disusun oleh:
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah-Nya saya
dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Belajar dan Pembelajaran.
Tugas ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan tugas ini. Untuk itu saya berterima kasih
kepada semua pihak yang telah ikut berkontribusi dalam pembuatan tugas ini.
Daripada itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka saya menerima
segala bentuk kritik dan saran dari pembaca agar saya dapat memperbaiki tugas ini.
Akhir kata, saya berharap tugas ini dapat memberikan banyak manfaat dan menambah
wawasan bagi siapa pun yang membaca nya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
COVER ........................................................................................................................
KATA PENGANTAR ................................................................................................
DAFTAR ISI ...............................................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa
stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan
guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar
terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara
stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati
dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh
karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh
pebelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan
pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi
atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor
penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement)
maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan
(negative reinforcement) maka respon juga semakin kuat. Beberapa prinsip dalam
teori belajar behavioristik, meliputi:
(1) Reinforcement and Punishment;
(2) Primary and Secondary Reinforcement;
(3) Schedules of Reinforcement;
(4) Contingency Management;
(5) Stimulus Control in Operant Learning;
(6) The Elimination of Responses (Gage, Berliner, 1984).
Tokoh-tokoh aliran behavioristik di antaranya adalah Thorndike, Watson,
Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skinner. Berikut akan dibahas karya-karya para
tokoh aliran behavioristik dan analisis serta peranannya dalam pembelajaran.
3
2.2 Tokoh-tokoh Aliran Behavioristik
4
kegugupan peserta didik tersebut hasil generalisasi dari melakukan ujian mata
pelajaran satu kepada mata pelajaran lain yang mirip.
Deskriminasi. Organisme merespon stimulus tertentu, tetapi tidak terhadap yang
lainnya. Pavlov memberikan makanan kepada anjing hanya setelah bunyi bel, bukan
setelah bunyi yang lain untuk menghasilkan deskriminasi. Contoh, dalam mengalami
ujian dikelas yang berbeda, pesrta didik tidak merasa sama gelisahnya ketika
menghadapi ujian bahasa Indonesia dan sejarah karena keduanya merupakan subjek
yang berbeda.
Pelemahan (extincition). proses melemahnya stimulus yang terkondisi dengan
cara menghilangkan stimulus tak terkondisi. Pavlov membunyikan bel berulang-
ulang, tetapi tidak disertai makanan. Akhirnya, dengan hanya mendengar bunyi bel,
anjing tidak mngeluarkan air liur. Contoh, kritikan guru yang terus menerus pada hasil
ujian yang jelek, membuat peserta didik tidak termotivasi belajar. Padahal,
sebelumnya peserta didik pernah mendapat nilai ujian yang bagus dan sangat
termotivasi belajar.
Dalam bidang pendidikan, teori conditioning klasik digunakan untuk
mengembangkan sikap yang menguntungkan terhadap peserta didik untuk termotivasi
belajar dan membantu guru untuk melatih kebiasaan positif peserta didik.
5
tidak tepat akan melemah, karena konsekuensi dari tindakan organisme. Pandangan
Thorndike disebut teori S-R karena perilaku organisme itu dilakukan sebagai akibat
dari hubungan antara stimulus dan respons. Seperti yang akan kita lihat selanjutnya,
pendekatan Skinner memperluas ide dasar Thorndike ini.
6
menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh
tokoh-tokoh sebelumnya. Menurutnya respon yang diterima seseorang tidak
sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan
interaksi antar stimulus itu akan mempengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang
diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah
yang nantinya mempengaruhi munculnya perilaku (Slavin, 2000). Oleh karena itu
dalam memahami tingkah laku seseorang secara benar harus memahami hubungan
antara stimulus yang satu dengan lainnya, serta memahami konsep yang mungkin
dimunculkan dan berbagai konsekuaensi yang mungkin timbul akibat respon tersebut.
Skinner juga mengmukakan bahwa dengan menggunakan perubahan-perubahan
mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya
masalah. Sebab setiap alat yang digunakan perlu penjelasan lagi, demikian seterusnya.
Dari semua pendukung teori behavioristik, teori Skinnerlah yang paling besar
pengaruhnya. Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine,
pembelajaran berprogram, modul, dan program-program pembelajaran lain yang
berpijak pada konsep hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-faktor
penguat (reinforcement), merupakan program-program pembelajaran yang
menerapkan teori belajar yang dikemukakan oleh Skinner.
a) Penguatan (Reinforcement)
Menurut Skinner, untuk memperkuat perilaku atau menegaskan perilaku
diperlukan suatu penguatan (reinforcement). Ada juga jenis penguatan, yaitu
penguatan positif dan penguatan negative.
b) Penguatan positif (positive reninforcement)
Didasari prinsip bahwa frekuensi dari suatu respon akan meningkat karena
diikuti oleh suatu stimulus yang mengandung penghargaan. Jadi, perilaku yang
diharapkan akan meningkat karena diikuti oleh stimulus menyenangkan. Contoh,
peserta didik yang selalu rajin belajar sehingga mendapat rangking satu akan
diberi hadiah sepeda oleh orang tuanya. Perilaku yang ingin diulang atau
ditingkatkan adalah rajin belajar sehingga menjadi rangking satu dan penguatan
positif/stimulus menyenangkan adalah pemberian sepeda.
c) Penguatan negatif (negative reinforcement)
Didasari prinsip bahwa frekuensi dari suatu respon akan meningkat karena
diikuti dengan suatu stimulus yang tidak menyenangkan yang ingin dihilangkan.
Jadi, perilaku yang diharapkan akan meningkat karena diikuti dengan
penghilangan stimulus yang tidak menyenangkan. Contoh, peserta didik sering
bertanya dan guru menghilangkan/tidak mengkritik terhadap pertanyaan yang
tidak berkenan dihati guru sehingga peserta didik akan sering bertanya. Jadi,
perilaku yang ingin diulangi atau ditingkatkan adalah sering bertanya dan
stimulus yang tidak menyenangkan yang ingin dihilangkan adalah kritikan guru
sehingga peserta didik tidak malu dan akan sering bertanya karena guru tidak
mengkritik pertanyaan yang tidak berbobot/melenceng.
d) Hukuman
Hukuman (punishmen) yaitu suatu konsekuensi yang menurunkan peluang
terjadinya suatu perilaku. Jadi, perilaku yang tidak diharapkan akan menurun atau
bahkan hilang karena diberikan suatu stimulus yang tidak menyenangkan.
Contoh, peserta didik yang berperilaku mencontek akan diberikan sanksi, yaitu
jawabannya tidak diperiksa dan nilainya 0 (stimulus yang tidak
menyenangkan/hukuman). Perilaku yang ingin dihilangkan adalah perilaku
mencontek dan jawaban tidak diperiksa serta nilai 0 (stimulus yang tidak
menyenangkan atau hukuman).
7
Perbedaan antara penguatan negatif dan hukuman terletak pada perilaku yang
ditimbulkan. Pada penguatan negatif, menghilangkan stimulus yang tidak
menyenangkan (kritik) untuk meningkatkan perilaku yang diharapkan (sering
bertanya). Pada hukuman, pemberian stimulus yang tidak menyenangkan nilai 0
untuk menghilangkan perilaku yang tidak diharapkan (perilaku mencontek).
Secara ringkas teori behaviorisme yang dikemukakan oleh para ahli di atas dapat
disempulkan bahwa:
1. Belajar adalah perubahan tingkah laku
2. Tingkah laku tersebut harus dapat diamati
3. Mengikuti pentingnya masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran
atau output yang berupa respon.
4. Fungsi mind atau fikiran adalah untuk menciplak struktur pengetahuan yang
sudah ada melalui proses berfikir yang dapat dianalisis dan dipilah.
5. Pembiasaan dan latihan menjadi esensial dalam belajar.
6. Apa yang terjadi antara stimulus dan respon dianggap tidak penting diperhatikan
karena tidak dapat diamati.
7. Yang dapat diamati hanyalah stimulus respon.
8. Kegagalan atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahauan
dikatagorikan sebagai kegagalan yang perlu dihukum
9. Aplikasi teori ini menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan
yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis atau tes. Penyajian materi
pelajaran mengikuti urutan dari bagian-bagian keseluruhan. Pembelajaran dan
evalusi menekan pada hasil, dan evaluasi menuntut jawaban yang benar. Jawaban
yang benar menunjukkan bahwa siswa telah menyelesaikan belajaranya.
10. Proses belajar sangat bergantung kepada faktor yang berada di luar dirinya,
sehingga ia memerlukan stimulus dari pengajarnya.
11. Hasil belajar banyak ditentukan oleh proses peniruan, pengulanagn dan
pengutan (reinforcement).
12. Belajar harus melalui tahap-tahap tertentu, sedikit demi sedikit, yang mudah
mendahului yang lebih sulit.
8
3. Guru tidak banyak memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan belajar
mandiri. Jika menemukan kesulitan baru ditanyakan kepada guru yang
bersangkutan.
4. Teori ini cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan
dominansi peran orang dewasa , suka mengulangi dan harus dibiasakan , suka
meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi
permen atau pujian.
b. Kekurangan.
1. Memandang belajar sebagai kegiatan yang dialami langsung, padahal belajar
adalah kegiatan yang ada dalam sistem syaraf manusia yang tidak terlihat kecuali
melalu gejalanya.
2. Proses belajar dipandang bersifat otomatis-mekanis sehingga terkesan seperti
mesin atau robot, padahal manusia mempunyai kemampuan self control yang
bersifat kognitif, sehingga, dengan kemampuan ini, manusia mampu menolak
kebiasaan yang tidak sesuai dengan dirinya.
3. Proses belajar manusia yang dianalogikan dengan hewan sangat sulit diterima,
mengingat ada perbedaan yang cukup mencolok antara hewan dan manusia.
9
Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi dan menentukan keberhasilan dalam
proses pembelajaran bahasa Inggris adalah lingkungan (einvironment), tak terkecuali
lingkungan berbahasa. Dan tujuan penciptaan lingkungan berbahasa Inggris, tak lain
adalah:
1. Untuk membiasakan dalam memanfaatkan bahasa Inggris secara komunikatif,
melalui praktek percakapan (conversation) and diskusi (discussion), ceramah dan
berekspresi melalui tulisan (talkactive and expression through writing).
2. Memberikan penguatan (reinforcement) pemerolehan baha yang sudah dipelajari
di kelas.
3. Menumbuhkan kreativitas dan aktivitas berbahasa Inggris yang terpadu antara
teori dan praktik dalam suasana informal yang santai dan menyenangkan.
10
Terlihat di kalimat a, b, dan c bahwa kata kerja `pergi` dalam bahasa
Indonesia tidak pernah berubah, sementara bahasa Inggris berubah dari `go`
menjadi `went` dan `goes`. Perbedaan ini bagi penganut teori behaviorime dapat
menghalangi siswa dalam belajar bahasa Inggris, dan perbedaan ini diistilahkan
`interference`. Proses analisis perbedaan dan persamaan bahasa L1 & L2
dipelajari dalam teori `contrastiveanalysis`.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pandangan teori behavioristik telah cukup lama dianut oleh para pendidik.
Namun dari semua teori yang ada, teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya
terhadap perkembangan teori belajar behavioristik. Program-program pembelajaran
sepertiTeaching Machine, pembelajaran berprogram, modul dan program-program
pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus-respons serta
mementingkan faktor-faktor penguat (reinforcement), merupakan program
pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan Skiner.
Karakteristik teori behaviorisme terhadap pembelajaran bahasa diantaranya
adalah: penyajian materi lebih banyak dengan hiwar, lebih banyak melakukan
peniruan dan menghafal idiom-idiom, menyajikan satu kalimat dalam satu situasi,
tidak menyajikan strukstur nahwu secara terpisah, dan lebih baik dengan sistem
deduktif, lebih menitik beratkan pada ujaran, lebih banyak menggunakan bahasa
dalam komunikasi dan banyak menggunakan lab bahasa, memberikan reward bagi
respon positif, mensuport untuk berbahasa, perhatian lebih pada bahasa bukan isi
bahasa.
Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi dan menentukan keberhasilan
proses pembelajaran bahasa adalah lingkungan (environment), tak terkecuali
lingkungan berbahasa. Dan tujuan penciptaan lingkungan berbahasa Arab , tidak lain
adalah (1) untuk membiasakan dan membiasakan dalam memanfaatkan bahasa Arab
secara komunikatif, melalui praktik percakapan (conversation), diskusi (discussion),
seminar (seminar), ceramah dan berekspresi melalui tulisan (talkactive and
expression through writing); (2) memberikan penguatan (reinforcement)
pemerolehan bahasa yang sudah dipelajari di kelas; dan (3) menumbuhkan
kreativitas dan aktivitas berbahasa Inggris yang terpadu anatara teori dan praktik
dalam suasana informal yang santai dan menyenangkan.
3.2 Saran
Dalam melaksanakan proses belajar dan mengajar di kelas, sebaiknya sebagai
calon pendidik kita harus bisa menjelaskan, menerapkan, dan meningkatkan kualitas
kita sebagai calon pendidik dan juga menciptakan suasana yang akan menjadikan
siswa lebih nyaman dalam menerima bahan ajar yang akan kita berikan nantinya.
12
DAFTAR PUSTAKA
VanPatten, B., & Williams, J. (Eds.). (2014). Theories in second language acquisition:
An introduction. Routledge.
Bell Gredler, E. Margaret. 1991. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta: CV. Rajawali
Slavin, R.E. 2000. Educational Psychology: Theory and Practice. Sixth Edition.
Boston: Allyn and Bacon
13