Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

TEORI BELAJAR BEHAVIORIVISME DAN KONSTRUKTIVITME DALAM


PEMBELAJARAN

DISUSUN OLEH:

IKA INDRAWATI

203010218001

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PELANGKA RAYA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadiran tuhan yang maha esa,kerenan dengan rahmat dan
karunia-nya kami dapat menyelesaikan makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
model stretegi pembelajaran dengan judul ‘TEORI BELAJAR BEHAVIORIVISME DAN
KONSTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN’. Selain itu tujuan dari penyusunan
Makalah ini juga untuk menambah wawasan tentang pengetahuan tentang karakteristik
pembelajaran untuk semua orang secara luas

Saya menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurang dalam penulisan
maupun penyusunan. Oleh kerena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
memperbaiki kesalahan dimasa yang akan datang.

Palangkaraya,…………..2022

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................................................................ ii
BAB I ............................................................................................................................................................ 3
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 3
A. Latar Belakang ................................................................................................................................ 3
B. Rumusan Masalah .......................................................................................................................... 3
C. Maksud Dan Tujuan ....................................................................................................................... 3
BAB II .......................................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN .......................................................................................................................................... 4
A. Pengertian Behaviorisme dan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran ..................................... 4
B. Prinsip-Prinsip Belajar Dalam Mencapai Tujuan Pembelajaran .............................................. 7
C. Klasifikasi Teori Belajar dalam pembelajaran .......................................................................... 11
D. Paradigma Pembelajaran Dalam Teori Belajar......................................................................... 15
BAB III....................................................................................................................................................... 17
PENUTUP.................................................................................................................................................. 17
A. KESIMPULAN ................................................................................ Error! Bookmark not defined.
B. SARAN .............................................................................................. Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 18
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Belajar adalah proses atau usaha yang dilakukan tiap individu untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan maupun
sikap dan nilai yang positif sebagai pengalaman untuk mendapatkan sejumlah kesan dari
bahan yang telah dipelajari. Kegiatan belajar tersebut ada yang dilakukan di sekolah, di
rumah, dan di tempat lain seperti di museum, di laboratorium, di hutan dan dimana saja.
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan maka
belajar hanya dialami oleh siswa sendiri dan akan menjadi penentu terjadinya atau tidak
terjadinya proses belajar.
Pembelajaran mengandung makna adanya kegiatan mengajar dan belajar, di mana
pihak yang mengajar adalah guru dan yang belajar adalah siswa yang berorientasi pada
kegiatan mengajarkan materi yang berorientasi pada pengembangan pengetahuan, sikap,
dan keterampilan siswa sebagai sasaran pembelajaran. Dalam proses pembelajaran akan
mencakup berbagai komponen lainnya, seperti media, kurikulum, dan fasilitas
pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan teori behaviorivisme dan teori konstruktivisme.
2. Apasaja prinsip-prinsip belajar dalam mencapai tujuan pembelajaran menurut
pandangan teori behaviorivisme dan teori konstruktivisme.
3. Apa Klasifikasi teori belajar dalam pembelajaran
4. Bagaimana Paradigma pembelajaran dalam teori belajar
C. Maksud Dan Tujuan
1. Mengetahui dan memahami teori behaviorisme dan teori konstruktivisme.
2. Mengetahui dan memahami prinsip-prinsip belajar dalam mencapai tujuan
pembelajaran menurut pandangan teori behaviorisme dan teori konstruktivisme.
3. Mengetahui klasifikasi teori belajar
4. Mengetahui paradigma pembelajaran dalam teori belajar.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Behaviorisme dan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran


1. Teori Behaviorisme
a. Pengertian Teori Behaviorisme Dalam Pembelajaran
Menurut Behaviorisme belajar adalah perubahan tingkah laku akibat dari
adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar
merupakan bentuk perubahan yang dialami dalam hal kemampuannya untuk
bertingkah laku dengan cara baru sebagai interaksi antara stimulus dan respon.
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan
tingkah lakunya. Sebagai contoh, anak belum dapat berhitung perkalian.
Walaupun ia sudah berusaha giat, dan gurunya pun sudah mengajarkannya
dengan tekun, namun jika anak tersebut belum dapat mempraktekkan
perhitungan perkalian, maka ia belum dianggap belajar. Karena ia belum dapat
menunjukkan perubahan perilaku sebagai hasil belajar (Budiningsih, 2005: 15)
Menurut teori ini yang terpenting adalah input (masukan) yang berupa stimulus
dan out put (keluaran) yang berupa respon. Dalam contoh di atas, stimulus
adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswanya, misalnya daftar
perkalian, alat peraga, pedoman kerja, atau cara-cara tertentu, untuk membantu
belajar siswa, sedangkan respon adalah reaksi atau tanggapan siswa terhadap
stimulus yang diberikan oleh guru.
Menurut teori behavioristik apa yang terjadi antara stimulus dan respon
dianggap tidak penting diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat
diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon. Oleh sebab itu, apa
saja yang diberikan guru (stimulus) dan apa saja yang dihasilkan siswa
(respon), semuanya harus dapat diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran,
sebab pengukuran merupakan suatu hal yang penting untuk melihat terjadi
tidaknya perubahan tingkah laku tersebut. Faktor lain yang juga dianggap
penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement).
Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon,
Bila penguatan ditambahkan, maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila
penguatan dikurangi responpun akan tetap dikuatkan. Misalnya, ketika peserta
didik diberi tugas oleh gurunya, ketika tugasnya di tambahkan maka ia akan
semakin giat belajarnya. Maka penambahan tugas tersebut merupakan
penguatan positif dalam belajar. Bila tugas-tugas dikurangi dan pengurangi
justru meningkatkan aktivitas belajarnya, maka pengurangan tugas merupakan
penguatan negatif dalam belajar. Jadi penguatan merupakan suatu bentuk
stimulus yang penting diberikan atau dikurangi untuk memungkinkan
terjadinya respon.
b. Ciri-ciri dalam Behaviorisme
Behaviorisme memiliki ciri-ciri bahwa:
a) Belajar adalah perubahan perilaku;
b) Perilaku tersebut harus selalu tampak;
c) Perilaku harus dapat diukur;
d) Mengakui pentingnya masukan atau input yang berupa stimulus dan
keluaran atau output yang berupa respon;
e) Fungsi mind atau fikiran adalah untuk menciplak struktur pengetahuan
yang sudah ada melalui proses berfikir yang dapat dianalisis dan dipilah;
f) Pembiasaan dan latihan menjadi esensial dalam belajar;
g) Apa yang terjadi antara stimulus dan respon dianggap tidak penting
diperhatikan karena tidak dapat diamati;
h) Yang dapat diamati dan diukur hanyalah stimulus respons;
i) Kegagalan atau ketidakmampuan dalam penamba-han pengetahuan
dikategorikan sebagai kegagalan yang perlu dihukum; dan
j) Mementingkan penguatan/ reinforcement.
2. Teori Konstruktivisme
a. Pengertian Teori Konstruktivisme
Konstruktivisme berasal dari filsafat yang digagas oleh Mark Baldwin dan
selanjutnya dikembangkan oleh jean Piaget. Aliran filsafat Konstruktivisme
berangkat dari pemikiran epistemology Giambabstista Vico yaitu “Tuhan
adalah pencipta alam semesta dan manusia adalah tuan dari ciptaannya
(Budiningsih, 2005: 23). Vico dalam Wina sanjaya menyebutkan, pengetahuan
itu tidak lepas dari orang (subjek) yang tahu. Pengetahuan merupakan struktur
konsep dari subjek yang mengamati (Sanjaya, 2005: 118). Hakikat
pengetahuan dalam filsafat Konstruktif mempengaruhi konsep tentang belajar,
bahwa belajar bukanlah sekedar menghafal, tetapi proses mengkonstruksi
pengetahuan melalui pengalaman. Pengetahuan bukanlah semata hasil
“pemberian” dari orang lain seperti guru, akan tetapi hasil dari dari proses
mengkonstruksi yang dilakukan setiap individu. Pengetahuan hasil dari
pemberitahuan tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakana. Lebih lanjut,
Piaget mengemukakan bahwa setiap anak sejak kecil sudah memiliki struktur
kognitif yang kemudian dinamakan skema. Skema terbentuk karena
pengalaman. Sebagai contoh; seorang anak bermain dengan kucing dan kelinci
yang sama-sama berbulu putih. Karena keseringannya bermain, ia dapat
menangkap perbedaan keduanya, yaitu, kucing berkaki empat, sedangkan
kelinci berkaki dua. Semakin dewasa anak, maka semakin sempurnalah skema
yang dimilikinya. Proses penyempurnaan skema dilakukan melalui proses
mengubah skema yang ada hingga terbentuk skema baru. Asimilasi maupun
akomodasi terbentuk berkat pengalaman
siswa (Sanjaya, 2005: 111).
b. Ciri-Ciri Dalam Konstruktivisme
dalam Konstructivisme terdapat beberapa ciri-ciri, yaitu:
a) Siswa membangun pemahamannya sendiri dari hasil mereka belajar
bukan karena disampaikan pada mereka;
b) Pelajaran baru sangat tergantung dengan pelajaran sebelumnya;
c) Belajar dapat ditingkatkan dengan interaksi sosial;
d) Penugasanpenugasan dalam belajar dapat meningkatkan kebermaknaan
proses pembelajaran; dan
e) Siswa membangun interpretasi personal terhadap dunia luar berdasarkan
pengalaman individual dan interaksi.
B. Prinsip-Prinsip Belajar Dalam Mencapai Tujuan Pembelajaran
Prinsip-prinsip belajar Untuk mencapai tujuan pembelajaran menurut pandangan
behaviorisme dan konstruktivisme yaitu
a. Prinsip Motivasi (Motivation)
Motivasi adalah suatu kondisi pada diri individu yang memprakarsai kegiatan mengatur
arah kegiatan, dan memelihara kesungguhan.individu bukan hanya didorong oleh
kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan biologis Yang perlu di perhatikan dalam
pengembangan proses belajar :
1. individu bukan hanya didorong oleh kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan biologis,
sosial dan emosional.
2. Pengetauan tentang kemajuan yang dicapai dalam memenuhi tujuan mendorong
terjadinya peningkatan usaha.
3. Rasa aman dan keberhasilan dalam mencapai tujuan cenderung meningkatkan
motivasi belajar.

Berkenaan dengan prinsip motivasi, dalam memebantu peserta didik belajar, pendidik
hedaknnya mengembangkan kegiatan pembelajaran yang menarik dan mempelihara
perhatian peserta didik serta sesuai kebutuhan dan minat peserta didik.

Proses pembelajaran yang efektif, yaitu pembelajaran yang memotivasi peserta


didik akan memungkinkan penyesuaian optimal dan memberikan pengalaman yang
berharga baik bagi peserta didik maupun bagi pendidik.
Prinsip Persepsi
Presepsi adalah interpretasi tentang situasi hidup. Setiap individu melihat dunia dengan
caranya sendiri yang berbeda dari yang lain. Persepsi ini mempengaruhi perilaku individu.
Siswa yang mempunyai presepsi positif terhadap kegiatan belajar dan dirinya, mereka akan
senang dan sungguh-sungguh belajar. Berkenaan dengan prinsip prepsi ini, berikut ini
beberapa hal penting yang harus diperhatikan:
1. Persepsi siswa terhadap sesuatu di pengaruhi oleh faktor lingkungan dimana siswa
berada.
2. Cara seorang melihat dirinya berpengaruh terhadap perilakunya. Dalam suatu situasi
seorang siswa cenderung bertindak sesuai dengan cara ia melihat dirinya sendiri.
Untuk membentuk presepsi yang tepat, siswa dapat dibantu dengan cara memberi
kesempatan kepada mereka untuk menilai dirinya sendiri. Perilaku yang baik tergantung
pada persepsi yang cermat dan nyata mengenai suatu situasi.
Kecermatan persepsi harus sering dicek. Diskusi kelompok dapat dijadikan sarana untuk
mengklarifikasi persepsi mereka.
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan siswa akan mempengaruhi pandangannya
terhadap dirinya.
Dalam menumbuhkan persepsi yang positif baik terhadap dirinya maupun terhadap
kegiatan belajar, guru hendaknya :
Menciptakan iklim kelas yang menyenangkan dan aman sehingga siswa merasa senang
dalam belajar.
Mengorganisasi materi pelajaran dengan memperhatikan tingkat kesulitan untuk
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencapai keberhasilan dalam belajar.
Melaksanakan kegiatan pembelajaran yang menarik sehingga siswa merasa senang dalam
melaksanakan tugas belajar yang diberikan.
b. Prinsip Tujuan
Tujuan adalah sasaran khusus yang hendak dicapai oleh seseorang. Tujuan harus tergambar
jelas dalam pikiran dan diterima oleh siswa pada saat proses belajar terjadi. Mengenai
tujuan ini ada beberapa individu yang perlu diperhatikan:
1. Tujuan seharusnya mewadahi kemampuan yang harus dicapai.
2. Penetapan tujuan seharusnya mempertimbangkan kebutuhan individu dan masyrakat.
Siswa akan dapat menerima tujuan yang dirasakan memenuhi kebutuhannya.Tujuan guru
dan siswa seharusnya sama atau sesuai. Aturan-aturan yang ditetapkan oleh masyarakat
dan pemerintah biasanya akan mempengaruhi perilaku.Tingkat keterlibatan siswa
mempengaruhi tujuan yang direncanakan dan yang hasil yang dapat dicapai.Perasaan siswa
mengenai manfaat dan kemampuannya dapat mempengaruhi perilaku.
Tujuan harus dirumuskan dengan jelas dan dapat diterima oleh siswa. Berkaitan dengan
prinsip tujuan ini, untuk membantu siswa berhasil dalam belajarnya, guru hendaknya
merumuskan tujuan dengan memperhatikan minat dan kebutuhan siswa. Apabila siswa
melihat kesesuaian antara minat dan kebutuhannya dengan tujuan yang dirumuskan,
motivasi belajar mereka akan meningkat.
c. Prinsip Belajar Kognitif
Belajar kognitif melibatakan proses pengenalan dan atau penemuan. Belajar kognitif
mencakup asosiasi antar-unsur, pembentukan konsep, penemuan masalah, dan
keterampilan memecahkan masalah.
Bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam belajar kognitif adalah :
1. Perhatian harus di pusatakan kepada aspek-aspek lingkungan yang relevan sebelum
proses belajar kognitif terjadi.
2. Hasil belajar kognitif akan bervariasi sesuai dengan taraf dan jenis perbedaan individu
yang ada.
3. Perbendaharaan kata, kemampuan membaca, kecakapan, dan pengalaman,
berpengaruh langsung terhadap proses belajar kognitif.
4. Bila menyajikan konsep, kebermaknakan dari konsep amatlah penting. Kegiatan
mencari, menerapkan, mendefinisikan, dan menilai sangatlah di perlukan untuk
menguji bahwa suatu konsep benar-benar bermakna.
5. Dalam pemecahan masalah para siswa harus di bantu untuk mendifinisikan, dan
membatasi linkup masalah, menemukan informasi yang sesuai, menasirkan dan
menganalisis masalah serta memungkinkan berfikir menyebar.
Untuk membantu siswa berhasil dalam proses belajar kognitif, guru hendaknya :
1. Mempertimbangkan latar belakang dan lingkungan siswa dalam merancang dan
melaksanakan pembelajaran.
2. Mengaitkan materi yang di pelajari dengan hal-hal yang pernah, sedang, dan akan di
alami siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah.
3. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan yang diperoleh
dalam memecahkan suatu permasalahan.
d. Prinsip Belajar Afektif
Proses belajar afektif seseorang menentukan bagaimana ia menghubungkan dirinya dengan
pengalaman baru. Belajar afektif mencakup nilai, emosi, dorongan, minat, dan sikap.
Berkenaan dengan proses belajar afekti ini, guru hendaknya melaksanakan pembelajaran
yang memungkinkan terbentuknya kemampuan afektif siswa, seperti : kegiatan yang
mempersyaratkan siswa bekerja sama, memecahkan masalah secara mandiri.

e. Prinsip Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan untuk mengetahui tingkat ketercapaian tujuan. Oleh karena
itu, jenis, cakupan dan validitas evaluasi dapat mempengaruhi proses belajar saat ini dan
selanjutnya. Pelaksanaan kegiatan evaluasi memungkinkan siswa untuk mengetahui
kemajuan dalam pencapaian tujuan.
Berikut ini beberapa hal yang berkaitan dengan evaluasi yang perlu diperhatikan dalam
merancang pembelajaran:
1. Evaluasi member arti pada proses belajar dan member arah baru pada siswa.
2. Kegiatan evaluasi yang dilakukan guru dapat mempengaruhi keterlibatan siswa dalam
evaluasi dan belajar.
3. Evaluasi terhadap kemajuan pencapaian tujuan akan lebih mantap jika guru dan siswa
saling bertukar dan menerima pikiran, perasaan, dan pengamatan.
Kekurangan atau ketidaklengkapan evaluasi dapat mengurangi kemampuan guru dalam
melayani siswa. Kelompok teman sebaya berguna dalam evaluasi. Berkaitan dengan
prinsip evaluasi, guru hendaknya melaksanakan kegiatan evaluasi secara menyeluruh,
tidak hanya pencapaian hasil belajar tetapi juga proses belajar.
C. Klasifikasi Teori Belajar dalam pembelajaran
Belajar dianggap sebagai proses perubahan perilaku sebagai akibat dari
pengalaman dan latihan. Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan. Menurut
jhon Locke manusia itu meruakan organisme yang pasif ia menganggap manusia itu seperti
kertas putih, hendak ditulisi apa kertas itu sangat tergantung pada orang yang menulisnya.
Sedangkan menurut Liebnitz menggap bahwa manusia adalah oraganisme yang aktif.
Manusia merupakan sumber dari pada semua kegiatan. Pada hakikatnya manusia bebas
untuk berbuat, membuat suatu pilihan dalam setiap situasi. Titik pusat kebebasan ini adalah
kesadarannya sendiri. Menurut aliran ini tingkah laku manusia hanyalah eksresi yang dapat
diamati sebagai akibat dari eksistensi internal yang pada hakikatnya bersifat pribadi.
Pandangan hakikat manusia menurut pandangan Leibnitz ini kemudian melahirkan aliran
belajar kognitif holistik Berdasarkan dari konsep manusia yang berbeda, dalam
menjelaskan terjadinya perilaku, kedua aliran teori belajar, yaitu aliran behavioristik-
elemen teristik dan aliran kognitif holistik, memiliki perbedaan pula perbedaan keduanya
seperti daat dilihat sebagai berikut:
1. Teori Belajar Behavioristik
mementingkan pengaruh lingkungan, mementingkan bagian-bagian, mengutamakan
peranan reaksi, hasil belajar terbentuk secara mekanis, dipengaruhi oleh engalaman
masa lalu, mementingkan pembentukan kebiasaan, memecahkan masalah dilakukan
dengan cara trial and error.
2. Teori Belajar Kognitif
Mementingkan apa yang ada dalam diri, mementingkan keseluruhan, mengutamakan
fungsi kognitif, terjadi keseimbangan dalam diri, tergantung pada kondisi saat ini,
memntingkan terjadinya struktur kognitif memecahkan masalah didasarkan kepada
insight.

Menurut aliran Behavioristik, belajar ada hakikatnya adalah pembentukan asosiasi antara
kesan yang ditangkap panca indra dengan kecenderungan untuk benrindak atau hubungan
antara stimulus dan respon. Belajar adalah upaya untuk membentuk hubungan stimulus dan
respon sebanyak-banyaknya.

Teoti-teori yang termasuk ke dalam kelomok Behavioristik diantaranya:


a. Koneksionisme, dengan tokohnya Thorndike
b. Classical conditioning, dengan tokohnya Pavlop
c. Oerant conditioning yang dikembangkan oleh Kinner
d. Sistematik Behavior, yang dikembangkan oleh Hull

Sedangkan, teori-ori yang termasuk ke dalam kelompok kognitif holistik diantaranya :

a. Teori Gestalt , dengan tokohnya kofka,kohler,dan wertheimer.


b. Teori medan (field theory), dengan tokohnya lewin
c. Teori organismik yang dikembangkan oleh wheeler
d. Teori humanistik, dengan tokohnya maslow dan rogers
e. Teori konstruktivistik, dengan tokohnya jean piaget.

Beberapa Teori Belajar Behavioristik

a. Teori belajar koneksionisme


Teori ini di kembangkan oleh thorndike sekitar tahun 1913. Menurut teori belajar ini,
belajar pada hewan dan pada manusia pada dasarnya berlangsung menurut prinsip-
prinsip yang sama.
Dasar terjadinya belajar adalah pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap
panca indra dengan kecenderungan untuk bertindak atau hubungan antara stimulus dan
respon. oleh karena itulah teori ini dinamakan teori stimulus dan respons.
a) Hukuman kesiapan (law of readiness) Menurut hukum ini, hubungan anatara
stimulus dan respons akan mudah terbentuk manakala ada kesiapan dalam diri
individu.
b) Hukum latihan (law of exercise) Hukum ini menjelaskan kemungkinan kuat dan
lemahnya hubungan stimulis dan resons.hubungan atau koneksi antara kondisi
(yang merupakan perangsang ) dengan tindakan akan menjadi lebih kuat karena
latihan dan koneksi koneksi itu akan menjadi lemah karena latihan tidak dilanjutkan
atau dihentikan.
c) Hukum akibat (law of effect) Hukum ini menunjuk kepada kuat atau lemahnya
hubungan stimulus dan respons tergantung kepada akbat yang ditimbulkannya.
Apabila yang diberikan seseorang mendatangkan kesenanganp,maka respon
tersebut akan disertahankan atau diulangi sebaliknya, apabila respons yang
diberikan mendatangkan atau diikuti oleh akibat yang tidak mengenakan, maka
respons tersebut akan dihentikan dan tidak akan diulangi lagi. Implikasi dari hokum
ini adalah apabila mengharapkan agar seseorang dapat mengulangi respons yang
sama, maka harus di upayakan agar menyenangkan dirinya.
b. Teori Belajar Classical Conditioning
Seperti halnya Tharndike Pavlov Watson yang menjadi tokoh teori ini juga percaya
bahwa belajar pada hewan memiliki prinsip ang sama dengan manusia. Belajar atau
pembentukan perilaku perlu dibantu dengan kondisi tertentu. Pavlov melakukan
percobaan dengan seekor anjing. Dalam pecobaanya, Pavlov ingin membentuk tingkah
laku tertentu pada anjing. Pada perilaku manusia respondent response bersifat sangat
terbatas, oleh karena itu sangat kecil untuk dapat dimodefikasi. Sebaliknya, operant
response atau instrumental response sifatnya tidak terbats, oleh karena itu kemungkinan
untuk dapat dimodefikasi sangat besar. Dengan instrumental response. Skinner
berpendapat bahwa untuk membentuk tingkah laku tertenu perlu diurutkan atau
dipecah-pecah menjadi bagian-bagian atau komponen tingkah lauku ang spesifik.
Selanjutnya, agar terbentuk pada tingkah laku yang diharapkan pada setiap tingkah laku
yang spesifik yang telah direspons, perlu di berikan hadiah agar tingkah laku itu terus
menerus diulang, serta untuk memotivasi agar berlanjut kepada komponen tingkah laku
selanjutnya sampai akhirnya pada pembentukan tingkah laku puncak yang di harapkan.
Sebagi ilustrasi penerapan teori ini, mislkan kita ingin membentuk kebiasaan anak
dalam membaca buku. Untuk sampai pada kebiasaan itu, perilaku membaca dapat
dipecah menjadi beberapa komponen tingkah laku, contohna :
1. Anak melihat-lihat buku yang di sediakan
2. Membuka buka buku
3. Memerhatikan gambar-gambar yang ada dalam buku
4. Membaca isi buku

Teori operant conditioning dari skinner ini sangat besar pengaruhnya terutama dalam
bidang teknologi pengajaran, khususnya di AS. Munculnya berbagai pendekatan baru
pengajaran seperti pengajaran berprogram, pengajaran dengan bantuan computer,
mengajar dengan menggunakan mesin, semuanya berangkat dari konsep skinner.
Beberapa Teori-teori Belajar Kognitif

a. Teori gestalt
Seperti yang telah dikemukakan, teori gestalt termasuk dalam kelompok aliran
aliran kongnitif holistik teori gestalt dikembangkan oleh koffka, kohler, dan
wairtehmer. Teori ini berbeda dengan teori-teori yang telah dijelaskan dahulu.
Menurut teori gestalt belajar adalah proses pengembangan insight. Insight adalah
pemahaman terhadap hubungan antara bagian di dalam situasi
permasalahan.Insight yang merupakan inti dari belajar menurut teori gestalt
memiliki ciri-cirri sebagai berikut :
a) Kemampuan insight seseorang tergantung kepada kemampuan dasar orang
tersebut , sedangkan kemampuan dasar itu tergantung kepada usia dan posisi
yang bersangkutan dalam kelompok (spesies)nya
b) Insight di pengaruhi atau tergantung kepada pengalaman masa lalunya yang
relevan
c) Insight tergantung kepada pengaturan dan penyediaan lingkungannya
d) Pengertian merupakan inti dari insight. Melalui pengertian individu akan dapat
memecahkan persoalan.
e) Apabila insight telah di peroleh, maka dapat di gunakan untuk menghadapi
persoalan dalam situasi lain

b. Teori Medan
Teori medan dikembangkan oleh kurt Lewin. Sama seperi teori gestalt, teori
medan menganggap bahwa, belajar adalah peroses pemecahan masalah,beberapa
hal yang berkaitan proses pemecahan masalah menurut lewin dalam belejar
adalah:
a) Belajar adalah perubahan struktur kognitif. Setiap orang akan dapat
memecahkan masalah jika ia bias mengubah struktur kongnitif
b) Pentingnya motivasib motifasi adalah factor yang dapat mendorong setiap
individu untuk berprilaku. Motivasi muncul karena adanya daya tarik tertentu
c. Teori kontruktifitis Teori kontruktifitis dikembangkan oleh piaget pada
pertengahan abad 20 Piaget berpendapat bahwa pada darasarnya setiap sejak kecil
sudah memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.
Pegetahuan yang dikonstruksi oleh anak sebagai subjek, maka akan menjadi
pengetahuan yang bermakna; sedangkan pengetahuan yang hanya di peroleh
melalu proses pemberitahuan tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna.

D. Paradigma Pembelajaran Dalam Teori Belajar


Pengertian Paradigma Menurut Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional (2005), paradigma merupakan suatu kerangka pikir. Menurut Ratna
(2010), paradigma merupakan seperangkat keyakinan mendasar, semacam pandangan
dunia yang berfungsi untuk menuntun tindakan-tindakan manusia, baik dalam kehidupan
sehari-hari maupun karya ilmiah.
Menurut Bogdan dan Bliken sebagaimana dikutip oleh Moleong (1989), paradigma
merupakan kumpulan yang longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama, dimana
konsep atau proposisi mengarahkan pada cara berfikir dan penelitian.
Jadi paradigma merupakan suatu keyakinan mendasar yang membentuk pola pikir
sebagai titik tolak pandangan seseorang dari sejumlah asumsi yang mengarah pada cara
berfikir dan penelitian untuk menentukan tidakan-tindakan manusia itu sendiri.
Pengertian Paradigma Pembelajaran Berdasarkan beberapa uraian di atas maka
dapat diambil kesimpulan bahwa paradigma pembelajaran merupakan perubahan dari
gerakan, kekuatan, perkembangan, maupun penyesuaian diri terhadap suatu keadaan yang
mengarah pada cara berfikir dan penelitian untuk menuntun tidakan manusia dalam proses
pembelajaran. Perkembangan Paradigma Pembelajaran Menurut Nasar (2006), paradigma
pembelajaran berkembang menjadi pendekatan belajar yang mutakhir dan menggeser
kebiasaan sekolah tradisional dimana guru cenderung lebih aktif dibandingkan siswanya.
Guru sebagai subjek yang dominan, sementara siswa bersifat pasif. Padahal dalam kegiatan
pembelajaran siswa sebagai pusat belajar harus lebih aktif untuk membangun pemahaman,
ketrampilan, dan sikap. Maka dari itu sebagai fasilitator seorang guru mampu memberikan
apa yang diinginkan siswanya dengan strategi pembelajaran yang bervariasi, sehingga
peserta didik mampu berkreasi sesuai dengan kemampuan masing-masing yang diyakini
cenderung menghasilkan pengetahuan yang tersimpan kuat dalam ingatan siswa.
Menurut Aunurrahman (2009), perubahan paradigma dan sistem pembelajaran
merupakan suatu upaya dalam membangun masyarakat terdidik dan cerdas. Sistem
pendidikan telah ditata dengan menggunakan paradigma yang baru, dimana formalitas dan
legalitas merupakan suatu yang penting sedangkan substansi juga merupakan sesuatu yang
tidak dapat diabaikan untuk proses pembelajaran. Adanya tuntutan terhadap proses
pemberdayaan diri dan pengembangan potensi peserta didik secara holistik melalui proses
pembelajaran yang dilakukan seorang guru mengalami perubahan paradigma dan
pandangan terhadap pendidikan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Teori belajar behaviorisme
Teori ini mendukung orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku
tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata.munculnya perilaku akan
semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hubungan.
Teori belajar konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofis) pembelajaran konstektual yaitu
bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui
konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-
fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi
pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata
Prinsip teori behaviorisme Mengutamakan unsur - unsur / bagian-bagian kecil, Menekankan
peranan lingkungan, Mementingkan pembentukan reaksi /respon, Menekankan pentingnya
latihan dan Bersifat mekanistik.
prinsip-prinsip konstruktivisme yang diterapkan dalam belajar mengajar adalah:
Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru
kemurid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar, Murid aktif megkontruksi
secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah.

A. Saran
Dari berbagai teori yang kami bahas, keduanya memiliki keunngulan masing-masing. Hal ini
lah yang membuat para pendidik harus menerapkan salah satu di antaranya atau bahkan keduanya
dengan didasarkan pada kemampuan dari peserta didik dalam memahami suatu materi.
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Dimyanti Dan Drs. Mujiono. 1999. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Budiningsih, Asri. 2005. Teori Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

1512-Article Text-3464-1-10-20180421-1.pdf (diakses pada 17 september 2021)

Anda mungkin juga menyukai