah atau
suami adalah kepala keluarga batihnya. Untuk menjadi kepala keluarga batih
tersebut, laki-laki tidak perlu mempunyai darah bangsawan atau kasta tertentu,
sosok seorang ayah tetap saja sebagi kepala rumah tangga.
b. Achieved Status
Adalah kedudukan yang dicapai seseorang dengan usaha yang disengaja;
kedudukan ini tidak diperoleh atas dasar kelahiran, akan tetapi bersifat terbuka
bagi siapa saja hal mana tergantung dari kemampuannya masing-masing dalam
mengejar serta mencapai tujuan-tujuannya; seseorang yang ingin menjadi pemain
bulu tangkis yang handal, tentunya harus berlatih bulu tangkis dengan tekun,
seseroang yang ingin menjadi dokter, tentunya harus belajar kedokteran.
Kecenderungan tercapainya achieved status ini bisanya ditemukan dalam bentuk-
bentuk masyarakat dengan sistem pelapisan yang terbuka, hal ini bisa terjadi
karena nilai-nilai dalam masyarakat memungkinkan untuk berlakunya tindakan-
tindakan seperti itu. Anak seorang Rudy Hartono belum tentu akan menjadi
pemain bulu tangkis yang handal, walaupun kalau hanya untuk sekedar menjadi
juara RT mungkin bisa, sedangkan orang tua Rudi Hartono mungkin seorang
pebulu tangkis tetapi prestasinya tidak sehebat anaknya.
c. Assigned Status
Assigned Status Merupakan Satu bentuk kedudukan yang mempunyai
hubungan erat dengan achieved status,yaitu kedudukan yang diberikan karena
alasan-alasan tertentu; dalam arti bahwa suatu kelompok, golongan, atau
masyarakat memberikan kedudukan yang lebih tinggi kepada seseorang yang
dianggap berjasa, yang telah memperjuangkan sesuatuuntuk memenuhi kebutuhan
dan kepentingan masyarakat. Akan tetapi kadang-kadang kedudukan tersebut
diberikan, karena seseorang telah lama menduduki suatu jabatan tertentu, seperti
di pedesaan ada istilah ‘lurah hormat’ adalah satu gelar yang diberikan kepada
seorang mantan pemuka desa yang dianggap sangat berjasa atas kemajuan
desanya. Kedudukan yang diberikan ini diwujudkan dalam bentuk penghormatan
gelar tertentu seperti ‘datuk’ pada masyarakat Sumatera Barat, ‘sir’ pada
masyarakat Inggris, atau ‘andi’ pada masyarakat Makasar; Individu-individu yang
mendapatkan kedudukan ini tidak dibebankan atas kewajiban-kewajiban menurut
kedudukannya, namun mereka sedikitnya mendapakan fasilitas-fasilitas khusus
yang tidak diberikan pada orang kebanyakan, di samping itu kedudukan ini tidak
terbatas diberikan kepada anggota-anggota masyarakat yang bersangkutan, tetapi
bisa juga kepada orang luar masyarakat tersebut.
Telah kita fahami bahwa manusia itu hidup berkelompok, kalau mengacu pada
teori Van der Zanden (1979), seorang individu bisa diidentifikasikan sebagai
anggota ketegori statistik, kategori sosial, kelompok sosial, asosiasi, dan
kerumunan, belum lagi bila dilihat dari aspek kepentingan maka seorang manusia
itu bisa termasuk dalam beberapa kelompok kepentingan. Berkenaan dengan
keberadaannya dalam kelompok-kelompok, maka tentu setiap orang tidak akan
luput dari kedudukan-kedudukannya baik dalam lingkup persekutuan hidup yang
kecil maupun dalam lingkup masyarakat yang lebih besar. Seorang bapak guru
misalnya, selain kedudukannya sebagai guru dia juga termasuk kategori laki-laki
dewasa, dia juga adalah anak dari kedua orang tuanya, mungkin juga selain guru
dia dipercaya untuk mengelola urusan koperasi sekolah, atau mungkin juga dia
aktif sebagai pengurus PGRI, atau mungkin juga dia sebagi ayah bagi anak-
anaknya sekaligus sebagai suami dari istrinya, dan sebagainya.
Ada kalanya dari seperangkat kedudukan seseorang dalam masyarakat terjadi
pertentangan-pertentangan berkaitan dengan kedudukannya itu, keadaan mana
dalam istilah sosiologi disebut sebagai status konflik . misalnya bapak guru seperti
di atas tadi, yang pada suatu saat harus menghukum seorang siswa yang
melanggar aturan sekolah, dimana siswa tersebut adalah puteranya sendiri, atau
seorang jaksa yagng harus menuntut anaknya sendiri karena melakukan tindak
pidana, atau seorang petugas pajak yang harus memungut pajak penghasilannya
sendiri. Konflik antar kedudukan-kedudukan tersebut tidak bisa dihindari
berhubung kepentingan-kepentingan individu tidak selalu sesuai atau sejalan
dengan kepentingan-kepentingan masyarakatnya, sehinggasering kali sulit bagi
individu tersebut untuk mengatasinya dengan benar.
Kedudukan macam mana yang dimiliki seseorang atau kedudukan apa yang
melekat padanya, dapat terlihat pada kehidupan sehari-harinya melalui ciri-ciri
tertentu, yang dalam ilmu sosiologi dinamakan status symbol; ciri-ciri tersebut
seolah-olah sudah menjadi bagian dari hidupnya. Ada beberapa ciri tertentu yang
dianggap sebagai status symbol,misalnya cara berpakaian, pergaulan, cara-cara
mengisi waktu senggang, memilih tempat tinggal, berkendaraan, rekreasi, serta
kebiasaan-kebiasaan lain yang membedakannya dengan orang-orang kebanyakan.
Status symbol ini tidak hanya melekat pada golongan atau lapisan tertentu saja,
namun setiap lapisan biasanya mempunyai ciri-ciri tersendiri.
Satu bentuk penghargaan yang ada dalam masyarakat modern, khususnya
pada masyarakat perkotaan di Indonesia, adalah tingkat penguasaan ilmu yaitu
dalam bentuk gelar-gelar intelektual; seseorang yang memiliki gelar kesarjanaan
tertentu setidaknya telah membuktikan bahwa yang memperolehnya telah
memenuhi beberapa persyaratan tertentu dalam bidang-bidanang ilmu
pengetahuan yang khusus. Hal ini menyebabkan terjadinya beberapa akibat yang
negatif, antara lain bahwa, yang dikejar bukanlah ilmu pengetahuannya, akan
tetapi gelar kesarjanaannya. Gelar tersebut kemudian menjadi status symboltanpa
menghiraukan bagaimana isi yang sesungguhnya; banyak dari mereka yang
merasa malu karena tidak memiliki gelar kesarjanaan, padahal kedudukan mereka
di dalam masyarakat telah terpandang; segala cara diupayakan untuk mendapatkan
gelar itu tanpa memperdulikan lagi apakah kemudian mereka dapat
mempertanggung jawabkan terhadap apa yang telah mereka upayakan itu.

B. Peranan (Role)
Peranan (role) merupakan aspek dinamis dari kedudukan, dimana apabila
seseorang melaksanakan hak-hak serta kewajiban-kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya maka orang itu telah menjalankan suatu peran. Peranan dan kedudukan
itu saling melengkapi, kedua-duanya tidak dapat dipisahkan, oleh karena yang satu
tergantung pada yang lain dan demikian sebaliknya. Yang membedakan dari keduanya
adalah menyangkut proses, harus ada kedudukan terlebih dahulu baru kemudian ada
peranan, keadaan ini tidak bisa terbalik.
Setiap orang mempunyai bermacam-macam peranan yang berasal dari pola-
pola pergaulan hidupnya dan hal itu sekaligus berarti bahwa peranan tersebut
menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan
apa yang diberikan masyarakat kepadanya. Pentingnya peranan adalah bahwa hal itu
mengatur perikelakuan seseorang, dan juga bahwa peranan menyebabkan seseorang
pada batas-batas tertentu dapat meramalkan perbuatan-perbuatan orang lain, sehingga
dengan demikian, orang yang bersangkutan akan dapat menyesuaikan perikelakuan
sendiri dengan perikelakuan orang-orang sekelompoknya. Maka hubungan-hubungan
sosial yangada dalam masyarakat, merupakan hubungan antara peranan-peranan
individu-individu dalam masyarakat. Peranan-peranan tersebut diatur oleh norma-
norma yang berlaku dalam masyarakat, misalnya norma-norma kesopanan yang
menuntut seseorang untuk menyapa orang banyak dikala dia berjalan melintasinya,
maka dia harus berlaku seperti itu, atau norma kesopanan yang mengatur sikap
seorang penumpang terhadap orang lanjut usia di kendaraan umum, maka dia harus
mendahulukan orang tua itu untuk duduk.
suatu peranan itu mencakup tiga hal :
 Peranan adalah meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan
posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat; peranan dalam arti ini
merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing
seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.
 Peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh
individu dalam masyarakat sebagai organisasi
 Peranan juga dapat dikatakan sebagai perikelakuan individu yang
penting bagi struktur sosial.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, perlu dikemukakan perihal fasilitas-
fasilitas bagi peranan individu (role facilities); biasanya masyarakat memberikan
fasilitas-fasilitas bagi individu agar dia dapat melaksanakan peranannya. Lembaga-
lembaga masyarakat merupakan bagian masyarakat yang banyak menyediakan
peluang-peluang untuk melaksanakan peranan. Kadang-kadang struktur suatu
golongan kemasyarakatan, menyebabkan fasilitas-fasilitas tersebut bertambah;
misalnya perubahan organisasi suatu sekolah yang memerlukan penambahan guru,
pegawai administrasi, penjaga sekolah dan sebagainya. Akan tetapi sebaliknya, hal itu
juga dapat mengurangi peluang-peluang, seperti misalnya apabila terpaksa diadakan
rasionalisasi sebagai akibat perubahan struktur dan organisasi.
Agaknya pertentangan-pertentangan kedudukan (status conflict) membawa
pengaruh terhadap peranan ini, karena tidak jarang terjadi suatu pemisahan antara
individu dengan peranan yang sesungguhnya harus dilaksanakan (disebut sebagai
role-distance). Gejala tadi timbul apabila seseorang merasa tertekan karena dia merasa
dirinya tidak sesuai untuk melaksanakan peranan yang diberikan masyarakat atau
bahkan menyembunyikan dirinya, apabila dia berada dalam lingkungan sosial yang
berbeda. Lingkungan sosial atau social circleadalah kelompok sosial dimana
seseorang mendapat tempat serta kesempatan untuk melaksanakan peranannya. Setiap
peranan bertujuan agar antara individu yang melaksanakan peranan dengan orang-
orang di sekitarnya yang tersangkut atau ada hubungannya dengan peranan tersebut,
terdapat hubungan yang diatur oleh nilai-nilai sosial yang diterima dan ditaati kedua
belah fihak. Nilai-nilai sosial tersebut misalnya nilai keagamaan antara pemuka
agama dengan pemeluk-pemeluk agama yang bersangkutan, nilai kesehatan antara
dokter dengan pasien, nilai ekonomi antara pedagang dengan pembeli. Apabila hal itu
tidak terpenuhi oleh individu yang bersangkutan, maka terjadilah role-distance.
Pembahasan tentang berbagai macam peranan yang melekat pada individu-
individu dalam masyarakat dianggappenting karena didalamnya memuat beberapa
hal, yaitu :
a) Bahwa peranan-peranan tertentu harus dilaksanakan apabila struktur
masyarakat hendak dipertahankan keberlangsungannya
b) Peranan tersebut seyogyanya dilekatkan pada individu-individu yang oleh
masyarakat dianggap mampu untuk melaksanakannya, mereka harus
terlebih dahulu dilatih dan mempunyai motivasi tinggi untuk
melaksanakannya.
c) Dalam masyarakat kadang-kadang dijumpai individu-individu yang tidak
mampu melaksanakan peranannya sebagaimana diharapkan oleh
masyarakat, oleh karena mungkin pelaksanaannya memerlukan
pengorbanan yang dianggap terlalu besar berkaitan dengan kepentingan-
kepentingan pribadinya
d) Apabila semua orang sanggup dan mampu melaksanakan peranannya,
belum tentu masyarakat akan dapat meberikan peluang-peluang yang
seimbang, bahkan sering kali terlihat bertapa masyarakat terpaksa
membatasi peluang-peluang tersebut.

4. Sebab-Sebab Terjadinya Stratifikasi Sosial


Setiap masyarakat mempunyai sesuatu yang dihargai, bisa berupa kepandaian,
kekayaan, kekuasaan, profesi, keaslian keanggotaan masyarakat dan sebagainya. Selama
manusia membeda-bedakan penghargaan terhadap sesuatu yang dimiliki tersebut, pasti akan
menimbulkan lapisan-lapisan dalam masyarakat. Semakin banyak kepemilikan, kecakapan
masyarakat/seseorang terhadap sesuatu yang dihargai, semakin tinggi kedudukan atau
lapisannya. Sebaliknya bagi mereka yang hanya mempunyai sedikit atau bahkan tidak
memiliki sama sekali, maka mereka mempunyai kedudukan dan lapisan yang rendah.
Seseorang yang mempunyai tugas sebagai pejabat atau ketua atau pemimpin pasti
menempati lapisan yang tinggi daripada sebagai anggota masyarakat yang tidak mempunyai
tugas apapun. Karena penghargaan terhadap jasa atau pengabdiannya seseorang bisa pula
ditempatkan pada posisi yang tinggi, misalnya pahlawan, pelopor, penemu, dan sebagainya.
Dapat juga karena keahlian dan ketrampilan seseorang dalam pekerjaan tertentu dia
menduduki posisi tinggi jika dibandingkan dengan pekerja yang tidak mempunyai
ketrampilan apapun.
stratifikasi sosial memiliki dua sifat, yaitu stratifikasi terbuka dan stratifikasi tertutup.
Stratifikasi sosial terbuka adalah sistem stratifikasi di mana setiap anggota masyarakatnya
dapat berpindah-pindah dari satu strata / tingkatan yang satu ke tingkatan yang lain. Misalnya
seperti tingkat pendidikan, kekayaan, jabatan, kekuasaan dan sebagainya. Seseorang yang
tadinya miskin dan bodoh bisa mengubah penampilan serta strata sosialnya menjadi lebih
tinggi karena berupaya sekuat tenaga untuk mengubah diri menjadi lebih baik dengan
sekolah, kuliah, kursus dan menguasai banyak keterampilan sehingga dia mendapatkan
pekerjaan tingkat tinggi dengan penghasilan yang tinggi.
Stratifikasi tertutup adalah stratifikasi di mana tiap-tiap anggota masyarakat tersebut tidak
dapat pindah ke strata atau tingkatan sosial yang lebih tinggi atau lebih rendah. Contoh
stratifikasi sosial tertutup yaitu seperti sistem kasta di India dan Bali serta di Jawa ada
golongan darah biru dan golongan rakyat biasa. Tidak mungkin anak keturunan orang biasa
seperti petani miskin bisa menjadi keturunan ningrat atau bangsawan darah biru.Pada
stratifikasi terbuka kemungkinan terjadinya mobilitas social cukup besar, sedangkan pada
stratifikasi tertutup kemungkinan terjadinya mobilitas sosial sangat kecil.

5. Dampak Stratifikasi Sosial


Adanya sistem lapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses
pertumbuhan masyarakat itu. Tetapi ada pula yang dengan sengaja disusun untuk mengejar
suatu tujuan bersama. Yang biasa menjadi alasan terbentuknya lapisan masyarakat yang
terjadi dengan sendirinya adalah kepandaiaan, tingkat umur (senior), sifat keaslian
keanggotaan kerabat seorang kepala masyarakat, dan mungkin juga harta dalam batas-batas
tertentu. Alasan-alasan yang digunakan bagi tiap-tiap masyarakat diantaranya : Pada
masyarakat yang hidupnya dari berburu hewan alasan utama adalah kepandaian berburu.
Sedangkan pada masyarakat yang telah menetap dan bercocok tanam, maka kerabat pembuka
tanah (yang dianggab asli) dianggap sebagai orang-orang yang menduduki lapisan tinggi. Hal
ini dapat dilihat misalnya pada masyarakat Batak, di mana marga tanah, yaitu marga yang
pertama-tama membuka tanah, dianggap mempunyai kedudukan yang tinggi.
Dapat saya uraikan bahwa dampak adanya suatu stratifikasi akan mengakibatkan
adanya hukum rimba. Siapa yang kuat, dialah yang menang. Kelas yang tergolong atas akan
memegang peranan kelas bawah yang notabennya harus disamakan, karena sesama makhluk
Tuhan. Secara teoritis memang semua masyarakat dianggap sederajat, akan tetapi pembedaan
tersebut merupakan gejala universal yang merupakan sistem sosial dalam masyarakat. Maka
dari itu, meski ada stratifikasi sosial seseorang atau masyarakat harus memegang konsep
keadilan.

6. Solusi untuk masalah Stratifikasi Sosial


a. Stratifikasi sosial bukan halangan bagi kita untuk menjadi lebih baik, sehingga sifat
lebih optimis dan merasa cukup dalam setiap pribadi sangat di perlukan.
b. Masyarakat di harapkan tidak bersifat tertutup, namun lebih bersifat terbukadalam
melakukan gerak sosial agar tercipta kehidupan sosial yang selaras tanpa adanya
diskriminasi
c. Tidak ada masyarakat tanpa struktur sosial sehingga optimalisasi peran adalah yang
terbaik
d. Kerjasama masyarakat sangat di butuhkan dalam mengatasi dan menghindari
terjadinya konflik.

BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN
a. Stratifikasi sosial merupakan suatu konsep dalam sosiologi yang melihat
bagaimana anggota masyarakat dibedakan berdasarkan status yang dimilikinya.
b. Dasar-dasar pembentukan stratifikasi sosial terbagi atas Ukuran kekayaan, Ukuran
kekuasaan dan wewenang, Ukuran kehormatan,Ukuran ilmu pengetahuan.
c. Unsur-Unsur Penting Dalam Sistem Pelapisan Sosial adalah kedudukan dan
peranan
d. Sebab-Sebab Terjadinya Stratifikasi Sosial adalah stratifikasi terbuka dan
stratifikasi tertutup
e. bahwa dampak adanya suatu stratifikasi akan mengakibatkan adanya hukum
rimba. Siapa yang kuat, dialah yang menang. Kelas yang tergolong atas akan
memegang peranan kelas bawah yang notabennya harus disamakan, karena
sesama makhluk Tuhan
f. solusi untuk stratifikasi sosial adalah Stratifikasi sosial bukan halangan bagi
anggota masyarakat untuk menjadi lebih baik, sehingga sifat lebih optimis dan
merasa cukup dalam setiap pribadi sangat di perlukan.Masyarakat juga di
harapkan tidak bersifat tertutup, namun lebih bersifat terbukadalam melakukan
gerak sosial agar tercipta kehidupan sosial yang selaras tanpa adanya diskriminasi.
Kerjasama masyarakat sangat di butuhkan dalam mengatasi dan menghindari
terjadinya konflik. optimalisasi peran untuk masalah stratifikasi sosial adalah yang
terbaik

2. SARAN
1. Peningkatan Peran Pemerintah Daerah Untuk Masalah Stratifikasi Sosial
Sangat Di Butuhkan Agar Kehidupan Masyarakat Merasakan Keadilan Di
Negeri Ini
DAFTAR PUSTAKA

Moeis,S,Drs. 2008. Stratifikasi sosial.bahan ajar.jurusan Pendidikan sejarah FPIPS UPI:


Bandung

Burhanuddin (2010). Sosiologi Suatu Pengantar. Kurnia Kalam Semesta:Yogyakarta

Usman, Sunyoto (2012). Sosiologi Sejarah, Teori dan Metodologi. Pustaka


Pelajar:Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai