DISUSUN OLEH
KELOMPOK 4
NAMA :
1. KAJAL (201841068)
2. SRI LILI ASRIANI (201841028)
3. JUNIKE E TEBIARY (201841050)
4. MOSES RIUPASSA
5. MINCE MATHELUMUAL (201841023)
6. FRIENCE R MATITAMOLE(201841018)
7. CINTAMI TAMHER
8. KRYSTIN A O HARATILU (201841083)
9. JUDITH KADTABALUBUN
10. PAULINA WARDITI (201441005)
11. DOLLY WALIANA
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kami
kesempatan untuk dapat menyelesaikan makalah ini. Dalam makalah ini kami membahas tentang
“TITRASI VOLUMETRI DAN POTENSIOMETRI” dengan ini, kami menyadari bahwa dalam
makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan. Hal ini disebabkan karena terbatasnya
kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman yang kami miliki sebagai mahasiswa. Namun
demikian, banyak pula pihak yang telah membantu kami dan memberikan pemikiran serta solusi
untuk pemecahan masalah kami. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran untuk
memperbaiki makalah ini di waktu yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kami khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Halaman judul……………………………………………………………………………………..1
Kata pengantar…………………………………………………………………………………….2
Daftar isi…………………………………………………………………………………………...3
Bab I Pendahuluan………………………………………………………………………………...4
I. Latar belakang…………………………………………………………………….…..4
II. Rumusan masalah……………………………………………………………………..5
III. Tujuan ………………………………………………………………………………...5
Bab II Pembahasan………………………………………………………………………………..6
I. POTENSIOMETRI……………………………………………………………………6
a) Pengertian…………………………………………………………………………………6
b) Skema alat…………………………………………………………………………………7
c) Elektroda…………………………………………………………………………………..8
d) Metode analisis potensiometri……………………...……………………………………13
II. VOLUMETRI………………………………………………………………………..17
a) Pengertian Analisa volumetric………………...…………………………………………17
b) Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukan analisis volumetric………….18
c) Macam-macam analisis volumetri……………………………………………………….18
d) Klasifikasi analisa titrimetri atau volumetric…………………………………………...19
e) Pembagian Analisa dalam Volumetri…………………………………………………..20
Kesimpulan ………………………………………………………………………….25
Daftar pustaka……………………………………………………………………………………26
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ilmu kimia adalah ilmu mempelajari tentang komposisi, struktur dan sifat kimia atau
materi berdasarkan perubahan yang menyertai terjadinya reaksi kimia serta dapat menjelaskan
proses atau reaksi yang ditimbulkan dari kejadian tersebut misalnya terjadi perubahan materi dan
energi.
Dalam percobaan laboratorium kita sebagai mahasiswa jurusan kimia sering
dipertemukan dengan suatu paraktek yang disebut dengan titrasi, Titrasi biasanya dibedakan
berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi. Proses titrasi juga sering disebut
dengan analisa volumetri.
Pada percobaan volumetri, penentuan dilakukan dengan jalan titrasi yaitu, suatu proses di
mana larutan baku (dalam bentuk larutan yang telah diketahui konsentrasinya) ditambahkan
sedikit demi sedikit dari sebuah buret pada larutan yang ditentukan atau yang dititrasi sampai
keduanya bereaksi secara sempurna dan mencapai jumlah equivalen larutan baku sama dengan
nol equivalen larutan yang dititrasi dan titik titrasi ini dinamakan titik equivalen atau titik akhir
titrasi.
Potensiometri adalah Mengukur potensial dua elektrode yang tidak terpolarisasi pada
kondisi arus nol yang mengaplikasi secara langsung dari persamaan Nernst. Penyisipan elektroda
tidak mengubah komposisi larutan uji seseuai dengan sifat nondesktruktif potensiometri terhadap
sampel, bahkan, dapat digunakan untuk menetapkan tetapan kesetimbangan (Day, 1999).
4
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk mempelajari aplikasi metode potensiometri dan
volumetri
5
BAB II
POTENSIOMETRI
A. Pengertian
Potensiometri merupakan suatu metode analisis kimia, sesuai nama yang diusulkan, yang
melibatkan pengukuran potensial dari suatu sel Galvani. Secara umum sel terdiri dari dua buah
setengah sel dan kita dapat menggunakan persamaan Nernst untuk menghitung nilai potensial
sel.
Potensiometri digunakan sebagai salah satu metode untuk mengukur konsentrasi suatu larutan,
dalam hal ini hubungan antara potensial sel dan konsentrasi dapat dijelaskan melalaui persamaan
Nernst
E = Eo – RT x ln Q
nF
Dimana :
Eo : standar potensial reduksi
R : konsanta gas
T : temperatur ( K )
n : jumlah elektron yang terlibat dalam rekasi reduksi
F : konstanta faraday
Q : reaksi quosien.
Jika temperatur dalam laboratorium 298 K ,maka ln diubah ke log, maka diperoleh persamaan
berikut
E = Eo – 0,05916 log Q
n
Dimana E dinyatakan dalam satuan volt Mengingat bahwa potensial dari sel elektrokimia
potensiometri adalah :
6
Keterangan:
B. Skema Alat
Secara umum teknik potensiometri menggunakan cara dan peralatan yang pada dasarnya
dapat dilihat pada gambar 2.1
7
Komponen sel potensiometri bersifat sederhana yaitu terdiri dari sebuah elektroda acuan,
elektroda indikator, rangkaian jembatan garam, dan pengukur tegangan (voltmeter). Dari skema
pada gambar 2.1 tampak jelas bahwa apabila kita akan mengukur suatu analit dalam larutan
maka diperlukan suatu elektroda kerja yang spesifik dan selektif. Besarnya potensial (emf)
diukur dengan membandingkan dengan elektroda pembanding. Besarnya emf ini dicatat dengan
alat voltmeter atau potensiometer.
C. Elektroda
Segera kembali keharga potensial semula apabila dialiri arus yang kecil
Hanya memiliki efek hysterisis yang kecil jika diberi suatu siklus suhu
Elektroda ini terbuat dari platina yang dilapisi platina hitam dengan maksud agar absorpsi
gas hidrogen pada permukaan elektroda dapat berlangsung sempurna, sehingga reaksinya :
H2 2H+ + 2e
8
Dapat berlangsung cepat dan reversibel. Potensial setengah sel dari elektroda pembanding primer
adalah nol Volt. Notasi setengah sel dari elektroda hidrogen adalah :
Elektroda Kalomel merupakan elektrode yang terdiri dari lapisan Hg yang ditutupi
dengan pasta Merkuri (Hg), Merkuri Klorida /Komel (Hg2Cl2) dan kalium klorida (KCl).
Setengah sel elektrode kalomel dapat ditunjukan sebagai berikut:
Dengan x menunjukkan konsentrasi KCl didalam larutan. Reaksi elektroda dapat dituliskan
sebagai:
HG 2 CI 2 (S) + 2 E¯ È 2 HG (L) + 2 CI ¯
Potensial sel ini akan bergantung pada konsentrasi klorida x (pada kalomel yang tidak jenuh),
dan harga konsentrasi ini harus dituliskan untuk menjelaskan elektroda.
Elektroda kalomel terbuat dari tabung kaca atau plastik dengan panjang 5 – 15 cm dan garis
tengah 0,5 – 1 cm. Pasta Hg/HgCI terdapat di dalam tabung yang lebih dalam, dihubungkan
dengan larutan KCI jenuh melalui lubang kecil. Kontak elektroda ini dengan larutan dari
setengah sel lainnya melalui penyekat yang terbuat dari porselen atau asbes berpori.
9
Biasanya elektroda ini terbuat dari suatu larutan jenuh atau 3,5 M KCI yang harga
potensialnya dalah 0,199 V (jenuh) dan 0.205 V (3,5M) pada 250 C. Kelebihan elektroda ini
dapat digunakan pada suhu yang lebih tinggi sedangkan elektroda kalomel tidak.
Elektroda indikator (elektroda kerja) adalah suatu elektroda yang potensial elektrodanya
bervariasi terhadap konsentrasi (aktivitas) analit yang diukur. Elektroda indikator harus
memenuhi beberapa syarat antara lain harus memenuhi tingkat kesensitivan yang terhadap
konsentrasi analit. Tanggapannya terhadap keaktifan teroksidasi dan tereduksi harus sedekat
mungkin dengan yang diramalkan dengan persamaan Nernst. Sehingga adanya perbedaan yang
kecil dari konsentrasi analit, akan memberikan perbedaan tegangan.
Elektroda jenis ini adalah elektroda yang dapat bertindak sebagai elektroda indiklator
terhadap ion – ion mereka. Ion analit pada lektroda ini berpartisipasi langsung dengan
logamnya dalam suatu reaksi paruh yang dapat balik. Contoh elektroda ini diantaranya,
perka, raksa, tembaga, kadmium, seng dan timah.
Suatu elektroda dimana potensialnya yang dikaitkan dengan reaksi transfer elektron (Mn+
+ ne = M ) diatur oleh aktivitas suatu spesies lain yang berinteraksi dengan Mn+,
misalnya, elektroda kalomel.
Elektroda suatu raksa bersangkut secara reversibel dengan ion-ion logam lain dalam
larutan. Misal elektroda raksa-EDTA
b. Elektroda Inert
Logam mulia seperti platina, emas, dan paladium bertindak sebagai elektroda indikator
pada reaksi redoks. Fungsi logam semata-mata untuk membangkitkan kecenderungan system
tersebut dalam mengambil atau melepaskan electron; logam itu sendiri tidak ikut serta secara
10
nyata dalam reaksi redoks, potensialnya merupakan fungsi Nersnt dari rasio
aktivasiaFe2+/aFe3+. Tentu saja, inert merupakan ukuran relatif, dan platina tidak kebal dari
serangan-seranga oksidator kuat, terutama dalam larutan dimana kompleksasi bias menstabilkan
Pt(II) melalui pembentukan spesies.
Platina juga bisa menimbulkan masalah dengan reduktor-reduktor yang sangat kuat: reduksi
H+ (atau H2O) kadang-kadang berlangsung sedemikian lambat sehingga analit-analit bias
direduksi lebih dahulu dalam larutan air tanpa interfensi dari pelarutnya, tetapi karena H+ e = ½
Hkek2dikatalis oleh platina, keuntungan kinetik ini mungkin hilang.
Contoh potensial elektroda platina di dalam larutan yanfg mengandung ion-ion Ce3+ dan
Ce4+ adalah,
Dengan demikian elektroda platina dapat bertindak sebagai elektroda indikator di dalam titrasi
cerimetri.
c. Elektroda Membran
Merupakan suatu elektroda yang menggunakan membran, melintasi suatu potensial bila
aktivitas suatu ion tertentu dalam larutan di kiri dan di kanan membran itu berbeda. Elektroda
membran diantaranya
11
Suatu bahan membran kaca yang tipis berbentuk tabung, yang didalamnya diisi larutan
standar internal, biasanya adalah HCl dengan konsentrasi 1,0 mol/L. Dalam larutan
dicelupkan kawat perak yang dilapisi dengan perak klorida, yang berfungsi sebagai
elektroda pembanding dalam.Kunci dari keselektifan elektroda ini ada pada membran
kaca.Kaca yang dipakai mengandung bahan aktif oksida Na2O dan SiO2 dan sedikit
Al2O3 dan B2O3 yang saling membentuk ikatan. Lapisan muka dari kaca merupakan
senyawa gugus silikat yang berkeseimbangan dengan ion natrium ( -SiO- Na+ )
12
Elektroda Keadaan Padat / Elektrodam Membran Padat
Dalam elektroda keadaan padat, suatu kristal atau cetakan pelet berfungsi sebagai
suatu membran. Semua jenis elektroda membran padat menggunakan kerangka (body)
yang keras, umumnya dari bahan polimer ABS, dengan bahan membran ditempatkan pada
ujungnya. Berikut ini ditunjukkan 3 jenis model elektroda padat.
13
A. Potensiometri Langsung
Metode Potensiometri Langsung beradasarkan pada adanya perbedaan potensial yang
terjadi saat suatu elektroda indikator dicelupkan ke dalam larutan uji dan saat elektroda indikator
dicelupkan ke dalam larutan standar.Berdasarkan persamaan Nerst dan data hasil pengukuran
kedua potensial tersebut makan dapat ditentukan aktivitas atau konsentrasi spesi kimia dalam
larutan uji.Dibandingkan metode analisis potensiometri lainnya, metode analisis potensiometri
langsung ini memiliki kelebihan yaitu pemberian perlakuannya tak merusak komposisi larutan
uji.Meskipun begitu, terkadang metode ini sulit untuk diberlakukan sebab sangat sulit
mendapatkan potensial stabil dari pengukuran dengan voltmeter.
Untuk melakukan metode analisis potensiometri langsung ini diperlukan elektroda standar
(acuan), elektroda indikator (pembanding), dan voltmeter.
B. Titrasi Potensiometri
Untuk melakukan analisis secara titrasi potensiometri dapat menggunakan alat yang
sifatnya manual maupun dengan sistem rangkaian yang otomatis.Berikut ini merupakan
rangkaian alat titrasi potensiometri secara manual.
14
Dengan alat tersebut pada prinsipnya kita akan mengukur potensial setiap penambahan
sejumlah volume titran. Sistem pengukuran potensial ini dapat dilakukan langsung maupun
dengan sistem tidak langsung.
Sistem pengukuran tidak langsung. Sebagai contoh adalah untuk sistem yang melibatkan
ion H+ sebagaimana dari rumusan:
Maka untuk sistem ini nilai E (potensial) akan sebanding dengan pH larutan. Berdasarkan
hubungan ini kita dapat menganti pengukuran emf dengan pengukuran pH larutan .
Titrasi asam basa dapat diikuti dengan elektroda indikatornya elektroda gelas.
Tetapan ionisasi harus kurang dari 10-8.
15
Pembentukan endapan atau kompleks akan membebaskan ion terhidrasi dari
larutan. Biasanya digunakan elektroda Ag dan Hg. Berbagai logam dapat dititrasi
dengan EDTA.
Elektroda Pt atau elektroda inert dapat digunakan pada titrasi redoks. Oksidator
kuat (KMnO4, K2Cr2O7, Co(NH3)3) membentuk lapisan logam-oksida yang harus
dibebaskan dengan reduksi secara katoda dalam larutan encer.
16
VOLUMETRI
17
B. Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukan analisis volumetric
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukan analisis volumetrik adalah
sebagai berikut :
1. Reaksinya harus berlangsung sangat cepat.
2. Reaksinya harus sederhana serta dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi yang
kuantitatif/stokiometrik.
3. Harus ada perubahan yang terlihat pada saat titik ekuivalen tercapai, baik secara kimia
maupun secara fisika.
4. Harus ada indikator jika reaksi tidak menunjukkan perubahan kimia atau fisika. Indikator
potensiometrik dapat pula digunakan.
18
4. Acidimetri
Acidimetri adalah metode yang digunakan untuk menentukan kadar suatu zat yang bersifat
basa dengan menggunakan larutan standar yang bersifat asam. Pada titrasi acidimetri terjadi
penetralan asam basa menurut reaksi
5. Permanganometri
Permanganometri adalah metode yang digunakan untuk menentukan kadar suatu zat yang
bersifat reduktor dengan menggunakan larutan standar KMnO4yang bersifat oksidator. Pada
titrasi permanganometri terjadi reaksi redoks. Titrasi permanganometri tidak menggunakan
indikator karena KMnO4 sudah berfungsi sebagai auto indikator
6. Iodometri
Iodometri adalah metode yang digunakan untuk menentukan kadar suatu zat yang bersifat
reduktor dengan menggunakan larutan standar I2 yang bersifat oksidator. Penambahan amylum
dilakukan menjelang TAT. Bila amylum ditambahkan lebih dahulu akan mengganggu jalannya
pengamatan pada TAT sebab I2 dapat mengikat amylum sehingga iod amylum sukar dipisah.
7. Iodimetri
Iodometri adalah menentukan kadar suatu zat yang bersifat oksidator (I2) dengan
menggunakan larutan standar yang bersifat reduktor.
19
b. Reduksimetri adalah titrasi redoks dimana larutan baku yang digunakan bersifat
sebagai reduktor.
3. Reaksi Pengendapan (presipitasi)
Reaksi Pengendapan adalah reaksi penggabungan ion yang menghasilkan
endapan/ senyawa yang praktis tidak terionisasi.
4. Reaksi kompleksometri
Titrasi kompleksometri digunakan untuk menetapkan kadar ion-ion alkali dan
alkali tanah/ ion-ion logam. Larutan bakunya : EDTA
20
basa kuat. Titik akhir titrasi mudah diketahui dengan membuat kurva titrasi yaitu plot antara pH
larutan sebagai fungsi dari volume titran yang ditambahkan.
Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan kemudahan pengamatan, tidak diperlukan
alat tambahan, dan sangat praktis.Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indicator
yang perbahan warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indicator diusahakan sesedikit
mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes.Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi
maka titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin dengan titik equivalent, hal ini dapat dilakukan
dengan memilih indicator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan.Keadaan
dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indicator disebut sebagai “titik
akhir titrasi”.
Dalam percobaan,Larutan standar biasanya kita teteskan dari suatu buret ke dalam suatu
erlenmeyer yang mengandung zat yang akan ditentukan kadarnya sampai reaksi selesai.
Selesainya suatu reaksi dapat dilihat karena terjadi perubahan warna Perubahan ini dapat
dihasilkan oleh larutan standarnya sendiri atau karena penambahan suatu zat yang disebut
indikator. Titik di mana terjadinya perubahan warna indikator ini disebut titik akhir titrasi.
Secara ideal titik akhir titrasi seharusnya sama dengan titik akhir teoritis (titik ekuivalen). Dalam
prakteknya selalu terjadi sedikit perbedaan yang disebut kesalahan titrasi.
Untuk analisis titrimetri atau volumetri lebih mudah kalau kita memakai sistem ekivalen
(larutan normal) sebab pada titik akhir titrasi jumlah ekivalen dari zat yang dititrasi = jumlah
ekivalen zat penitrasi. Berat ekivalen suatu zat sangat sukar dibuat definisinya, tergantung dari
macam reaksinya. Pada titrasi asam basa, titik akhir titrasi ditentukan oleh indikator. Indikator
asam basa adalah asam atau basa organik yang mempunyai satu warna jika konsentrasi hidrogen
lebih tinggi daripada sutau harga tertentu dan suatu warna lain jika konsentrasi itu lebih rendah.
Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalent asam akan sama dengan mol-ekuivalent basa,
maka hal ini dapat kita tulis sebagai berikut:
mol-ekuivalen asam = mol-ekuivalen basa
Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara Normalitas dengan volume maka
rumus diatas dapat kita tulis sebagai:
21
Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah ion H+
pada asam atau jumlah ion OH pada basa, sehingga rumus diatas menjadi:
2. Titrasi pengendapan
Titrasi pengendapan merupakan suatu proses titrasi yang dapat mengakibatkan
terbentuknya endapan dari zat-zat yang saling bereaksi (analit dan titran ). Suatu reaksi endapan
dapat berkesudahan bila kelarutan endapannya cukup kecil. konsentrasi ion-ion yang akan
mengalami perubahan yang besar di dekat titik ekuvalennya. Terdapat 3 cara penentuan suatu
senyawa dengan titrasi pengendapan yaitu :
a. cara mohr
b. cara volhard dan,
c. cara fayans
Pada penentuan dengan cara mohr,dilakukan titrasi langsung dalam larutan netral dan
sebagai indicator digunakan ion kromat, ion kromat bertindak sebagai indikator yang banyak
digunakan untuk titrasi argentometri ion klorida dan bromida. Titik akhir titrasi dalam metode ini
ditandai dengan terbentuknya endapan merah bata dari perak kromat.
Cara volhard digunakan untuk menetapkan kadar ion klorida secara tidak langsung
dalam suasana asam kuat ke dalam larutan klorida ditambahkan larutan baku perak nitrat dalam
jumlah sedikit dan berlebihan. Kelebihan ion perak dititrasi dengan larutan baku tiosianat
mengunakan indicator Fe(III).Titik akhir titrasi ditandai dengan terbentuknya larutan berwarna
merah senyawa Fe(CNS)2+.titasi ini merupakan titrasi balik digunakan jika reaksi berjalan
lambat atu jika tidak ada indicator pemastian TE.
Cara Fajans menggunakan indikator suatu senyawa organik yang dapat diserap pada
permukaan endapan yang terbentuk selama titrasi argentometri berlangsung AgNO3 digunakan
sebagai titran dan indicator, eiosin,fluoceein.metode ini digunakan untuk menentukan Cl-
,Br-,I-,SCN-.
3. Titrasi reduksi-oksidasi
Titrasi Reduksi oksidasi (redoks) adalah suatu penetapan kadar reduktor atau oksidator
berdasarkan atas reaksi oksidasi dan reduksi dimana redoktur akan teroksidasi dan oksidator
22
akan tereduksi. Agar dapat digunakan sebagai dasar titrasi, maka reaksi redoks harus memenuhi
persyaratan umum sebagai berikut :
a. Reaksi harus cepat dan sempurna.
b. Reaksi berlangsung secara stiokiometrik, yaitu terdapat kesetaraan yang pasti antara
oksidator dan reduktor.
c. Titik akhir harus dapat dideteksi, misalnya dengan bantuan indikator redoks atau
secara potentiometrik.
Salah satu aplikasi titrasi redoks khususnya iodometri dengan I2 sebagai titran adalah
untuk menentukan bilangan iod lemak dan miyak.Karena kemampampuan mengoksidasi yang
tidak besar, tidak banyak zat yang dapat dititrasi berdasarkan iodometri langsung. Pengunaan ini
memeanfaatkan kesangupan ikatan rangkap zat organic untuk mengadisi iod. Penentuan kadar
vitamin C (asam arkobat) pun dapat dialakukan dengan titrasi ini.
Aplikasi lain dadi titrasi redoks ini adalah penentuan kadar air cara Karl Fischer.
Pereaksinya tediri dari iod, belerang dioksida, piridin dan methanol. Iod dan belerang dioksida
membentuk kompleks dengan piridin, dan bila terdapat air, maka kedua kompleks ini dengan
kelebihan piridin beraksi dengan air.
4. Titrasi Kompleksometri
Titrasi kompleksometri adalah cara penetapan kadar ion logam berdasarkan
terbeentuknya senyawa kompleks antara ion logam dan senyawa pembentuk kompleks, yang
merupakan donor elektron.. Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi
reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi
dalam larutan.
Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks,
membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi–reaksi pembentukan kompleks atau yang
menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi.
Dalam titrasi kompleksometri perlu diperhatikan pH larutan yang dititrasi, sebab asam
edtat terionisasi dalam 4 tingkat (pKl = 2,0 ; pK2 = 2,67 ; pK3 = 6,16 dan pK4 = 10,20) dan
spesies pembentuk kompleks yang sebenarnya adalah Y=. Dengan demikian, kompleks akan
terbentuk lebih efisien dan lebih stabil dalam larutan alkalis.
23
Salah satu senyawa pembentuk kompleks yang banyak digunakan adalah Na.EDTA.
senyawa EDTA ini dengan banyak kation membentuk kompleks dengan perbandingan 1:1
beberapa valensi.
M++ + (H2Y)= (MY)= + 2H+
24
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
25
DAFTAR PUSTAKA
Day, R.A., dan A.L., Underwood. 1986. “Analisis Kimia Kualitatif (terjemahan)”. Erlangga
Jakarta.
Mazzucotelli A., De Paz F., Magi E., Franche R., Anal Sci, 1992, 8, 189-192.
Chang CA., Ochaya Ven O., Inorg Chem, 1986, 25, 355-358
Choudhury DA., Obata T. and Kamato S., Anal Chem, 1996, 68, 366-378.
Skoog, D.A., West, M.D., and Holler, F.J., 1996, Fundamental of Analytical Chemistry,
Seventh Edition, New York: Sounders College Publishing.
Evan Alum, 1987, Potentiometry and Ion Selective Electrode, New York : John Willey and
Sons.
Tim Dosen Kimia UNHAS. 2012. Kimia Dasar. Makassar : Universitas Hasanuddin
26